Di susun oleh :
Fakultas Hukum
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “pengawasan pertambangan
di Indonesia” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari teman kelompok
saya yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR……………………………………………….....……...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...……….ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………...……1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….3
A. Kesimpulan……………………………………………………………..18
B. Saran……………………………………………………………………..19
C. Referensi………………………………………………………………...19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Pengawasan ditujukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran
sekaligus untuk menghentikan lebih dini adanya pelanggaran agar
terhindar akibat yang lebih buruk. Izin Usaha Pertambangan merupakan
dasar bagi pelaku tambang untuk melakukan aktivitas penambangan,
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara merumuskan bahwa Izin Usaha
Pertambangan (IUP) adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan. Izin Usaha Pertambangan tersebut terdiri dari dua tahap
yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Terkait dengan
pengawasan dalam kegiatan pertambangan, hal tersebut diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pertambangan serta pengawasanya
2. Bagaimana Pengawasan kegiatan tambang di Indonesia
1
Bambang Sunggono, 2017, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 112
2
3. Bagaimana Pengawasan Pemerintah Atas Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Yang Telah Memiliki IUP
4. Bagaimana Pengelolaan peraturan pengawasan
pertambangan di Indonesia
5. Apa Penggolongan dan wilayah pertambangan di Indonesia
6. Bagaimana Tujuan dari Pengawasan pertambangan
7. Bagaimana Kewenangan Pemerintah Daerah terhadap
Kegiatan Usaha Pertambangan
8. Jelaskan Bagaimana Regulasi yang Mengatur Mengenai
Bisnis Pertambangan
C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian dari pengawasan pertambangan
yang ada di Indonesia
2. Mendeskripsikan Bagaimana Pengawasan kegiatan tambang
yang ada di Indonesia
3. Menjelaskan Pengawasan Pemerintah Atas Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Yang Telah Memiliki IUP
4. Menjelaskan Bagaimana Pengelolaan peraturan pengawasan
pertambangan di Indonesia
5. Mendeskripsikan Apa Penggolongan dan wilayah
pertambangan di Indonesia
6. Menjelaskan Bagaimana Tujuan dari Pengawasan
pertambangan
7. Menjelaskan Kewenangan Pemerintah Daerah terhadap
Kegiatan Usaha Pertambangan
8. Mendeskripsikan Bagaimana Regulasi dalam Mengatur Bisnis
Pertambangan
BAB II
3
PEMBAHASAN
2
Oinisia meichelin (dkk), pengawasan dlh terhadap kegiatan
pertambangan bauksit sebagai upaya pengendalian kerusakan lingkungan
di kabupaten sanggau, 21 (Jan), 2019 hal 1-2
4
tidak memunculkan permasalahan tersebut, hanya saja dalam
praktek tidak sedikit perusahaan tambang yang tetap dikritik oleh
masyarakat, dan/atau menimbulkan persoalan lingkungan.
Menurut Badan Pusat Statistik, pertambangan adalah suatu
kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai
ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun
manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di
bawah permukaan air.
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan
pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai
kegiatan suatu kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pasal 43 Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan
Mineral dan Batubara kemudian menjelaskan pengawasan
penyelenggaraan pengelolaan usaha tambang
Dengan demikian, pengawasan pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah terdiri dari pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggara urusan pemerintah pusat di daerah. Hal
ini sebagai landasan bagi pemerintah pusat dalam melaksanakan
kontrol terhadap urusan pemerintahan di daerah serta pembinaan
atas aktivitas pemerintah daerah dalam mengurus daerahnya.3
3
Fachriadi Nandar, 2021, pengawasan terhadap kegiatan pertambangan
batuan di kabupaten bone, Hal 10-12
5
Usaha Pertambangan (WUP) adalah bagian dari wilayah
pertambangan yang telah memiliki ketersediaan data, potensi
dan/atau informasi geologi. Penetapan WUP pada prinsipnya
merupakan kewenangan dari pemerintah melalui Menteri ESDM.
Pemerintah dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada
pemerintah provinsi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Pemerintah Pusat di dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 memiliki kapasitas berupa tanggung jawab mengatur
Penetepan kebijakan dan Tahun Usaha Tahun Dan pengaturan,
Penerapan Standard dan Pedoman, Penetapan Kriteria pembagian
Urusan Pusat dan Daerah, Tanggung jawab pengelolaan Minerba
berdampak nasional dan Lintas Provinsi, kemudian Pemerintah
Provinsi mempunyai tanggung jawab pengelolaan lintas kabupaten
yang ber- dampak regional. Sedangkan kewenangan Kabupaten
berfungsi untuk pengelolaan di wilayah kabupaten Kota dalam ini
kewenangan Kabupaten Kota masih cukup kuat dalam pengelolaan
dan kebijakan Sumber Daya Alam.
Adanya Undang-Undang No 23 Tahun 2014, yang terbit
pada tanggal 2 Oktober 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memiliki pandangan dan semangat penyelenggaran kewenangan
pemerintahan terkait pengelolaan Sumber Daya Alam, yang
didalam nya termasuk di bidang pertambangan Minerba.
Pengaturan tentang usaha pertambangan di dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengalami perubahan yang cukup
signifikan yang mana pada Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009
yang semula Pemerintah Kabupaten memiliki wewenang dalam
hal pengelolaan pertambangan di wilayahnya, kemudian dengan
6
adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 secara langsung
kewenangan dan kebijakan Kabupaten Kota.4
7
c. Keuangan
d. Pengolahan data mineral dan batubara Pengawasan
dilakukan oleh pejabat pengawas yang ditunjuk oleh
menteri, gubernur, atau bupati/walikota terhadap
kegiatan perolehan, pengadministrasian, pengolahan,
penataan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan
data dan/atau informasi.
e. Konservasi sumber daya mineral dan batubara
f. Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Tambang
berkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan yang
meliputi :
1) Keselamatan kerja, yang antara lain terdiri atas :
manajemen risiko; program keselamatan kerja antara
lain, pencegahan kecelakan, peledakan, kebakaran, dan
kejadian lain yang berbahaya; pelatihan dan pendidikan
keselamatan kerja; administrasi keselamatan kerja;
manajemen keadaan darurat; inspeksi keselamatan kerja;
serta pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
2) Kesehatan kerja, yang antara lain terdiri atas program
kesehatan pekerja/buruh yang meliputi, pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja, pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja, pertolongan pertama
pada kecelakaan, serta pelatihan dan pendidikan
kesehatan kerja; higienis dan sanitasi; ergonomis;
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi
pekerja/buruh; dan/atau dianogsis dan pemeriksaan
penyakit akibat kerja.
3) Lingkungan kerja, yang terdiri atas : pengendalian debu;
pengendalian kebisingan; pengendalian getaran;
pencahayaan; kualitas udara kerja; pengendalian radiasi;
8
pengendalian faktor kimia; pengendalian faktor biologi;
dan kebersihan lingkungan kerja.
4) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
g. Keselamatan operasi pertambangan Pengawasan
dilakukan oleh Inspektur Tambang dan dapat
berkoordinasi dengan pengawas ketenagakerjaan yang
meliputi :
1. Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
2. Pengamanan intalasi
3. Kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan
pertambangan;
4. Kompetensi tenaga teknik; dan
5. Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
h. Pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan
pascatambang Pengawasan dilakukan oleh Inspektur
Tambang dan berkoordinasi dengan pengawas di bidang
lingkungan hidup dan di bidang reklamasi.
i. Pemanfaatan barang, jasa, teknologi dan kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri. Pengawasan
dilakukan oleh Inspektur Tambang terhadap
pelaksanaan pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun. Penggunaan
barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan
rancang bangun dilaksanakan sesuai dengan klasifikasi
dan kualifikasi pelaksana usaha jasa pertambangan
mineral dan batubara.
j. Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan
k. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat.
9
l. Kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha
pertambangan yang menyangkut kepentingan umum
m. Pengelolaan IUP, IPR dan IUPK
n. Jumlah, jenis dan mutu hasil usaha pertambangan 5
5
Alva ryan kambey, 2020, tugas pemerintah dalam mengawasi aktivitas
pertambangan emas yang tidak menjalankan kewajiban izin usaha
pertambangan (IUP) berdasarkan UU no 4 tahun 2009, vol 8, no 1, Hal 16-
17
10
daerahnya ditetapkan sebagai wilayah izin usaha pertambangan
minerba. Wilayah izin usaha pertambangan minerba tentu
memberikan keuntungan langsung bagi pemerintah daerah dari
segi penerimaan hasil usaha pertambangan minerba, namun bagi
masyarakat daerah keberadaan wilayah izin usaha pertambangan
minerba telah memberikan dampak secara positif maupun negatif.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran penting pemerintah daerah
untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat melalui fungsi
pengawasan di wilayah izin usaha pertambangan minerba. Fungsi
pengawasan oleh pemerintah daerah di provinsi dan
kabupaten/kota, tertuang dalam Pasal 140 UU No. 4 Tahun 2009.6
6
Valencia euaggelion tomboelu, 2020, Pengawasan Pemerintah Daerah
terhadap Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Berdasarkan
Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, Hal.4-5
11
3) Pertambangan mineral bukan logam, seperti intan, korondum,
grafit, arsen, pasir kuarsa, flourspar, kriolit, youdiumdolomit,
kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, batu kuarsa, clay;
4) Pertambangan batuan, seperti pumice, tras, toseki, obsidian,
marmer perlit, tanah diatome, slate, granit, granodiorit, andesit,
gabro, peridotit, dan basalt.”
Pembagian wilayah dalam pertambangan dibagi menjadi,
Wilayah Pertambangan, Wilayah Usaha Pertambangan, Wilayah
Izin Usaha Pertambangan, Wilayah Pertambangan Rakyat, Wilayah
Pencadangan Negara sebagai berikut:
1) “Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah
wilayah yang memiliki potensi Mineral dan/atau Batubara dan
tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata rulang nasional;
2) Wilayah Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WUP,
adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data,
potensi, dan/atau informasi geologi;
3) Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut
WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP atau
pemegang SIPB;
4) Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut WPR,
adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan Usaha
Pertambangan rakyat.
5) Wilayah Pencadangan Negara, yang selanjutnya disebut WPN,
adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan
strategis nasional.”7
F. Tujuan Pengawasan
7
Fachriadi Nandar, 2021, pengawasan terhadap kegiatan pertambangan
batuan di kabupaten bone, Hal 25-26
12
Menurut sifat atau bentuk dan tujuannya pengawasan dapat
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pengawasan preventif dan
pengawasan represif. Tujuan dari pengawasan preventif bagi
pemerintah daerah yaitu untuk mencegah penyimpangan yang
terjadi di lapangan pemerintahan daerah. Pengawasan preventif
tersebut menurut Bagir Manan terkait dengan wewenang
mengesahkan (goedkeuring).29 Sedangkan menurut Revrisond
Baswir tujuan pengawasan preventif yaitu untuk mencegah
terjadinya tindakan-tindakan yang menyimpang yang telah
ditentukan, memberi pedoman terselenggaranya pelaksanaan
kegiatan secara efisien dan efektif, menentukan sasaran dan tujuan
yang akan dicapai dan menentukan kewenangan dan tanggung
jawab sebagai instansi sehubungan dengan tugas yang harus
dilaksanakan.
Selanjutnya Pengawasan Represif yaitu pengawasan yang
dilakukan setelah tindakan dilakukan untuk menilai tindakan
tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan rencana organisasi.
Kemudian Bagir Manan berpendapat bahwa pengawasan yang
dilakukan pemerintah terkait dengan pembentukan produk hukum
daerah dan tindakan tertentu organ pemerintah daerah yaitu
wewenang pembatalan (Verneitiging) atau penangguhan
(schorsing).
Pada Pasal 16 UU No. 23 Tahun 2014 juga diatur tentang
otoritas Menteri ESDM melaksanakan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota. Dari ketentuan tersebut jelaslah bahwa Permen
No. 43 Tahun 2015 diberlakukan untuk memberikan perlindungan
dan jaminan dan kepastian bagi pemilik IUP dan telah selaras
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku sehingga
memenuhi aspek administrasi, kewilayahan, teknis, finansial dan
13
lingkungan yang juga diamanatkan dalam Pasal 36 dan 90 PP No.
23 Tahun 2010.8
faktor yang sangat mempengaruhi pengawasan dalam suatu
usaha pertambangan hal ini bisa dilihat dari tingkat kemampuan,
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki dalam melaksanakan
suatu kegiatan atau dalam proses teknis organisasi agar tercapai
tujuan yang diharapkan. Keadaan jumlah dari petugas pengawasan
masih terbilang kurang mencapai tujuan yang diharapkan dan
ditingkatkan. sumber daya manusianya melalui pelatihan atau
kegiatan-kegiatan lainnya, Partisipasimasyarakat merupakan faktor
yang tidak kala pentingnya dalam menentukan keberhasilan suatu
kegiatan.Bentuk dari partisipasi masyarakat dalam melaporkan
penimpangan yang terjadi dalampertambangan masih
kurang.Karena masih banyak masyarakat yang menopang
hidupnya dari pertambangan.Sehingga mereka masih kurang
peduli terhadap penyimpangan yang terjadi.
Pengawasan dibutuhkan dukungan dari masyarakat
setempat untuk memudahkan suatu pengawasan.Pelaporan dalam
bentuk penyimpangan yang terjadi maka pemerintah dengan
mudah melakukan pengawasan secara efektif dan efesien.
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam memberikan suatu
informasi demi tercapainya suatu pengawasan yang efektif
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.Dalam
suatu organisasi apabila masyarakat dapat mengambil peran serta
ikut dalam suatu perencanaan, tetapi bukan sematamata agar
tujuan itu tercapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan
kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat.9
8
Mayer Hayrani DS, Maret 2019, Pengaturan Pengawasan Pusat Terhadap
Izin Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara Di Era Otonomi Daerah,
A Vol 16 No.1, Hal 144-145
9
Nuralam,Abdul Kadir Adys, Adnan Ma’ruf, Desember 2017,
Pengawasan Pemerintah Pada Usaha Penambangan Bahan Galian
Golongan C Di Kabupaten Gowa, Volume 3 Nomor 3, Hal 337-339
14
G. Kewenangan Pemerintah Daerah terhadap Kegiatan Usaha
Pertambangan
Kewenangan merupakan kekuasaan membuat keputusan
memerintah dan memberi tanggung jawab kepada orang lain.
Kewenangan itu sendiri ialah kekuasaan yang diformalkan untuk
orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap bidang
pemerintahan tertentu yang berasal dari kekuasaan legislative
maupun dari pemerintah (Sadjijono, 2008). Sanksi merupakan salah
satu cara untuk memperkuat perilaku sipil tersebut Oleh karena itu
sanksi merupakan bagian yang melekat pada norma hukum
Tertentu Sanksi ada yang berupa peringatan tertulis dan ada yang
berupa peringatan secara lisan. Menurut (HR,2003).
Secara umum dikenal beberapa macam sanksi dalam hukum
administrasi yaitu kewenangan dalam pengawasan Pertambangan
tersebut berada di tangan Pemerintah Daerah sesuai dengan Pasal 4
ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara disebutkan bahwa
penguasaan mineral dan batubara oleh Negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/Pemerintah Daerah artinya mulai dari proses perizinan
sampai dengan pengawasan kegiatan pertambangan dijalankan
oleh Pemerintah Daerah Provinsi untuk tambang yang berada di
lintas wilayah 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk tambang sampai
dengan jarak 4 (empat) mil Setelah berlakunya UU NO 23 Tahun
2014 tentang pemerintahan daerah dalam hal penyelenggaraan
urusan pemerintah di bidang pertambangan mineral dan batubara
dimana pada pasal 14 ayat (1) menyebutkan bahwa
penyelenggaraan urusan pemerintah di bidang sumber daya
mineral dibagi atas pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi.
15
Berdasarkan hal tersebut tidak ada lagi kewenangan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. Pengawasan
merupakan suatu pengamatan terhadap semua kegiatan untuk
memastikan bahwa semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan Selain itu dalam perspektif hukum
administrasi nasional pengawasan merupakan suatu proses
kegiatan yang digunakan untuk membandingkan apakah suatu hal
telah dilaksanakan diselesaikan atau diatur dan dibandingkan
dengan hal- hal yang diharapkan direncanakan atau dipesan
(Siagian, 1987).10
H. Regulasi Mengatur Mengenai Bisnis Pertambangan
Regulasi dalam tata kelola usaha pertambangan berkaitan
dengn AMDAL di Indonesia. UUPLH Nomor 32 Tahun 2009
menjelaskan bahwa dokumen AMDAL merupakan dokumen yang
didalamnya berisi mengenai dampak AMDAL merupakan
dokumen ilmiah yang berisikan hasil studi kegiatan yang tertata
secara sistematis dan saintifik dengan menggunakan strategi yang
bersifat studi multi keilmuan , maka studi tersebut haruslah
tersusun secara runtut dan komprehensif-integral (terpadu-lintas
sektoral).3
AMDAL dalam sistem perizinan berdasarkan UUPPLH memuat
tentang telaah berkaitan dengan dampak perancangan usaha
dan/atau kegiatan, serta kajian mengenai lingkungan disekitar
tempat rencana usaha dan/atau kegiatan, advis serta umpan balik
masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan, prediksi
terhadap dampak yang akan timbulkan dikemudian hari, seberapa
besar pengaruhnya terhadap kelestarian lingkungan hidup sekitar
apabila rencana kegiatan tetap dilaksankan.
10
Matius Ade Krispian Soba Nono, I Ketut Kasta Arya Wijaya, Luh Putu
Suryani, September 2020, Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap
Usaha Pertambangan Galian C Di Kabupaten Ngada, Vol. 1, No. 2, Hal-
140
16
Regulasi yang mengatur hal tersebut diatas adalah tertuang
didalam peraturan berbentuk Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
tentang Minerba, Undang-Undang-Undang No.32 Tahun 2019
tentang PPLH, PP No.27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan ,Permen LKHRI No. 5 Tahun 2012 berisi Jenis Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki AMDAL11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
Retno Sari Dewi, SH.,MH, 2019, Regulasi Pertambangan, Hal 76
17
minin terhadap dampak dari penambangan tersebut. Sosialisasi dilakukan
oleh Dinas Pertambangan agar masyarakat mengetahui tindakan yang
dilakukan penambang yang melanggar Peraturan tambang adalah sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharukan bila penambangan dilakukan
secara tidak bijaksana, maka hanya akan menghasilkan keuntungan sesaat
yang berujung pada kerusakan lingkungan yang merugikan banyak pihak
khususnya masyarakat di sekitar lokasi penambang.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
pengawasan dalam suatu usaha pertambangan hal ini bisa dilihat dari
tingkat kemampuan, Adapun faktor yang mempengaruhi pengawasan
pemerintah adalah ada pada usaha penambangan sumber daya manusia
dan partisipasi masyarakat.
B. Saran
a) pemerintah lebih memperhatikan pengawasan terhadap
perusahaan perusahaan dan wilayah pertambang bagi
pelaku usaha pertambangan dan penambang agar bisa
mengurus dan melengkapi perizinan serta melakukan
kegiatan pengolahan pertambangan dengan mengikuti
peraturan-peraturan yang sudah ditentukan agar
kedepannya tidak ada pihak yang dirugikan dengan adanya
kegiatan pertambangan tersebut sehingga pertambangan
dapat diolah dengan baik.
b) Masyarakat pertambangan harus ikut serta dalam
pengawasan kegiatan usaha pertambangan dan para
penambang itu sendiri diharapkan masyarakat harus cepat
dan tanggap untuk segera melaporkan kepada dinas
lingkungan hidup ataupun pihak yang berwenang agar
proses pengawasan dapat berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan.
18
C. Referensi
19
Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, Hal.4-5
Matius Ade Krispian Soba Nono, I Ketut Kasta Arya Wijaya, Luh Putu
Suryani, September 2020, Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap
Usaha Pertambangan Galian C Di Kabupaten Ngada, Vol. 1, No. 2, Hal-
140
20