Anda di halaman 1dari 3

Mengapa Pemerintah menerbitkan peraturan perundang-undangan tentang perusahaan

pertambangan mineral harus melakukan pengolahan dan pemurnian (smelter)?

Smelter merupakan fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi untuk


meningkatkan kandungan logam seperti timah, perak, emas, nikel, tembaga hingga mencapai
tingkat yang memenuhi standar bahan baku produk akhir. Proses tersebut meliputi
pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian.

Terdapat beberapa kebijakan pemerintah mengeluarkan aturan yang mengharuskan


perusahan-perusahan tambang di indonesia untuk membangun smelter diantaranya:
1. Kewajiban membangun smelter bagi pelaku usaha merupakan proses dalam upaya
peningkatan nilai tambah atas bahan galian tambang yang mana hal tersebut dapat
berdampak pada peningkatan ekonomi dan pendapatan negara dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagaimana amanah UUD
1945.
2. Nilai Tambah adalah proses pengolahan hasil tambang yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk atau komoditi sehingga nilai ekonomi dan daya gunanya
meningkat lebih tinggi dari sebelumnya, serta aktivitas yang ditimbulkan akan
memberikan dampak positif terhadap perokonomian dan sosial baik bagi daerah
operasional, pusat, maupun daerah non operasional.
3. Meningkatnya investasi smelter, dengan berdirinya smelter, diyakini pengelolaan
sumber daya alam memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat, terutama
masyarakat di sekitar wilayah tambang.Smelter juga diyakini bisa membuka lapangan
kerja, menekan angka kemiskinan, serta memperkecil kesenjangan ekonomi antara
masyarakat yang tinggal di pusat-pusat ekonomi dan masyarakat yang tinggal di
daerah. Dengan kata lain, eksistensi smelter bagi masyarakat produsen hasil tambang
menjadi harapan baru untuk memperoleh taraf hidup yang lebih baik

Dampak positif dari kebijakan pemerintah mengeluarkan aturan untuk perusahaan


pertambangan di indonesia untuk membangun smelter di antaranya :
1. Kelebihan dari membangun smelter tersebut dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan tambang dan pemerintah yang ada di indonesia. Keuntungan tersebut
diantaranya dengan dibangunnya smelter di wilayah tambang lebih menguntungkan
jika di bandingkan membangun smelter di luar negeri dikarenakan biaya nya jauh
lebih murah,
2. Peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pemurnian dari bahan mentah
menjadi produk akhir yang siap di terima pasar dengan nilai ekonomi yang lebih
kompetitif berpengaruh secara langsung terhadap ekonomi nasional;
3. Dibangunnya smelter maka perusahaan tambang akan membantu pemerintah dalam
mengurangi angka pengangguran;
4. Dibangunnya smelter di wilayah areal tambang maka akan berdampak pada kinerja
industri, sehingga waktu pengiriman bahan mentah yang awalnya harus di kirim kelur
negeri untuk di murnikan, setelah smelter di bangun hal tersebut tidak di perlukan lagi
dan hal tersebut tidak akan memakan waktu yang lama.
5. Memang biaya investasi dalam membangun smelter tidaklah kecil, namun hal tersebut
dapat menjadi seleksi alam terhadap pelaku indsutri spekulan, dengan asumsi bahwa
10 perusahaan pertambangan yang bangkrut karena kebijakan pembangunan smelter
dan masing-masing perusahaan merumahkan 100 pekerja nya, maka total pekerja
yang terkena dampak kebijakan tersebut dan menjadi pengannguran adalah 1000
orang, coba kita bandingkan PT. Freeport membangun smelter di wilayaj papua
misalnya dengan total masa pembangunan 1 tahun lamanya dan membutuhkan 10.000
pekerja baru maka ada selisih 9000 tenaga kerja yang terserap jika di bandinkan
dengan contoh pertama.
Selain itu, biaya oprasional yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengirim
bahan mentah keluar negeri dengan memakan waktu 5 hari perjalanan di luar proses
pemurniannya, sedangkan jika pemurnian dilakukan di dalam negeri khususnya di
wilayah tambang maka proses pengiriiman kurang dari 1 hari sehingga waktu dapat di
pangks sehingga lebih efisien.
6. Analogi lain, dengan asumsi bahwa perusahaan tambang masih memiliki izin usaha
pertambangan selama 20 tahun (Pay back Period) kedepan sehingga biaya yang guna
pembangunan smelter akan tetutupi dalam bebarapa tahun berjalan, hal ini lebih
rasionable jika melihat larangan pemerintah terhadap ekspor bahan mentah, sehungga
dapat diasumsikan bahwa semakin lama perusahaan tidak membangun smalterr maka
semakin banyak dampak kerugian yang akan di terima. Hal ini merupakan sudut
pandang dari perusahaan/pelaku usaha.

Dari beberapa kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk pembangunan smelter di
perusahan-perusahan tambang yang ada di indonesia juga mempunyai dampak yang negatif :
1. Bagai dua sisi mata uang, Kebijakan pemerintah mewajibkan pelaku usaha
pertambangan untuk membangun fasilitas pemurnian memang tak sedikit menuai
kontroversi, pasalnya tak sedikit pula pelaku usaha yang memilih gulung tikar,
sehingga ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa kebijakan tersubut bukanlah
kebijakan yang populis dan pro rakyat. Hal ini dapat di pahami karena tidak sedikit
juga perusahaan yang memilih menutup kegiatan usahanya dan hal ini justru
melahirkan banyak pengangguran yang disebabkan oleh PHK besar besaran.

Dasar hukum yang di gunakan pemerintah untuk pembangunan smelter yaitu :


1. Pasal 33 UUD 1945 ayat 3
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Uu no 4 tahun 2009
a. Pasal 102
Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral
dan/atau batubara
dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan
mineral dan batubara
b. Pasal 95
huruf c Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya
mineral dan/atau batubara
c. Pasal 102 Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber
daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara
d. Pasal 103 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan
pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri
e. Pasal 170 Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169
yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 103 ayat (1) selambatlambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan batubara, yang
mewajibkan agar produk pertambangan dalam negeri jangan lagi diekspor dalam
bentuk mentah, tetapi harus dilakukan pengolahan menjadi barang jadi atau setengah
jadi, sehingga ada nilai tambah yang bisa didapatkan, sekaligus juga untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
3. PP No 23 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara:
a. Pasal 84 ayat (1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
harus mengutamakan kebutuhan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam
negeri
b. Bab VIII (pasal 93 96) mengenai Peningkatan Nilai Tambah, Pengolahan dan
Pemurnian Mineral dan Batubara
c. Pasal 112 angka 4 huruf c Kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah,
dan surat izin pertambangan rakyat, yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini tetap
diberlakukan sampai jangka waktu berakhir serta wajib melakukan pengolahan dan
pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara 4. PerMen ESDM No. 34/2009, tentang Pengutamaan Pemasokan
Kebutuhan Minerba untuk Kepentingan Dalam Negeri
4. Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No 1 Tahun 2014 tentang
Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di
Dalam Negeri masih mengizinkan ekspor mineral olahan atau konsentrat
5. Permen ESDM No 34 tahun 2017 pasal 16
6. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf e diberikan oleh:
a. Menteri, apabila: 1. komoditas tambang yang akan diolah berasal dari daerah
provinsi lain di luar lokasi fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian; 2. komoditas
tambang yang akan diolah berasal dari luar negeri; dan/atau 3. apabila lokasi fasilitas
pengolahan dan pemurnian berada pada lintas daerah provinsi;
b. gubernur, apabila: 1. komoditas tambang yang akan diolah berasal dari 1 (satu)
daerah provinsi yang sama dengan lokasi fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian;
dan/atau 2. apabila lokasi fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian berada dalam 1
(satu) daerah provinsi. (2) IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian yang diajukan oleh badan usaha swasta dalam rangka PMA diberikan oleh
Menteri.

Kesimpulan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara Pasal 170 dan
dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 112 C memiliki pengaruh positif dan negatif.
Pengaruh negatif tersebut seperti biaya yang besar untuk pembuatan smelter, rentang
pembuatan smelter lama, produksi turun, beberapa perusahaan melakukan PHK terhadap
karyawannya, pajak ekspor mahal bahkan beberapa perusahaan terancam tutup. Namun,
pengaruh negatif ini hanya terjadi dalam jangka pendek yaitu terjadi selama rentang
pembangunan smelter. Pengaruh jangka panjang yang akan didapatkan seperti memberikan
nilai tambah ekspor mineral, sebagai ladang investasi, membuka lapangan pekerjaan baru,
berpengaruh terhadap usia tambang serta nama Indonesia akan baik dimata dunia. Selain itu,
nilai rupiah akan terdongkrak

Anda mungkin juga menyukai