Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH UK 3 HUKUM SUMBER DAYA ALAM

PERMASALAHAN DALAM UU OMNIBUS LAW MENGENAI

MIGAS SEKTOR HULU DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU

NASRULLAH, S.H., S.Ag., MCL

DISUSUN OLEH

ADWITYA PESAT ABINAYA

20190610328

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dahulu Indonesia merupakan negara yang dikenal akan sumber daya alamnya, oleh karena itu
hal ini merupakan sebuah fakta yang menjadi latar belakang mengapa negara-negara pada zaman
penjajahan terutama negara-negara dari Eropa dan Amerika sangat ingin menguasai wilayah Indonesia
sehingga mereka bisa mengambil kekayaan yang ada didalamnya entah itu untuk kebutuhan konsumsi
mereka atau bisa untuk memperkuat kekuatan militer mereka. Menurut UUPA (Undang-Undang Pokok
Agraria), menjelaskan bahwa sumber daya alam adalah seluruh bumi, air, dan ruang angkasa serta
seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang mana digunakan untuk tujuan sebesar-
besarnya kemakmuran seluruh warga negara Indonesia menurut Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Salah satu
sumber daya alam tersebut adalah minyak dan gas bumi atau Migas. SDA minyak dan gas bumi
merupakan sumber daya yang termasuk tidak dapat diperbarui (non-renewable) tetapi sangat penting
untuk menunjang pembangunan di Indonesia karena didukung oleh wilayah kerja yang cukup banyak
dan tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Wewenang pemerintah juga dengan membuat
hukum atau pengaturan mengenai tata cara pengelolaannya dan perlindungannya yang mana dimuat
dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta berbagai peraturan
pelaksanaan, yang dalam hal ini pemerintah memiliki wewenang untuk memiliki kuasa untuk
menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi tersebut.

Kewenangan yang melekat pada negara, yang dalam hal ini dilakukan oleh pemerintah, merupakan
suatu kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945 melalui UU Migas sebagai derivasinya dengan
tujuan mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat Kekuasaan negara atas sumber daya alamnya, akan melahirkan penguasaan negara
dimana hak penguasaan tersebut diantaranya kewenangan untuk mengatur, mengawasi, dan mengurus
segala bentuk pengusahaan dan pengelolaan kekayaan alam, serta mempunyai tanggung jawab untuk
dipergunakan dan ditujukan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sebagaimana
mandat Pasal 33 UUD 1945. Kewenangan yang melekat pada negara, yang dalam hal ini dilakukan oleh
pemerintah, merupakan suatu kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945 melalui UU Migas sebagai
derivasinya dengan tujuan mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Y. Sogar Simamora, 2009:18-19).1

1
Kurniawan, Fahriza. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Kekayaan Minyak dan Gas Bumi Bumi sebagai
Aset Negara melalui Instrumen Kontrak. (Surabaya: Universitas Airlangga. 2013).
Kontribusi sumber daya alam migas ini hadir dari industri hulu migas yang membantu pertumbuhan
ekonomi daerah. Industri hulu Migas merupakan industri yang cakupan kegiatannya untuk melakukan
eksplorasi, produksi/eksploitasi, pengembangan lapangan migas, dan lifting minyak bumi atau gas
alam. Tetapi Analisa terbaru dari revisi UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
menghasilkan beberapa problematika yang terkait dengan penggunaan tenaga kerja yang belum
maksimal dan juga birokrasi yang rumit, dan ketentuan Domestic Market Obligation (DMO), lifting
minyak yang terus turun, realisasi investasi dan eksplorasi yang menurun sejak tahun 1999, dan
tidak ditemukannya cadangan di Blok baru dalam 10 tahun terakhir kecuali Blok Cepu hingga saat
ini, menjadi salah satu parameter bahwa pemerintah tidak mampu membangun konsepsi mengenai
politik minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan rakyat Industri Minyak dan Gas Bumi merupakan
usaha yang membutuhkan potensi Sumber Daya Alam yang tinggi,teknologi tinggi,modal tinggi, dan
sangat beresiko bagi lingkungan yang wilayahnya digunakan sebagai tempat eksploitasi.. Kemudian
ditemukan ketidakjelasan ketentuan dalam UU Migas mengenai hak rakyat yang wilayah tempat
tinggalnya digunakan untuk kegiatan eksploitasi dan eksplorasi atau tentang jaminan hak-hak rakyat,
pada akhirnya rakyat yang seharusnya memperoleh kekayaan dan kesejahteraan karena kegiatan
tersebut malah tidak mendapatkan apa-apa.

Oleh karena itu, diperlukannya kerja sama dari pemerintah, masyarakat, maupun dari industry hulu
Migas dalam menangani permasalahan yang terjadi, karena akan berdampak pada SDA itu sendiri yang
mana Migas bukan merupakan SDA yang dapat diperbarui dan yang kedua juga merugikan rakyat yang
seharusnya mendapatkan kesejahteraan dari kegiatan hulu minyak dan gas bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan sektor hulu Migas di Indonesia?
2. Bagaimana upaya penyelesaian permasalahan sektor hulu Migas di Indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memaparkan permasalahan yang terjadi di sektor hulu Migas di Indonesia.
2. Untuk menjelaskan upaya penyelesaian permasalahan sektor hulu Migas di Indonesia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Minyak dan Gas Bumi (Migas)

Minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam yang tersimpan dibawah permukaan Bumi dan
berbentuk cairan maupun gas. Minyak dan gas bumi terdapat di dalam pori-pori batuan ada suatu kolam
di perut Bui yang disebut Reservoir. 2

Dalam Hukum Minyak dan Gas Bumi terdapat tiga suku kata yaitu hukum, minyak, dan gas bumi.
Hukum (law) dikonsepkan sebagai aturan-aturan yang dibuat oleh negara. Sedangkan pengertian
minyak tercantum dalam berbagai peraturan perundang-unadangan yang salah satunya adalah menurut
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang maksud
dengan minyak bumi atau crude oil adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi
tekanan dan temperature atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau
ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau
endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan
dengan usaha minyak dan gas bumi. Sedangkan gas bumi menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang
dalam kondisi tekanan dan temperature atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses
penambangan minyak dan gas bumi.

Jadi bisa disimpulkan bahwa pengertian dari hukum Migas adalah kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hubungan antara negara dengan minyak dan gas dan hubungan antara negara dengan badan
usaha atau badan usaha tetap dalam kaitannya dengan pengusahaan minyak bumi.3

B. Penguasaan Negara Atas Minyak dan Gas bumi

Terdapat kuasa pertambangan yang merupakan penguasaan atas SDA Migas yang diselenggarakan
oleh pemerintah. Kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan negara kepada pemerintah
untuk menyelenggarakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Dan tujun dari penyelenggaraan tersebut
harus sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak merupakan kuasa dari negara.
Jadi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai cadangan dan
perkiraan persediaan minyak dan gas bumi, serta untuk menetapkan tempat wilayah kerja. Kemudian

2
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Minyak dan Gas Bumi.
3
HS Salim. Pengantar Hukum Sumber Daya Alam. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2018). hlm. 200-202.
untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah yang sudah ditentukan, kegiatan ini meliputi
beberapa tahap yaitu:

a. Pengeboran dan penyelesaian sumur,


b. Pembangunan sarana (pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan),
c. Pemisahan dan pemurnian minyak dan gas bumi lapangan, serta
d. Kegiatan lain yang mendukung.4

C. Dasar Hukum Minyak dan Gas Bumi

Aspek hukum pengaturan minyak dan gas bumi juga menggunakan proses penggalian
nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh penyelenggara negara yang
berwenang merumuskan politik hukum. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dan
menentukan suatu politik hukum, baik yang telah, sedang, dan akan ditetapkan. Hal ini dapat
digunakan untuk menilai implementasi dari politik hukum, sehingga menghasilkan politik hukum
minyak dan gas bumi yang sesuai dengan kebutuhan dan kesejahteraan rakyat, karena bila hukum
dibangun di atas landasan yang tidak sesuai dengan struktur nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat akan terjadi resistensi masyarakat terhadap hukum, karena hukum yang baik
adalah yang memenuhi syarat filosofis, historis dan yuridis.

