Anda di halaman 1dari 12

Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) Adalah

seputar teknik sipil November 19, 2017

Secara umum setiap proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan atau schedule
dalam tahapan phase perencanaan, secara singkat penjadwalan atau schedule
konstruksi merupakan suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu
pelaksanaan item pekerjaan serta alokasi sumber daya yang akan digunakan,
dikenal dengan istilah “man power, material, equipment” atau dalam Bahasa
Indonesia disebut “tenaga manusia, material dan peralatan” selama proses
konstruksi.
Time schedule atau project schedule dibuat oleh project manager untuk mengatur
manusia di dalam proyek dan menunjukan kepada organisasi bagaimana
pekerjaan proyek tersebut akan dilaksanakan. Setiap proyek membutuhkan Time
schedule dan ini merupakan alat untuk memantau bagi project manager/site
manager apakah proyek dan tim masih terkendali atau tidak.

Project schedule berbentuk kalender yang dihunbungkan, sebelum jadwal dibuat


WBS harus terlebih dahulu ada, jika tidak ada maka jadwal tersebut akan terkesan
semrawut atau mengada-ada.

Definisi Time Schedule


Jadwal pelaksanaan (Time Schedule) adalah suatu alat pengendalian prestasi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut
berjalan dengan lancar.
Contoh Schedule Proyek

Fungsi Time Schedule


1) Sebagai pedoman kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai
pedoman direksi untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai
jadwal atau tidak.
2) Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
3) Sebagai pedoman untuk mengatur kecepatan suatu pekerjaan.
4) Untuk menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu
pelaksanaan.
5) Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan dalam jangka waktu tertentu,
serta untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan macam peralatan,
serta material yang digunakan.

Jenis Time Schedule


Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen penjadwalan
yang biasa digunakan baik untuk proyek yang berskala kecil sampai yang besar
baik yang bersifat formal maupun non formal. Secara umum dalam proyek
konstruksi sering kita temukan jenis penjadwalan atau schedule berupa
penjadwalan diagram batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi
memproyeksikan kemajuan progres bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan.
Namun jika dikaji secara luas model penjadwalan memiliki beberapa jenis dan
fungsi yang dapat digunakan dalam proses perencanaan maupun selama proses
konstruksi berlangsung, Ada beberapa bentuk time schedule dalam proyek
konstruksi, diantaranya:

1) Schedule Waktu Tertentu


Schedule waktu tertentu seperti Schedule harian, schedule mingguan, bulanan,
tahunan.

2) Bar chart
Sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom
arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah
kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh
panjangnya diagram batang.

3) Curve-S
Sebuah jadal pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk table dan bagan
menyerupai huru S. Model penjadwalan semacam ini berupa penjadwalan yang
berfungsi untuk memberikan informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan
index dari 0 – 100% berdasarkan waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan
kedua sumbu tersebut membentuk kurva yang berbentuk S. Curve-S umumnya
berguna dalam memonitoring kemajuan pekerjaan dalam pelaksanan konstruksi
guna bermanfaat dalam memberikan bukti laporan atas proses administrasi
pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan kemajuan proyek yang
telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu pelaksanaan
proyek apakah proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan atau
keterlambatan/varian Curve-S.

4) Gantt Chart
Berupa model penjadwalan atau schedule yang memproyeksikan item
pekerjaan/pada sumbu y terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model
diagram batang/Gantt secara horizontal sepanjang waktu total penjadwalan pada
sumbu x/durasi proyek. Model penjadwalan ini berfungsi memberikan informasi
urutan item pekerjaan yang akan dikerjakan secara sistematis dan juga dapat
memberikan informasi berupa kemajuan proyek berdasarkan jadwal rencana dan
aktual selama proses konstruksi dan tidak memberikan informasi lainnya seperti
kinerja biaya, jalur kritis dan bobot pekerjaan.

5) Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA)


Model penjadwalan atau schedule semacam ini pada dasarnya merupakan
instrumen pengukuran kinerja/performance nilai hasil terhadap waktu dan biaya
suatu proyek khusunya di bidang konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM
yaitu:

a) Budgeting Cost Work Performance (BCWP)/Earned Value (EV)


Yaitu nilai hasil bobot pekerjaan aktual di lapangan dikalikan dengan harga satuan
pekerjaan pada setiap item pekerjaan yang telah dikerjakan.

b) Actual Cost Work Performance (ACWP)


Merupakan parameter yang menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan
pada suatu pekerjaan sampai periode dilakukannya evaluasi kinerja.

c) Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned Value/PV


Parameter yang menunjukkan rencana biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan
perencanaan schedule yang dibuat.

