Anda di halaman 1dari 15

PELAKSANAAN PERAN PEMERINTAH MENERTIBKAN AKTIVITAS

PERTAMBANGAN BATUAN ILEGAL YANG DILAKUKAN WARGA DI ATAS


LAHAN PRIBADI DI SUMATERA UTARA
Proposal Skripsi

Disusun Oleh:
Adhitya Winaldy Harahap
20160610396

Fakultas Hukum
Program Studi Hukum
Rumpun Hukum Tata Negara
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

PELAKSANAAN PERAN PEMERINTAH MENERTIBKAN AKTIVITAS


PERTAMBANGAN BANTUAN ILEGAL YANG DILAKUKAN WARGA DI ATAS
LAHAN PRIBADI DI SUMATERA UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Nama : Adhitya Winaldy Harahap

NIM : 20160610396

Dosen Pembimbing

Dr. Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum.


A. LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan

sumber daya alam yang ada di setiap daerah atau Kabupaten/ Kota. Kekayaan tersebut

mulai dari minyak bumi, batu bara, timah, emas, pasir dan mineral lainnya. Kekayaan

yang di miliki dan di kuasai oleh negara untuk kesejahteraan rakyatnya. Hal tersebut

terkandung dalam Undang- Undang Dasar 1945. Pengoptimalan kekayaaan sumber

daya alam yang ada di darat maupun di laut sangat berpotensi untuk kemajuan dan

peningkatan ekonomi bangsa Indonesia.

Dalam hal ini sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “bumi dan air adalah

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyatnya”. Jika dalam pasal tersebut dikaitkan

dengan kegiatan pertambangan, maka makna dari kata “kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya” dalam Pasal 33 ayat (3) tersebut dapat di artikan berbagai

macam bahan galian tambang mineral logam ,mineral bukan logam dan batuan yang

terkandung di dalam bumi.

Usaha kegiatan pertambangan merupakan usaha yang banyak dilakukan di

Indonesia mengingat kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah. Berbagai

macam galian tambang seperti emas, minyak bumi, gas bumi, perak,timah, nikel,

tembaga, batubara, dan berbagai macam batuan yang banyak terdapat di alam

Indonesia ini. Bahan bahan galian tambang ini pada dasarnya merupakan kekayaan

nasional yang dikuasai oleh negara dan harus digunakan untuk kepentingan dan

kemakmuran rakyat. Negaralah yang meliliki kewenangan penuh untuk mengatur,


mengurus, dan megawasi pengelolaan dan pengusahaan bahan galian tambang

tersebut demi kepentingan rakyat Indonesia.1

banyaknya pertambangan rakyat seperti pertambangan pasir tanpa izin sangat

marak terjadi di sekitar kita, namun semua itu terjadi tanpa kita sadari. Pertambangan

merupakan usaha untuk menggali berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam

perut bumi. Kegiatan pertambangan sudahlah sangat berkembang dan hasil yang

diberikan pun sangat memberikan keuntungan bagi peningkatan kesejahteraan hidup

masyarakat, khususnya bagi para penambang. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan

yang menjanjikan serta turut pula membawa dampak yang merugikan bagi manusia

dan lingkungan hidup manakala kegiatan tersebut tidak di lakukan berdasarkan

peraturan yang telah ditetapkan. Kegiatan pertambangan yang dilakukan secara tanpa

izin yang diberikan oleh pejabat/instansi yang berwenang.

Pengaturan tentang kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan telah

tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang di dalamnya terdapat

sanksi yang diharapkan dapat menjadi batasan bagi kegiatan tersebut, hingga pada

akhirnya dapat mewujudkan kegiatan penambangan yang mensejahterakan dengan

tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. Penegakan hukum dalam kegiatan

penambangan pasir tanpa izin dapat ditindak secara langsung dengan kata lain aparat

penegak hukum dapat menjalankan tugasnya untuk menindak para pelaku

penambangan tanpa izin untuk selanjutnya diproses lebih lanjut bahkan

mengajukannya hingga ke pengadilan. tetapi sekaligus juga untuk melindungi

kelestarian lingkungan hidup itu sendiri dari bahaya kerusakan.

1
Salim, 2010, Hukum Pertambangan di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo, hlm. 1
Berdasarkan uraian diatas maka dengan ini penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul ” PELAKSANAAN PERAN PEMERINTAH

MENERTIBKAN AKTIVITAS PERTAMBANGAN BANTUAN ILEGAL

YANG DILAKUKAN WARGA DI ATAS LAHAN PRIBADI DI SUMATRA

UTARA“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah diuraikan maka permasalahan

yang muncul dan perlu mendapatkan jawaban dalam penelitian adalah :

1. Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Dilakukanya Penambangan Tanpa Izin

di sumatera utara ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pemerintah menertibkan terhadap kegiatan

penambngan tanpa izin di lahan pribadi di Sumatera utara?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui peran partisipasi pemerintah dan masyrakat dalam menertibkan

pertambangan batuan illegal yang dilakukan warga di atas lahan pribadi

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangsih pada ilmu

hukum, khususnya bidang Tata Negara dalam hal partisipasi masyarakat

dalam pertambangan batuan illegal yang dilakukan warga di atas lahan pribadi

di Sumatera utara

2. Manfaat pembangunan

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat

mengenai pentingnya partisipasi mereka didalam menertibkan pertambangan


illegal, karena untuk menjaga kelestarian alam yang ada di indonesia. Sebagai

sumber informasi bagi akademisi, pengamat, masyarakat, pembuat peraturan

tentang pertambangan, Sebagai wacana yang dapat dibaca oleh mahasiswa

hukum khususnya atau juga masyarakat luas pada umumnya dan juga bahan

masukan bagi pemerintah khususnya Dinas Energi Sumber Daya Mineral Kota

Sumatra Utara dalam mengambil kebijakan kebijakan dibidang pertambangan

khususnya dalam sanksi bagi penambang ilegal

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan pertambangan

Secara sederhana pertambangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

penggalian ke dalam tanah (bumi) untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil

tambang (mineral, minyak, gas bumi, dan batubara

Adapun pengertian pertambangan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara adalah sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan,

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

2. Tinjaun hukum pertambangan

Istilah hukum pertambangan merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris, yaitu mining law. Hukum Pertambangan adalah hukum yang

mengatur tentang penggalian atau pertambangan bijih-bijih dan mineral-


mineral dalam tanah Menurut pendapat Salim HS. Hukum pertambangan

adalah keseluruhan kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam

pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara

negara dengan orang dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan

pemanfaatan bahan galian (tambang). Kaidah hukum dalam hukum

pertambangan di bedakan menjadi dua macam, yaitu kaidah hukum

pertambangan tertulis dan tidak tertulis. Hukum pertambangan tertulis

merupakan kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-

undangan, traktat, yurispudensi. Hukum pertambangan tidak tertulis

merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat. Bentuknya tidak tertulis dan sifatnya local, artinya hanya berlaku

dalam masyarakat setempat.

3. Tinjauan asas-asas dalam pertambangan

Asas-asas yang berlaku dalam penambangan mineral dan batu bara telah di

tetapkan dalam UU No.4 Tahun 2009 ada 4(empat) macam, yaitu:

a. Manfaat, Keadilan, dan Keseimbangan

Asas manfaat dalam pertambangan adalah asas yang menunjukan

bahwa dalam melakukan penambangan harus mampu memberikan keuntungan

dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat.

Asas keadilan adalah dalam melakukan penambangan harus mampu

memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara proporsional bagi

seluruh warga Negara tanpa ada yang di kecualikan. Asas keseimbangan

adalah dalam melakukan kegitan wajib memperhatikan bidang-bidang lain

terutama yang berkaitan langsung pada dampaknya.


b. Keberpihakan kepada Kepentingan Negara

Asas ini mengatakan bahwa di dalam melakukan kegiatan

penambangan berorientasi kepada kepentigan Negara. Walaupun di dalam

melakukan usaha pertambangan dengan menggunakan modal asing, tenaga

asing, maupun perancanaan asing, tetapi kegiatan dan hasilnya hanya untuk

kepentigan nasiona

c. Partisipatif, Transparansi, dan Akuntanbilitas

Asas partisipatif adalah asas yang menghendaki bahwa dalam

melakukaan kegiatan penambangan di butuhkan peran serta masyarakat

untuk untuk menyusun kebijakan, pengelolaan, pemantauan, pengawasan

terhadap pelaksanaanya.

Asas transparansi adalah keterbukaan dalam penyelenggaraan kegiatan

pertambangan di harapkan masyarkat luas dapat memperoleh informasi

yangbenar, jelas, dan jujur. Sebaliknya masyarakat dapat memberikan

bahan masukan kepada pemerintah.

Asas akuntanbilitas adalah kegiatan pertambangan di lakukan dengan

cara-cara yang benar sehingga dapat di pertanggung jawabkan kepada

Negara dan masyaraka.

d. Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah asas yang

secara terencana mengintegrasikan dimensi ekonomi, lingkungan, dan

sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan mineral dan batu

bara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
a. Penelitian Normatif Jenis pemelitian hukum normatif adalah jenis

penelitian yang mmemiliki citra hukum pada disiplin perspektifnya,

yang mana dalam hal ini melihat hukum hanya dari perspektif norma-

normanya saja.

b. Penelitian Empiris

Jenis penelitian hukum empiris merupakan jenis penelitian yang

memiliki fokus untuk meneliti suatu keadaan atau fenomena pada objek

penelitian secara mendetail dengan mengembangkan berbagai konsep

dengan berlandaskan pada kenyataan yang terjadi di lokasi penelitian.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif

sebagai dasar, dimana pendekatan penelitian kualitatif perhatiannya

lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasar dari

teori konsep-konsep yang timbul dari data empiris dan teori normatif.

Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati. Dengan pendekatan kualitatif, peneliti

melakukan penelitian pada latar alamiah, maksudnya peneliti melihat

kenyataan yang ada di lapangan. Data deskriptif pada umumnya

dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta

dan karakterisik objek atau subjek yang diteliti secara tepat Hukum

yang pada kenyataannya dibuat dan diterapkan oleh manusia yang

hidup dalam masyarakat artinya keberadaan hukum tidak bisa

dilepaskan dari keadaan sosial serta perilaku manusia yang terkait

dengan lembaga hukum tersebut, seperti halnya seorang dokter yang

baik diharapkan tidak hanya mampu bekerja untuk menyembuhkan


pasien dari sakit penyakitnya, namun diharapkan sang dokter bisa

sekaligus memberi nasehat bagi pasien untuk menjaga keseimbangan

makanan dan kebersihan lingkungan hidupnya agar tidak terjangkit

penyakit lagi.2

2. Jenis data penelitian

a. Penelitian normatif :

1) Bahan hukum primer ,yaitu :

a) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral

dan Batubara.

b) Undang-Undang Nomor Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara

c) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu :

a) Buku hukum;

b) Journal hukum;

c) Artikel ilmiah hukm;

d) Hasil penelitian hukum.

3) Bahan hukum tersier, yaitu :

a) Buku non hukum;

b) Kamus umum;

c) Ensiklopedia umum.
2
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, 2015, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar. Hlm. 44
b. Penelitian empiris :

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer ini diperoleh peneliti dari perkerja

penambangan dilapangan dan instansi pemerintah di Sumatra utara.

2) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder dari penelitian empiris ini akan diperoleh

peneliti dari studi kepustakaan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian merupakan tempat dimana penelitian

dilakukan atau tempat dimana peneliti melakukan suatu penelitian. Penetapan

lokasi penelitian ini sangatlah penting dalam rangka mempertanggungjawabkan

data yang diperoleh. Selanjutnya dalam penelitian ini, lokasi penelitian

dilaksanakan disumatra utara.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi sebanyak mungkin sangat diperlukan

dalam penelitian ini. Berikut adalah metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini Obeservasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara pengamatan langsung kepada kondisi lapangan yang

terjadi dan mencatat secara sistematik masalah yang di amati. Dalam hal ini,

peneliti akan melakukan pengamatan ke titik lahan pertambangan yang telah di

eksploitasi untuk mendapatkan data yang akurat dan Untuk mengambil data dari

pada penelitian dilakukan dengan cara mengambil dari buku, literatur lain,

journal, internet serta dari narasumber yang berkaitan dengan objek penelitian.
G. KERANGKA SKRIPSI

 HALAMAN JUDUL

 LEMBAR PERSETUJUAN

 PERNYATAAN-PERNYATAAN

 HALAMAN MOTTO

 HALAMAN PERSEMBAHAN

 KATA PENGANTAR

 DAFTAR ISI

 DAFTAR TABEL

 DAFTAR GAMBAR

 DAFTAR LAMPIRAN

 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang pertambangan

B. Tinjauan Tentang kewenangan dan peran pemerintah

C. Tinjauan tentang tanah pribadi

 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Jenis data penelitian


C. Lokasi Penelitian

D. Metode Pengumpulan Data

E. Cara Pengolahan Data

F. Metode Analisis Data

 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Peran pemerintah Sumatra utara

B. Factor penghambat

C. Langakah Langkah penegakan hukum terhadap penambang illegal

 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Fajar ND, Mukti dan Yulianto Achmad, 2009, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gatot Supramono, 2012, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara di Indonesia, Jakarta,

Rineka Cipta.

Adrian Sutedi, 2012, Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika.

Jurnal

Waterman Sulistiyana Bargawa,’’Studi Pengelolaan Hidup Pada Penambang Batu’’, Jurnal

Teknologi Pertambangan, Vol, I, No. I, (1 Agustus 2015)

Maehani Ria Sihombo,’’Tanggung Jawab Pemerintah Daerah terhadap Kerusakan

Lingkungan Hidup Kaitannya dengan Kewenangan Perizinan di Bidang

Kehutanan dan Pertambangan’’,Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 14, III, (2014)

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Undang-Undang Nomor Undang-undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Anda mungkin juga menyukai