Secara filosofis, keberadaan Undang-Undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
sebagai dasar hukum Migas adalah dalam rangka untuk meningkatkan nilai tambah minyak dan gas
bumi sebagai sumber daya alam, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kemudian
ada tujuan dari penyusunan UU Migas tersebut, yaitu diantaranya:

a. Terlaksana dan terkendalinya Migas sebagai sumber daya alam dan sumber daya
pembangunan yang bersifat strategis dan vital,
b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu
bersaing,
c. Meningkatnya pendapatan neagra dan memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi
perekonomian nasional, mengembangkan dan memperkuat industri dan perdagangan
Indonesia, dan
d. Menciptakan lapangan kerja, memperbaiki lingkungan, meningkatnya kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.5

Undang-undang ini memuat substansi pokok mengenai ketentuan bahwa minyak dan gas bumi
sebagai sumber daya alam strategis yang terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan

4
HS Salim. Pengantar Hukum Sumber Daya Alam. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2018). hlm. 204.
5
HS Salim. Pengantar Hukum Sumber Daya Alam. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2018). hlm. 206.
Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara, dan penyelenggaraannya
dilakukan oleh Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan pada Kegiatan Usaha Hulu.
Sedangkan pada Kegiatan Usaha Hilir dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah mendapat Izin
Usaha dari Pemerintah.6

D. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi diatur dalam Pasal 1 angka 7, Pasal 5 sampai dengan
Pasal 6, dan Pasal 9 sampai dengan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah kegiatan usaha yang berintikan
atau bertumpu pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.Kegiatan usaha hulu adalah kegiatan usaha
yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan usaha eksploitasi. Tujuan
kegiatan eksplorasi adalah

a. memeroleh informasi mengenai kondisi geologi,


b. untuk menemukan dan memeroleh perkiraan cadangan minyak
c. dan gas bumi,
d. tempatnya di wilayah kerja yang ditentukan. Wilayah kerja tertentu adalah daerah tertentu
di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi.
Wilayah hukum pertambangan Indonesia adalah seluruh wilayah: 1) daratan,2) perairan,
dan 3) landas kontinen Indonesia.

Tujuan kegiatan eksploitasi adalah untuk menghasilkan minyak dan

a. gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas
b. pengeboran dan penyelesaian sumur,
c. pembangunan sarana pengangkutan
d. penyimpanan
e. pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian minyak di lapangan, serta
f. Kegiatan lain yang mendukung.

Dasar hukum Kegiatan Usaha Hulu diatur dalam Pasal 22 UU Migas, berikut adalah pasal-pasal
yang mengatur terkait dengan kegiatan usaha hulu tersebut, meluputi:

a. Pasal 1 angka 7 yang berkaitan dengan pengertian usaha hulu,


b. Pasal5, yang berkaitan dengan penggolongan kegiatan di bidang minyak dan gas bumi,
c. Pasal 6 berkaitan dengan kontrak kerja sama kegiatan usaha hulu, dan
d. Pasal 9 sampai dengan pasal 22, yang berkaitan dengan kegiatan usaha hulu.

6
Supancana, IBR. Hak Penguasaan Negara terhadap Sumber Daya Alam (UU No.22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi). Departemen Hukum dan HAM RI. 2008.
Kemudian ada bentuk kerja sama usaha hulu, dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja
sama (SKK). Yang mana menurut pasal 1 angka 19 UU Migas adalah kontrak bagi hasil atau bentuk
kerja sama lain dalam rangka melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang hasilnya
menguntungkan untuk negara dan juga dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dapat dilaksanakan oleh:

a. Badan Usaha Milik Negara

b. Badan Usaha Milik Daerah

c. Koperasi, Usaha kecil dan

d. badan usaha swasta yang bisa berupa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap.

Untuk Bentuk Usaha Tetap hanya dapat melaksanakan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melakukan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
dilarang melakukan kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi. Untuk Badan Usaha yang melakukan
kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi tidak dapat melakukan kegiatan usaha hulu minyak dan gas
bumi.

Wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap ditetapkan oleh
Menteri setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Daerah. Penawaran Wilayah Kerja tersebut dilakukan
oleh Menteri. Kemudian Menteri menetapkan Badan Usaha atau bentuk Usaha Tetap yang diberi
wewenang melakukan kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi pada Wilayah Kerja tersebut. Kepada
setiap Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap hanya akan diberikan 1 (satu) Wilayah Kerja. Apabila
Badan Usaha atau BentuK Usaha Tetap mengusahakan beberapa Wilayah Kerja, harus dibentuk badan
hukum yang terpisah untuk setiap wilayah kerjanya.7

PEMBAHASAN

1. Permasalahan Sektor Hulu Minyak dan Gas Bumi di Indonesia

Sebelum membahas mengenai poin-poin permasalahan dalam sektor hulu minyak dan gas bumi
maka kita akan menjabarkan terlebih dahulu bagaimana kontribusi industri-industri hulu tersebut
terutama bagi daerah-daerah. Industri hulu migas nasional tak sekadar menjadi penghasil pundi-pundi
negara, tapi turut menopang pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Salah satunya, Proyek Lapangan
Banyu Urip, Blok Cepu memberikan kontribusi hingga Rp2,18 triliun untuk Bojonegoro, Jawa Timur.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK
Migas) Julius Wiratno mengatakan, di level nasional, setiap 1 juta dolar AS investasi migas dapat

7
Supancana, IBR. Hak Penguasaan Negara terhadap Sumber Daya Alam (UU No.22 Tahun 2001 Tentang
Minyak dan Gas Bumi). Departemen Hukum dan HAM RI. 2008.
memberikan nilai tambah 1,6 juta dolar AS, menambah produk domestik bruto (PDB) 0,7 juta dolar
AS, dan membuka lapangan kerja bagi lebih dari 100 orang. Kontribusi ini di luar penerimaan negara
dari sektor hulu migas.8 Sektor hulu migas merupakan satu satu sektor usaha nasional yang telah
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hingga saat ini,
industri hulu migas di Indonesia masih memiliki peranan penting sebagai penggerak roda perekonomian
baik lokal maupun nasional. Saat ini SKK Migas terus berupaya menggandeng minat investor untuk
meningkatkan aktivitas hulu migas melalui kegiatan eksplorasi demi menemukan cadangan migas
baru.9

Permasalahan di sektor hulu Migas ini sebenarnya terkait dengan UU Omnibus Law atau Cipta
Kerja, yang mana berkaitan dengan perubahan skema kerja sama hulu Migas dari kontrak (SKK)
menjadi perizinan usaha dan belum jelasnya kepada siapa izin tersebut diberikan serta tidak
memberikan kepastian hukum. Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang migas
tertulis kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja sama. Sedangkan
dalam Pasal 5 UU Cipta Kerja menyebutkan kegiatan usaha migas bumi dilaksanakan berdasarkan
perizinan berusaha dari pemerintah pusat. Masalahnya, di Omnibus Law ini belum diatur secara jelas
mengenai skema perizinan maupun pihak yang memberikan izin. Apalagi, pengaturan terkait dengan
Badan Usaha Milik Negara Khusus (BUMNK) yang sebelumnya ada di Rancangan UU Omnibus Law
telah dicabut, dan kelembagaan di hulu migas itu baru akan dibahas pada revisi UU Migas. Padahal,
adanya kepastian terkait kelembagaan tersebut sangat lah penting dan mendesak. Alhasil, adanya
perubahan rezim kontrak menjadi perizinan, tanpa adanya kelembagaan yang pasti, menimbulkan
kerancuan dan ketidakpastian. Maka dibutuhkan pengaturan dan masa transisi dalam mengubah kontrak
hulu migas menjadi perizinan berusaha. Hal tersebut serupa dengan pengaturan dalam pertambangan
minerba, dari rezim kontrak (KK dan PKP2B) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Kemudian dari sisi hirarki hukum, perizinan menempatkan negara atau pemerintah sebagai pihak
yang menerbitkan izin, yang mana seharusnya pemerintah lah yang secara teori memiliki kewenangan
penuh untuk menerbitkan dan mencabut perizinan tersebut, dengan kata lain, posisi pemberi izin secara
hirarki lebih tinggi dibandingkan yang diberi izin. Sedangkan dalam kontrak, posisi kedua belah pihak
relatif setara. Lalu, kontrak hanya dapat berubah dengan kesepakatan kedua belah pihak, tidak bisa
sepihak. Namun, dalam praktiknya tidak selalu demikian. Posisi tawar kedua belah pihak secara de
facto akan menentukan apakah kontrak maupun izin dapat berubah.

8
Voi.id. Kontribusi Industri Hulu Migas dalam Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
https://voi.id/berita/23691/kontribusi-industri-hulu-migas-dalam-pertumbuhan-ekonomi-daerah diakses pada 5
Juli 2021 pukul 19.20.
9
Merdeka.com. Kegiatan Usaha Hulu Migas Jadi Penggerak Perekonomian & Pengembangan Industri
Daerah. https://www.merdeka.com/uang/kegiatan-usaha-hulu-migas-jadi-penggerak-perekonomian-
pengembangan-industri-daerah.html diakses pada 5 Juli 2021 pukul 19.25.
2. Upaya Penyelesaian Permasalahan Sektor Hulu Migas di Indonesia

Upaya penyelesaian permasalahan mengenai Migas di sektor hulu yang berkaitan dengan perubahan
skema kontrak tersebut telah dilakukan oleh pemerintah. Sebagai contoh yaitu pemerintah akan
melakukan revisi UU Migas yang mana telah ditargetkan untuk dirampungkan oleh pemerintah
Indonesia. Salah satu yang menjadi perhatian dalam perumusan RUU Migas tersebut adalah posisi PT
Pertamina (Persero). Sempat mencuat wacana bahwa Pertamina akan memegang fungsi regulator yang
kini dipegang Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yaitu mencakup melelang blok dan
menandatangani kontrak. Tetapi pada intinya adalah revisi tersebut adalah untuk pengelolaan Migas
yang lebih baik di masa mendatang, terutama soal perizinan. Terlebih lagi, pelaksanaan otonomi daerah
yang menimbulkan situasi banyak pemerintah daerah membuat aturan berbeda dengan pemerintah
pusat.

Selain masalah perizinan, kepastian hukum juga masih menjadi kendala yang harus dicarikan solusi.
Ia mengilustrasikan, sebuah investasi migas yang cukup besar harus berhadapan dengan peraturan yang
berubah-ubah. Akibatnya, hal ini menjadi beban sehingga mengganggu produksi. Karena masalah
kepastian hukum ini berkaitan dengan penegakan hukum karena pada faktanya di lapangan bahwa
pelaksanaannya belum menerapkan rasa keadilan yang menyebabkan ketidakpastian hukum. Misalnya,
perkara-perkara yang seharusnya diselesaikan di arbitrase, bisa dibawa ke pengadilan. Entah kenapa
hakim tidak mempertimbangkan hal itu. Bahkan, hakim tersebut menafsirkan seolah-olah klausula itu
tidak berlaku. Selain itu, jika perkara diselesaikan di hadapan majelis arbitrase pun masalah tak berhenti.
Sebab, perusahaan masih harus berhadapan dengan pelaksanaan eksekusi.10

Tetapi dalam hal ini telah dilakukan upaya agar terlaksananya kepatuhan hukum di lingkungan
perusahaan sebagi contohnya Pertamina telah menjalin kerja sama dengan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) untuk mencegah pelanggaran hukum. KPK terlibat dalam proyek-proyek besar
Pertamina untuk mendampingi pelaksanaannya agar sesuai dengan hukum yang berlaku.

10
Hukumonline.com. RUU Migas diharapkan jadi Solui Masalah Hukum Sektor Migas.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5719e27652064/ruu-migas-diharapkan-jadi-solusi-masalah-hukum-
sektor-migas/ diakses pada 5 Juli 2021 pukul 21.41
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

SDA Migas merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi pertumbuhan negara Indonesia
terutama di bidang pembangunan. Tetapi apabila dalam pengelolaannnya yang dilaksanakan oleh
industri-industri hulu migas masih ditemukan permasalahan hukum maka tidak akan tercapai suatu
tujuan tersebut. Karena pengelolaannya oleh negara atau pemerintah harus sesuai dengan amanat dalam
Pasal 33 UUD 1945 yaitu dipergunakan atau dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Dalam hal permasalahan yang lebih spesifik dan inti yaitu di sektor hulu Migas
dimana terjadinya perubahan skema kontrak yang berubah menjadi perizinan usaha justru menimbulkan
ketidakpastian dan ketidakpatuhan hukum oleh perusahaan-perusahaan hulu Migas tersebut. Terlebih
lagi ketidakjelasan akan perizinan tersebut akan diberikan kepada siapa dan pada akhirnya kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya dan berakibat fatal terhadap
negara an juga rakyat yang seharusnya mendapatkan kesejahteraan dan menikmati hasilnya malah tidak
mendapatkan apa-apa.

Pada akhirnya pemerintah bersama perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan Migas berusaha
mencari solusi mulai dari revisi dari hukum atau UU Migas yang pasal-pasalnya berkaitan dengan
kontrak atau perizinan tersebut. Dan perusahaan sepeti Pertamina sudah berupaya untuk mengatasi
berbagai pelanggaran hukum yang terjadi di lapangan yaitu dengan menggandeng KPK atau Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai badan yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu agar
sesuai dengan hukum yang berlaku.

B. Saran

Menurut saya, pmerintah seharusnya mempercepat penyelesaian draft RUU Migas agar bisa keluar
sebagai solusi akan permasalahan yang terjadi, terutama pada sektor hulu Migas tersebut agar
memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum bagi rakyat maupun juga indsutri-industri yang
melakuakn kegiatan hulu Migas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Minyak dan Gas Bumi.

HS Salim. Pengantar Hukum Sumber Daya Alam. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2018).

Hukumonline.com. RUU Migas diharapkan jadi Solui Masalah Hukum Sektor Migas.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5719e27652064/ruu-migas-diharapkan-jadi-solusi-
masalah-hukum-sektor-migas/ diakses pada 5 Juli 2021 pukul 21.41

Kurniawan, Fahriza. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Kekayaan Minyak dan Gas Bumi Bumi
sebagai Aset Negara melalui Instrumen Kontrak. (Surabaya: Universitas Airlangga. 2013).

Merdeka.com. Kegiatan Usaha Hulu Migas Jadi Penggerak Perekonomian & Pengembangan Industri
Daerah. https://www.merdeka.com/uang/kegiatan-usaha-hulu-migas-jadi-penggerak-
perekonomian-pengembangan-industri-daerah.html diakses pada 5 Juli 2021 pukul 19.25.

Supancana, IBR. Hak Penguasaan Negara terhadap Sumber Daya Alam (UU No.22 Tahun 2001
Tentang Minyak dan Gas Bumi). Departemen Hukum dan HAM RI. 2008.

Voi.id. Kontribusi Industri Hulu Migas dalam Pertumbuhan Ekonomi Daerah.


https://voi.id/berita/23691/kontribusi-industri-hulu-migas-dalam-pertumbuhan-ekonomi-daerah
diakses pada 5 Juli 2021 pukul 19.20.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai