Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KADEK ARYA BAYU INDRA KUSUMA

NIM : 710018004

KELAS : 01
UTS KEBIJAKAN MINERAL

1. Kebijakan adalah suatu ketentuan dari tindakan yang mempengaruhi pelaksanaan suatu
kegiatan. Sedangkan, kebijaksanaan adalah respon atau pemberian tanggapan atas
pelaksanaan kebijakan dengan sikap yang tegas dan adil. Cendrung ke kepribadian positif.
Biasanya kebijaksanaan ini dihadapkan kepada yang menetapkan suatu kebijakan.
Kebijakan (policy) adalah seperangkat keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku politik
dalam rangka memilih tujuan dan cara untuk pencapaian tujuan. Sebuah kebijakasanaan dapat
berwujud keputusan berupa Undang Undang Dasar (UUD) dan program pembangunan
nasional. Keputusan jabarannya berupa Undang Undang (UU) dan program pembangunan
daerah disebut kebijakan. Bila UU disebut sebagai kebijaksanaan, peraturan pemerintah (PP)
dapat disebut kebijakan. Seterusnya bila PP dapat disebut kebijaksanaan dan keputusan-
keputusan Menteri (Kepmen) dapat dinamakan kebijakan dan sebagainya.

2.
a. Mineral Right ( Dasar Konstitusi )
Dimana dimaksud adalah hak properti untuk mengeksploitasi suatu area untuk
mineral yang ada di dalamnya. Hak mineral dapat dipisahkan dari kepemilikan
property. Hak mineral merujuk pada mineral tak bergerak yang tidak bergerak
dibawah permukaan bumi atau mineral fluida seperti minyak atau gas alam..Hak
Milik ” atas kekayaan alam berupa mineral dan batubara yang terkandung di dalam
bumi dan air di wilayah hukum pertambangan Indonesia adalah hak milik bangsa
Indonesia Pasal 33 ayat (3)] UUD 1945.
b. Mining Right (Azas Horizontal )
Dimaksud adalah hak mutlak bagi sebuah negara yang didalamnya terdapat bahan
galian berharga untuk mengolah bahan galian tersebut demi kemakmuran bangsa.
Negara diberikan Hak Penguasaan ” atas kekayaan alam milik bangsa Indonesia, agar
dapat dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat Pasal 2 ayat (2) UU No.
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok pokok Agraria).
c. Economic Right ( Dasar Operasional )
Economic Right adalah hak untuk mengolah bahan galian untuk memutar roda
perekonomian bangsa oleh badan usaha maupun perorangan. Badan Usaha /
perorangan sebagai pelaksana Pengusahaan ” pertambangan Minerba (UU 4/2009)
3.
a. Melaksanakan prioritas pemenuhan mineral dan batubara untuk kebutuhan dalam
negeri. Pemerintah harus berkomitmen untuk lebih focus pada pemenuhan kebutuhan
minerba didalam negeri terlebih dahulu untuk mempersiapkan jika suatu saat mierba
ini langka dan kebutuhan dalam negeri tetap terpenuhi.
b. Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan (regulasi
pendukung UU Minerba, sanksi pelanggaran ketentuan, dll) dengan adanya kebijakan
ini pemerintah berharap kebijakan ini dapat memperjelas alur regulasi dalam
penerapan good mining practice sehingga akan makin banyak kegiatan yang berjalan
sesuai dengan regulasi yang berlaku.
c. Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan.
Dengan adanya kebijakan ini harapannya adalah semakin ketat pengawasan yang
dilakukan pemerintah agar semakin sedikit atau bahkan tidak ada lagi pelanggaran
perusahaan tambang yang menyalahi aturan atau tidak sesuai regulasi yang berlaku
dan dapat merugikan negara.
d. Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara.
Diharapkan semakin banyak investor yang berminat dan berinvestasi dalam bidang
pertambangan sehingga akan meningkatkan penerimaan negara yang akan berguna
bagi kesejahteraan masyarakat serta peningkatan penyerapan lapangan kerja.
e. Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang (a.l.
pengolahan, pemurnian, local content, local expenditure,tenaga kerja, CSR)
Dengan adanya kebijakan ini maka harga komoditas hasil tambang memiliki nilai
tambah atau meningkatnya suatu produk dari yang sebelumnya barang mentah/raw
material menjadi barang ½ jadi atau produk jadi. Sehingga dampaknya pendapatan
negara semakin bertambah, nilai ekspor meningkat serta membuka lapangan kerja
baru.
f. Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan lingkungan, reklamasi
dan pascatambang.
Dengan diterapkannya good mining practice, AMDAL, serta diikuti dengan
peningkatan pengawasan dan pembinaan maka kelestarian lingkungan akan semakin
terjaga dan dikembalikan fungsinya seperti sedia kala dengan reklamasi yang diatur
dalam regulasi yang berlaku sehingga perusahaan tambang wajib melaksanakan
aturan tersebut.

4. Dalam Undang Undang atau UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
yang dijabarkan dalam PP No.23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara, setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
wajib melaksanakan peningkatan nilai tambah (PNT) terhadap produknya melalui proses
pengolahan dan/atau pemurnian. Sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan lima tahun sejak
UU No.4/2009 diterbitkan dan tampak sederhana itu ternyata cukup memeras tenaga dan
pikiran ketika ingin diimplementasikan ke dalam Peraturan Menteri ESDM tentang PNT –
selanjutnya disebut Permen PNT.
Banyak faktor yang membuat penyusunan Permen PNT terasa begitu rumit akibat adanya
“persepsi yang tidak sama” antara Kementerian ESDM dengan pelaku usaha di bidang
pertambangan mineral dan batubara dalam menerjemahkan arti PNT. Apapun namanya, jika
hal ini tidak ditangani secara ekstra hati-hati, maka dipastikan akan menimbulkan gejolak yang
bukan tidak mungkin mengakibatkan penerapan PNT menjadi kontraproduktif dan berujung
pada tidak tercapainya sasaran penerapan kebijakan PNT, yaitu meningkatkan dan
mengoptimalkan nilai tambang, pemenuhan kebutuhan di dalam negeri, peningkatan
penerimaan negara, dan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Pada dasarnya, kebijakan
penerapan PNT mineral dilatarbelakangi oleh “kegelisahan” bangsa ini melihat berbagai
produk impor olahan hasil tambang membanjiri pasar domestik yang kemungkinan besar bahan
bakunya berasal dari Indonesia. Bayangkan, kita mengekspor material kasar (bahan mentah)
berharga murah, diolah di negara pengimpor, untuk kemudian dijual kembali ke Indonesia
dalam bentuk hasil olahan yang berharga mahal. Padahal teknologi pengolahan dan pemurnian
tidak rumit dan dapat dilakukan oleh putra-putra bangsa sendiri, padahal jika proses
pengolahan dan pemurnian dilakukan di dalam negeri dapat memberikan efek positif terhadap
berbagai hal (tenaga kerja, penerimaan negara, dan multiplier effect), padahal begitu besar nilai
tambah atas produk hasil olahan tersebut yang dinikmati oleh negara lain, padahal
ketergantungan terhadap produk impor dapat membahayakan ketahanan industri nasional.
Lalu, sebagai solusi terbaik, mengapa kita tidak melakukan pengolahan dan pemurnian di
dalam negeri saja agar terbebas dari “kegelisahan”? Kita bangun pabrik pengolahan skala besar
untuk pertambangan skala besar, kita bangun sentra-sentra pabrik pengolahan skala kecil untuk
menampung pertambangan skala kecil.

5. Konservasi bahan galian merupakan bagian kebijakan pengelolaan bahan galian yang
difokuskan pada optimalisasi manfaat dan minimalisasi dampak negative saha pertambangan
dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan. Sumber daya mineral dan batubara adalah
sumber daya alam yang tak terbarukan, maka pengelolaan, pengusahaan dan pemanfaatannya
mutlak harus optimal, bagi perusahaan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungan.
Konservasi mineral dan batubara secara bijak, optimal dan mencegah pemborosan dengan
sasaran untuk menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan.
Pemanfaatan sumber daya mineral dan batubara sebagai sumber daya alam tak terbarukan
umumnya memerlukan tahapan kegiatan usaha pertambangan yang panjang, modal besar,
teknologi tinggi, beresiko tinggi dan cenderung merubah lingkungan, oleh sebab itu
pengelolaannya harus dilakukan dengan baik dan benar agar diperoleh manfaat yang optimal.

Tujuan penerapan konservasi yaitu terdatanya seluruh sumber daya mineral dan batubara,
termanfaatkannya cadangan mineral dan batubara secara optimal, menjamin ketersediaan
mineral dan batubara dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai