Anda di halaman 1dari 6

Soal Ujian 1

PROJECT PARTIES DECISION


Project PT Jasa Marga PT Bangun Tjipta Sarana Pihak Termohon harus membayar
Perjanjian Kerjasama Investasi sebesar IDR 113.160.713.901,-
dan Pembangunan Jalan Tol
Cikampek-Cibitung
Termohon Pemohon
Contract Arbitration
Akta Perjanjian Kerjasama Bagi
BANI
Hasil no. 109
October 16, 1992
Decision No.880/VIII/ARB-BANI/2016 Dated 13 Juni 2017

MEN GA DI LI
PT Jasa Marga PT Bangun Tjipta Sarana Badan Arbitrase Nasional
dalam Eksepsi
Indonesia (BANI)
Menolak Eksepsi Termohon I;
Pemohon Termohon I Termohon II
District Court Dalam Pokok Perkara
East Jakarta 1. Menolak Permohonan
Pemohon;
2. Menghukum Pemohon untuk
membayar biaya perkara yang
Decision No.299/Pdt.G/ARB/2017/PN.Jkt.Tim Dated 10 Oktober 2017
hingga kini ditaksir sebesar
Rp.416.000,- (empat ratus enam
belas ribu rupiah).
PT Jasa Marga PT Bangun Tjipta Sarana Badan Arbitrase Nasional M E N G A D I L I:
Indonesia (BANI) 1. Menyatakan permohonan dari
Pemohon Termohon I Termohon II Pemohon PT JASA MARGA
Supreme Court (PERSERO), Tbk., tersebut tidak
Indonesia dapat diterima;
2. Menghukum Pemohon dahulu
Pemohon Pembatalan untuk
membayar biaya perkara
Decision No.211 B/Pdt.Sus-Arbt/2018 Dated 25 January 2018
ditetapkan sebesar Rp500.000,-
(lima ratus ribu rupiah);
1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Tol Cikampek – Cibitung
2. Nilai Proyek : Pada saat pembangunan (1989-1994) IDR 78 Milyar
3. Tuntutan yang disampaikan :
Mengenai ketidakadilan pembagian bagi hasil pada investasi
dan pembangunan proyek jalan tol Cikampek-Cibitung.
4. Nilai Tuntutan :
Rp113.160.713.901,00 (seratus tiga belas milyar seratus enam
puluh juta tujuh ratus tiga belas ribu sembilan ratus
saturupiah), dengan rincian sebagai berikut:
a) Untuk pembayaran porsi hak Pemohon (PT Bangun
Tjipta Sarana) terhitung dari tanggal 30 Juli 1999
sampai dengan 30 April 2016 sebesar
Rp105.979.015.880,00 (seratus lima milyar sembilan
ratus tujuh puluh sembilan juta lima belas ribu delapan
ratus delapan puluh rupiah);
b) Untuk pembayaran porsi hak Pemohon terhitung dari
tanggal 1 Mei 2016 sampai dengan 15 September 2016
sebesar Rp2.372.664.534,00 (dua milyar tiga ratus
tujuh puluh dua juta enam ratus enam puluh empat
ribu lima ratus tiga puluh empat rupiah);
c) Untuk pembayaran bunga yang dikenakan terhitung
tanggal 16 September 2016 sampai dengan tanggal 13
Juni 2017 sebesar Rp4.809.033.478,00 (empat milyar
delapan ratus sembilan juta tiga puluh tiga ribu empat
ratus delapan puluh tujuh rupiah);
5. Putusan Mahkamah Agung : Menolak permohonan Pemohon (PT Jasa Marga) dalam
upaya kasasi, sedangkan yang dimohonkan adalah sebagai berikut;
1. Menerima permohonan banding/kasasi yang diajukan oleh
Pembanding (d.h. Pemohon);
2. Membatalkan Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Timur Nomor 299/Pdt.G.Arb/2017/PN.Jkt.Tim.,
tertanggal 10 Oktober 2017;
3. Mengabulkan permohonan Pembatalan Putusan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia Nomor 880/VIII/ARB-
BANI/2016, tertanggal 13 Juni 2017 untuk seluruhnya;
4. Menyatakan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Nomor 880/VIII/ARB-BANI/2016 tanggal 13 Juni 2017 tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat;
5. Membatalkan Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Nomor 880/VIII/ARB-BANI/2016, tanggal 13 Juni 2017
berikut segala akibat hukumnya;
6. Memerintahkan Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Timur
untuk mencoret Putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
Nomor 880/VIII/ARB-BANI/2016, tanggal 13 Juni 2017 dari
Register Pendaftaran Putusan Arbitrase di Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, dan;
7. Menghukum Termohon I dan Termohon II untuk membayar
seluruh biaya perkara ini;
Dengan menyatakan : M E N G A D I L I:

1. Menyatakan permohonan dari Pemohon PT JASA MARGA (PERSERO), Tbk., tersebut tidak dapat
diterima;

2. Menghukum Pemohon dahulu Pemohon Pembatalan untuk membayar biaya perkara ditetapkan
sebesar Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

Pendapat saya mengenai kasus ini saya setuju dengan putusan Majelis Hakim karena bahwa
menimbang sebagaimana penjelasan Pasal 72 ayat (4) Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa ditentukan bahwa yang dimaksud dengan “banding”
adalah hanya terhadap Pembatalan Putusan Arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999, hal ini dikuatkan pula dengan Hasil Rumusan Kamar Perdata Tahun 2016
(SEMA Nomor 4 Tahun 2016), maka oleh karena Putusan Pengadilan Negeri berupa menolak pembatalan
Putusan Arbitrase, sehingga tidak dapat diajukan upaya hukum “banding” (kasasi) ke Mahkamah Agung,
oleh karenanya permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvakelijk
Verklaard).

Akan tetapi seiiring dengan kecenderungan terjadinya sengketa di proyek konstruksi, mengingat
kontrak konstruksi bersifat dinamis dan berbeda dengan kontrak-kontrak yang lain, saya rasa perlu
dipikirkan lagi pembentukan institusi yang dapat menjembatani sengketa-sengketa proyek konstruksi,
karena terkadang masalah sengketa yang telah dibawa ke arbitrase pun terkadang diselesaikan
melalui jalur litigasi yang di tangani oleh bukan ahli bidang konstruksi sehingga menghasilkan
putusan yang kurang adil.

Oleh karena itu perlu dibentuk dewan sengketa pada setiap pekerjaan konstruksi terutama
pada pekerjaan proyek-proyek dibawah Kementerian PUPR.
Soal Ujian 2

Jika perpanjangan waktu 21 hari tersebut dikarenakan keterlambatan dari pihak kontraktor, maka
kontraktor tidak mendapat bonus atas 21 hari tersebut.

Sebaliknya apabila keterlambatan waktu pekerjaan tersebut berasal dari owner, tentunya kontraktor
berhak untuk mendapatkan bonus 21 hari tersebut.

Sedangkan apabila keterlambatan dari kedua belah pihak, maka kontraktor hanya mendapat
perpanjangan waktu saja dan hanya mendapat bonus 10 hari saja, sedangkan untuk masa 21 hari
tersebut tidak dihitung.

Berdasarkan Sub-Klausula 8.4 Fidic Red Book disebutkan “Apabila Kontraktor menganggap dirinya
berhak atas perpanjangan waktu penyelesaian, Kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan kepada
Enjinir berdasarkan Sub-klausula 20.1 [Klaim oleh Kontraktor]. Ketika menentukan perpanjangan waktu
berdasarkan Sub-Klausula 20.1, Enjinir harus meninjau penetapan sebelumnya dan boleh menambah
tetapi tidak boleh mengurangi perpanjangan waktu secara keseluruhan.

Kontraktor hanya berhak menerima pembayaran atas bagian klaim yang mampu dibuktikan.

Apabila salah satu pihak terdapat rasa ketidakadilan atas penolakan Enjinir, maka dapat merujuk ke
Dewan Sengketa sesuai dengan Sub-Klausula 20.4

Soal Ujian 3

Tidak ada yang dapat diklaim oleh kontraktor, karena kontrak untuk pekerjaan bangunan baru memiliki
kekuatan dan tanggal dimulainya pekerjaan disetujui, “28 hari setelah diterbitkannya Sertifikat Serah
Terima Pekerjaan Tanah Dan Pondasi”

Justru kontraktor harus membayar denda atas keterlambatan pekerjaan dikontrak 1 sebesar 0,5%
perminggu X 4 minggu, atau 2 % dari harga kontrak.
JAWABAN SOAL UJIAN
ASPEK HUKUM DAN ADMINISTRASI KONTRAK

OLEH

CHANDRA FANY ABDILLAH

NIM : 55717120007

DOSEN : PROF. F. SARWONO HARDJOMULJADI, Dr., M.Sc., M.H

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2018

Anda mungkin juga menyukai