Pemodelan penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat


penyimpangan/varians waktu dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya
serta dapat digunakan dalam meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek
secara keseluruhan berdasarkan index kinerja proyek yang telah dikerjakan
sampai pada saat proyek dievaluasi. Earned Value Management (EVM)/Earned
Value Analysis (EVA).

6) Network Planning/Jaringan Kerja


Jadwal kegiatan pekerjaan berbentuk diagram network, model Ini digunakan
dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah inormasi mengenai
kegiatan kegiatan yang ada didalam proyek yang bersangkutan merupakan model
instrumen pengukuran jadwal proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja
untuk mendeteksi item pekerjaan yang berada pada jalur kritis maupun untuk
mengetahui waktu detail pekerjaan yaitu dapat menentukan waktu yang paling
cepat atau Early Time dan waktu paling lama atau Latest Time untuk dikerjakan
dan waktu selesainya pada setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Model jaringan kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram
Method (PDM) dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model
jaringan kerja tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan
misalnya untuk metode PERT lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru
dimana waktu estimasi penjadwalannya masih belum pasti dimana perobabilitas
waktu pelaksanaannya dapat lebih cepat ataupun lama.

7) Resources Scheduled Distribution


Model penjadwalan ini merupakan uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana
dalam penjadwalan ini hanya berfokus pada sumber daya yang akan dijadwalkan
selama proses konstruksi baik distribusi jadwal tenaga kerja, material dan
peralatan proyek. Fungsi dari model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan
informasi target alokasi sumber daya berdasarkan jumlah yang akan
direncanakan/digunakan pada periode pelaksanaan proyek, sehingga dapat
mencegah terjadinya keterlambatan waktu alokasi sumber daya proyek di
lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek secara
keseluruhan.

Pembuatan Time Schedule


Pembuatan jadwal pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan beberapa
faktor:

1) Kondisi Atau Keadaan Lapangan


Seperti memantau kondisi di lapangan, mempelajari medan yang akan dibangun
untuk proyek konstrusi tersebut atau Penelitian dilapangan, sehingga didapat
data-data yang diperlukan dalam pelaksanaan.

2) Metode Pelaksanaan
Spesifikasi pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan
mutu pekerjaan yang diperlukan dan Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan
proyek.

3) Sumber Daya Manusia (SDM)


Kemampuan dan keahlian yang dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh
pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

4) Perkiraan Iklim Dan Cuaca


Faktor cuaca juga mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran
berjalan kurang baik karena adanya hujan.

5) Jenis Pekerjaan Dan Spesifikasi Teknis


Seperti jenis pekerjaan penggalian, pengecoran atau pekerjaan akan dimulainya
proyek, apakah jalan akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah lokasi
proyek di tengah hutan dan mempertimbangkan terlebih dahulu pekerjaan
penebasan pohon, land clearing atau pemindahan tanah.

6) Batasan Yang Ditentukan.


Daerah dimana pekerjaan kontruksi tersebut memiliki batas yang jelas pada suatu
wilayah dan abash secara hukum.

7) Peraturan Pemerintah Daerah


Peraturan yang dibuat dari pemda setempat karena daerah tersebut berkaitan
dengan budaya atau adat dan ijin lahan dan sebagainya yang menjadi acuan
dasar untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.

Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik
dibutuhkan:

Gambar kerja proyek Data lokasi proyek berada

Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek Bill of Quantity (BQ) atau daftar vol
Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek. Data jenis transportasi yang dapa
lokasi proyek.

Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan Data kebutuhan tenaga kerja dan
masing-masing item pekerjaan. kerja yang di butuhkan untuk meny

Data sumberdaya meliputi material, peralatan, sub Data sumber daya material, pera
kontraktor yang tersedia disekitar lokasi pekerjaan proyek yang harus didatangkan ke lokasi p
berlangsung.

Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara Data kapasitas prosduksi meliputi p
pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran sub kontraktor, material.
progress dan lain-lain

Kriteria Estimator
Penjadwalan atau schedule suatu proyek konstruksi selayaknya harus
direncanakan secara matang dan optimal guna menghindari terjadinya
keterlambatan waktu proyek/overun scheduled serta dampak-dampak buruk
lainnya.

