Anda di halaman 1dari 8

POLITIK HUKUM PERTAMBANGAN INDONESIA DAN

PENGARUHNYA PADA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


DI ERA OTONOMI DAERAH

Martha Pigome*

Abstract

Politics Mining Law in Indonesia has undergone significant changes with the enactment of Law Number 4 of
2009 as elaboration of Article 33 Paragraph (3) and (4) of the 1945 Constitution. State through the
goverment authorized to regulate the management of mining, in the era of regional authonomy Local
Goverment have the authority to regulate and supervise the management or control of any existing mining
businesses in the area with more emphasis on enivonmental management and environmentally
sustainable.

Kata kunci: Politik Hukum, Pertambangan, Lingkungan Hidup

Berdasarkan pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) UUD lingkungan hidup. Dengan demikian pemerintah
1945, negara diberikan kewenangan oleh UUD 1945 daerah dalam pengelolaan pertambangan hendaknya
untuk menguasai sumber daya alam dalam rangka mengutamakan aspek dampak lingkungan yang
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hak diakibatkan oleh usaha penambangan.
penguasaan negara berisi wewenang untuk Dari uraian tersebut diatas dapat dikemukakan
mengatur, mengurus dan mengawasi pengelolaan permasalahan sebagai berikut:
atau pengusahaan pertambangan serta berisi 1. Bagaimana politik hukum pertambangan
kewajiban untuk mempergunakannya di
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Indonesia?
Disamping itu pertambangan merupakan salah satu 2. Bagaimana pengelolaan pertambangan
bidang yang mendukung perekonomian negara dan
maka dalam pelaksanaannya hendaknya pengaruhnya terhadap lingkungan hidup pada era
berwawasan lingkungan. tonomi daerah?
Mengingat mineral dan batubara sebagai
kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi Sekilas Perkembangan P o l i t i k Hukum
merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan, Pertambangan Di Indonesia
pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, Di Indonesia hukum pertambangan yang
efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan mengatur kegiatan pengolahan pertambangan telah
lingkungan, serta berkeadilan agar memperoleh ada dari zaman penjajahan Hindia Belanda hingga
manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat era kemerdekaan. Dibawah ini akan diuraikan secara
secara berkelanjutan. singkat pemberlakukan dan perubahan atau
Olehkarena itu pengelolaan pertambangan penggantian produk peraturan perundang-undangan
hendaknya mementingkan aspek wawasan dari zaman Hindia Belanda hingga Era kemerdekaan
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Dalam baik Orde lama, Orde Baru dan Orde Reformasi. a.
politik hukum pertambangan, pemerintah daerah Zaman Hindia Belanda
mempunyai peran yang penting dalam pengelolaan Hukum pertambangan yang diberlakukan pada
usaha pertambangan. Selain itu pemerintah daerah era penjajahan Belanda adalah "Indische Mijnwet"
juga mempunyai wewenang dalam Staatsblad tahun1899 (Staatblad 1899-214). Tujuan
pengelolaan utama diaturnya Indische Mijnwet adalah pemerintah
Belanda pada waktu itu memberikan
hak-hak
Martha Pigome, Politik Hukum Pertambangan

ditiadakan sedangkan wewenang kuasa untuk informasi, hak atas kekayaan intelektual serta
melakukan usaha pertambangan diberikan tuntutan peran swasta dan masyarakat.
berdasarkan kuasa pertambangan; dan (5). Adanya Dengan demikian telah terjadi pembaharuan
peraturan peralihan dalam menghadapi PERPU ini. dalam hukum pertambangan mulai dari Indische
Peraturan Pemerintah pengganti UU tetap Mijnwet, yang mengatur tentang hak-hak
berlaku hingga era pemerintahan orde baru. pertambangan yang umumnya diberikan kepada
partikelir dan pemerintah hanya mengatur, membina
2. Orde Baru dan mengawasi, Undang-Undang Nomor 10 Tahun
Hukum pertambangan yang berlaku pada 1959 membatalkan hak-hak pertambangan, dan
pemerintahan era orde baru adalah Undang-Undang Undang-Undang Nomor 37 tahun 1960 merupakan
Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan produk hukum untuk mempersiap sebuah
Pokok Pertambangan. Dalam rangka mempercepat undang-undang pertambangan yang sesuai
pembangunan ekonomi nasional dalam mewujudkan dengan Pancasila dan UUD 1945 ditandai dengan
madsayarakat adil dan makmur baik spiriil lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 dan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar diganti dengan Undang-Undang Nomor4 tahun
1945 maka pertambangan dikelolah sedemikian rupa 2009tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
agar menjadi kekuasaan ekonomi nil untuk masa kini Semuanya itu dilakukan dalam rangka
danakandatang. pembangunan hukum pertambangan agar tercipta
Undang-Undang tentang Ketentuan-ketentuan masyarakat adil dan makmur secara materiil dan
Pokok Pertambangan harus selaras dengan cita-cita spirituiil berdasarkan amanat pasal 33 Ayat (3) UUD
bangsa dan kepentingan nasional yang ditinjau dari 1945.
sudut politik dan ekonomi, sosial dan srtategis.
Dalam UU ini kuasa pertambangan yang pada Hubungan Antara Hukum Pertambangan Dan
waktu itu didominasi oleh perusahaan asing Lingkungan
memberikan dalam bentuk kontrak kerja (KK) yang Hukum pertambangan mempunyai hubungan
mana masa kontraknya 35 tahun dan dapat yang sangat erat dengan hukum lingkungan karena
diperpanjang 25 tahun sehingga bila ditotalkan jangka setiap usaha pertambangan khususnya
waktu untuk satu kontrak kerja adalah 60 tahun. pertambangan mineral dan batubara diwajibkan untuk
Biladikaji secara mendalam materi muatan UU ini memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
adalah bersifat sentralistik sehingga tidak tampung lingkungan hidup 2. Hal tersebut
memberikan kewenangan kepada daerah untuk dimaksudkan untuk menjamin agar supaya
mengaturnya terutama dalam hal pemberian izin dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat terjaga
pembayaran keuntungan. untuk kepentingan generasi mendatang (Pasal 1
angka5UUNo.4Tahun2009).
3. Orde Reformasi Setiap perusahaan yang bergerak dalam segaia
Dengan adanya tuntutan reformasi dalam segaia bidang kegiatan, khususnya di bidang pertambangan
bidang termasuk bidang pertambangan yang salah mineral dan batubara wajib melakukan
satunya adalah perubahan paradigma sentralistik ke hal-hal sebagaiberikut: 1). Perusahaan wajib
otonomi daerah yang seluas-luasnya berdasarkan memiliki Analisis Dampak
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Lingkungan (AMDAL) (Pasal 15 Ayat (1)). 2).
Pemerintahan Daerah. Melakukan pengelolaan limbah hasil usaha
Tepatnyatanggal 12januari 2009diberlakukanlah dan/atau kegiatan (Pasal 16). 3). Melakukan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan
Pertambangan Mineral dan Batubara. beracun(B3) (Pasal 17).
Undang-Undang ini hadir dalam menghadapi Bila orang atau badan hukum dengan sengaja
tantangan lingkungan strategis dan pengaruh dan/atau kealpaan melakukan pencemaran dan
globalisasi yang mendorong demokratisasi, otonomi kerusakan lingkungan hidup bahkan berdampak pada
daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup, manusia akan dikenakan sanksi baik
perkembangan teknologi sanksi
Martha Pigome, Politik Hukum Pertambangan

Pembangunan berkelanjutan mengandung makna e. Penetapan wilayah pertambangan


jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak setelah berkonsultasi dengan Pemda dan DPR.
melampaui kemampuan ekosistem untuk
mendukungnya. Kewenangan dari pemerintah daerah secara
KTT Bumi di Rio Janiero, menghasilkan 5 prinsip umum adalah kegiatan pengeloaan pertambangan
utama dalam pembangunan berkelanjutan yakni:7 Mineral dan Batubara diatur dalam Peraturan Daerah
1. Keadilan antargenerasi (IntergerationaiEquity). terutama tentang Tata cara pemberian Izin kepada
2. Keadilan dalam satu generasi (Intragerational pengusahaan pertambangan.
Equity). Setelah adanya perubahan secara substansi
3. Pinsip pencegahan dini (Precautionaryprinciple). hukum pertambangan maka UU No. 4 tahun 2009,
4. Pelindungan keragaman hayati (Konservation of lebih baik atau memiliki kelebihan dibanding UU No.
Biological Diversity). 11 tahun 1967 yakni:
5. [nternalisasi beaya lingkungan. a. Perubahan paradigma dari sistem sentralistik
yang terdapat dalam Undang-Undang 11 Tahun
Pembangunan berkelanjutan tidak mudah untuk 1967 menjadi paradigma sistem otonom dimana
diterapkan karena ada tiga syarat utama yaitu aspek daerah baik Provinsi, Kabupaten/kota mempunyai
ekonomi (memasukan kerugian lingkungan beaya), kewenangan terutama dalam memberikan izin
aspek ekologi (pembatasan penggunaan sumber kepada pengusahaan
daya alam secara tepat) dan aspek sosial budaya pertambangan
(budaya untuk pemeliharaan sebuah proyek pada berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 2009;
umumnya belum twnbuh di Indonesia.8 b. Perubahan Kontrak Karya (KK)/PKP2B menjadi
Dari sisi etika lingkungan, pembangunan Perizinan yang batas waktunya tidak terlalu
berkelanjutan lebih mengikuti pandangan panjang.
e k o s e n t r i s m e dan buk an p a n d a n g a n c. Pengusahaan pertambangan
anthroposentrisme. Prinsip pembangunan umumnya
berkelanjutan ini yang perlu diterapkan dalam hukum diutamakan kepada badan hukum Indonesia yang
pertambangan yang menjadi perhatian utama bagi dimiliki oleh warga negara Indonesia tidak seperti
Pemerintah daerah dalam mengatur pengeloaan dalam Undang-Undang No. 11 tahun 1967 yang
pertambangan di daerahnya. didominasiolehasing.
Prinsip desentralisasi yang dianut dalam UU No.4 d. Pengelolaan pertambangan dapat diatur dalam
Tahun 2009 (UU Minerba) dapat dikatakan sebagai Peraturan Daerah.
langkah maju, tetapi masih dipenuhi dengan
tantangan. Secara umum, aspek pembagian Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004
kewenangan antar pemerintahan (pusat dan daerah) tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun
jika merujuk UUD 1945 dan UU No.12 tahun 2008 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
yang menjadi landasan dalam penyusunan UU No.4 Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,
tahun 2009, maka substansi yang terkandung dalam dalam bidang lingkungan hidup pemerintah pusat
UU No.4 Thun 2009 menggariskan kewenangan memberikan kepada pemerintah daerah untuk:
eksklusif pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah a. Meletakkan daerah pada posisi penting dalam
dalam hal sebagai berikut: pengelolaan lingkungan hidup.
a. Penetapankebijakannasional; b. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain
b. Pembuatan peraturan perundang-undangan; kebijakan.
c. Penetapan standard, pedoman dan kriteria; c. Membangun hubungan interdependensi antar
d. Penetapan sistem perijinan daerah.
pertambangan d. Menetapkan pendekatan kewilayahan.
minerba nasional;
Mengingat kompleksnya pengelolaan lingkungan

Mas Akhmad Santosa, 'Aktualisasi Prinsip-PrinsipPembangunan Berkelanjutan yang Berawasan Lingkungan Dalam Sisten dan Praktek Nasional', Jumal Hukum
Lingkungan Tahun III 1996, hal. 1-21, terdapat dalam Arief Hiayat & FX. Adji Samekto, Hukum Lingkungan Dam Perspektif Global Dan Nasional, Undip
semarang, 1998, hal. 96
Otto Soemarwoto, Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, hal. 7-10, dalam Arief Hidayal & FX. Adji Samekto,
lbid,hal. 12-14

217
Martha Pigome, Politik Hukum Pertambangan

kewenangan sepenuhnya untuk mengatur HM Marzuki Laica, 2006, Berjaian-jalan di ranah


penggunaan dan peruntukkan serta Hukum, Jakarta : Penerbit Sekjend
hubungan-hubungn hukum dalam bidang &
pertambangan. Negara melalui pemerintah Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Rl. H.
memberikan kewenangan kepada BUMN atau Saleng Abrar, 2007, Hukum Pertambangan,
BUMS untuk mengelolah usaha penambangan Yogyakarta: UN Press. H. Salim HS, 2007,
dalam bentuk pemberian ijin; Hukum Pertambangan Indonesia,
2. Pertambangan dan lingkungan Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada.
mempunyai Kompilasi Hukum Pertambangan, Pustaka Yustitia,
hubungan yang erat antara satu dengan lainnya. Jakarta, 2009. Lestario Widodo, 2008,
Hal ini terlihat dimana suatu usaha penambangan Tantangan Pembangunan
harus memenuhi ketentuan-ketenuan tentang Berkeianjutan Di Era Otonomi Daerah Jurnal
AMDAL dan baku mutu lingkungan agar usaha Lingkungan, Jakarta: Pusat
penambangan benar-benar mempehatikan aspek Teknologi
lingkungan. Lingkungan, BPPT Mas Akhmad Santosa,
3. Dengan adanya pemberian kewenangan kepada 1996, "Aktualisasi Prinsip-
pemerintah daerah di bidang pertambangan dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Yang
lingkungan maka seyogyanya Berwawasan Lingkungan Daiam Sistem Dan
Pemerintah Praktek Nasional" Jurnal Hukum Lingkungan
Daerah dalam mengatur dan mengelolah usaha III 1996. Moh. Mahfud MD, 2006,
pertambangan maka perlu mengutamakan faktor Membangun Politik Hukum
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan atau Menegakan Konstitusi, Jakarta: PT Pustaka
lebih tepatnya menciptakan usaha pertambangan LP3S Indonesia. Otto Soemarwoto, 1991,
yang berwawasan lingkungan; Dengan demikian Indonesia Dalam Kancah Isu
akan mengurangi dampak usaha penambangan Lingkungan Global, Jakarta:
terhadap lingkungan. Untuk mewujudkan hal ini Gramedia
perlu ditunjang oleh peningkatan pengawasan Pustaka Utama. .Setiawan B.B. Mitchel &
atau pengontrolan dari pemerintah terhadap Dwita Hadi Rahmi, 2003,
pelaku usaha penambangan. Pengeiolaan Sumber Daya dan Lingkungan,
Yogyakarta: Gadja Mada University. UU No. 4
Daftar Pustaka Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, Harvarindo, Jakarta, 2009. UU
Arief Hidayat & FX. Adji Samekto, 1998, Hukum No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Lingkungan Dalam Perspektif Global Dan Pengeiolaan Lingkungan Hidup.
Nasional, Semarang: Undip. www.http://geo.uqm.ac.id
Asep Warlan Yusup, 2010, Implikasi Pemberiakuan www.indoshe.cQm/legal/index.php7Option.com
UU No. 32 Tahun 2009 Tentang PPLH dan
Pembentukkan Peraturan Daerah LH,
www.forplid.net/artikel/96/pembangunan
Jakarta : Penerbit Sekretariat Kementerian
www.senatorindonesia.ora/law center public.com
www.tenanqjaya.com/indek php/search
LHRI.
E. Utrecht, 1990, Pengantar Hukum Adminstrasi
Negara Indonesia, Jakarta: IchtiarBaru.

219
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011

pertambangan kepada kaum partikelir saja dan itu pertambangan. Diberlakukanlah Undang-Undang
hampirtersebardiseluruhHindiaBelandapadawaktu Nomor 10 Tahun 1959 tentang Pembatalan Hak-Hak
itu. Indische Mijnwet hanya mengatur mengenai Pertambangan. Dasar hukum undang-undang ini
penggolongan bahan galian dan pengusahaan bahwa dengan adanya kaum partikelir yang telah
pertambangan. tersebar di hampir seluruh Indonesia dimana partikelir
Kaum Partikelir yang dimaksud adalah hak ini lah oleh Indische Mijnwet diberikan kewenangan
pengusahaan pertambangan atas bahan galian pertambangan. Agar supaya tidak menghambat
diberikan hanya untuk orang atau golongan orang lain untuk memperoleh hak-hak pertambangan
tertentu/swasta. Pada waktu itu karena sektor dan Pemerintah maupun Daerah swatanra dapat
pertambangan dikuasai oleh kaum partikelir maka mengelolah sumber kekayaan alam berupa tambang
telah membawa dampak positif bagi pemerintah itu dana dalam rangka peningkatan pembangunan
Belanda pada waktu itu adalah mendapat keuntungan nasional maka diberlakukanlah undang-undang ini.
yang besardibanding masyarakatpribumi. Dalam rangka mempersiapkan undang-undang
Dengan pemberlakuan Agrarichs wet bahwa pertambangan yang baru maka pada tahun 1960
tanah-tanah kosong menjadi milik negara maka diberlakukanlah Peraturan Pemerintah Pengganti
pemerintah bebas memberikan hak penambangan Undang-Undang (PERPU) Nomor 37 tahun 1960
tentang Pertambangan. Dasar hukum dari Peraturan
kepada kaum partikelir. Penambangan yang
Pemerintah Pengganti undang-Undang bahwa bahan
dilakukan oleh partikelir diatas lahan atau tanah milik
galian diseluruh wilayah kedaulatan bangsa
pribumi yang diberikan ganti kerugian sedikit bahkan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
ada tanah yang tidak mendapat ganti kerugian rakyat baik secara gotong royong maupun secara
menyebabkan mereka kehilangan tanah pertanian, perorangan. Disamping itu.bahan-bahan galian
perkebunan sehingga mereka harus kerja pada mempunyai arti penting sebagai unsur guna
partikelir sebagai buruh dan membayar pajak atau pembangunan berbagai bidang cabang industri dan
upeti kepada pemerintah. sebagai bahan-bahan yang langsung diperlukan.
Dengan demikian yang menguasai bidang PERPU ini dibentuk untuk mengganti Indische
pertambangan pada waktu itu adalah kaum partikelir Mijnwet karena sudah tidak dapat dijadikan dasar
atau swasta asing bukan pribumi. untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia dan
perkembangan kepentingan nasional yang secara
b. Era Kemerdekaan mendalam ditinjau dari sudut politis, ekonomi sosial
Sejak Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus dan strategis. Secara garis besar pokok-pokok pikiran
1945, hukum pertambangan produk peninggalan dalam PERPU ini adalah : (1). Penguasaan
Belanda, Indische Mijnwet masih tetap diberlakukan bahan-bahan galian yang berada dibawah dan diatas
dengan melakukan beberapa perubahan dan wilayah Indonesia atau bahan-bahan galian dikuasai
penambahan yang disesuaikan dengan alam oleh negara untuk kepentinghan negara dan
kemerdekaan bangsa Indonesia. kemakmuran dan merupakan kekayaan nasional;
Produk hukum pertambangan apa sajakah yang (2). Pembagian bahan-bahan galian dalam beberapa
telah berlaku pada era Orde lama, era Orde baru dan golongan yang di dasarkan pada pentingnya bahan
Era Reformasi. Hal ini akan dijelaskan sebagai galian itu yakni golongan strategis dan golongan vital
berikut: 1. Era Orde Lama dan golongan yang tidak termasuk keduanya; (3).
Di bidang pertambangan, Pemerintah Orde lama Sifat dari perusahaan pertambangan yang pada
masih memberlakukan Indische Mijnwet sebagai dasarnya harus dilakukan oleh negara, perusahaan
hukum pertambangan dengan mengalami beberapa negara daerah atau usaha-usaha lain yang
perubahan dan penambahan pasal-pasal dalam berdasarkan asas kekeluargaa seperti perusahaan
aturan hukum tersebut. negara, campuran perusahaan negara dan/atau
Barulah pada tahun 1959, pemerintah muiai perusahaan daerah, perusahaan daerah, campuran
melakukan perubahan Indische Mijnwet khususnya negara dan swata dan swasta dalam bentuk
pasal-pasal yang mengatur tentang koperasi; (4). Pengertian konsesi (izin untuk
hak-hak membuka pertambangan)

1 H. Abrar Saleng. Hukum Pertambangan, Ull Press, Yogyakarta, 2004, hal. 64

214
MMH,JiIid40 No. 2 April 2011

Adminstrasi (pencabutan izin usaha dan penutupan pemerintahan yang boleh diatur dan diurus secara
usaha), Perdata (pembayaran ganri kerugian), dan bebas dan mandiri itu, menjadi tanggungjawab satuan
pidana (denda dan penjara). pemerintahan yang lebih rendah. Kebebasan dan
kemandirian merupakan hakikatisi otonomi.
Pengelolaan Pertambangan Dan pengaruhnya Menurut Logmann" bahwa otonomi adatah
Terhadap Lingkungan Pada Era Otonomi Daerah kekuasaan untuk mengurus sendiri rumah tangga
Dalam Politik hukum pertambangan negara daerah berdasarkan inisiatif sendiri (vrije beweging)
sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat bagi satuan-satuan kenegaraan yang memerintah
Indonesia yang dijalankan oleh pemerintah sendiri berdasarkan inisiatif sendiri, yang dapat
memberikan kewenangan pengelolaan usaha dipergunakan untuk menyelenggarakan kepentingan
pertambangan kepada badan usaha negara (BUMN) umum.
maupun badan usaha swasta (BUMS). Hal tersebut Menurut Laica Marzuki5 tidak cukup dalam wujud
dimaksudkan dalam rangka menciptakan otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab,
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan agar tetapi harus diwujudkan dalam format otonomi daerah
supaya masyarakat dapat menikmati yang seluas-luasnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan dalam lingkungan negara Indonesa sebagai negara kesatuan yang
yang baik dan sehat dimana itu menjadi hak dari berbentuk republik melandasi pelaksanaan
seluruh bangsa Indonesia. Dalam memiliki dan pemerintahan di daerah pada asas desentralisasi.
menikmati lingkungan sumber daya alam menjadi Kaidah asas ini melahirkan makna otonom dengan
hak bangsa Indonesia (pasal28HUUD1945). substansi penyerahan kewenangan dalam
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.
sistem pemerintahan daerah, dari otonomi daerah Dalam pelaksanaan pembangunan di era
yang sentralistik menjadi otonomi daerah dengan Otonomi Daerah, pengelolaan lingkungan hiduptetap
sistem desntralistik berdasarkan UU No. 22 tahun mengacu pada Undang-undang No 32 tahun 2009
1999 dan telah diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
maka perjadi pembagian kewenangan antara pusat Hidup dan juga Undang-undang No 32 Tahun 2004
dan daerah. Pemerintahan Daerah dimana daerah tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-undang
yang ada dapat mengatur dan mengurus sendiri No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
urusan pemerintahan menurutasas otonomi dan asas Pusat dan Daerah. Hal ini dimaksudkan agar
tugaspembantuan. pemerintah daerah benar-benar memperhatikan
Otonomi daerah merupakan esensi pelaksanaan aspek pembangunan berkelanjutan.
pemerintahan yang desentralisasi berdasarkan pada Berdasarkan hasil KTT Pembangunan
pasal 18 UUD 1945, namun dalam perkembangan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable
otonomi daerah selain mengandung arti membuat Development - WSSD) di Johannesburg Tahun 2002,
peraturan daerah (Zelwetgeving), juga mencakup Indonesia aktif dalam membahas dan berupaya
pemerintahan sendiri (Zelfbestuur). mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup,
Van der Pot3 memahami konsep otonomi daerah maka pemerintah berkomitmen untuk melaksanakan
sebagai eigen huishouding (menjalankan rumah pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan
tangga sendiri). Otonomi adalah pemberian hak generasi sekarang dan yang akan datang dengan
kepada daerah untuk mengatur sendiri daerahnya. bersendikan pada pembangunan ekonomi, sosial
Daerah mempunyai kebebasan inisiatif dalam budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai
menyelenggarakan rumah tangga dan pemerintahan pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat
di daerah. Selain itu, bisa dimaknai sebagai satu sama lain.6 Pembangunan berkelanjutan
kebebasan dan kemandirian {vrijheid dan dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi
zelfstandigheid) satuan pemerintahan lebih rendah kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak
untuk mengatur dan mengurus sebagain urusan pemenuhan kebutuhan generasi
mendatang.

3 EV\iech[,Pengantar Hukum Adminstrasi Negara Indonesia, IchtiarBam, Jakarta 1990, hal. 198
4 Ibid
5 H.M. Laica Marzuki, Berjatan-jalan diranah Hukum, Sekjend & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Rl, Jakarta, 2006, him. 9dan hal.151
6 www.indoshe.com/legai/index.php70ption.com

216
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011 ramah lingkungan terutama teknologi yang
digunakan
hidup dan permasalahan yang bersifat lintas sektor
dan wilayah, maka dalam pelaksanaan
pembangunan diperlukan perencanaan dan
pelaksanaan pengeloiaan lingkungan hidup yang
sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan
yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar
yang saling tergantung dan saling memperkuat satu
sama lain dan dalam pelaksanaannya melibatkan
stake holder. Hal-hal yang berkaitan dengan
pengeloiaan lingkungan hidup di daerah dalam era
otonomi daerah antara lain sebagai berikut:9
a. Ego sektoral dan daerah. Otonomi daerah yang
diharapkan dapat melimbahkan
sebagian
kewenangan mengelola lingkungan hidup di
daerah belum mampu dilaksanakan dengan baik.
Ego kedaerahan masih sering nampak dalam
pelaksanaan pengeloiaan lingkungan,
hidup,
demikian juga ego sektor. Pengeloiaan
lingkungan hidup sering dilaksanakan overlaping
antar sektor yang satu dengan sektor yang lain
Tumpang tindih perencanaan antar
sektor.
Kenyataan menunjukkan bahwa
dalam
perencanaan program (termasuk pengeloiaan
lingkungan hidup) terjadi tumpang tindih antara
satu sektor dan sektor lain
b. Pandanaan yang masih sangat kurang untuk
bidang lingkungan hidup.
c. Keterbatasan sumberdaya manusia.
d. Eksploitasi sumberdaya alam terutama tambang
masih terlalu mengedepankan profit dari sisi
ekonomi tanpa mempehatikan aspek lingkungan.
e. Lemahnya implementasi paraturan perundangan
di bidang lingkungan hidup.
f. Lemahnya penegakan hukum
lingkungan
khususnya dalam pengawasan. Berkaitan dengan
implementasi peraturan perundangan adalah sisi
pengawasan pelaksanaan
peraturan
perundangan. Banyak pelanggaran
yang
dilakukan (pencemaran lingkungan, perusakan
lingkungan), namun sangat lemah
didalam
pemberian sanksi hukum.
g. Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya
lingkungan hidup sebagian masyarakat masih
rendah.
h. Penerapan teknologi yang tidak
masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengelola lingkungan hidup dengan
sebaik-baiknya agar prinsip pembangunan
dalam usaha penambangan.
berkelanjutan berwawasan lingkungan dapat
terselenggara dengan baik.
Kemerosotan lingkungan hidup tekait dengan
Olehkarena itu politik hukum pertambangan yang
pelaksanaan otonomi daerah, di mana daerah ingin
didasarkan pada pembagian kewenangan antara
meningkatkan PAD dengan melakukan eksploitasi
pemerintah pusat dan daerah dalam pengeloiaan
sumberdaya alam seperti pertambangan mineral dan
pertambangan dan lingkungan hendaknya
batubara yang kurang memperhatikan aspek
benar-benar melibatkan stake holders, agar
lingkungan hidupdengan semestinya.10
usaha penambangan yang selalu membawa dampak
Dengan cara seperti ini maka terjadi kemerosotan
pada lingkungan, dilakukan restorasi ekologi
kualitas lingkungan di mana-mana, yang diikuti
agar lingkungan dapat seminimal mungkin
dengan timbulnya bencana alam. Terdapat banyak hal
berfungsi kembali. Dalam rangka untuk
yang menyebabkan aspek lingkungan hidup menjadi
mewujudkannya perlu adanya pembinaan,
kurang diperhatikan dalam proses pembangunan,
pengawasan atau pengontrolan dari pemerintah
yang bervariasi dari daerah satu dengan daerah yang
daerah setempat terhadap pelaku usaha
lain, dari hal-hal yang bersifat lokal seperti
penambangan.
ketersediaan SDM sampai kepada hal-hal yang
berskala lebih luas seperti penerapan teknologi yang
Kesimpulan
tidak ramah lingkungan. Peraturan perundangan
1. Dalam politik hukum pertambangan dengan
yang berkaitan dengan pengeloiaan lingkungan hidup adanya perubahan hukum pertambangan yang
sudah cukup memadai, namun demikian didalam didasarkan pada UU No. 4Tahun 2009 maka telah
pelaksanaanya, termasuk dalam pengawasan, menunjukan bahwa negara
pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian yang mempunyai
sungguh-sungguh. Hal ini sangat terkait dengan niat
baik pemerintah termasuk pemerintah daerah,

9 www.fQrplid.net/artikel/96/pembanqunan berkelanjutan lingkungan hidup dan otonomi daerah.com


10 www.senatorindonesia.org/law center public.com

218

Anda mungkin juga menyukai