Anda di halaman 1dari 19

Latar Belakang

Stabilitas tanah adalah pengubahan atau perawatan terhadap


satu atau beberapa properti tanah untuk meningkatkan kondisi
material tanah/butiran tanah, dan pertama dikembangkan di jaman
Romawi.Jaman dahulu, bangsa Romawi menyadari bahwa kondisi
jalan yang buruk mempersulit mereka untuk memindahkan pasukan
dan barang-barang melewati jalan antara desa dan kota. Hal
tersebut memaksa mereka untuk menemukan cara baru
memperbaiki jalan. Mereka melakukannya dengan mencampurkan
tanah yang lemah dengan zat stabilitas seperti lumatan batu kapur
atau kalsium. Itulah metode kimia stabilitas tanah pertama yang
dilahirkan.Kemajuan pesat berikutnya di bidang stabilitas tanah
terjadi di era 1960an ketika militer Amerika membutuhkan
stabilisasi dengan cepat untuk tanah tropik yang lemah di Vietnam
untuk mendukung operasi militer mereka disana. Militer sangat
membutuhkan stabilitas tanah yang bisa meningkatkan kekuatan
tanah liat di Vietnam agar bisa menggunakan pesawat C-17 dan C-
130 pada bandara darurat mereka.

Amerika bereksperimen dengan bahan plastik sebagai


tambahan semen untuk menciptakan campuran yang dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai level kelembaban dan cuaca
yang ekstrem. Tes laboratorium menemukan campuran dasar yang
dapat meningkatkan kekuatan dan ketangguhan lapisan jalan
sampai 100% dengan tetap memberikan fleksibilitas lapisan yang
dicari oleh militer. Lahirlah solusi stabilitas tanah yang modern.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa terobosan baru


dalam perkembangan metode stabilizer tanah menggunakan
bentuk cair. Untuk menghemat ongkos transportasi dan kemudahan
penerapannya, para peneliti telah berusaha untuk mengembangkan
stabilizer tanah berbahan dasar cair.

Namun, ternyata bahan dasar cair kurang efektif apabila


dibandingkan stabilizer yang lama. Bentuk cair tidak dapat menyatu
benar dengan tanah karena sebuah tanah bisa terlalu keropos atau
malah terlalu kuat untuk bahan cair bisa menembusnya. Bahan
dasar cair juga hanya bisa dipakai di lapisan jalan paling atas
sehingga tidak bisa menstabilkan lapisan bawah, sehingga tidak
sanggup menahan beban yang terlalu besar.
Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang langsung
tersedia di lapangan. Apabila suatu tanah yang akan digunakan
tidak memiliki sifat-sifat yang disyaratkan untuk suatu tujuan
tertentu maka tanah tersebut harus diperbaiki sifat-sifatnya. karena
sifat sifat tanah dilapangan tidak selalu memenuhi kriteria dalam
merencanakan suatu konstruksi, maka apabila dijumpai tanah yang
sifat sifatnya sangat jelek, maka tanah tersebut harus distabilkan
sehingga dapat memenuhi syarat syarat teknis yang diperlukan.

Stabilisasi tanah merupakan salah satu cara memperbaiki


kondisi tanah. Sifat tanah yang paling sering diubah dengan
stabilisasi adalah kekuatan, volume stabilitas, daya tahan, dan
permeabilitas.

TUJUAN:

Untuk memperbaiki kondisi tanah tersebut, kemudian mengambil


tindakan yang tepat terhadap masalah masalah yang ada

untuk meningkatkan kerapatan tanah, menambah material yang tidak


aktif sehingga meningkatkan kohesi dan atau tahanan gesek yang timbul,
menambah bahan untuk merubah sifat fisik atau kimia pada tanah,
menurunkan muka air tanah, dan mengganti tanah yang buruk.

Stabilisasi dapat berupa tindakan tindakan sbb :

- menambah kepadatan tanah

- menambah material yang tidak aktif, sehingga mempertinggi


kohesi dan / atau tahanan geser

- menambah material agar dapat mengadakan perubahan


perubahan alami dan kimiawi material tanah

- merendahkan permukaan air tanah (drainase)

- mengganti tanah yang buruk

TEORI DASAR

Pertama kali dikembangkan oleh R.R. Proctor

tahun 1920-an dengan 4 variabel :

1. Usaha Pemadatan (Energi Pemadatan)


2. Jenis tanah

3. Kadar air

4. Berat isi kering

Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu atau gabungan


pekerjaan pekerjaan berikut :

1. Mekanis :
yaitu pemadatan untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan
memakai energi mekanis, seperti mesin gils, ledakan, tekanan statis
dan sebagainya.

stabilisasi dengan berbagai macam peralatan mekanis


seperti :

- mesin gilas ( roller) - benda benda berat yang


dijatuhkan (pounder)

- peledakan dengan alat peledak (eksplosif)

- tekanan statis

- pembekuan

- pemanasan

- dll

2. Bahan pencampur / tambahan (additive)

yaitu penambahan gamping, abu batubara dan kadang-kadang semen


diterapkan pada deposit lempung terutama pada lempung yang
mengalami perubahan volume yang besar yang mengakibatkan
perubahan ion-ion Ca2+ untuk mengurangi kegiatan-kegiatan mineral
lempung.

Holtz dan Kovacs (1981), mengemukakan bahwa penggunaan bahan


kimia untuk stabilisasi tanah atau meningkatkan kekuatan tanah sangat
mungkin dilakukan karena adanya peristiwa pertukaran ion (ion
exchange). Pertukaran ion tersebut adalah antara ion-ion negatif (anion)
yang berada pada permukaan lempung dengan ion-ion positif (kation)
yang ada disekitarnya. Selain karena mengandung exchange cation,
efektifitas fly ash sebagai bahan tambah kimia dikarenakan mengandung
senyawa silikat dan aluminat sehingga dikategorikan sebagai bahan
pozzolan. Sebagai bahan pozzolan fly ash memiliki kemampuan untuk
terhidrasi seperti potland cement dan melakukan sementasi pada tanah.

Penggunaan fly ash disarankan antara 10 - 20 % karena penambahan fly


ash lebih dari 20 % tidak memberikan pengaruh yang signifikan bahkan
cenderung menimbulkan pengurangan pada kekuatan tanahnya.
Penambahan fly ash sebesar 15 % akan memiliki kekuatan mengembang
lebih kecil dibanding dengan tanah lempung campuran atau penambahan
5 % fly ash. Hal ini disebabkan karena struktur partikelnya lebih rapat
sehingga struktur partikel lempung yang dicampur fly ash 15 % lebih
berdekatan dan menghasilkan kepadatan kering lebih tinggi serta struktur
atau fibrikasi partikel yang lebih kuat. Penambahan fly ash 15 %
merupakan persen optimum fly ash sebagai bahan stabilisasi. Fenomena
ini terjadi akibat hidrasi CaO akibat reaksi penambahan fly ash dengan
menghasilkan struktur kepadatan yang lebih tinggi dan harga kepadatan
kering yang lebih besar.

stabilisasi dengan berbagai macam peralatan mekanis seperti :

a. Kerikil untuk kohesif (lempung)

b. Lempung untuk tanah berbutir kasar

c. Pencampur kimiawi seperti :

- semen portland (pc)

- gamping / kapur

- abu batu bara

- dll

MACAM-MACAM STABILISASI LAPISAN TANAH DASAR

1. Lapisan tanah dasar yang lunak :

pada umumnya lapisan tanah lunak adalah lempung atau lanau


yang mempunyai nilai percobaan penetrasi stadar (standart
penetrasi test = spt) n = 4 atau tanah organis seperti gambut
(peat) yang mempunyai kadar air alami (natural water content)
yang sangat tinggi dan juga tanah pasir lepas yang mempunyai nilai
n = 10
metoda stabilisasi lapisan tanah dasar yang lunak :
Perbaikan karakteristik geseran :
tujuan untuk mnghindari kerusakan tanah , deformasi geseran dan
pengurangan tekanan tanah
Perbaikan kemampatan :
tujuan untuk memperpendek waktu penurunan, karena konsolidasi
dan menghindarkan penurunan residual
Pengurangan permeabilitas :
bertujuan untuk menghindari bocoran dan
sebagainya
Perbaikan karakterristik :
bertujuan untuk mengurangi getaran (vibrasi) dan menghindarkan
pencairan (liquefaction) tegangan air pori meningkat dan tegangan
efektif berkurang sewaktu terjadi gempa bumi.
Lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif :

Mengingat lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif itu rumit
beserta karakteristik mekanisnya yang sulit, kadang kadang
penggalian untuk pondasi bangunan itu sulit dilakasanakan .
Meskipun sudah diadakan tindakan pengamanan. Jadi dalam
menghadapi pelaksanaan diatas tanah yang lunak dan kohesif
diperlukan suatu persiapan yang lengkap

Metoda metoda yang digunakan

a. Metoda perbaikan permukaan

a. Metoda drainase permukaan (surface drainage


methode)

b. Metoda alas pasir (sand maat method)

c. Metoda bahan lembaran tipis (sheed material method


/ geotextile.

b. Metoda perpindahan (displacement method)

metoda ini dapat dibagi dalam dua macam :

a. Sesudah penggalian lapisan yang lunak dengan alat berat,


bahan tanah yang baik dimasukkan dan dipadatkan
b. Tanah yang lunak itu didesak dengan beban timbunan tanah
yang baik atau didesak dengan ledakan

C. Metoda timbunan imbangan berat (counter weight fill


mrthod)

metoda ini terutama mengimbangi sisi tanggul supaya stabil,


bilamana tidak diperoleh faktor keamanan yang diperlukan
terhadap longsoran selama penimbunan dilaksanakan

D. Metoda pembebanan perlahan lahan

Metoda ini diterapkan bila kekuatan geser tanah tidak begitu besar
dan cenderung akan runtuh jika timbunan dilaksanakan dengan
cepat. untuk menghindari keruntuhan, maka pelakasanaan
penimbunan harus diperlambat.

ada dua metoda untuk memperlambat kecepatan


pelaksanaan, yaitu :

a. Metoda peningkatan tinggi timbunan secara


bertahap.

b. Metoda peningkatan tinggi timbunan secara kontinyu dan


berangsur angsur

E. Metoda pembebanan

untuk mengusahakan konsolidasi lapisan yang lunak dan


memperbesar gaya geser

ada 4 metoda yang perlu diketahui :

a. Metoda pra pembebanan (pre loaading method)

b. Metoda beban tambahan (surchage method)

c. Metoda penurunan air tanah

d. Metoda pembebanan tekanan atmosfir

F. Metoda drainase vertikal.

Metoda ini sering diterapkan bersama sama dengan metoda


pembebanan perlahan lahan atau pembebanan.
beberapa macam metoda ini sering disebut sesuai dengan bahan
yang dipakai, yaitu:

a. Metoda drainase pasir ( sand drain method)

b. Metoda drainase sumbu kertas karton (card board wick drain


method)

c. Metoda drainase kertas plastik (plastik board


drain method)

G. Metoda tiang pasir padat

Dalam metoda ini, pasir ditekan kedalam lapisan lunak dengan


pemadatan atau getaran, sehingga terbentuk tiang pasir padat

H. Metoda tiang kapur

kapur ditempatkan dalam bentuk tiang didalam tanah kohesif sama


seperti pembuatan tiang pasir

I. Metoda pencampuran lapisan dalam. (deep layer mixing


treatment method)

pada metoda ini, kapur atau stabilisator semen dikocok kocok dan
dicampur dengan tanah kohesif pada kedalaman tanah tersebut
untuk mengkonsolidasikan tanah yang bersangkutan. Metoda ini
belum lama dikembangkan

3.Lapisan tanah dasar berpasir lepas

Bilamana suatu gaya gempa bekerja pada tanah berpasir, maka


sering tanah pasir tersebut mengalami peristiwa pencairan
(liquifaksi / liquefaction) yang dapat mengakibatkan kerusakan yang
berat.

Karakteristik liquifaksi yang terdiri dari tanah berpasir lepas


dipengaruhi oleh faktor faktor sebagai berikut :

- intensitas gempa bumi dan lamanya gempa bumi

- kerapatan pasir

- diatribusi gradasi pasir


- beban pada pasir atau tekanan bebas (confined pressure)
pasir

Metoda metoda yang digunakan

Metoda tiang pasir padat.

Metoda vibroflotasi (vibro floation method).

- pada metoda vibroflotasi , air disemprotkan kedalam


lapisan tanah dengan bantuan suatu vibrator silinder.

- air yang disemprotkan dan bergetar itu dapat memadatkan


tanah berpasir

- bersamaan dengan penyemprotan air juga dimasukkan kerikil


yang akan mengisi rongga rongga yang terjadi karena
penyemprotan air.

4. Lapisan dangkal

Ada tiga metoda utama yang digunakan untuk mengadakan


peningkatan stabilitas lapisan dangkal yaitu :

- metoda fisik : contohnya pemadatan

- metoda kimia : contohnya pencampuran atau penyuntikan


(grouting) dengansemen , kapur dll

- metoda pembekuan

MACAM-MACAM STABILISASI LAPISAN DANGKAL

A. Dengan pemadatan

pemadatan adalah merupakan metoda dasar untuk


stabilisasi tanah.

penerapan dengan metoda metoda lainpun tanpa terkecuali selalu


diikuti dengan metoda pemadatan

tujuan pemadatan tanah pada umumnya untuk :

- menaikkan kekuatan daya dukung tanah


- mepertkecil pemampatan (compressibility)

- memperkecil daya rembes air

ada dua cara untuk melakukan percobaan pemadatan yaitu :

- percobaan dilaboratorium

- percobaan dilapangan

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan


tanah ialah :

- menghamparkan bahan secara merata dan tipis

- mengatur kadar air bahan timbunan secara tepat

- memilih mesin pemadat yang sesuai untuk memadatkan


hasil yang baik

- menghindarkan lapangan pekerjaan dari penggenangan air


atau infiltrasi air hujan

B. Dengan penyesuaian gradasi

Tujuan stabilisasi dengan metoda ini adalah untuk memperoleh


stabilitas jangka panjang

Stabilisasi dengan metoda penyesuaian gradasi telah dikembangkan


terutama untuk menaikkan daya dukung lapisan dasar badan jalan
atau landasan

C. Stabilisasi dengan kapur atau semen

Kapur yang digunakan untuk stabilisasi lapisan yang dangkal,


mempunyai efek terutama pada tanah kohesif

Sedangkan semen mempunyai efek pada tanah berpasir atau kerikil


yang mengandung sedikit tanah berbutir halus

Metoda pencampuran untuk stabilisasi dengan kapur atau semen


ada 3 macam :

- metoda campuran terpusat :


tanah dicampur dengan bahan stabilisasi pada suatu tempat,
kemudian diangkut ke tempat pekerjaan. Untuk itu diperlukan
mesin penvampur

- metoda campuran dalam galian :

bahan stabilisasi dicampur dengan tanah di lubang galian tanah,


lalu diangkut ke tempat pekerjaan.

* bahan stabilisasi dapat dipancangkan kedalam tanah dalam


bentuk tiang , kemudian digali bersama sama dan dicampur

* atau bahan stabilisasi ditaburkan diatas tanah sehingga pada


penggalian terjadi pencampuran

- metoda pencampuran di tempat pekerjaan :

tanah dihamparkan di tempat pekerjaan, kemudian ditaburi bahan


stabilisasi dan dicampur atau tanah yang akan distabilisasi itu
digaruk dan dicampur dengan bahan stabilisasi

D. Stabilisasi dengan grouting

Tujuan :

- memperkuat daya dukung tanah pondasi

- membendung air rembesan

- mencegah deformasi tanah pondasi disekeliling

- memperkuat bangunan bangunan yang lama

E. Stabilisasi dengan pembekuan

Metoda ini menggunakan sekolompok pipa baja yang ditanam


dalam tanah pondasi yang disebut dengan pipa pembekuan.

Pipa pipa diisi dengan cairan bersuhu rendah, sehingga air pori
dalam tanah pondasi disekeliling pipa menjadi beku

Hasil yang diperoleh dari metoda ini sangat baik, sehingga metoda
ini dapat diterapkan sebagai tindakan sementara untuk konstruksi
terowongan dibawah dasar sungai atau kebocoran pada pipa air
minum dan pipa pembuangan kotoran

Metoda ini dapat diterapkan meskipun berada dalam keadaan


lingkungan yang sangat buruk, misalnya aliran air tanah yang besar
yang tidak dapat diselesaikan dengan metoda metoda lain

Bahan cairan dengan suhu rendah yang dimasukkan kedalam pipa


adalah :

- larutan kalsium chlorida yang didinginkan hingga mencapai


suhu 20oc s/d -30oc

- atau gas cairan bersuhu rendah , misalnya nitrogen cair


(untuk pekerjaan berskala kecil

7. STABILISASI LAPISAN LEMPUNG MENGEMBANG

Pengembangan lempung terjadi ketika kadar air bertambah dari


nilai referensinya, dan penyusutan terjadi ketika kadar air berada
dibawah nilai referensinya sampai kepada batas susut

Termasuk lempung mengembang apabila :

ll > 40 dan ip > 15

Ada beberapa prosedur untuk menstabilisasi lempung


mengembang :

- dicampur dengan kapur biasanya 2 % - 4 %

- dipadatkan pada keadaan yang lebih basah dari optimum (3 % - 4


%). Hal ini menjamin terdapatnya sruktur tanah lempung yang
cukup terpencar dan pada saat yang sama menghasilkan kepadatan
kering yang rendah. Terlihat bahwa kepadatan kering lempung
mengembang merupakan parameter yang penting

- mengontrol perubahan kadar air dari nilai referensinya (kadar air


pada saat lempung itu akhirnya digunakan sebagai pendukung
pondasi)

8. STABILISASI DENGAN BAHAN BUATAN


Menambah kekuatan/ daya dukung tanah dengan geotextile

Tanah dengan perkuatan geotextile disebut tanah yang diperkuat


(reinforced earth)

STABILISASI TANAH DENGAN SEMEN

Semen adalah perekat hidraulis bahan bangunan, artinya akan jadi perekatan
bila bercampur dengan air. Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu
klinker/terak (70% hingga 95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur,
pasir silika, pasir besi dan lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat
pengerasan) dan material ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan lain-
lain.
Jika unsur ketiga tersebut tidak lebih dari sekitar 3 % umumnya masih
memenuhi kualitas tipe 1 atau OPC (Ordinary Portland Cement). Namun bila
kandungan material ketiga lebih tinggi hingga sekitar 25% maksimum, maka semen
tersebut akan berganti tipe menjadi PCC (Portland Composite Cement).
Jenis Semen menurut Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) antara lain :
Semen Portland Putih
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
Semen Portland Pozolan
Produk ini lebih tepat digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang
memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, seperti: jembatan, jalan raya,
perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat
penuh.
Semen Portland
adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruh dunia
karena merupakan bahan dasar beton, dan plesteran semen.
Semen Portland Campur
suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari terak semen
portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat tidak bereaksi
(inert).

Semen Mansonry
Semen ini lebih tepat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan
irigasi. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, paving
block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
Semen Portland Komposit
digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan
Semen Portland Tipe I dengan kuat tekan yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi
yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland
Tipe I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan
beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus.

Semen Portland / Ordinary Portland Cement (OPC) ada 5 jenis yaitu :


1. Portland Cement Type I (Ordinary Portland Cement)
Semen portland tipe I merupakan jenis semen yang paling banyak dibutuhkan oleh
masyarakat luas dan dapat digunakan untuk seluruh aplikasi yang tidak membutuhkan
persyaratan khusus. Contohnya, ketika pemilik rumah atau tukang batu yang sedang
mengerjakan proyek atau merenovasi rumah tinggal akan membeli semen di toko
bangunan, mereka hanya menyebut semen, tanpa menyebut jenis semen apa yang
seharusnya digunakan atau cocok dengan lingkungan pemukiman mereka berada.
antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan
pacu dan jalan raya.
2. Portland Cement Type II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland Tipe II merupakan semen dengan panas hidrasi sedang atau di bawah
semen Portland Tipe I serta tahan terhadap sulfat. Semen ini cocok digunakan untuk
daerah yang memiliki cuaca dengan suhu yang cukup tinggi serta pada struktur
drainase. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti
bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan
dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.
3. Portland Cement Type III (High Early Strength Portland Cement)
Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan
untuk perbaikan bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya
perlu segera dilepas. Selain itu juga dapat dipergunakan pada daerah yang memiliki
temperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin. Kegunaan
pembuatan Jalan beton, landasan lapangan udara, bangunan tingkat tinggi, bangunan
dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
4. Portland Cement Type IV (Low Heat Of Hydration)
Tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk keperluan
konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh
karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat
ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton
masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang
dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis. Cocok digunakan untuk
daerah yang bersuhu panas.
5. Portland Cement Type V (Sulfat Resistance Cement)
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat. Cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya
mempunyai kandungan garam sulfat tinggi. Sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,dan
pembangkit tenaga nuklir.
TATA CARA PEMBUATAN RENCANA STABILISASI TANAH
DENGAN SEMEN PORTLAND

Stabilisasi tanah dengan semen adalah campuran tanah dengan semen dan
air dengan komposisi tertentu sehingga tanah tersebut mempunyai sifat lebih baik dari
tanah semula. Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan komposisi dan mutu
stabilisasi tanah dengan semen sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mencegah
kegagalan dalam pelaksanaan di lapangan dalam pekerjaan konstruksi.
Persyaratan bahan sebagai berikut :
1. Tanah
a. Semua jenis tanah cocok distabilisasi dengan semen terutama tanah yang
berbutir yaitu :
tanah laterit atau lateritis
tanah kepasiran
sirtu
b. Perencanaan campuran harus disesuaikan dengan variabilitas material di lokasi
pelaksanaan.
2. Semen
a. semen yang digunakan untuk stabilisasi umumnya adalah semen portland tipe I.
b. harus dilakukan pengujian waktu ikat awal dari semen sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk pengujian

Peralatan yang digunakan sebagai berikut :


a. alat pencampur tanah dan semen serta air di lapangan dapat digunakan salah satu dari
alat-alat berikut ini, sesuai dengan ketebalan yang direncanakan, yaitu :
alat pencampur di lapangan;
alat pencampur pupuk atau alat pertanian lainnya yang dapat digunakan alat
pencampur;
alat pembentuk permukaan tanah;
alat pencampur berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur
berjalan;
alat pencampur rotor;
manual dengan cangkul atau alat lainnya untuk pekerjaan volume kecil.
b. alat pembentuk permukaan tanah;
alat penghampar, yaitu :
truk jungkit;
(alat penyebar mekanik;
manual.
tangki air yang dilengkapi distributor untuk penyiraman selama pencampuran dan
pemadatan.
alat pemadat, yaitu :
pemadat roda karet;
pemadat roda tandem besi;
alat bantu, yaitu :
penggaruk;
sekop;
roda dorong dan alat bantu lainnya yang diperlukan

Persiapan tanah di lapangan, harus memenuhi ketentuan berikut :


1) tanah dasar yang akan distabilisasi harus bebas dari bahan organis dan lainnya yang
tidak dikehendaki;
2) kadar air tanah harus tetap pada kadar air optimumnya;
3) tanah harus gembur 80% lolos saringan ASTM No. 4;
4) tebal padat harus memperhitungkan keofisien pemadatan waktu pekerjaan
pemadatan.

Percobaan lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :


1. percobaan pencampuran minimal sepanjang 200 m;
2. homogenitas campuran di lapangan sangat tergantung dari faktor efisiensi (FE) dari
alat pencampur yang digunakan yaitu :
alat pembentuk mekanik : 40% - 50%
alat pencampur rotor : 60% - 80%
instalasi pencampur : 80% - 100%
3. kadar semen yang diperlukan di lapangan ditentukan sebagai berikut :
kuat tekan bebas sesuai dengan ketentuan yang berlaku (qu.lap);
kuat tekan bebas lapangan terkoreksi sama dengan qu.lap. pada butir (1) dibagi
dengan FE alat :
qu.koreksi = qu.lap/FE . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
jumlah kadar semen di lapangan ditentukan dan memplotkan qu.lap terkoreksi ke
dalam grafik hubungan qu.lap dengan kadar semen.
4. pencampuran dan penghamparan;
semen dihamparkan secara merata dengan cara manual atau dengan alat penyebar
mekanik sesuai Tabel di bawah ini :
Kemasan Cara menghampar semen
Kantong 40 kg Tenaga Manusia
Cangkul mekanik / sekop mekanik
Alat pencampur pupuk (alat pertanian)

Bentuk curah Alat penghampar dengan cyclone

tebal campuran di lapangan sebelum dipadatkan disesuaikan dengan yang


direncanakan dan kemampuan alat pencampur, yaitu 30 cm lepas.

Ketentuan pemadatan, sebagai berikut :


1. tebal padat setiap lapisan adalah 15 20 cm; jumlah lintasan ditentukan berdasarkan
percobaan alat; pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium;
2. bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan
sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas
bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang baru;
3. selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan semen, sebaiknya dilakukan
4. sebelum waktu ikat awal terlampaui setelah selesai pencampuran tanah dengan
semen.
Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut :
1. setelah pemadatan lapangan stabilisasi tanah dengan semen harus ditutup untuk
menghindari perubahan kadar air selama 4 hari supaya dapat berhidrasi secara
sempurna;
2. selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan semen tidak boleh
dilewati lalu lintas atau alat-alat berat.

Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan


pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan semen, yang meliputi :
1. pemeriksaan kerataan;
2. pemeriksaan penggemburan;
3. pemeriksaan pencampuran;
4. pemeriksaan kepadatan;
5. pemeriksaan ketebalan;
6. perawatan.

Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut :


1. ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan semen diperiksa pada setiap jarak 50 meter;
2. tebal pada stabilisasi dengan semen yang sudah selesai, tidak boleh kurang dari 1,25
cm dari tebal rencana.

Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan semen di lapangan,


sebagai berikut :
1. Gemburkan tanah pada lokasi yang akan distabilisasi setelah dibersihkan dari
kotoran organik;
2. hamparkan tanah yang akan distabilisasi dengan semen di atas permukaan tanah yang
telah dipersiapkan, bila tanah tersebut didatangkan dari luar;
3. campurkan semen pada tanah dengan beberapa cara sesuai Tabel 2, (Cara
Penghamparan Semen);
4. tanah dan semen diaduk sampai merata selama pengadukan dapat ditambahkan air
bila diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi
ketentuan yang berlaku (3% kadar air optimum);
5. ratakan tanah yang sudah dicampur semen sebelum mulai dengan pemadatan;
6. padatkan segera dalam waktu tidak lebih daripada waktu ikat awal setelah
pencampuran, pekerjaan akhir tiap hari di lapangan adalah pekerjaan pemadatan;
7. lakukan pemadatan sesuai dengan Bab III, sub bab 3.5;
8. lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang
lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang
tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan dari
yang rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan;
9. lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda
penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika
masih perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik;
10. lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan
memenuhi ketentuan yang berlaku;
11. usahakan supaya selama pekerjaa, konstruksi lapis permukaan tidak menjadi kering;
12. lakukan pengendalian mutu selama pelaksanaan, pengamatan kelembaban dilakukan
untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai