Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

Minyak dan gas bumi merupakan satu jenis sumber daya energi sebagai

bahan galian vital dan strategis. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001

Tentang Minyak dan Gas Bumi ("Undang-undang migas"), pengertian tentang

minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang kondisi tekanan

dan temperature atmosfir berupa fase cair atau padat, termasuk aspal, lilin

mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan,

tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk

padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha

minyak dan gas bumi.1Pengertian gas bumi adalah hasil proses alami berupa

hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfir berupa fase gas

yang diperoleh dari proses penambangan minyak dan gas bumi. 2Dalam

pembangunan nasional, minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting

terutama sebagai sumber energi di dalam negeri, sumber penerimaan negara dan

devisa dan bahan baku industri. Dalam neraca perdagangan dan APBN, sektor

migas memberikan sumbangan sangat berarti dalam penerimaan rutin.3

Sejalan pula dengan meningkatnya penggunaan energi pada industri

manufaktur untuk menjalankan mesin-mesin memang sangat tinggi. Maka

1
UU No. 22 Tahun 2001 Pasal 1 butir 1.
2
UU No. 22 Tahun 2001 Pasal 1 butir 2.
3
Syaiful Bakhri , Hukum Migas: Telaah Penggunaan Hukum Pidana dalam Perundang-undangan,
(Kreasi Total Media, Jakarta:2012), hlm. 86.

1
2

Penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar minyak dan gas bumi menjadi bagian

yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional,

sehingga pengelolaannya harus dapat dilaksanakan secara optimal dan

memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Indonesia telah melewati masa-masa puncak produksi minyak dan saat ini

sedang mengalami penurunan produksi. Sekalipun produksi gas kita meningkat

tetapi sarana dan prasarana pemanfaatan gas masih belum tersedia secara massal.

Atas dasar ini maka separuh produksi gas kita masih diekspor dan belum

sepenuhnya dapat menggantikan minyak sebagai sumber energi utama.4

Disamping harus terus melakukan ekplorasi sumur-sumur baru (termasuk

yang unconventional seperti Coal Bed Methane (CBM) dan shale oil/gas),

diversifikasi energy harus secara intensif dilakukan seperti kerosene ke LPG.

Ketergantungan akan minyak harus mulai dihilangkan. Salah satu alternatifnya

adalah gas yang dengan asumsi yang sama masih bertahan 40 tahun lagi.

Pengembangan, investasi dan pemanfaatan renewable energy juga harus mulai

serius dilakukan. Pemerintah harus serius mendukung investor untuk

pengembangan renewable energi ini, karena untuk kondisi bahan bakar minyak

domestik yang murah karena disubsidi seperti sekarang, akan kurang menarik

minat investor swasta karena dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk

pengembangannya.5

4
Gde Pradnyana, “Nasionalisme Migas” , Kolom majalah Geoenergi, edisi 24, Oktober 2012, hlm.
46.
5
http://koestoer.wordpress.com/kasus-bank-century/mengapa-kita-tidak-membangun-kilang/.
Selain hal perizinan yang cukup rumit harus diurus oleh perusahaan migas,

luasnya otonomi daerah juga ikut membuat kebijakan di pusat sering tidak sejalan

dengan aspirasi di daerah. Namun Presiden telah menerbitkan Keputusan Presiden

tentang produksi migas yang pada intinya mengamanatkan agar berbagai instansi

ikut mendukung kegiatan usaha migas dalam kewenangannya masing-masing.6

PT Odira Energy Persada ( “PT OEP”) adalah suatu perseroan terbatas

yang bergerak di bidang pengolahan Liquified Petroleum Gas7 (“LPG”) dan niaga

gas bumi. Saat ini PT OEP merupakan perusahaan swasta yang memproduksi

LPG sebanyak 100 barel per hari dan menyalurkan natural gas ke industri-industri

di Cikarang, Cikampek dan Cilegon sebanyak 12 mmscfd8. Sepertiga dari LPG

rumah tangga wilayah Jabodetabek yang diproduksi oleh baik Pertamina maupun

Perusahaan swasta lainnya merupakan LPG hasil dari kilang LPG yang berlokasi

di Babelan, Kabupaten Bekasi milik PT OEP.

Latar belakang sebagai mantan pegawai Badan Usaha Milik Negara dan

pegawai Direktorat Jenderal minyak dan gas bumi dengan pengalaman bekerja

puluhan tahun di bidang perminyakan, para pionir PT OEP mempunyai tujuan

mulia untuk menyumbangkan pengalaman dan keahliannya di bidang minyak dan

gas bumi. Masuk melalui sektor swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan

industri minyak dan gas bumi di Indonesia, khususnya industri pengolahan LPG

dan niaga gas bumi, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat

6
Gde Pradnyana, Op.Cit., hlm. 47.
7
Liquefied Petroleum Gas adalah gas minyak bumi yang dicairkan, komponennya propana (C3H3)
dan butana (C4H10).
8
MMSCFD adalah singkatan dari Million Standard Cubic Feet per Day atau Juta Standar Kaki
Kubik per Hari.
ikut berperan aktif meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat

Kabupaten Bekasi.

PT OEP melaksanakan kegiatan pengolahan setelah Kilang LPG mulai

beroperasi pada Desember 2006. Menteri ESDM menerbitkan Surat izin usaha

pengolahan atas nama PT OEP ("Izin Pengolahan PT OEP") dan izin usaha

niaga gas dengan fasilitas pipa ("Izin Niaga PT OEP"), sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan Undang-undang migas.

Pasal 1 butir 20 berbunyi :


Izin Usaha adalah izin yang diberikan kepada Badan Usaha untuk
melaksanakan Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan/atau Niaga
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.

Pasal 7 ayat (1) berbunyi :


(1) Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 angka 2
dilaksanakan dengan Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 20.

dan selanjutnya aturan pelaksanaan kegiatan migas tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor: 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan

Gas Bumi;

Pasal 12 berbunyi:
kegiatan usaha hilir meliputi a.kegiatan usaha pengolahan yang meliputi
kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-bagian, mempertinggi mutu,
dan mempertinggi nilai tambah Minyak dan Gas Bumi yang menghasilkan
Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Hasil Olahan, LPG dan/atau LNG
tetapi tidak termasuk Pengolahan Lapangan;

Pasal 13 ayat (1) berbunyi:


Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan
oleh Badan Usaha setelah mendapatkan Izin Usaha dari Menteri.

Perolehan izin usaha pengolahan dan niaga gas bumi diperoleh setelah PT

OEP melaksanakan prosedur permohonan izin usaha hilir migas sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2004


Pasal 15 berbunyi:
(1) Untuk mendapatkan Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
Badan Usaha mengajukan permohonan kepada Menteri dengan
melampirkan persyaratan administrasi dan teknis, paling sedikit
memuat:
a. nama penyelenggara;
b. jenis usaha yang diajukan;
c. kewajiban untuk mematuhi penyelenggaraan pengusahaan;
d. informasi mengenai rencana dan syarat teknis berkaitan dengan
kegiatan usaha.
(2) Menteri menetapkan lebih lanjut mengenai persyaratan dan pedoman
pelaksanaan Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

PT OEP bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Kabupaten Bekasi PT Bina Bangun Wibawa Mukti ( “PT BBWM”) melalui

proses seleksi Mitra Usaha yang dilaksanakan oleh LPPM ITB melalui beauty

contest9 yang diadakan oleh BUMD, para pihak sepakat untuk membuat 2 (dua)

Perjanjian yaitu Perjanjian Kerjasama Pembangunan dan Pengoperasian Kilang

LPG Tambun, Kabupaten Bekasi (“PKS PT OEP-PT BBWM”) dan Perjanjian

Jual Beli Gas (“PJBG PT OEP-PT BBWM”). Perjanjian ini dibuat dalam rangka

memanfaatkan assosiated gas10 hasil produksi Lapangan Minyak Tambun milik

PT Pertamina Persero Tbk (“Pertamina”) yang selama ini hanya di flaring11 yang

dibeli oleh BUMD dari Pertamina melalui Perjanjian Jual Beli Gas.

Di dalam hukum perjanjian menganut sistem terbuka artinya sistem hukum

memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk membuat

perjanjian dengan siapapun, kebebasan untuk membuat perjanjian apapun isi dan

bentuknya asalkan tidak melanggar dari undang-undang, kesusilaan dan ketertiban

9
Beauty contest adalah bentuk pemilihan mitra untuk mencari partner kerjasama usaha (joint
venture); internet Hukum online.com, Prof. Nindyo Pramono, SH, MS, Beauty contest sebagai
business judgement versus Persaingan Usaha tidak sehat.
10
Assosiated gas adalah gas alam yang berasal dari sumur minyak.
11
Flaring adalah sistem membakar gas ikutan dari hasil pengeboran minyak.
umum. Pasal 1388 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa: “semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.”

Untuk menjamin asas keterbukaan dan asas kebebasan berkontrak yang dibuat

para pihak, maka semua aspek yang menyangkut terlaksananya perjanjian juga

harus diperhatikan dan dipertimbangkan semaksimal mungkin.

Permasalahan mulai timbul ketika pihak PT BBWM bersengketa dengan

perusahaan swasta PT Maruta Bumi Prima ( “PT MBP”) yang merasa dirugikan

atas adanya PKS PT OEP-PT BBWM tersebut. PT MBP menggugat Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku penerbit Izin usaha untuk

membatalkan Izin Usaha Pengolahan PT OEP melalui Pengadilan Tata Usaha

Negara (TUN). Salah satu kedudukan hukum (legal standing) pemohon (PT

MBP) adalah bahwa telah ada Putusan Mahkamah Agung No. 2045K/Per/2008,

tanggal 16 April 2008 yang menyatakan bahwa tetap sah dan berlaku perjanjian

antara PT BBWM dan PT MBP tentang Pengoperasian dan Pengelolaan Proyek

Minyak dan Gas Bumi di Kabupaten Bekasi. Meskipun ditolak pada pengadilan

tata usaha negara dan pengadilan tinggi tata usaha negara, namun pada tingkat

kasasi Putusan Mahkamah Agung mengabulkan gugatan PT MBP dan

memerintahkan Menteri ESDM untuk mencabut izin usaha pengolahan PT OEP.

Diperkuat dengan ditolaknya Peninjauan Kembali yang diajukan oleh PT BBWM

dan Odira dengan dikeluarkannya Putusan Peninjauan Kembali Nomor: 48

PK/TUN/2010, tanggal 27 September 2010.


Berdasarkan Pasal 116 Undang-Undang Nomor: 9 Tahun 2004 Tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara menyatakan sebagai berikut :

(2) Dalam hal empat bulan setelah putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dikirimkan tergugat tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a, maka
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi.

Maka terhadap keputusan PK tersebut berarti bahwa empat bulan setelah putusan

mahkamah agung diterima maka izin pengolahan PT OEP akan tidak mempunyai

kekuatan hukum. Setelah melalui pembahasan dan diskusi yang cukup alot antara

PT OEP, PT BBWM dan pihak kementrian ESDM beserta tim (Kejaksaan Negeri

selaku Pengacara Negara), disepakati untuk mengambil jalan tengah yaitu

membuat Perjanjian Perdamaian antara PT BBWM, Odira dan PT MBP yang

pada prinsipnya mencabut izin pengolahan PT OEP, melaksanakan kembali

perjanjian antara PT BBWM dan PT MBP untuk membuat kilang LPG. Maka

selanjutnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mencabut izin usaha

pengolahan PT OEP dan kemudian menerbitkan izin usaha pengolahan atas nama

PT BBWM dengan tetap menyebutkan PT OEP sebagai pemilik kilang LPG.

Dengan dicabutnya izin usaha pengolahan oleh Menteri ESDM maka

faktanya PT OEP sangat dirugikan dan mendapatkan perlakuan yang tidak adil.

PT OEP menderita kerugian materiil cukup besar karena kehilangan pendapatan

dari proses pengolahan LPG, juga hilang pendapatan dari pemasaran LPG.

Padahal permasalahan izin adalah mengenai permasalahan teknis dan administrasi


antara Kementerian ESDM dan PT OEP sesuai dengan aturan pelaksanaan

perolehan izin usaha hilir migas. Adapun PT OEP telah melaksanakan

kewajibannya untuk memperoleh izin sesuai PKS PT OEP-PT BBWM

menyebutkan bahwa kewajiban PT OEP adalah :

Pasal 2.1. Pihak Kedua bertanggung jawab untuk: a.Menyediakan dana


investasi untuk pengadaan, pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan Kilang LPG; b. Menyediakan lahan dan perizinan yang
dibutuhkan; c. Membangun Kilang LPG selambat-lambatnya dalam 14
(empat belas) bulan sejak PKS ditandatangani.

Ubi Sosietas ibi ius, hukum itu terbentuk di dalam masyarakat untuk

mewujudkan ketertiban berkeadilan, untuk memungkinkan setiap manusia,

menjalani kehidupannya secara wajar dan bermartabat. Karena itu, pada dasarnya

secara umum, hukum itu berfungsi untuk menertibkan masyarakat, mewujudkan

nilai-nilai kemanusiaan yang fundamental, menyelesaikan sengketa secara tertib

dan adil, memelihara dan mempertahankan ketertiban serta aturan-aturan, melalui

sistem sanksi, melalui prosedur pelaksanaan tertentu, yang harus dijalankan secara

ketat, bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dalam masyarakat.12

Di kalangan para ahli hukum pada umumnya dipahami bahwa hukum

memiliki tiga tujuan pokok, yaitu: Keadilan, Kepastian, kebergunaan

kebermanfaatan. Keadilan sepadan dengan keseimbangan dan kepatutan dan

kewajaran. Sedangkan kepastian hukum terkait dengan ketertiban dan keteraturan,

yang berkaitan dengan keamanan dan ketentraman. Sementara itu, kebergunaan

12
B. Arief Sidaharta. Asas Hukum, Kaedah Hukum, Sistem Hukum dan Penemuan Hukum. Dalam
Negara Hukum Yang Berkeadilan. Kumpulan pemikiran dalam rangka memperingati purnabakti
Prof Dr H. Bagir Manan, SH, Mcl. (Bandung; Pusat Studi Kebijakan Negara Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran, 2011), hlm. 6.
atau kebermanfaatan diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai-nilai tersebut

akan mewujudkan kebahagiaan dan kedamaian hidup bersama.13

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk menulis dalam

bentuk tesis dengan berjudul: ”KEDUDUKAN PERJANJIAN KERJASAMA

DAN PERIZINAN USAHA, STUDI KASUS PERJANJIAN KERJASAMA

ANTARA BUMD KABUPATEN BEKASI (PT BINA BANGUN WIBAWA

MUKTI) DAN PT ODIRA ENERGY PERSADA”