Suatu perencanaan penjadwalan atau schedule proyek konstruksi yang baik


ditentukan oleh beberapa faktor penentu khususnya ditujukan bagi seorang
estimator schedule, diantaranya:

1) Kemampuan dalam mengestimasi waktu alokasi sumber daya (peralatan, material


dan man power) yang akan dialokasikan selama proyek konstruksi berlangsung.
Hal ini penting mengingat seringnya terjadi penyimpangan waktu transportasi
sumber daya selama proses konstruksi misalnya yang paling sering terjadi yaitu
keterlambatan dalam pengiriman material ke lokasi proyek yang tentunya akan
berpengaruh secara langsung terhadap durasi total pelaksanaan proyek yang
telah direncanakan terlebih jika keterlambatan tersebut berada pada jalur
kritis/Critical Path.

2) Keteraturan yang sistematis dan runtun dalam tahapan perencanaan pelaksanaan


pekerjaan konstruksi, misalnya urutan sistematis item pekerjaan mulai dari tahap
awal sampai akhir yang berurutan dan logis sesuai dengan kondisi serta
perencanaan alokasi sumber daya saat proyek konstruksi berlangsung. Hal ini
juga ditentukan dari tingkat pengalaman seorang estimator scheduled dalam
penjadwalan suatu proyek yang akan dilaksanakan.

3) Kemampuan estimasi lama durasi waktu pelaksanaan pada suatu item pekerjaan
juga menentukan tingkat keberhasilan perencanaan penjadwalan suatu proyek
konstruksi dimana pada faktor ini diperlukan analisis terhadap besar produktivitas
sumber daya yang akan digunakan misalnya produktivitas tenaga kerja/man
power dan peralatan/equipment terhadap volume total pekerjaan yang akan
dikerjakan. Bahkan dalam hal ini seorang estimator dapat secara langsung
menentukan nilai durasi waktu pelaksanaan berdasarkan pengalaman empiris
yang biasa terjadi di lapangan.

Produktivitas Resources:
Kapasitas Volume / Waktu Kerja Resources (Cycle Time)

Total Durasi Waktu:


Volume Total / (Jumlah Resources x Produktivitas Resources)

4) Kemampuan estimasi terhadap hal-hal yang mungkin dapat terjadi diluar


perencanaan selama proses konstruksi berlangsung. Ini juga menjadi faktor
tambahan yang setidaknya harus dimiliki oleh seorang estimator schedule dalam
memprediksi durasi suatu item pekerjaan. Hal tersebut bisa berasal dari faktor
internal maupun eksternal misalnya faktor cuaca, kerusakan peralatan, timbulnya
kecelakaan kerja, masalah sosial, timbulnya klaim, dan sebagainya.

Namun yang paling penting yaitu keahlian dan pengalaman seorang estimator
schedule dalam menganalisis perencanaan penjadwalan proyek secara optimal
serta pada proses monitoring dan pengendaliannya. Hal ini dikarenakan pada
phase planning/perencanaan suatu proyek harus dilakukan dengan matang
sehingga sekurang-kurangnya dapat menekan tingkat risiko potensi penyebab
keterlambatan khususnya pada saat phase pelaksanaan konstruksi dengan tingkat
kompleksitas yang tinggi. Dari paparan berbagai strategi dan model penjadwalan
suatu proyek konstruksi di atas kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang
berkecimpung dalam bidang industri konstruksi. Beberapa hal perlu diperhatikan
ketika membuat project schedule, seperti:

1) Alokasi Resource Pada Pekerjaan


Resource bisa berupa berbagai hal seperti manusia, barang, peralatan computer
dan proyektor, tempat ruang rapat, misalnya atau layanan seperti training atau tim
pendukung out source yang dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas.
Bagaimanapun juga resource yang utama adalah manusia. Pertama, project
manager akan mengalokasikan orang-orang tertentu untuk suatu
pekerjaan. Kemudian, selama pekerjaan tersebut berlangsung, orang tersebut
mungkin menjadi terlalu sibuk sehingga tidak bisa dialokasikan untuk pekerjaan
lainnya. Perhatikan bahwa pemilihan pelaku perlu disesuaikan dengan
kemampuan dan beragai hal lain karena ada pekerjaan yang dapat dilakukan oleh
siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat dikerjakan oleh satu atau
beberapa orang saja.

2) Identifikasikan Setiap Ketergantungan


Sebuah pekerjaan disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan aktivitas,
resource atau work product yang dihasilkan pekerjaan/aktivitas
lain. Contoh: test plan tidak mungkin dilaksanakan selama software belum
ditulis, program baru dapat ditulis setelah class atau modul dibuat dan
dideskripsikan pada tahapan desain. Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi
nomor, dengan angka tersebut bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya.
Berikut ini adalah sedikit gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi
tergantung pada pekerjaan lainnya.
3) Buat Jadwalnya
Tiap pekerjaan juga memiliki jangka waktu pekerjaan. Dengan demikian jadwal
bisa dibuat, contoh: Tiap pekerjaan ditunjukkan dengan kotak, sedangkan
ketergantungan antar pekerjaan ditunjukkan dengan gambar panah. Kotak hitam
berbentuk wajik antara D dan E (pada gambar di atas) disebut milestone atau
pekerjaan tanpa durasi. Milestone digunakan untukmenunjukkan kejadian penting
pada jadwal. Sedangkan kotak hitam panjang antara C danD yang juga
mengandung potongan wajik menunjukkan summary task atau dua subpekerjaan
yang memiliki induk yang sama. Jadwal bisa dibuat dalam bentuk Gantt Chart,
PERT atau diagram semacamnya Contoh Gantt Chart yang dibuat dengan sebuah
tool manajemen proyek.

Risk Plan
Risk plan adalah daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek
berlangsung dan bagaimana menangani terjadinya resiko
tersebut. Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah musuh semua rencana,
termasuk rencana proyek. Terkadang ada saja waktu-waktu yang tidak
menyenangkan bagi proyek, banyak kesulitan terjadi misalnya suatu resource
tiba-tiba tidak tersedia. Oleh karenanya risk plan adalah persiapan terbaik
menghadapi ketidakpastian. Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan untuk
mendapatkan Risk Plan:

1) Pembahasan Resiko Potensial


Project manager akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan
masalah-masalah yang mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk
mengemukakan resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan
menuliskannya di papan tulis setiap ada yang mengemukakan pendapat yang
relevan. Sedikit pendapat mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian
berlanjut dengan tanggapan yang susul-menyusul hingga akhirnya suasana
mendingin sampai akhirnya pendapat terakhir diutarakan.
Resiko yang dimaksud disini adalah resiko spesifik. Jika suatu resiko dirasa
belum spesifik maka project manager akan memancing agar permasalahan
disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah yang baik lainnya adah
asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision and Scope dan melakukan
estimasi dengan metode Wideband Dephi.

2) Estimasi Dan Resiko/Masalah


Tim akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 masalah
dengan resiko kecil hingga 5 masalah dengan resiko besar, kemungkinan
munculnya besar, mungkin menghabiskan biaya besar dan sulit untuk
membereskannya.

3) Buat Sebuah Risk Plan


Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi
masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai lima.
Penjadwalan Proyek PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan
untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian
pekerjaan yang ada didalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan
Program Evalution Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan
oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur
programmisil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada waktu
bersamaan yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau
Critical Path Method.

- Karakteristik Pert
Dari langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu
karakteristik dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis
ini maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat
diminimalisasi.

Ciri-ciri jalur kritis adalah:


a) Jalur yang biasanya memakan waktu terpanjang dalam suatu proses.
b) Jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan
dengan
c) mulainya suatu tahap kegiatan berikutnya.
d) Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan sifat kritis dari jalur kritis.

- Karakteristik proyek
a) Kegiatannya dibatasi oleh waktu sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan
berakhirnya.
b) Dibatasi oleh biaya.
c) Dibatasi oleh kualitas.
d) Biasanya tidak berulang-ulang.

- Manfaat Pert
a) Mengetahui ketergantungan dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu
proyek.
b) Dapat mengetahui implikasi dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
c) Dapat mengetahui kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik
untukkelancaran proyek.
d) Dapat mengetahui kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur
kegiatan.
e) Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.

Sekian untuk pembahasan dalam materi manajemen konstruksi mengenai time


schedule dan hal hal lain yang berkaitan semoga memberikan manfaat lebih bagi
pembaca. Sekian dan Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai