11/Okt/2021
147
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
kegiatan usaha minyak dan gas bumi, dari hasil pertambangan di Indonesia
penyidikan, ketentuan pidana dan lain termasuk penerimaan negara dari
sebagainya.5 pertambangan minyak dan gas bumi (migas)
Ketentuan Pidana dalam UU Migas terdapat Indonesia cukup berkontribusi signifikan
pada Bab XI yang di dalamnya terdapat 8 terhadap total penerimaan negara. Sebagai
(delapan) pasal yaitu Pasal 51-58. Tindak pidana contoh penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
di bidang minyak dan gas bumi secara normatif minyak dan gas bumi Indonesia pada tahun
diformulasi dalam Pasal 51-55.6 2009 adalah sebesar Rp 50,04 triliun. Jumlah
Terdapat beberapa alasan yang melandasi ini merupakan 15,76% dari total pendapatan
perlunya penjatuhan sanksi pidana terhadap PPh Indonesia pada tahun 2009. Pada tahun
pelaku yang melakukan tindak pidana di bidang 2010 pendapatan PPh Migas lebih besar lagi
minyak dan gas bumi: yaitu mencapai Rp 58,87 triliun (16,49%),
1. secara filosofis minyak dan gas bumi meningkat menjadi Rp73,10 triliun di tahun
merupakan sumber daya alam yang telah 2011 (16,95%), sebesar Rp83,46 triliun di
dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tahun 2012 (17,95%), dan meningkat
yang wajib dijaga kelestariannya yang dalam menjadi sebesar Rp88,75 triliun di tahun
hal ini harus dikelola dengan baik sehingga 2013 (17,52%). Sedangkan pada tahun 2014,
dapat mencapai tujuan negara yang 2015 dan 2016 pendapatan PPh Migas
memberikan kesejahteraan umum bagi menurun menjadi Rp87,45 triliun di tahun
masyarakat sebagaimana tercantum dalam 2014 (16,01%), Rp49,53 triliun di tahun 2015
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara. (7,29%) dan menjadi hanya Rp48,46 triliun
2. UUD 1945 menjadi landasan konstitusional di tahun 2016 dan kontribusinya terhadap
bagi negara untuk melakukan kriminalisasi total pendapatan PPh hanya sebesar 6,35%
terhadap perbuatan yang dikualifikasi Bahkan pada Tahun 2017, Kepala SKK Migas
sebagai “tindak pidana di bidang minyak dan mengatakan penerimaan negara dari sektor
gas bumi”. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 hulu migas pada semester I tahun 2017
menyatakan bumi dan air dan kekayaan telah melebihi target. Data Satuan Kerja
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
oleh negara dan dipergunakan sebesar- Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat,
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hak per 30 Juni, penerimaan sebesar US$6,48
menguasai negara tersebut salah satunya miliar atau sekitar 59 persen dari target
menghendaki agar negara mengadakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
kebijakan (beleid), dan penetapan Negara (APBN) 2017 sebesar US$10,91
perbuatan sebagai tindak pidana di bidang miliar.842 Manfaat ekonomi yang dihasilkan
minyak dan gas bumi merupakan wujud melalui usaha minyak dan gas bumi harus
nyata adanya kebijakan hukum pidana mendapatkan perlindungan yang memadai
(penal policy). salah satunya melalui mekanisme sanksi
3. Dalam konteks ekonomi, minyak dan gas pidana.
bumi merupakan sumber daya yang 4. Dalam praktik pengelolaan minyak dan gas
menghasilkan. Hal tersebut misalnya bumi ditemukan berbagai perbuatan yang
disampaikan oleh Yusuf Munandar dalam merugikan rakyat Indonesia selaku
tulisannya yang berjudul “Menciptakan pemegang atas hak minyak dan gas bumi.
