Anda di halaman 1dari 9

1.

PEMADATAN TANAH
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan salah satu
cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar
pada jalan, tanggul / bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk :
a) Menaikan kekuatannya.
b) Memperkecil daya rembesan airnya.
c) Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemadatan adalah sbb :

1. Tebal lapisan yang dipadatkan.

Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang akan dipadatkan, maka
diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai kepadatan tertentu maka pemadatan harus
dilaksanakan lapis demi lapis bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk
tanah lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.

2. Kadar Air Tanah.

Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air dinaikkan dengan
menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara butiran tanah sehingga mudah
dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh
kepadatan maximum, diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan
kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang dikenal dengan :

 Standard Proctor Compaction Test; dan


 Modified Compaction Test

3. Alat Pemadat

Pemilihan alat pemadat disesuaikan dengan kepadatan yang akan dicapai. Pada pelaksanaan dilapangan,
tenaga pemadat tersebut diukur dalam jumlah lintasan alat pemadat dan berat alat pemadat itu sendiri.
Alat pemadat maupun tanah yang akan dipadatkan bermacam-macan jenisnya, untuk itu pemilihan alat
pemadat harus disesuaikan dengan jenis tanah yang akan dipadatkan agar tujuan pemadatan dapat
tercapai.

2. PERALATAN PEMADATAN

a) Peralatan Mekanik

Macam-macam peralatan yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis pondasi
jalan umumnya ada dua jenis yaitu yang dilaksanakan secara mekanik darl manual dimana keduanya
diuraikan sbb :
 Three Wheel Roller.
Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam, karena jenis ini sering dipergunakan
dalam usaha-usaha pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3 buah silinder baja,
untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair
(minyak/air) ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6 s/d 12 ton.

Three Wheel Roller

 Tandem Roller
Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus. Alat ini
mempunyai 2 buah roda silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat
dilakukan dengan menambahkan zat cair.

Tandem Roller
 Pneumatik Tired Roller ( PTR ).
Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan dari roda muka dan belakang
berselang-seling sehingga bagian dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan
tergilas oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah
dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan
penggilasan bahan yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan pasir.

Pneumatik Tired Roller ( PTR ).

b) Peralatan Manual
Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia / hewan sehingga pekerjaan pemadatan
ditaksanakan lebih lambat dan hasil pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk
pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil / pedesaan dimana sulit untuk mendatangkan peralatan
pemadat mekanik karena biaya yang mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual :

 Alat Pemadat Tangan Alat


Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk menumbukkan beban tersebut
ke tanah yang akan dipadatkan.

Alat Pemadat Tangan Alat


 Alat pemadat silinder beton
Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor. Cara melakukan
pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti kerbau atau lembu dan dapat juga
mempergunakan kendaraan bermotor sebagai penariknya.

Alat pemadat silinder beton

2. STABILITAS TANAH
Stabilisasi tanah adalah suatu cara yang digunakan untuk mengubah atau memperbaiki
sifat tanah dasar sehingga diharapkan tanah dasar tersebut mutunya dapat lebih baik. Hal
tersebut dimaksudkan juga untuk dapat meningkatkan kemampuan daya dukung tanah dasar
terhadap konstruksi yang akan dibangun diatasnya. Ada beberapa metode stabilisasi tanah yang
biasanya digunakan dalam upaya untuk memperbaiki mutu tanah dasar yang kurang baik
mutunya. Metode tersebut antara lain yaitu stabilisasi mekanik. Stabilisasi mekanik ini
dimaksudkan untuk mendapatkan tanah yang bergradasi baik (well graded) sehingga tanah
dasar tersebut dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Stabilisasi dengan cara
mekanik ini biasanya dilakukan dengan cara mencampur berbagai jenis tanah, namun yang perlu
diingat adalah tanah yang diambil untuk campuran haruslah yang lokasinya berdekatan sehingga
ekonomis. Gradasi dari campuran tanah tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Sedangkan metode stabilisasi tanah yang biasa juga digunakan adalah stabilisasi
kimiawi. Stabilisasi kimiawi ini dilakukan dengan cara menambahkan stabilizing agents pada
tanah dasar yang akan ditingkatkan mutunya. Stabilizing agents ini antara lain adalah portland
cement (PC), lime, bitumen, fly ash dan lain-lain. Stabilisasi tanah dapat juga dilakukan dengan
beberapa cara pemadatan atau pemampatan di lapangan, perbaikan dengan cara perkuatan
yaitu dengan pemasangan bahan lain pada lapisan tanah (scperti geotekstil), perbaikan
permukaan tanah dengan menggunakan drainase, pencampuran lapisan dalam dan dengan cara
penurunan air tanah yaitu dilakukan dengan cara menurunkan air tanah dengan pemompaan.
Berdasarkan sistem klasifikasi dapat dibedakan adanya jenis tanah berbutir halus yang
disebut lempung. Lempung ini diklasifikasikan dengan tanah yang semua butirannya mempunyal
ukuran 2 mikron. Tanah lempung tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
tergantung pada komposisi serta mineral pembentuk butirannya. ditinjau dari mineral
pembentuk butirannya lempung dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempung non
ekspansif dan lempung ekspansif. Lempung non ekspansif yaitu lempung yang butirannya
terbentuk dari mineral non ekspansif. Sedangkan lempung ekspansif adalah lempung yang
butirannya. terbentuk oleh mineral ekspansif.
Untuk tanah yang termasuk ke dalam jenis tanah ekspansif beberapa cara stabilisasi
yang dapat dipergunakan antara lain adalah:
1) Removal dan Replacetienf Metode ini dilakukan dengan cara mencampur tanah ekspansif
dengan tanah non ekspansif, diharapkan dengan mencampur kedua jenis tanah ini dapat
memperbaiki sifat dari tanah ekspansif. Tinggi dari timbunan tanah non ekspansif harus
tepat agar didapat kekuatan yang diinginkan. Tidak ada petunjuk yang tepat berapa tinggi
timbunan tanah tersebut tetapi Chen (1988) merekomondasikan antara 1 m sampai
dengan 1,3 m.
Keuntungan dari metode ini adalah : Tanah non ekspansif yang dicampurkan mempunyai
sifat density yang lebih besar dan daya dukung besar sehingga dapat memperbaiki tanah
ekspansif yang mempunyai nilai density yang rendah. Biaya dari metode ini lebih
ekonomis dari metode stabilisasi tanah ekspansif lainnya, karena metode ini tidak
membutuhkan peralatan konstruksi yang mahal.
Kerugian dari metode ini adalah ketebalan dari tanah ekspansif yang telah dicampur
dengan tanah non ekspansif akan menjadi lebih tebal sehingga memungkinkan tidak
sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan.
2) Remolding dan Compaction
Swelling potential dari tanah ekspansif dapat diperbaiki dengan cara merubah nilai density
tanah tersebut (Holtz, 1959). Metode ini menunjukkan bahwa pemadatan pada nilai
density yang rendah dan pada kadar air dibawah kadar optimum yang terlihat pada test
Standart Proctor dapat mengakibatkan lebih sedikit swelling potential dari pada
pemadatan pada nilai density, yang tinggi dan kadar air yang lebih rendah.
3) Chemical Admixtures
a. Stabilisasi tanah dengan kapur Stabilisasi tanah dengan kapur telah banyak
digunakan pada proyekproyek jalan di banyak negara. Untuk hasil optimum
kapur yang digunakan biasanya antara 3% sampai dengan 7%. Thomson
(1968) menemukan bahwa dengan kadar kapur antara 5% sampai dengan 7%
akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar daripada kadar kapur 3%.
b. Stabilisasi tanah dengan semen Hasil yang didapat dengan stabilisasi tanah
dengan semen hampir sama dengan stabiisasi tanah dengan kapur. Menurut
Chen (1988) dengan menambahkan semen pada tanah akan dapat
meningkatkan shrinkage limit dan shear strength.
c. Stabilisasi tanah dengan fly ash Fly ash dapat juga dipergunakan sebagai
stabilizing agents karena apabila dicampur dengan tanah akan terjadi reaksi
pozzolonic, Pada tanah lunak kapur yang akan dicampur fly ash dengan
perbandingan I banding 2. terbukti dapat meningkatkan daya dukung tanah
(Woods et.al., 1960).

3. METODE PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH

Pekerjaan Pemindahan Tanah dan Pemadatan (Mekanis)


a. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pekerjaan galian tanah (tidak termasuk beli tanah), angkut ke lokasi dan
pemadatan sesuai dengan gambar rencana.
b. Persiapan Pekerjaan
 Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule,
peralatan, personil kerja pekerjaan dimulai.
 Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan.
 Menempatkan alat dekat dengan tempat pekerjaan yang akan dikerjakan
seperti excavator dan lainnya.
 Menyiapkan peralatan K3.
 Menyiapakan desain kerja

c. Metode Pelaksanaan
 Menyiapkan lokasi pekerjaan dan peralatan kerja.
 Pekerjaan penggalian dilakukan dengan alat berat excavator
 Setelah pekerjaan galian dilakukan pengangkutan tanah ke lokasi
 Penghamparan material galian di lokasi pekerjaan menggunakan alat berat.
 Selanjutnya pekerjaan pemadatan dilakukan menggunakan alat berat sesuai
dengan gambar kerja.

d. Kebutuhan Bahan, Alat.


Bahan :
 Sirtu (Tergantung Spesifikasi)

Alat :

 Excavator
 Stamper / Vibrator Roller
 Alat bantu lainnya
e. Flow Chart
Review Jurnal

No Topic Author Publisher Result Strength Weakness Novelty


1. Compaction Chao Xu, ASCE,2013 The cone penetration data Thevibration theimprove
of Subgrade Ph.D.1; indicated that significant monitoring data mentofthe
by High- Zhong- improvement in soil suggested that the propertieso
Energy qing propertieswasmeasuredupto IR compaction with ftheverysof
Impact Chen2; adepthof4mafter20to25pass 12-t impact t silty clay
Rollers on Jun-shi Li, esofcompaction modulewould not at the
an Airport Ph.D.3; cause damage to depth of 1–
Runway and buildings at a 2 m was
Yuan- distance of 9.5 m limited
yuan away from the
Xiao4 boundary of the
compaction path
2. COMPACTI Kenneth ASCE, 2013 the results of this study it The study indicates
ON GROUT: Ivanetich was determined that a substantial ground
A CASE 1A.M. definite potential for failure effects on
HISTORY OF ASCE, liquefaction during a design the west side of the
SEISMIC Francis level earthquake (Magnitude Laurel Street
RETROFIT Gularte 2 8.0) existed. This could result Bridge and both
M. ASCE, in lateral spreading, sand boils and
and differential settlement, and ground cracking in
Becky axial and lateral support the areas north and
Dees 3 failure of the existing pile south of the
A.M. foundation eastern abutment.
ASCE

DAFTAR PUSTAKA
http://materialproyeku.blogspot.co.id/2016/10/metode-pekerjaan-pemidahan-tanah-dan.html

file:///F:/Tugas/Stabilasi%20Tanah%20(httpeprints.undip.ac.id3466961731_CHAPTER_II.pdf).pdf

https://www.ilmutekniksipil.com/perkerasan-jalan-raya/pemadatan

Anda mungkin juga menyukai