KABUPATEN SAMPANG.
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
HENDRA
NIM : 2018110070
FAKULTAS HUKUM
i
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PASAL 158 UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN
2020 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 4
TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATU
BARA TERHADAP SANKSI PELAKU IZIN USAHA PERTAMBANGAN
DI KABUPATEN SAMPANG.
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
HENDRA
NIM : 2018110070
Dosen Pembimbing
Mengetahui
ii
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang dimuat dalam pasal 33 ayat 3
bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
kekayaan alam yang melimpah ruah terutama dalam potensi tambang galian c
yang menjadi objek pertumbuhan ekonomi di suatu daerah,hal itu perlu adanya
hukum terhadap masyarakat agar pertambangan ilegal tidak marak terjadi dan
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Peraturan ini mengatur bahwa
badan usaha wajib memiliki izin usaha dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan
(IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), atau Izin Usaha Pertambangan Khusus
(IUPK). Izin usaha yang wajib dimiliki oleh pelaku usaha merupakan instrumen
usaha. Jika izin usaha ingin diberikan, maka penilaian AMDAL atau UKL-
3
Ibid, hlm 36
3
lingkungan hidup, sehingga usaha ini wajib memiliki AMDAL sebagai instrumen
dampak secara dini,AMDAL ini ditujukan sebagai dasar izin lingkungan dalam
“setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR, atau IUPK
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
beberapa dampak negatif yang merugikan secara materil maupun imateril. Negara
4
Ahmad redi “Dilema Penegakan Hukum Penambangan Mineral dan Batubara pada
Pertambangan Skala Kecil” Jurnal Rechts Vinding, Volum 5, Nomor 3, Desember 2015,Fakultas
Hukum Universitas Tarumanagara diakses 25 maret 2023 hlm 411
4
tambang. Kerugian imateril ini diderita oleh lingkungan hidup serta masyarakat
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
Undang-Undang ditentukan.5
tentu hal ini akan menjadi hal paling fundamental untuk di kelola pemerintah
5
Simon Felix Sembiring “ Jalan Baru Untuk Tambang : Mengalirkan Berkah Untuk Anak Bangsa”
(Jakarta, PT Gramedia 2009) hlm 47
5
perekonomian,namun di sisi lain dalam unsur kajian data bahwa dalam aspek
sumber daya alam terutama dalam sektor galian c masih banyak di kabupaten
dalam BAB VII Pasal 36 ayat 1 dan 2 yang berbunyi IUP terdiri atas dua tahap:
studi kelayakan.
ayat 1.6
1945 yang menyatakan bahwa “lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan
tambang.
sumber daya tambang dan juga termasuk pengelolaan hasil tambang dari
Indonesia.7
kehutanan, kelautan serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara
7
Ibid, hlm 83
8
7
daya mineral dan juga pengelolaan hasil pertambangan batuan mineral non logam
(bahan galian batu gamping), instansi yang berwenang menangani hal tersebut
yaitu Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.9
pertambangan yang dibiarkan tetap beroperasi dan tidak ada penindakan dari
memahami dan menganalisis apa saja bentuk pelanggaran hukum izin usaha
menganalisis apa saja faktor penghambat pemilik izin usaha belum memiliki izin
Sampang.
B. Rumusan Masalah
9
Tri Hayati “Era Baru Hukum Pertambangan Di Bawah Rezim UU No.4 Tahun 2009” (Jakarta,
Yayasan Pustaka Obor 2015) hlm 92
8
1. Tujuan penelitian
Sampang.
Sampang.
2. Manfaat penelitian
9
a. Kegunaan teoritis
Dari hasil penelitian ini maka secara teoritis diharapkan akan menjadi
jadikan tolak ukur dalam pencegahan pertambangan ilegal dan di jadikan acuan
undang-undang.
b. Kegunaan praktis
dampak dari pertambangan ilegal terhadap lingkungan alam dan juga pengaruh
akibatnya terhadap kerugian negara sehinggal hal ini akan bisa memberikan
A. Hukum pertambangan
dahulu perlu kita ketahui apa hukum itu sendiri. Sering kali muncul pertanyaan
dari beberapa abad sampai hari ini masih belum menemukan jawaban yang bisa
memuaskan tentang apa definisi hukum.? Sejak Plato sampai Hart, dari
hukum lain mencoba (bekerja keras) menjawab persoalan ini, namun tetap tidak
mengatur mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
10
Peter Mahmud ”Teori Hukum” (Jakarta,Kencana 2020) hlm 18
11
Law," dalam Bahasa Belanda yaitu "Mijnrecht," serta dalam Bahasa Jerman
"Mining Law also may provide a basis for implementing some environmentally
Artinya:
rehabilitasi.12
11
Fence M. Wantu “Pengantar Ilmu Hukum” (Gorontolo,Reviva Cendekia 2015) hlm 3
12
Franky Butar Butar “Pengantar Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara”
(Surabaya,Airlangga University Press 2022)hlm 18
12
hubungan hukum antara negara dengan orang dan atau badan hukum pada
Pertambangan yaitu:
tentang hak menambang (bagian dari tanah yang mengandung logam berharga di
hukum sebagai sebuah landasan utama atau titik tolak dalam pembentukan dan
interpretasi undang-undang.
berikut:
13
Ibid, hlm 19
13
3. Hukum dasar.
Walaupun dalam asas tersebut tidak di jelaskan secara detail tetapi disini
dapat dipahami bahwa dari asas pertama tersebut bersifat multidimensi yang
memilki makna yang luas, meliputi ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan
negara. Asas ketiga adalah parsitipatif, transparan dan akuntabel, disini dapat di
dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.
14
Ibid, hlm 21
14
Periode Orde Lama dimulai pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1966.
pemulihan kondisi dari masa penjajahan selama 350 tahun, yang mana pada saat
ini kondisi politik dan Pemerintahan Indonesia juga belum konsisten. Masih
masih dikuasai oleh modal asing kemudian menjadi isu yang memiliki tensi dan
urgensi sangat penting saat itu. Pada tahun 1980, Pemerintah mengeluarkan
Tahun 1960 tentang Pertambangan, maka Indische Mijn Wet 1899 dinyatakan
15
Abrar Saleng “Hukum Pertambangan” (Yogyakarta, UII Presss,2004) hlm 64
15
Pola kerja sama yang dilakukan dalam penarikan modal asing ini adalah
"Production Sharing Contract." Pola kerja sama ini telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1963, tetapi pola kerja sama bagi hasil ini hanya
dalam bentuk pemberian modal oleh pihak asing yang kemudian akan
ini, sistem bagi hasil yang diterapkan pada masa ini seperti sistem pinjaman luar
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan dan Mineral Batu
perubahan pada undang- undang terkait Pemerintah Daerah. Pada masa ini,
16
Franky Butar Butar “Pengantar Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara”
(Surabaya,Airlangga University Press 2022)hlm 8
16
Pemerintahan daerah.
maupun internasional.
Tantangan utama yang dihadapi oleh pertambangan mineral dan batu bara
dan informasi, hak atas kekayaan intelektual, serta tuntutan peningkatan peran
a. Mineral dan batu bara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai
kewenangannya masing-masing.
pertambangan.
mineral dan batu bara bagi pelaku usaha di bidang mineral dan batu bara.17
pertambangan rakyat
17
Ibid, hlm 15
19
pascatambang.
nilai tambah mineral dan batu bara,ivestasi saham, pembinaan dan pengawasan,
setempat untuk mengambil manfaat dari potensi bahan galian yang ada adalah
galian, tidak hanya terbatas sampai di situ, tetapi juga didukung oleh aturan yang
jelas, bahwa mereka berhak memperoleh bimbingan teknis, ma- najemen, dan
camat
Hal lain yang menarik dari undang-undang ini adalah, berkaitan dengan
penetapan nilai strategis bahan galian bukan pada jenis komoditas atau bahan
galiannya, tetapi lebih berdasarkan pada kebutuhan dan kepentingan stra- tegis
Komoditas atau jenis ba- han galian adalah bahan galian tertentu, di antaranya
tem- baga, timah, emas, besi, nikel, bauksit, dan batu bara. Meskipun dalam
menurut hemat penulis tidaklah demikian, karena bisa saja penetapan wilayah
galian di luar yang disebutkan dalam penjelasan Pasal 27 di atas, tetapi justru
18
Nandang Sudrajat “Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia” (Yogyakarta, Medpress Digital
2013) hlm 83
21
dapat saja untuk jenis bahan galian yang di daerah lain banyak keterdapatannya,
situasi, kondisi, dan kebutuhan pengem- bangan wilayah tertentu. Kondisi ini
2009,lebih sederhana dari pada jenis izin menurut Undang-Undang No. 11 Tahun
22
1967, yaitu hanya terdiri dari tiga macam izin, sebagaimana diatur dalam Pasal 35
Dalam hal ini,maka disini akan lebih di jelaskan secara detail tentang apa
pengusahaan bahan galian yang diperuntukkan bagi badan usaha baik swasta
menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 2009, IUP terdiri dari
atas dua tahap, yaitu: IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. IUP Ekplorasi
terkadang meliputi wilayah yang cukup luas, karena diusahakan oleh masyarakat
19
Ibid, hlm 87
23
setempat, dengan pelaku usaha yang banyak. Sesuai kondisinya, tambang rakyat
yang selama ini berjalan berada dalam kondisi minim peralatan, fasilitas,
dilakukan tanpa izin (PETI), rentan terhadap kecelakaan dan keselamatan kerja,
lainnya, yaitu:20
bersangkutan.
sebagai WPR.
20
Ibid, hlm 99
24
(WPN). Ruang lingkup IUPK, secara umum sama dengan ketentuan yang berlaku
d. Apabila tidak berminat atas mineral yang ditemukan, maka wajib untuk
pusat maupun bagi pemerintah daerah dalam menjalankan tugas, tindakan dan
terhadap tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pejabat administrasi Negara.
25
pengelolaan dan penggunaannya di mana pun harus dapat memberi manfaat kepada
seluruh rakyat sebagai pemiliknya. Karena rakyat tidak mungkin secara keseluruhan
hak penguasaan negara (authority right) terhdap Sumber Daya Alam. Dan
Pemerintah, baik Pusat, maupun daerah Provinsi, Kabupaten atau Kota, sesuai
Pertambangan (WP) merupakan bagian dari tata ruang nasional yang ditetapkan oleh
wilayah kabupaten/kota dan atau wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil.
kabupaten/kota.
10. penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta ekspor
F. Penelitian Terdahulu
peneliti penelitian
23
Ibid, hlm 103
28
berdasarkan kewenangan
diterapkan
pertambangan yang
melakukan
pemilik usaha
dikarenakan pengetahuan
pengawasan,
usaha
usaha tambang.
usaha pertambangan,
kemudian melakukan
pemeriksaan terhadap
pidana dalam
memanggil dan/atau
mendatangkan secara
sebagai saksi
pertambangan
diduga
usaha
pertambangan, melakukan
prasarana kegiatan
menghentikan penggunaan
dan/atau menyita
penyidik
mendatangkan dan/atau
yang diperlukan
pidana dalam
proses
melakukan
pidana dalam
memberitahukan
menyerahkan hasil
tidak memiliki
pidana.
kegiatan PETI
rakyat melarat
pertambangan untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya.
penyebab
yang normatif;
kerusakan lingkungan
dampak kesehatan,
kerja (K3).
penegakan hukum
sebagai Ulmimum
Remedium.
G. Perbedaan Penelitian
35
illegal di Kabupten
Sampang
158 undang-undang
minerba
filosofis, sedangkan
Undang-Undang
Tentang pertambangan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
normatif yuridis. Menurut Jhony Ibrahim, penelitian hukum normatif adalah suatu
keilmuan hukum dari sisi normatifnya.24 Logika keilmuan hukum dalam penelitian
hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan caracara kerja ilmu
hukum normatif. Pendapat ini diperkuat oleh Peter Mahmud yang menjelaskan
B. Jenis Pendekatan
ada pengaturan yang relevan atas masalah yang dihadapi. Pendekaran konseptual
24
Jhony Ibrahim “Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif” (Malang, Bayu Media 2006) hlm
47
25
Ibid,hlm 97
39
di dalam ilmu hukum.43 Dengan kata lain, penulis memerlukan pandangan atau
doktrin yang relevan tentang akibat hukum dari lemahnya implementasi pasal
di kabupaten Sampang.
hukum yang dihadapi. Sehingga penulis bisa meihat filosofi perkembangan dari
Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas dalam hal bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-
26
Ibid, hlm 181
40
dan Batubara.
Pemerintahan.
2014
Bahan hukum sekunder terdiri dari dari buku-buku hukum tata negara, artikel
ilmiah, kasus-kasus hukum yang relevan dengan penelitian ini, serta peraturan
perundang-undangan pendukung
1. Sumber data yang bersifat utama dan penting yang kemungkinan untuk
2. Sumber bahan hukum berupa undang-undang, karya ilmiah hukum, surat kabar
studi referensi (referensial study), dengan mengkaji dan mempelajari dengan cara
undangan, buku atau literatur serta buku-buku ilmiah, makalah, jurnal dan surat
bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami sehingga dalam penulisan ini
memberikan gambaran atas masalah yang diangkat atau dibahas sesuai dengan
Proses analisa bahan hukum merupakan suatu proses untuk menemukan jawaban
atas pertanyaan dari pokok permasalahan. Agar diperoleh hasil analisa yang baik,
maka digunakan metode berpikir preskriptif yaitu suatu metode analisa yang
JURNAL ILMIAH
Rakyat di Sungai Progo” Jurnal Discretie: vol.1, No.2, July 2020, Fakultas Hukum
BUKU
Cendekia