Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN

BATUBARA DI HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN BENGKULU


TENGAH BERKAITAN DENGAN HUKUM TATA RUANG

A. Latar Belakang
Dalam alinea ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 telah disebutkan beberapa hal yang menjadi tujuan Negara Republik Indonesia,
diantaranya yaitu “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum”.1
Melihat tujuan negara yang dikemukakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut maka dapat diketahui bahwa konsep yang
dianut oleh Negara Indonesia adalah konsep negara kesejahteraan (welfare state). Yang
dimaksud dengan negara kesejahteraan tersebut ialah negara yang mampu memberikan
peranan lebih kepada pemerintah dalam mengelola negara yang tujuannya ialah
kesejahteraan rakyat.2
Konsep negara kesejahteraan tersebut pada dasarnya ingin menempatkan negara dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat sehingga negara bisa berperan langsung dalam
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat serta agar negara dapat menjaga seluruh
kekayaannya, termasuk sumber daya alam yang ada di dalamnya agar dikelola dengan baik.3
Dalam hal ini, menurut Menurut Bagir Manan, penguasaan negara akan sumber daya
alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat akan mengwujudkan kewajiban negara
yaitu4:
1. Segala bentuk pemanfaatan atas bumi dan air serta hasil kekayaan harus secara
nyata meningkatkan kemakmuran rakyat;
2. Melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat diperut bumi
sebagai kekayaan alam dapat dinikmati dan/atau meningkatkan kesejahteraan
rakyat.5
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Bo Soderten, 2004, Globatization and Welfare State, Palgrave Macmillan, New York, hlm. 17.
3
http://scholar.unand.ac.id/23982/6/BAB%20I%20%28PENDAHULUAN%29.pdf
4
Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara. Mandar Maju, Bandung, 1995,
hlm 12
5
Muhammad Yamin, merumuskan pengertian dikuasai oleh negara termasuk mengatur dan/atau
menyelegarakan oleh pemerintah dengan berpedoman kemakmuran rakyat. Proklamasi dan Konstitusi.
Djembatan, Jakarta, 1954, hlm 42-43
Sebagaimana dimuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”.6 Hak penguasaan negara tersebut berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan
mengawasi pengelolaan dan/atau pengusahaan sumber daya alam serta berisi kewajiban
untuk mempergunakannya sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.7
Abrar Saleng, salah satu dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin menjelaskan
bahwa guna memenuhi ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 maka
diterbitkanlah Undang-Undang terkait Ketentuan Pokok Pertambangan, kemudian tentang
Minerba.8 Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara merupakan Undang-Undang yang berlaku saat ini menggantikan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Undang-Undang tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan hukum bagi langkah-langkah
pembaruan dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan pertambangan
batubara, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
bahwa “Mineral dan Batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan
kekayaan nasional dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat”.9
Dari ketentuan tersebut, dapat terlihat bahwa negara menguasai sumber kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Namun, dikarenakan mineral dan batubara merupakan
sumber daya alam yang tak terbarukan, maka perlu dilakukan pengelolaan yang seoptimal
mungkin, efesien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta berkeadilan
agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat secara
berkelanjutan. Sehingga manfaatnya akan dapat terus dirasakan bukan hanya oleh generasi
sekarang melainkan juga dapat dirasakan oleh generasi mendatang.10
Jika dilihat dari ketentuan hukum terkait pertambangan di atas, hak penguasaan atas
pertambangan batubara memang merupakan wewenang negara dalam hal mengatur,
mengurus dan mengawasi pengelolaan serta kewajiban untuk mempergunakan sebesar-
6
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
7
Abrar Saleng, Kapita Selekta Hukum Sumber Daya Alam. Jurnal Dinamika Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Hasannuddin, Makasar. Volume 12 Nomor 4 Juli, 2013, hlm 149
8
Abrar Saleng, Hukum Pertambangan. UUI Press, Yokyakarta, 2004, hlm 21
9
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
10
Martha Pigone, Politik Hukum Pertambangan Indonesia dan Pengaruh Pada Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Era Otonomi Dearah. Jurnal Hukum, Vol XV. No. 3. Jakarta Desember 2003.
besarnya kemakmuran rakyat. Namun, yang menjadi persoalan yaitu terkait kemakmuran
rakyat, termasuk dalam hal ini Usaha Pertambangan Batubara di Kabupaten Bengkulu
Tengah Provinsi Bengkulu.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang terpenting dalam mengelola
kekayaan negara yang ada adalah terlebih dahulu memperhatikan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, karena hal tersebut merupakan amanat negara sebagaimana yang telah
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Diketahui, bahwa terdapat delapan perusahaan pertambangan yang masih beroperasi di
hulu sungai Kabupaten Bengkulu Tengah, yaitu PT. Bengkulu Bio Energi, PT. Kusuma
Raya Utama, PT. Bara Mega Quantum, PT. Inti Bara Perdana, PT. Danau Mas Hitam, PT.
Ratu Samban Mining,PT. Griya Pat Petulai, dan PT. Cipta Buana Seraya, dengan luas total
19 ribu hektare. Menurut Ali Akbar, Direktur Kanopi Bengkulu, kedelapan perusahaan
tambang tersebut menjadi salah satu penyebab meluapnya air dari hulu sungai yang akhirnya
menimbulkan banjir di sekitar Kecataman Sungai Serut dan Kecamatan Muara Bangka Hulu
Kota Bengkulu, hal tersebut dikarenakan perusahaan tambang batubara tersebut beroperasi
di kawasan penyangga Hutan Lindung Bukit Daun yang merupakan daerah tangkapan air
hulu Sungai Air Bengkulu yang meluap akibat hujan deras. Debit air yang tak mampu
ditampung oleh sungai-sungai yang ada telah menyebabkan terjadinya banjir bandang di
beberapa wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu pada 2019 lalu yang
akhirnya menimbulkan korban jiwa. Sebagian kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai
Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah habis dikapling untuk pertambangan
batubara, hal ini yang menyebabkan kawasan tersebut kehilangan fungsi ekologisnya.11
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah pada dasarnya tidak teliti
dalam menerbitkan izin usaha pertambangan. Pemerintah daerah dalam hal ini juga tidak
mengikuti kaidah lingkungan serta tidak menaati tata ruang yang akhirnya menimbulkan
banyak kerugian bagi masyarakat. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi
judul penelitian yaitu “Tinjauan Yuridis terhadap Kebijakan Izin Usaha Pertambangan

11
Antaranews.com, edisi Minggu 28 April 2019, oleh Helti Marini S, diakses pada 11 Desember 2021 pukul
22.45 WIB.
Batubara di Hulu Daerah Aliran Sungai Bengkulu berkaitan dengan Hukum Tata
Ruang”

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penerbitan izin usaha pertambangan di Hulu Aliran Sungai Bengkulu telah
sesuai dengan Hukum Tata Ruang?
2. Apa dampak yang ditimbulkan dengan adanya usaha pertambangan di Hulu Aliran
Sungai Bengkulu?

Anda mungkin juga menyukai