Kesejahteraan Masyarakat
Disusun Oleh :
Chesa Khofifah Meilani (012020241)
Ihktiar Rusyiddin Faqih (012020179)
Indah Zanela (012020360)
M Akbar Rahmatullah (012020132)
Abstract: This research focuses on community welfare-based mining management legal policies with the
aim of improving the welfare of communities around the mine. The research method used is normative legal
research with statutory, case and conceptual approaches. The results of the study show that the legal policy
for managing metal mineral mining in improving the welfare of communities around the mine is based on
four main pillars, namely legal policies for democratic mineral and coal mining governance, mineral and
coal mining governance using good governance performance standards, realizing social justice in the fifth
precept of Pancasila, and supervision and law enforcement are carried out against the perpetrators of
destroying and polluting the environment in the mining sector. The concept of managing metal mineral
(nickel) mining based on the welfare of the community around the mine involves regulations regarding
licensing, land use, regional development, CSR programs, and the participation of local communities in
community development programs implemented by mining companies.
Keyword: Legal Policy; Mine Management; Welfare Based
Abstrak: Tulisan ini berfokus pada kebijakan hukum pengelolaan pertambangan berbasis kesejahteraan
masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan,
pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hukum
pengelolaan pertambangan mineral logam dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang
didasarkan pada empat pilar utama, yaitu kebijakan hukum tata kelola pertambangan mineral dan batu
bara yang demokratis, tata kelola pertambangan mineral dan batu bara menggunakan standar kinerja tata
kelola pemerintahan yang baik, mewujudkan keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila, dan dilakukan
pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelaku perusak dan pencemar lingkungan hidup di bidang
pertambangan. Konsep pengelolaan pertambangan mineral logam (nikel) berbasis kesejahteraan
masyarakat sekitar tambang melibatkan regulasi tentang perizinan, pemanfaatan lahan, pengembangan
wilayah, program CSR, dan keikutsertaan masyarakat sekitar dalam program community development
yang dilaksanakan oleh perusahaan tambang.
Kata kunci: Kebijakan Hukum; Pengelolaan Tambang; Berbasis Kesejahteraan
PENDAHULUAN
Sumber daya alam mineral dan batu bara yang terkandung dalam wilayah hukum
Indonesia merupakan kekayaan alam yang tak terbarukan. Mineral dan batu bara
sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup
orang banyak, maka penguasaan dan pengelolaannya dikuasai oleh negara untuk
memberikan nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.1
Jiwa dan roh Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara
tersebut, dituangkan secara normatif ke dalam Pasal 3 UU Nomor 4 Tahun 2009, Tujuan
pengelolaan mineral dan batu bara antara lain; disebutkan pada huruf e “meningkatkan
pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja
untuk sebesar- besar kesejahteraan rakyat”, dan Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun
2020, “mineral dan batu bara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan
merupakan kekayaan nasional dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan
rakyat”.
Ketentuan norma kedua Pasal tersebut, merupakan turunan dari nilai atau norma
tujuan negara RI sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,
disebutkan “... memajukan kesejahteraan umum”, dan ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD
NRI Tahun 1945, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Menurut Achmad Haris Januari,2 Frasa “memajukan kesejahteraan umum” dan hakikat
makna “dikuasai oleh negara”, tanpa disadari hanya berfungsi sebagai jargon,
sedangkan realitasnya telah banyak ditimpang dengan beragam peraturan perundang-
undangan, baik dalam level undang-undang maupun di dalam peraturan
pelaksanaannya. Akibatnya struktur paradigma negara agraris bergeser ke arah
industrialisasi dengan kebijaksanaan negara di sektor pertambangan yang sangat
kapitalis (pemodal). Hal ini pada akhirnya menciptakan hegemoni penguasaan konsesi-
konsesi pertambangan oleh pengusaha asing multinasional atau transnasional.
Berdasarkan landasan Konstitusional (UUD NRI Tahun 1945) dan landasan Operasional
(UU Nomor 4 Tahun 2009 Jo. UU Nomor 3 Tahun 2020), Pertambangan adalah sebagian
atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka, pengelolaan dan pengusahaan mineral
atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan
dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.3
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, Konsiderans menimbang huruf a.
2
Achmad Haris Januari, “Sistem Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Tata Kelola Pertambangan,”
Jurnal Hukum dan Bisnis (Selisik) Vol. 1, No. 2 (2015): 46,
https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/selisik/article/view/631.
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 1 angka
1.
Sedangkan penambangan adalah kegiatan untuk memproduksi mineral dan/atau batu
bara dan mineral ikutannya. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan
mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta
air tanah.
Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan bahan galian. 4 Hasil survei tahunan
Price Waterhouse Cooper (PWC), ekspor produksi pertambangan menyumbangkan
11% nilai ekspor sejak tahun 2002, sementara sektor ini juga menyumbangkan 2,7%
dari produk domestik bruto (PDB) dan US$ 920 juta dalam pajak dan pungutan bukan
pajak bagi berbagai tingkat pemerintahan.
Sub sektor pertambangan mineral logam (nikel) merupakan salah satu dari sekian
banyak andalan penerimaan negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Kesejahteraan rakyat dapat dideskripsikan dengan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan bahan pokok sandang, pangan, papan (primer), kebutuhan tambahan
(sekunder) dan kebutuhan lengkap (tersier),5 sehingga kebahagiaan dapat tercapai.
Kebahagiaan membutuhkan lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan dasar sebab
kebutuhan manusia meski memiliki dasar yang sama namun tetap saja memiliki
keinginan yang berbeda yang disebut hierarki kebutuhan yaitu kenyamanan,
personalitas dan persamaan kasih sayang.
Negara menjamin setiap manusia atas hak-hak sosialnya dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya, sehingga dapat dikatakan jika kesejahteraan itu dilihat dari
perkembangan ekonomi mayoritas masyarakat. Dasar-dasar kesejahteraan ini mencoba
untuk memenuhi tuntutan hierarki kebutuhan yang biasa disebut sebagai hak dasar
manusia.
4
Bambang Prabowo Soedarso, “Potret Hukum Pertambangan di Indonesia dalam Era UU No. 4 Tahun
2009,” Indonesian Journal of International Law Vol. 6, No. 3 (April 30, 2009): 2,
https://scholarhub.ui.ac.id/ijil/vol6/iss3/6.
5
Rahmat Gunawijaya, “Kebutuhan Manusia dalam Pandangan Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Islam,” Al-
Maslahah Jurnal Ilmu Syariah Vol. 13, No. 1 (April 1, 2017),
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/ Almaslahah/article/view/921.
6
Sahrina Safiuddin, Rizal Muchtasar, dan Heryanti, “Upaya Administratif sebagai Instrumen Mewujudkan
Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik Bagi Masyarakat,” Halu Oleo Law Review Vol. 6, No. 2
(September 28, 2022), https://holrev.uho.ac.id/index.php/journal/article/view/6.
sekitar (lingkar) tambang. Banyak perusahaan kurang memperhatikan kesejahteraan
masyarakat sekitar dalam bidang kesehatan, pendidikan, maupun perekonomian.
Pengelolaan sumber daya alam mineral logam (nikel) hendaknya memenuhi nilai-nilai
keadilan bagi masyarakat. Dalam perspektif pengelolaan sumber daya alam mineral
logam (nikel) berkeadilan, perlindungan hukum diberikan kepada warga masyarakat
dan lingkungan hidup. Perlindungan terhadap lingkungan hidup dimaksudkan untuk
memberi keseimbangan dalam pemanfaatannya baik pengguna sumber daya alam
maupun masyarakat yang tidak ikut menikmati manfaat ekonomi atas pemanfaatan
sumber daya alam,7 mineral logam (nikel) tersebut. Oleh karena itu dalam pemanfaatan
kekayaan alam
7
Muhamad Muhdar, “Aspek Hukum Reklamasi Pertambangan Batubara pada Kawasan Hutan di
Kalimantan Timur,” Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Vol. 27, No. 3 (Februari
10, 2016): 473, https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/view/15883.
untuk kesejahteraan rakyat, hendaknya berpijak pada nilai-nilai moral, hukum dan
agama. Moralitas dapat mengekang nafsu manusia untuk berbuat yang menyimpang
dari peraturan hukum.8
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan faktor penting dalam penelitian. Penelitian (research)
merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif, yaitu penelitian hukum yang
menitikberatkan pada analisis peraturan perundang-undangan.
8
Ridwan, Dimyati Khudzaifah, dan Absori, “Relasi Hukum Dan Moral Sebuah Potret Antar Mazhab Dan
Konteks Ke-Indonesiaan,” in Prosiding Konferensi Nasional Ke- 3 Asosiasi Program Pascasarjana
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta (APPPTM), 2009, 77.
9
Herman et al., “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penambangan Mineral di Kawasan Hutan
Tanpa Izin,” Halu Oleo Legal Research Vol. 4, No. 2 (2022), https://journal.uho.ac.id/index.php/
holresch/article/view/47.
10
Muh. Jufri Dewa, Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Pelayanan Publik (Yogyakarta: KBM
Indonesia, 2022), 30.
pengutamaan produk dalam negeri; b. pengutamaan tenaga kerja lokal; dan c.
pengoptimalan pembelanjaan lokal baik barang maupun jasa pertambangan.11
Sumber daya alam mineral logam merupakan kekayaan alam yang dikuasai oleh negara.
Sebagai wujud tanggung jawab, pemerintah seharusnya melakukan perlindungan
hukum preventif terhadap pengelolaan (menimbun) lubang-luban tambang (eks
penambangan) dalam konsesi pertambangan yang menjadi kewenangan pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah provinsi. Dampak kebijakan perizinan
dan pengelolaan wilayah izin usaha pertambangan yang belum tepat menimbulkan
kondisi buruk seperti lubang-lubang bekas tambang yang berisi air beracun menjadi
lahan terbuka tanpa reklamasi.12
Kebijakan pemerintah pun dinilai tidak serius terhadap pengelolaan lubang tambang
yang dapat menimbulkan korban, seperti jatuhnya hewan ternak masyarakat ke dalam
lubang eks penambangan; karena penambangan dilakukan secara terbuka dan tidak ada
upaya melakukan penimbunan dan/atau reklamasi pada eks tambang. Akibat
pengabaian kewajiban reklamasi dan program CSR (Corporate Social Responsibility);
yaitu suatu konsep atau tindakan yang dilakukan di dunia usaha atau industri sebagai
rasa tanggung jawab terhadap kepentingan sosial dan lingkungan sekitarnya) yang
kurang tepat maka lubang tambang ini justru dimanfaatkan warga sekitar tanpa
mengindahkan bahaya terhadap nyawa mereka.
Efektivitas pengawasan pasca tambang mineral logam dinilai menjadi hal krusial tatkala
pengabaian reklamasi dan pasca tambang terus meningkat hal ini disebabkan karena
faktor:
14
OCollaghan, T., Patience is Virtue: Problems of Regulatory Governance in the Indonesian Mining Sector,
Resources Policy, h. 218-225
15
Ibid.,
Pertama, pemerintah dan otoritas daerah memiliki persepsi bahwa peranan otoritas
sebagai subordinasi kebijakan dibuat oleh pusat dan hanya bersifat prosedural semata;
Kedua; minimnya pertimbangan yang dibangun untuk keberpihakan pada lingkungan
serta pada masyarakat. Imbasnya adalah persoalan lingkungan, seperti pencemaran dan
kerusakan lingkungan akan melahirkan terbatasnya akses dalam pemenuhan
kebutuhan kesehatan masyarakat.
16
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi
Kebijakan Publik (Jakarta: Bumi Aksara, 2021), 42–43.
17
Muhammad Faz, “Politik Hukum Pengaturan Pasal 33 UUD 1945 (Studi Hermeneutika Hukum Terhadap
Klausula ‘Dikuasai oleh Negara’ dalam Pasal 33 UUD 1945 Sebelum dan Setelah Amandemen)”
(Universitas Islam Indonesia, 2017), 22.
Untuk memenuhi tujuan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tercantum dalam Pasal
33 UUD NRI Tahun 1945, maka pemerintah dapat membuat rumusan kebijakan
pengelolaan pertambangan mineral logam didasarkan pada peraturan hukum yang
memadukan antara hukum positif dan nilai etik propetik, yaitu kebijakan pengelolaan
pertambangan mineral logam yang didasarkan pada prinsip transenden berupa
keimanan kepada Allah yang menempatkan alam sebagai prioritas tertinggi, tidak hanya
mengejar keuntungan dan kebahagiaan duniawi melainkan memberi perlindungan
terhadap agama, jiwa, akal, harta, keturunan dan kehormatan sebagai upaya mencapai
kesejahteraan esensial sebagai amanah konstitusi.
Adapun alasan mengapa Undang-undang Sumber Daya Alam sering acapkali mengalami
konflik (tumpang tindih) dan belum menempatkan nilai demokrasi materiil, karena: a.
pemenuhan perpaduan terhadap prinsip pengelolaan sumber daya alam-lingkungan
hidup sangat minim dan acapkali kontradiktif; b. terdapat perbedaan muatan
pengaturan (konflik/tumpang tindih); c. Mahkamah Konstitusi mengatur batasan dan
cakupan materi muatan, memberikan pemaknaan baru terhadap norma, menerangkan
keberlakuan asas dan norma; dan d. Koherensi lex generalis dan lex specialis tidak
terlalu terlihat. Mengingat lex specialis jarang merujuk lex generalis-nya. Kelemahan
kebijakan pengelolaan pertambangan mineral logam tidak pada an sich substansi,
hubungan antara pusat dan daerah, sarana dan prasarana bahkan substansinya, tetapi
terkait pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan harus berpijak pada nilai-
nilai moral, hukum tertulis atau hukum yang hidup dalam masyarakat.
Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam berbasis pada konsep kesejahteraan
merupakan hal yang penting pada bagian cita hukum bangsa. Mengingat mineral logam
sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam
yang tidak terbarukan, pengelolaannya dilakukan seoptimal mungkin, efisien,
transparan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan agar
memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan. Menurut Bagir Manan, memaknai Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945,
“Hak menguasai negara” yang didasarkan atas konstitusi tersebut “dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Kedua kaidah tersebut tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, keduanya merupakan satu-kesatuan yang sistematik. Jadi hak
mengusai negara bersifat instrumental; sedangkan dipergunakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat merupakan suatu tujuan (objectives). Untuk itu, Negara mempunyai
kewajiban sebagai berikut:18 Pertama, segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air) serta
hasil yang didapat (kekayaan alam), harus secara nyata meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat; Kedua, melindungi dan menjamin segala hak- hak rakyat
yang terdapat di dalam atau di atas bumi, air, dan berbagai kekayaan alam tertentu yang
dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati langsung oleh rakyat; Ketiga, mencegah
segala tindakan dari pihak mana pun yang akan menyebabkan rakyat tidak mempunyai
kesempatan atau akan kehilangan haknya dalam menikmati kekayaan alam.
Kaitan antara keadilan sosial dengan keadilan ekologi yang menarik adalah pendapat
Andrew Dobson19 menghubungkan dengan pandangan etika biosentrisme yang
dikemukakan oleh Sonny Keraf, bahwa manusia hanya bisa hidup dan berkembang
sebagai manusia utuh tidak hanya dalam komunitas sosial saja, tetapi juga dalam
komunitas ekologi, yaitu makhluk yang hidupnya tergantung dari dan terkait erat
dengan semua kehidupan lain di alam semesta. Dengan kata lain manusia sebagai
makhluk sosial tidak akan lepas dalam perannya juga sebagai makhluk ekologi.
Kehidupan manusia tidak saja ditentukan oleh komunitas sosialnya, tetapi juga
komunitas ekologi, yaitu makhluk yang kehidupannya tergantung dari dan terkait erat
dengan semua kehidupan lain di alam semesta.
KESIMPULAN
Kebijakan hukum pengelolaan usaha pertambangan mineral logam harus didasarkan
pada 4 pilar utama, yaitu kebijakan tata kelola yang demokratis, menggunakan standar
kinerja tata kelola pemerintahan yang baik, mewujudkan keadilan sosial, dan konsisten
dalam pengawasan dan penegakan hukum. Pengelolaan pertambangan mineral logam
harus dilakukan dengan memperhatikan kaidah pertambangan yang baik dan
melakukan reklamasi dan pasca tambang yang tepat dan terintegrasi. Konsep
pengelolaan pertambangan mineral logam harus berbasis pada kesejahteraan
masyarakat sekitar
19
Andrew Dobson, “Justice and the Environment,” Justice and the Environment (Desember 3, 1998): 241.
tambang dan harus dilakukan melalui pendekatan konsepsional yang menghadirkan
kesejahteraan lahir dan batin. Pemerintah harus membuat kebijakan pengelolaan
pertambangan mineral logam berdasarkan peraturan hukum yang memadukan antara
hukum positif dan nilai kearifan lokal. Meskipun setiap aktivitas pertambangan,
perusahaan telah menjalankan program CSR, salah satu hal yang dapat meningkatkan
kesejahteraan keluarga adalah kesempatan mendapatkan pendidikan yang layak bagi
anak-anak melalui pemberian dana pendidikan berupa beasiswa dan keikutsertaan
dalam program community development yang dilaksanakan oleh perusahaan tambang.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa, Muh. Jufri. Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Pelayanan Publik.
Yogyakarta: KBM Indonesia, 2022.
Dobson, Andrew. “Justice and the Environment.” Justice and the Environment (Desember
3, 1998).
Faz, Muhammad. “Politik Hukum Pengaturan Pasal 33 UUD 1945 (Studi Hermeneutika
Hukum Terhadap Klausula ‘Dikuasai oleh Negara’ dalam Pasal 33 UUD 1945
Sebelum dan Setelah Amandemen).” Universitas Islam Indonesia, 2017.
Gunawijaya, Rahmat. “Kebutuhan Manusia dalam Pandangan Ekonomi Kapitalis dan
Ekonomi Islam.” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syariah Vol. 13, No. 1 (April 1, 2017).
http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/Almaslahah/article/view/921.
Herman, Oheo Kaimuddin Haris, Sabrina Hidayat, Handrawan Handrawan, Heryanti
Heryanti, dan M. Fadli Masulili. “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Penambangan Mineral di Kawasan Hutan Tanpa Izin.” Halu Oleo Legal Research
Vol. 4, No. 2 (2022). https://journal.uho.ac.id/index.php/holresch/article/
view/47.
Januari, Achmad Haris. “Sistem Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Tata Kelola
Pertambangan.” Jurnal Hukum dan Bisnis (Selisik) Vol. 1, No. 2 (2015).
https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/selisik/article/view/631.
Manan, Bagir. Beberapa Catatan atas Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan
Gas Bumi. Bandung: Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, 1999.
Muhdar, Muhamad. “Aspek Hukum Reklamasi Pertambangan Batubara pada Kawasan
Hutan di Kalimantan Timur.” Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada Vol. 27, No. 3 (Februari 10, 2016), hal. 472.
https://jurnal.ugm.ac.id/ jmh/article/view/15883.
Ridwan, Dimyati Khudzaifah, dan Absori. “Relasi Hukum Dan Moral Sebuah Potret Antar
Mazhab Dan Konteks Ke-Indonesiaan.” In Prosiding Konferensi Nasional Ke- 3
Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Yogyakarta
(APPPTM), 2009.
Safiuddin, Sahrina, Rizal Muchtasar, dan Heryanti. “Upaya Administratif sebagai
Instrumen Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik Bagi
Masyarakat.” Halu Oleo Law Review Vol. 6, No. 2 (September 28, 2022).
https://holrev.uho.ac.id/index.php/journal/article/view/6.
Soedarso, Bambang Prabowo. “Potret Hukum Pertambangan di Indonesia dalam Era UU
No. 4 Tahun 2009.” Indonesian Journal of International Law Vol. 6, No. 3 (April 30,
2009). https://scholarhub.ui.ac.id/ijil/vol6/iss3/6.
Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Masyarakat & Jaring Pengaman Sosial. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model
Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara, 2021.
Yulianingrum, Aullia Vivi. “Kebijakan Pengelolaan Pertambangan Batu Bara Berbasis
Kesejahteraan Profetik.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021.