Penerimaan Minyak dan Gas Bumi Indonesia perbuatan tersebut antara lain berupa
yang berkelanjutan Melalui Sovereign penyalahgunaan bahan bakar minyak (BBM)
Wealth Fund” bahwa:7Penerimaan negara
148
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
bersubsidi, illegal tapping dan lain mempunyai Kontrak Kerja Sama sebagaimana
sebagainya.9 dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dipidana
Dalam kondisi saat ini, fungsi hukum pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
semakin meluas. Hukum pidana di minta tahun dan denda paling tinggi
bantuannya oleh berbagai lapangan bidang Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar
hukum yaitu, hukum perdata, hukum rupiah).
administrasi negara dan lain sebagainya. Pasal 53. Setiap orang yang melakukan:
Keberadaan sanksi pidana dalam berbagai a. Pengolahan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan menunjukkan Pasal 23 tanpa Izin Usaha Pengolahan
fungsionalisasi sanksi pidana terhadap berbagai dipidana dengan pidana penjara paling lama
perbuatan yang dilarang dalam berbagai 5 (lima) tahun dan denda paling tinggi
regulasi diharapkan dapat memperkuat Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
kesadaran untuk tidak melakukan perbuatan rupiah);
yang dilarang. Karakteristik sanksi pidana yang b. Pengangkutan sebagaimana dimaksud
tajam menjadi dasar pertimbangan mengapa dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
penggunaanya semakin meluas dalam dekade Pengangkutan dipidana dengan pidana
terakhir ini.10 penjara paling lama 4 (empat) tahun dan
Sumber daya alam, seperti halnya minyak denda paling tinggi Rp40.000.000.000,00
dan gas bumi bersifat tidak terbarukan (empat puluh miliar rupiah); c.
sehingga pemanfaatannya harus dilakukan Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam
dengan bijak, sesuai tata kaidah penambangan Pasal 23 tanpa Izin Usaha Penyimpanan
yang baik serta sesuai dengan peraturan dipidana dengan pidana penjara paling lama
perundang-undangan yang berlaku. Secara 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi
normatif pemanfaatan minyak dan gas bumi Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun rupiah); d. Niaga sebagaimana dimaksud
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Di dalam dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga
undang-undang tersebut ditetapkan pula dipidana dengan pidana penjara paling lama
adanya kebijakan hukum pidana yang tertuang 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi
dalam Pasal 51-58. Ketentuan tersebut Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar
menetapkan tindak pidana di bidang minyak rupiah).
dan gas bumi dan sanksi pidana apa saja yang Pasal 54. Setiap orang yang meniru atau
dapat dikenakan apabila terdapat pelaku yang memalsukan Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi
melanggar.11 dan hasil olahan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
Tentang Minyak Dan Gas Bumi. Pasal 51 ayat penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda
(1) Setiap orang yang melakukan Survei Umum paling tinggi Rp60.000.000.000,00 (enam puluh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) miliar rupiah).
tanpa hak dipidana dengan pidana kurungan Pasal 55. Setiap orang yang
paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling menyalahgunakan Pengangkutan dan/atau
tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar Niaga Bahan Bakar Minyak yang disubsidi
rupiah). Ayat (2) Setiap orang yang mengirim Pemerintah dipidana dengan pidana penjara
atau menyerahkan atau memindahtangankan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 tinggi Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar
tanpa hak dalam bentuk apa pun dipidana rupiah).
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) Pasal 56 ayat:
tahun atau denda paling tinggi (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh
Pasal 52. Setiap orang yang melakukan atau atas nama Badan Usaha atau Bentuk
Eksplorasi dan/atau Eksploitasi tanpa Usaha Tetap, tuntutan dan pidana
dikenakan terhadap Badan Usaha atau
9 Ibid, hlm. 107. Bentuk Usaha Tetap dan/atau
10 Ibid, hlm. 107-108. pengurusnya.
11 Ibid, hlm. 108.
149
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
(2) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh negara dipergunakan untuk sebesarbesarnya
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, kemakmuran rakyat, maka minyak dan gas
pidana yang dijatuhkan kepada Badan bumi sangat di perlukan dan bermanfaat bagi
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap tersebut kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
adalah pidana denda, dengan ketentuan Indonesia.14
paling tinggi pidana denda ditambah Dalam dunia migas, ketidakpastian menjadi
sepertiganya. salah satu unsur yang selalu hadir dalam
Pasal 57 ayat: kegiatan pengeboran minyak maupun gas bumi.
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Ketidak pastian dalammengestimasi cadangan
dalam Pasal 51 adalah pelanggaran. tergantung kepada data geologi dan data teknis
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud yang tersedia dalam mendukung intepretasi
dalam Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, dan produksi migas.15
Pasal 55 adalah kejahatan. Kejahatan terjadi disebabkan oleh berbagai
Pasal 58 Selain ketentuan pidana faktor ekonomi dan sosial merupakan faktor
sebagaimana dimaksud dalam Bab ini, sebagai utama yang mempengaruhi terjadinya
pidana tambahan adalah pencabutan hak atau kejahatan. Oleh karena itu kejahatan
perampasan barang yang digunakan untuk atau ditanggulangi apabila keadaan ekonomi atau
yang diperoleh dari tindak pidana dalam keadaan lingkungan sosial yang mempengaruhi
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. seseorang kearah tingkah laku kriminal dapat
Minyak dan gas bumi merupakan salah satu dikembalikan kearah yang lebih baik. Dengan
kebutuhan manusia yang sangat penting. Hal ini kata lain perbaikan keadaan ekonomi dan
dikarenakan kebutuhan manusia yang semakin lingkungan sosial yang harus dilakukan untuk
hari semakin ingin instan yang berimbas kepada menekan jumlah tindak pidana kejahatan.16
kebutuhan minyak yang semakin tinggi. Proses Masyarakat dikatakan sejahtera apabila
pembuatan barang-barang kebutuhan manusia tingkat perekonomian menengah ke atas dan
juga dilakukan serba instan menggunakan kondisi keamanan yang harmonis. Hal tersebut
mesin-mesin, bahkan tanpa campur tangan dapat tercapai dengan cara setiap masyarakat
Sumber Daya Manusia membuat konsumsi dapat berperilaku serasi dengan norma yang
energi yang dibutuhkan sangat banyak.12 berlaku di masyarakat. Untuk berperilaku
Minyak dan gas bumi merupakan sumber sesuai norma yang berlaku di masyarakat perlu
daya alam yang strategis tidak terbarukan yang dibentuk suatu kaidah atau aturan hukum
dikuasai oleh negara serta merupakan ditengah-tengah masyarakat agar tidak terjadi
komoditas vital yang memegang peranan tindak kejahatan.17
penting dalam penyediaan bahan baku industri Setiap orang tidak dapat melepaskan diri
pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dari berbagai hubungan timbal balik dan
dan penghasil devisa negara yang penting, kepentingan yang saling terkait antara yang
maka pengelolaannya perlu dilakukan satu dengan yang lainya yang dapat di tinjau
seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan dari berbagai segi, misalya segi agama, etika,
bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan sosial budaya, politik, dan termasuk pula segi
kesejahteraan rakyat.13 Dapat juga kita lihat hukum. Ditinjau dari kemajemukan
dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, kepentingan seringkali menimbulkan konflik
sebagai landasan konstitusional yang kepentingan, yang pada akhirya melahirkan apa
mewajibkan gas bumi, air dan kekayaan alam yang di namakan tindak pidana. Untuk
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh melindugi kepentingan-kepentingan yang ada
tersebut, maka di buat suatu aturan dan atau
12Ayu Mega Utami, Alvi Syahrin dan Mohammad Ekaputra. norma hukum yang wajib di taati. Terhadap
Tindak Pidana Pertambangan Minyak Bumi Hasil
Lingkugan Tanpa Surat Izin (Studi Putusan Negeri Stabat 14 Ibid, hlm. 2.
Nomor. 412/Pid.B/LH/2017/PN. Stb). Department of 15 Ibid, hlm. 2-3.
Criminal Law, Faculty of Law, University Sumatra Utara, 16Jonni Harianto Damanik. Op. Cit. hlm. 5 (Lihat
Medan, Indonesia. httpdownload.garuda.ristekdikti.go.id › Atmasasmita, Romli, Kapita Selekta Hukum Pidana dan
article. hlm. 2. Kriminologi, Penerbit Maju Mundur, Bandung, 1995, hlm.
13 Ibid, hlm. 2 (Lihat Penjelasan Undang-Undang UU No. 22 57).
Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi). 17 Ibid, hlm. 5.
150
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
orang yang melanggar aturan hukum dan Dalam hukum pidana dikenal adanya
menimbulkan kerugian kepada orang lain akan pengkualifikasian delik. J.A.W. Lensing
di ambil tindakan berupa ganti kerugian atau membedakan kualifikasi delik menjadi 2 (dua)
denda, sedang bagi seorang yang telah yaitu “classified by statute” dan “classified by
melakukan tindak pidana akan di jatuhi sanksi doctrine”.22 Beranjak pada hal tersebut, Barda
pidana berupa hukuman badan baik penjara, Nawawi Arief menyimpulkan secara teoritik
kurungan dan atau denda.18 Sejak kualifikasi delik dibedakan menjadi kualifikasi
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 yuridis dan kualifikasi non-
Tahun 2001 tentang Minyak Bumi ditegaskan yuridis/teoritik/ilmiah/keilmuan.23
bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber Kualifikasi yuridis menjadi salah satu
daya alam yang terkandung di dalam wilayah kualifikasi yang dikenal dalam hukum pidana.
hukum pertambangan Indonesia merupakan Dikatakan sebagai kualifikasi yuridis karena
kekayaan nasional yang dikuasai negara. kualifikasi tersebut ditetapkan oleh pembentuk
Penguasaan oleh negara tersebut undang-undang. Dalam Undang-Undang Nomor
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
pemegang kuasa pertambangan. Sebagai ditetapkan adanya kualifikasi yuridis berupa
sumber daya alam strategis minyak dan gas kejahatan dan pelanggaran. Dalam Pasal 57 UU
bumi merupakan kekayaan nasional yang Migas dinyatakan:
menduduki peranan penting sebagai sumber a. Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pembiayaan, sumber energi dan sumber bahan dalam Pasal 51 adalah pelanggaran;
bakar bagi pembangunan ekonomi negara.19 b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud
Undang-Undang Dasar Negara Republik dalam Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, dan
Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (2) dan Pasal 55 adalah kejahatan.24
ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang Dengan demikia`n terhadap ketentuan
produksi yang penting bagi negara dan diatas diketahui perbuatan atau tindak pidana
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai di bidang minyak dan gas bumi yang
oleh negara. Demikian pula bumi air yang dikualifikasi sebagai pelanggaran adalah
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara perbuatan melakukan Survei Umum
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya sebagaimana tanpa hak. Sedangkan perbuatan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.20 yang dikualifikasi kejahatan meliputi:
Mengingat Bahan Bakar Minyak yang 1. mengirim atau menyerahkan atau
penguasaannya dikuasai oleh negara memindahtangankan data yang diperoleh
merupakan sumber daya alam yang strategis dari survei umum tanpa hak;
dan merupakan komuditas vital yang 2. melakukan eksplorasi dan/atau eksploitasi
memegang peranan penting didalam tanpa mempunyai kontrak kerja sama.
penyediaan bahan baku industri, pemenuhan Perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak
kebutuhan energi di dalam negeri dan pidana ini merupakan bentuk kriminalisasi
penghasil devisa negara yang penting maka terhadap perbuatan melaksanakan kegiatan
pengelolaannya dilakukan seoptimal mungkin usaha hukum migas yang dilakukan tanpa
agar dapat dimanfaatkan dengan sebesar- kontrak kerja sama dengan badan
besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan pelaksana;
rakyat.21 3. pengolahan tanpa izin usaha pengolahan; -
pengangkutan tanpa izin usaha
B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Di Bidang pengangkutan;
Minyak Dan Gas Bumi 4. penyimpanan tanpa izin usaha
penyimpanan;
18 Ibid, hlm. 5-6 (Lihat Damos Dumoli Agusman, Suatu
Pengantar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2013), hlm. 25). 22 Pujiyono Ade Adhari. Op. Cit. hlm. 112 (Lihat Barda
19 Ibid, hlm. 6 (Lihat Suwanjoko Warpani, Merencanakan Nawawi Arief, Kebijakan Formulasi Ketentuan Pidana
Sistem Pengangkutan, Penerbit ITB, Bandung, 1990, dalam Peraturan Perundang-Undangan, (Semarang:
hlm.12). Pustaka Magister, 2012), halaman 18-19).
20 Ibid, hlm. 34. 23 Ibid.
21 Ibid, hlm. 35. 24 Ibid.
151
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
5. perbuatan yang dilarang: niaga tanpa izin Sama kepada Menteri melalui Badan
usaha niaga; Pelaksana.
6. meniru atau memalsukan Bahan Bakar (4) Kerahasiaan data yang diperoleh Badan
Minyak dan Gas Bumi dan hasil olahan; Usaha atau Bentuk Usaha Tetap di
7. menyalahgunakan pengangkutan dan/atau Wilayah Kerja berlaku selama jangka
niaga bahan bakar minyak yang disubsidi. waktu yang ditentukan.
Penetapan kualifikasi delik dalam UU Migas (5) Pemerintah mengatur, mengelola, dan
penting untuk dilakukan agar dapat memanfaatkan data sebagaimana
memberlakukan aturan pemidanaan umum dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
yang terdapat dalam Buku I KUHP yang untuk merencanakan penyiapan
memisahkan secara tegas adanya aturan pembukaan Wilayah Kerja.
pemidanaan untuk kejahatan dan (6) Pelaksanaan ketentuan mengenai
pelanggaran.25 kepemilikan, jangka waktu penggunaan,
Bentuk-bentuk tindak pidana di bidang kerahasiaan, pengelolaan, dan
minyak dan gas bumi akan diuraikan berikut ini: pemanfaatan data sebagaimana
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat
Tentang Minyak Dan Gas Bumi Setiap orang (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih
yang melakukan Survei Umum sebagaimana lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) tanpa hak 4. Setiap orang yang melakukan Eksplorasi
(Pasal 51 ayat 1). dan/atau Eksploitasi tanpa mempunyai
2. Pasal 19 ayat (1) Untuk menunjang Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud
penyiapan Wilayah Kerja sebagaimana dalam Pasal 11 ayat (1) (Pasal 52).
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), dilakukan Pasal 11 ayat (1) Kegiatan Usaha Hulu
Survei Umum yang dilaksanakan oleh atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka
dengan izin Pemerintah. Pasal 12 ayat (1) 1 dilaksanakan oleh Badan Usaha atau
Pasal 12 ayat (1) Wilayah Kerja yang akan Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak
ditawarkan kepada Badan Usaha atau Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Pasal
Bentuk Usaha Tetap ditetapkan oleh 5. Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
Menteri setelah berkonsultasi dengan terdiri atas: 1. Kegiatan Usaha Hulu yang
Pemerintah Daerah. mencakup:
3. Setiap orang yang mengirim atau a. Eksplorasi;
menyerahkan atau memindahtangankan b. Eksploitasi
data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 5. Setiap orang yang melakukan:
tanpa hak dalam bentuk apa pun (Pasal 51 c. Pengolahan sebagaimana dimaksud
ayat 2). dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Pasal 20 ayat: Pengolahan
(1) Data yang diperoleh dari Survei Umum d. Pengangkutan sebagaimana dimaksud
dan/atau Eksplorasi dan Eksploitasi dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
adalah milik negara yang dikuasai oleh Pengangkutan
Pemerintah. e. Penyimpanan sebagaimana dimaksud
(2) Data yang diperoleh Badan Usaha atau dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha
Bentuk Usaha Tetap di Wilayah Penyimpanan
Kerjanya dapat digunakan oleh Badan f. Niaga sebagaimana dimaksud dalam
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga
dimaksud selama jangka waktu Kontrak (Pasal 53)
Kerja Sama. Pasal 23 ayat:
(3) Apabila Kontrak Kerja Sama berakhir, (1) Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dimaksud dalam Pasal 5 angka 2, dapat
wajib menyerahkan seluruh data yang dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah
diperoleh selama masa Kontrak Kerja mendapat Izin Usaha dari Pemerintah.
(2) Izin Usaha yang diperlukan untuk
kegiatan usaha Minyak Bumi dan/atau
25 Ibid, hlm. 112-113.
152
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
kegiatan usaha Gas Bumi sebagaimana subjek tindak pidana yang bukan hanya
dimaksud dalam ayat (1) dibedakan manusia (natuurlijk persoon) tetapi juga
atas: termasuk badan hukum (rechts persoon).
a. Izin Usaha Pengolahan; Perluasan subjek tindak pidana sebagaimana
b. Izin Usaha Pengangkutan; diatur dalam UU Migas dapat dibenarkan atas
c. Izin Usaha Penyimpanan; dasar ketentuan Pasal 103 Kitab Undang-
d. Izin Usaha Niaga. Undang Hukum Pidana. Hal tersebut ditegaskan
(3) Setiap Badan Usaha dapat diberi lebih dalam Pasal 56 UU Migas yang menyatakan:
dari 1 (satu) Izin Usaha sepanjang tidak 1. Dalam hal tindak pidana sebagaimana
bertentangan dengan ketentuan dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau
peraturan perundang-undangan yang atas nama Badan Usaha atau Bentuk Usaha
berlaku. Tetap, tuntutan dan pidana dikenakan
6. Setiap orang yang meniru atau memalsukan terhadap Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi dan hasil Tetap dan/atau pengurusnya.
olahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh
28 ayat (1) (Pasal 54). Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap,
Pasal 28 ayat (1) Bahan Bakar Minyak serta pidana yang dijatuhkan kepada Badan Usaha
hasil olahan tertentu yang dipasarkan di atau Bentuk Usaha Tetap tersebut adalah
dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pidana denda, dengan ketentuan paling
masyarakat wajib memenuhi standar dan tinggi pidana denda ditambah
mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah. sepertiganya.26
7. Setiap orang yang menyalahgunakan Frasa “dalam hal tindak pidana sebagaimana
Pengangkutan dan/atau Niaga Bahan Bakar dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau
Minyak yang disubsidi Pemerintah (Pasal atas nama badan usaha atau bentuk usaha
55). tetap” atau “dalam hal tindak pidana dilakukan
8. Dalam hal tindak pidana sebagaimana oleh badan usaha atau bentuk usaha tetap”
dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau telah menunjukkan bahwa korporasi dapat
atas nama Badan Usaha atau Bentuk Usaha menjadi pelaku tindak pidana di bidang minyak
Tetap, tuntutan dan pidana dikenakan dan gas bumi.27
terhadap Badan Usaha atau Bentuk Usaha Istilah yang digunakan dalam UU Migas
Tetap dan/atau pengurusnya. (Pasal 56 ayat adalah badan usaha atau bentuk usaha tetap.
1) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Hal ini berbeda dengan istilah yang lazim
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, digunakan oleh para pakar hukum pidana
pidana yang dijatuhkan kepada Badan Usaha dengan menggunakan istilah korporasi.
atau Bentuk Usaha Tetap tersebut adalah Mengenai hal tersebut menarik disampaikan
pidana denda, dengan ketentuan paling dengan mengetengahkan apa yang
tinggi pidana denda ditambah sepertiganya. disampaikan oleh Rudi Prasetyo bahwa: “kata
(Pasal 56 ayat 2) korporasi sebutan yang lazim digunakan pakar
9. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam hukum pidana untuk menyebut apa yang biasa
Pasal 51 adalah pelanggaran. (Pasal 57 1) disebut dalam bidang hukum lain, khususnya
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam bidang hukum perdata, sebagai badan hukum,
Pasal 52, Pasal 53, Pasal 54, dan Pasal 55 atau yang dalam bahasa Belanda disebut
adalah kejahatan. Pasal 58 Selain ketentuan sebagai rechtspersoon, atau yang dalam bahasa
pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab Inggris disebut legal entities atau
ini, sebagai pidana tambahan adalah corporation”.28 Terhadap subjek tersebut dalam
pencabutan hak atau perampasan barang ketentuan umum UU Migas telah diberikan
yang digunakan untuk atau yang diperoleh definisi terhadap badan usaha atau bentuk
dari tindak pidana dalam kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi (Pasal 57 ayat 2). 26 Ibid, hlm. 113-114.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 27 Ibid, hlm. 114.
tentang Minyak dan Gas Bumi pada kebijakan 28 Ibid, hlm. 114-115 (Lihat Muladi dan Dwidja Priyatno,
153
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
usaha tetap tersebut. Pada Pasal 1 ayat (17) UU 3. penentuan siapa yang dapat
Migas Badan Usaha didefinisikan sebagai dipertanggungjawabkan;
perusahaan berbentuk badan hukum yang 4. penentuan kapan korporasi/pengurus dapat
menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus- dipertanggungjawabkan;
menerus dan didirikan sesuai dengan peraturan 5. penentuan aturan pemidanaan khusus bagi
perundang-undangan yang berlaku serta korporasi (antara lain, aturan pidana
bekerja dan berkedudukan dalam wilayah bersyarat khusus korporasi);
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. penentuan alasan penghapus penuntutan
Sedangkan badan usaha tetap dalam Pasal 1 atau penghapus pidana bagi korporasi.32
angka 18 UU Migas dimaknai bentuk Usaha Ketentuan tersebut belum diatur secara
Tetap adalah badan usaha yang didirikan dan jelas dalam UU Migas, sehingga kedepan perlu
berbadan hukum di luar wilayah Negara dipertimbangkan untuk mengaturnya lebih
Kesatuan Republik Indonesia yang melakukan lengkap. Hal ini diperlukan karena peraturan
kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik perundang-undangan yang berlaku saat ini
Indonesia dan wajib mematuhi peraturan yakni KUHP tidak mengenal korporasi sebagai
perundang-undangan yang berlaku di Republik subjek dan di dalamnya tidak mengatur sistem
Indonesia.29 pertanggungjawaban pidana korporasi.33
Diperluasnya subjek tindak pidana meliputi Dalam UU Migas pun, pidana telah
manusia dan badan usaha atau badan usaha dilekatkan pada berbagai perbuatan yang telah
tetap tetapi tidak disertai dengan bagaimana dinyatakan sebagai tindak pidana di bidang
sistem pertanggungjawaban pidananya. Pasal minyak dan gas bumi. Pembentuk undang-
56 ayat (1) UU Migas hanya mengatur “dalam undang telah menetapkan jenis pidana
hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam (strafsoort) yang dapat dikenakan terhadap
Bab ini dilakukan olehatau atas nama Badan pelaku tindak pidana di bidang minyak dan gas
Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, tuntutan dan bumi. Jenis pidana pokok yang dapat dikenakan
pidana dikenakan terhadap Badan Usaha atau adalah pidana penjara, kurungan dan denda.
Bentuk Usaha Tetap dan/atau pengurusnya”. Pidana penjara dan denda diancamkan
Aturan yang demikian tentu bukanlah terhadap berbagai delik yang diatur dalam
pengaturan yang lengkap.30 Pasal 52-55 UU Migas.34
Pada saat pembentuk undang-undang akan Khusus untuk kurungan dikenakan
memperluas subjek mencakup korporasi, maka untuk pelanggaran, sebagaimana dirumuskan
harus dibuat sistem pertanggungjawaban yang dalam Pasal 51 ayat (1) UU Migas. Selain pidana
lengkap. Berkenaan dengan hal tersebut, Barda pokok diatas, terdapat pidana tambahan yang
Nawawi Arief mengemukakan:31 “aturan dapat dikenakan berupa pencabutan hak atau
pemidanaan umum dalam KUHP berorientasi perampasan barang yang digunakan untuk atau
pada ‘orang’ (natural person), tidak ditujukan yang diperoleh dari tindak pidana dalam
kepada korporasi (legal persons atau legal kegiatan usaha minyak dan gas bumi. Hal
entities). Oleh karena itu, apabila UU khusus tersebut ditegaskan dalam Pasal 58 UU Migas.35
(termasuk UU Perkebunan) menyebutkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
subjek tindak pidana berupa korporasi, maka Tentang Minyak dan Gas Bumi dikenal jenis
seyogianya disertai juga dengan aturan khusus tindak pidana yang akan dijatuhkan kepada
pemidanaan untuk korporasi, antara lain dapat pelaku yang melakukan kejahatan di bidang
mencakup: Minyak dan Gas Bumi. Bentuk-bentuk tindakan
1. penegasan korporasi sebagai subjek tindak pidana yang di atur dalam Undang-Undang 22
pidana; Tahun 2001 yaitu:
2. penentuan sanksi pidana/tindakan untuk a. Pengolahan tanpa izin usaha pengolahan
korporasi; b. Pengangkutan tanpa izin usaha
pengangkutan
29 Ibid, hlm. 115.
30 Ibid, hlm. 115-116. 32 Ibid, hlm. 116.
31Ibid, hlm. 116 (Lihat Barda Nawawi Arief, Kebijakan 33 Ibid, hlm. 116-117.
Formulasi Ketentuan Pidana dalam Peraturan Perundang- 34 Ibid, hlm. 118.
154
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
155
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
156
Lex Privatum Vol. IX/No. 11/Okt/2021
157