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana kedudukan perjanjian kerjasama antara PT Bina BangunWibawa

Mukti dan PT Odira Energy Persada, dan perizinan usaha milik PT Odira

Energy Persada?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kedudukan perjanjian kerjasama

dan perizinan usaha serta bagaimana penyelesaian sengketa pasca pencabutan

perizinan usaha?

C. Keaslian Penelitian

13
Syaiful Bakhri. Migas Untuk Rakyat. Pergulatan Pemikiran dalam Peradilan Mahkamah
Konstitusi. (Jakarta; Grafindo Khazanah Ilmu, 2013), hlm. 21.
Menurut pengetahuan penulis penelitian aspek hukum tentang Kedudukan

perjanjian kerjasama dan perizinan usaha, studi kasus perjanjian kerjasama

antara BUMD Kabupaten Bekasi (PT Bina Bangun Wibawa Mukti) dan PT

Odira Energy Persada sampai saat ini belum pernah ada dan belum

dipublikasikan. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di perpustakaan

Indonesia, mahasiswa yang telah melakukan penelitian tesis dengan topik

Perjanjian Kerjasama adalah :

1. Rio Adrian Sukma, 2012, mahasiswa magister kenotariatan Universitas

Sumatera Utara, judul penelitian “ Perjanjian Kerjasama Penjualan

voucher Hotel antara PT Eka Sukma Motor dengan Hotel JW Marriot,

Medan” dengan permasalahan mengenai: (1) Kedudukan para pihak

dalam perjanjian kerjasama penjualan voucher hotel; (2) Penyelesaian

hukum bila terjadi wanprestasi antara salah satu pihak.14

2. Nur Salam, 2012, mahasiswa magister kenotariatan Universitas

Sumatera Utara, judul penelitian “Kedudukan Hukum para Pihak

dalam Perjanjian Kerjasama Dagang antara PT Frisian Flag Indonesia

dengan Distributor di kota Medan (PT. Permata Niaga sebagai salah

satu distibutor di kota Medan)” dengan permasalahan mengenai: (1)

Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang

antara PT. Frisian FlagIndonesia dengan PT. Permata Niaga (2).

Pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag

Indonesia dengan PT Permata Niaga sebagai pihak distributor (3)

14
http://www.google.com/fh.usu.ac.id, Rio Adrian Sukma, Tesis mahasiswa kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, 2012, diakses 10 Maret 2014.
Penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian

kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT Permata Niaga

menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak.15

Apabila dilihat dari judul maupun uraian permasalahan di atas,

dibandingkan dengan judul dan penelitian yang akan dibahas dalam tesis ini

adalah tidak sama. Namun apabila ternyata kemudian ada penelitian serupa,

penulis berharap penelitian ini dapat dipakai sebagai pelengkap.

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

hukum mengenai pelaksanaan perjanjian dan kedudukannya terhadap

perizinan usaha.

2. Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan saran dan

masukan bagi para pihak yang terkait dengan proses perjanjian dan

perizinan usaha di bidang minyak dan gas bumi.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

15
Nur Salam, Tesis mahasiswa kenotariatan Universitas Sumatera Utara, 2012, http://
www.google.com/fh.usu.ac.id, diakses 10 Maret 2014.
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan perjanjian kerjasama

antara BUMD Kabupaten Bekasi (PT Bina Bangun Wibawa Mukti) dan

PT Odira Energy Persada, dan perizinan usaha milik PT Odira Energy

Persada apabila perizinan usaha dicabut karena adanya putusan pengadilan

tata usaha negara atas sengketa BUMD Kabupaten Bekasi (PT Bina

Bangun Wibawa Mukti) dengan pihak ke tiga (PT Maruta Bumi Prima).

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

kedudukan perjanjian kerjasama antara BUMD Kabupaten Bekasi (PT

Bina Bangun Wibawa Mukti) dan PT Odira Energy Persada, dan perizinan

usaha milik PT Odira Energy Persada serta bagaimana penyelesaian

sengketa dengan pihak ke tiga (PT Maruta Bumi Prima) pasca pencabutan

perizinan usaha pengolahan gas bumi milik PT Odira Energy Persada oleh

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Anda mungkin juga menyukai