Anda di halaman 1dari 26

Al'Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-

2017 0124

DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP


DI KALIMANTAN SELATAN DAN IMPLIKASINYA
BAGI HAK-HAK WARGA NEGARA

(Impact of Mining on Life Environment in South Kalimantam


And Implication for Rights of Citizens)

Nurul Listiyani
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAAB
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: nurullistiyani@yahoo.com

Abstract
The legal issues in this paper is about the mining activities increasingly
uncontrollable that cause various effects for society and the life around of mine,
including: environmental demage, high of pollution (soil, water and air) and
resulting in disruption to the wide of society such as damage of houses and public
facilities, mainly by the action of blasting dynamite to open the mine site.
Disruption aspects of community life, when the viewed of side of Human Rights,
which is mainly related to economic rights, social and cultural, surely very
related to the impact of this coal mining. Because of human rights involve aspects
the right of life and good life, safe and healthy which is the right to a good
environment, healthy and regulated in the laws of the republic Indonesia of 1945.

Keywords: Mining, Environment, Environmental Damage and Human Rights

Abstrak
Isu hukum dalam tulisan ini adalah mengenai kegiatan pertambangan yang
semakin tidak terkendali yang menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat
dan kehidupan sekitar tambang, di antaranya; kerusakan lingkungan, tingginya
tingkat pencemaran (tanah, air dan udara), juga mengakibatkan gangguan bagi
masyarakat luas berupa kerusakan bangunan rumah dan fasilitas umum terutama
akibat aktivitas peledakan dinamit untuk membuka lokasi tambang. Terganggunya
aspek kehidupan masyarakat, jika dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM),
yakni terutama yang berkaitan dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya,
tentulah sangat bersentuhan dengan dampak dari pertambangan batubara ini.
Karena hak asasi manusia meliputi aspek-aspek hak untuk hidup dan
berkehidupan yang baik, aman dan sehat yang merupakan hak atas lingkungan
hidup yang baik yang sehat yang diatur didalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.

Kata Kunci: Pertambangan, lingkungan hidup, kerusakan lingkungan, hak asasi


manusia.

1
PENDAHULUAN
adalah ditiadakannya sistem kontrak
A. Latar Belakang Masalah
karya bagi pengusahaan
Lahirnya Undang-Undang
pertambangan ke depan yang
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
digantikan dengan sistem izin usaha
Pertambangan Mineral dan Batu
pertambangan (IUP). UU Minerba
Bara (selanjutnya ditulis Minerba)
juga telah mengakomodasi
dengan sistem Undang-Undang yang
kepentingan daerah, dengan
baru didalamnya,diharapkan dapat
memberikan kewenangan kepada
membawa perbaikan dalam
pemerintah daerah untuk dapat
pengelolaan sektor pertambangan di
menjalankan fungsi perencanaan,
Tanah Air. UU Minerba ini juga
pemberian IUP, pembatasan luas
diharapkan dapat menyempurnakan
wilayah dan jangka waktu izin usaha
kekurangan UU No 11 Tahun 1967
pertambangan.
tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Pengaturan yang ada di dalam
Pertambangan, serta mampu
UU No.4 Tahun 2009 menghapus
mengembalikan fungsi dan
beberapa sistem didalam Undang-
kewenangan negara terhadap
Undang No. 11 Tahun 1967 seperti
penguasaan sumber daya alam yang
Kuasa Pertambangan, Pengusahaan
dimiliki. Dengan demikian, amanat
Pertambangan Batu bara (PKP2PB)
konstitusi yang menyebutkan bahwa
yang terdapat didalam subtansi
Bumi dan air dan kekayaan alam
Undang-Undang ini beserta
yang terkandung didalamnya
peraturan pelaksanaannya. Sehingga
dikuasai oleh Negara dan
munculnya peraturan baru ini
dipergunakan untuk sebesar-besarnya
memaksa para pengusaha tambang
kemakmuran rakyat, benar-benar
batu bara di Indonesia menyesuaikan
dapat diwujudkan.
diri terhadap peraturan yang baru ini.
Jika dibandingkan dengan
Ketika kebutuhan terhadap
UU No 11 tahun 1967, UU Minerba
batubara semakin meningkat di awal
memang telah memuat beberapa
tahun 1990-an, maka banyak
perbaikan yang cukup mendasar.
pengusaha dan warga masyarakat
Yang paling penting di antaranya
yang ikut terjun dalam bisnis
tambang "emas hitam" ini, bahkan aman dan sehat yang merupakan hak
secara illegal. Disinilah dimulai atas lingkungan hidup yang baik
adanya praktik pertambangan tanpa yang sehat yang diatur didalam
izin atau dikenal istilah PETI. Undang-Undang Dasar Negara
Aktifitas dari suatu kegiatan Republik Indonesia tahun 1945.
usaha, seperti pertambangan batubara Nilai-nilai kehidupan
pada hakekatnya tidak boleh menjadi manusia dapat menjadi terganggu
penyebab "kerugian" bagi pihak- atau berkurang, apalagi yang
pihak tertentu atau kelompok terparah adalah membawa bencana
mayoritas (masyarakat umum). kematian yang secara tidak langsung
Demikian pula alam yang menjadi sudah "terprogram" dan dilakukan
sumber penyedia bahan tambang melalui aktifitas kegiatan usaha yang
(sumber daya alam) tidak boleh ada, termasuk diantaranya eksploitasi
terganggu karena akan batubara. Upaya memang telah
menghilangkan keseimbangan dilakukan, namun tetap harus terus
ekosistem, ekologi yang berakibat dilakukan karena upaya yang telah
pada kerusakan alam/ lingkungan ada nampaknya masih jauh dan
hidup (damage of environment). masih banyak yang harus dibenahi.
Terganggunya aspek Hal-hal yang peneliti
kehidupan masyarakat, jika dilihat deskripsikan di atas menjadi latar
dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), belakang peneliti untuk mengangkat
sebagaimana diatur dalam Undnag- permasalahan Dampak
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pertambangan terhadap Lingkungan
tentang Hak Asasi Manusia, yakni Hidup di kalimantan Selatan dan
terutama yang berkaitan dengan hak- Implikasinya Bagi Hak-Hak Warga
hak ekonomi, sosial dan budaya, Negara.
tentulah sangat bersentuhan dengan
dampak dari pertambangan batubara B. KAJIAN TEORITIS
ini. Karena hak asasi manusia Aturan yang mendasar
meliputi aspek-aspek hak untuk berkaitan dengan lingkungan hidup
hidup dan berkehidupan yang baik, telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009
hidup telah menjadi faktor penentu
tentang Perlindungan dan
dalam proses pengambilan keputusan
Penngelolaan Lingkungan Hidup
pemanfaatan dan pengolahan Sumber
(UUPPLH). Sedangkan instrumen
Daya Alam (SDA). Pembangunan
penting yang berkenaan dengan
tidak lagi menempatkan SDA
Analisa Mengenai Dampak
sebagai modal, tetapi sebagai satu
Lingkungan (AMDAL) telah
kesatuan ekosistem yang di
dikeluarkan, mulai dari Peraturan
dalamnya berisi manusia, lingkungan
Pemerintah Nomor 51 tahun 1993
alam dan/ atau lingkkungan buatan
tentang Amdal sebagai penjabaran
yang membentuk kesatuan
pelaksanaan undang-undang
fungsional, saling terkait dan saling
pendahulu mengenai lingkungan
tergantung dalam keteraturan yang
hidup, yakni Undang-Undang Nomor
bersifat spesifik, berbeda dari satu
4 tahun 1982. Pengaturan Amdal
tipe ekosistem ke tipe ekosistem
kemudian disempurnakan melalui
yang lain. Oleh karena itu,
Peraturan Pemerintah Nomor 27
perlindungan dan pengelolaan
tahun 1999 yang dikeluarkan dalam
lingkungan bersifat spesifik, terpadu,
upaya mempertegas akan pentingnya
holistik dan berdimensi ruang.
instrumen pengelolaan lingkungan
Menurut UUPPLH Nomor 32
melalui perizinan, di mana Amdal
tahun 2009 pasal 1 angka 1,
merupakan prasyarat untuk
lingkungan hidup adalah : "kesatuan
mendapatkan izin tersebut.
ruang dengan semua benda, daya,
Selanjutnya pengaturan mengenai
keadaan, dan makhluk hidup,
Amdal ini diintegrasikan dalam
termasuk manusia dan perilakunya,
Peraturan Pemerintah Nomor 27
yang memperngaruhi alam itu
Tahun 2012 tentang Izin
sendiri, kelangsungan perikehidupan,
Lingkungan.
dan kesejahteraan manusia serta
Dengan diaturnya masalah
makhluk hidup lain."
lingkungan hidup di dalam Undang-
Sedangkan perlindungan dan
Undang Nomor 32 tahun 2009
pengelolaan lingkungan hidup
tentang UUPPLH, maka lingkungan
didefinisikan sebagai "upaya

70
sistematis dan terpadu yang
Abrar Saleng mengemukakan
dilakukan untuk melestarikan fungsi
berbagai dampak negatif kegiatan
lingkungan hidup dan mencegah
pertambangan adalah sebagai
terjadinya pencemaran dan/atau 1
berikut:
kerusakan lingkungan hidup yang
1. Usaha pertambangan dalam
meliputi perencanaan, pemanfaatan,
waktu relatif singkat dapat
pengendalian, pemeliharaan,
mengubah bentuk topografi
pengawasan dan penegakan hukum".
tanah dan keadaan muka
Pasal 12 ayat (1) UUPPLH
tanah (land impact) sehingga
menegaskan bahwa pemanfaatan
dapat mengubah
SDA harus dilakukan berdasarkan
keseimbangan sistem ekologi
Rencana Perlindungan dan
bagi daerah sekitarnya.
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Usaha pertambangan dapat
(RPPLH), yang terdiri atas RPPLH
menimbulkan berbagai
nasional, provinsi dan kabupaten/
macam gangguan, antara lain
kota. Sehingga pemanfaatan SDA ini
pencemaran akibat debu dan
dilaksanakan dengan memperhatikan
asap yang mengotori udara
daya tampung dan daya dukung
dan air, limbah air, tailing,
lingkungan hidup.
serta buangan tambang yang
Eksploitasi batubara
mengandung zat-zat beracun.
berhubungan erat dengan konsep
3. Pertambangan yang
pengelolaan lingkungan hidup, di
dilakukan tanpa
mana kgiatan usaha ini lebih rentan
mengindahkan keselamatan
dengan dampak kerusakan
kerja dan kondisi geologi
llingkungan karena menurunnya
lapangan dapat menimbulkan
kualitas lingkungan sebagai akibat
tanah longsor, ledakan
pengusahaan pertambangan,
tambang, keruntuhan
demikian pula kualitas hidup
tambang, dan gempa.
masyarakat dapat menurun karena
dampak yang ditimbulkannya.

1
Abrar Saleng, 2004, Hukum
Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, hlm.
117.
Dalam konteks HAM,
C. METODE PENELITIAN
terdapat hak atas lingkungan yang
metode penelitian yang
harus dijaga/ditegakkan sebagai hak
dipergunakan dalam penelitian ini
kolektif dari setiap warga negara,
dapat peneliti uraikan sebagai
yakni "hak atas lingkungan hidup
berikut:
yang baik dan sehat". Hak tersebut
1. Jenis Penelitian
akhirnya mendapat pengakuan
penelitian yang dilaksanakan
sebagai bagian dari HAM melalui
adalah penelitian hukum
Sidang komisi Tinggi HAM yang
normative sosiologis, yakni
menegaskan bahwa "Setiap orang
penelitian mengenai dampak
memilliki hak hidup di dunia yang
pertambangan batubara
bebas dari polusi bahan-bahan
terhadap lingkungan hidup
beracun dan degradasi lingkungan".
dalam kaitannya dengan hak
Bilamana pembangunan
kolektif dari masyarakat akan
dengan kebijakan "negara menguasai
lingkungan hidup yang baik
bumi, air dan kekayaan alam yang
dan sehat.
terkandung di dalamnya, yang
2. Design Penelitian
berkonsekuensi ternasionalisasinya
Design penelitian yang
hak-hak lokal (yang disebut hak-hak
digunakan oleh peneliti adalah
adat, khususnya yang berobyekkan
action research yang diawali
tanah dan sumber-sumber agraria
dengan studi pendahuluan /
lain), maka terlihat jelas bahwa
identifikasi masalah. Dengan
sebenarnya tidak ada kebijakan yang
menggunakan rancangan aksi,
pro the (local) people (in
diharapkan penelitian ini dapat
2
the periphery) itu.
menghasilkan kesamaan
persepsi bahwa harus ada
2
Soetandyo Wignjosoebroto, Hak-hak
pengakuan secara
Manusia yang Asasi Untuk Memperoleh komprehensip akan hak
Jaminan Rasa Aman dan Sejahtera Dalam
Kehidupan Ekosob di Tengah Pelaksanaan kolektif masyarakat dan
Program Pembangunan Nasional yang
Sering Tak Berkiblat Pada Kepentingan
Rakyat, Makalah pada Workshop
"Memperkuat Justisiabelitas Hak-Hak UII Yogyakarta, 13-15 November 2007,
Ekosob: Prospek dan Tantangan". PUSHAM hlm. 6.
kewajiban pemerintah untuk
pertambangan dan Hak
melaksanakan upaya preventif
Asasi Manusia (HAM).
dan represif demi
5. Teknik Pengumpulan data
mempertahankan hak tersebut.
Untuk mengumpulkan data
3. Lokasi Penelitian
dalam penelitian ini, peneliti
Penelitian ini dilakukan di
melakukan dengan teknik
Desa Kintap Lama perusahaan
sebagai berikut :
pertambangan CV.ML dan
a. untuk mengumpulkan data
CV.CMN tepatnya di Kintap
primer (field research),
Kampung, Kintap Ilir, dan
peneliti melakukannya
Kintap Kecil Kecamatan
dengan cara wawancara,
Kintap Kabupaten Tanah Laut.
yaitu melakukan tanya
4. Jenis Data
jawab secara langsung
Guna mendapatkan data dalam
dengan responden/
penelitian, peneliti
narasumber di Badan
menggunakan 2 (dua) jenis
Lingkungan Hidup Daerah
data, yaitu :
(BLHD) Propinsi
a. data primer, yaitu data yang
Kalimantan Selatan serta
diperoleh secara langsung
masyarakat sekitar tambang
dari narasumber/ responden
yang merasakan dampak
(field research).
secara lanngsung dari
b. data sekunder, yaitu data
kegiatan pertambanngan.
yang didapatkan dari hasil
b. untuk mengumpulkan data
penelitian pustaka (library
sekunder (library research),
research), di mana peneliti
peneliti melakukannya
mengumpulkan dan
dengan mencari data dari;
mempelajari peraturan-
a) bahan hukum primer,
peraturan dan tulisan-tulisan
yang terdiri dari norma
yang berkaitan dengan
atau kaidah , peraturan
lingkungan hidup,
perundang-undangan,
yurisprudensi dan traktat.
b) bahan hukum sekunder,
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdiri dari buku-
A. Dampak Eksploitasi
buku, hasil-hasil
Pertambangan Batubara
penelitian, hasil karya
Terhadap Lingkungan Hidup di
ilmiah para sarjana.
Kalimantan Selatan
c) bahan hukum tersier,
Negara dalam penguasaan
yaitu bahan-bahan yang
atas SDA memiliki fungsi untuk
memberikan informasi
membuat kebijakan, pengurusan,
tentang bahan hukum
pengaturan, pengelolaan, dan
primer dan bahan hukum
pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut
sekunder, seperti :
termanifestasi dalam penjelasan
kamus, indeks kumulatif,
Mahkamah Konstitusi sebagai
ensiklopedi, dll 3
berikut :
6. Analisis data
a. Fungsi pengurusan
Data yang telah berhasil
(bestuursdaad) oleh negara
dikumpulkan kemudian
dilakukan oleh pemerintah
dianalisis. Dalam menganalisis
dengan kewenangannya
data tersebut, peneliti
untuk mengeluarkan dan
mempergunakan analisis
mencabut fasilitas perizinan
deskriptif kualitataif, yaitu
(vergunning), lisensi
suatu analisis yang sifatnya
(licentie), dan konsesi
menjelaskan atau
(concessie).
menggambarkan mengenai
b. Fungsi pengaturan oleh
peraturan-peraturan yang
negara
berlaku dan kemudian
(regelandaad) dilakukan
dikaitkan dengan realita yang
melalui
yang terjadi di lapangan.
kewenangan legislasi oleh
DPR bersama dengan

3
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
001-021-022/PUU-I/2003, atas permohonan
Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2002 tentang Ketenagalistrikan.
pemerintah, dan regulasi oleh Undang nomor 23 Tahun 2014
pemerintah (eksekutif).
c. Fungsi pengelolaan
(beheersdaad) dilakukan
melalui mekanisme pemilikan
saham (share holding) atau
melalui keterlibatan langsung
dalam manajemenBadan
Usaha Milik Negara atau
Badan Hukum Milik Negara
sebagai instrumen
kelembagaan melalui mana
negara c.q. Pemerintah
mendayagunakan
penguasaannya atas sumber-
sumber kekayaan itu untuk
digunakan bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi pengawasan oleh


negara

(toezichthoudensdaad) dilakukan
oleh negara c.q. pemerintah dalam
rangka mengawasi dan
mengendalikan agar pelaksanaan
penguasaan oleh negara atas cabang
produksi yang penting atau yang
menguasai hajat hidup orang banyak
dimaksud benar-benar dilakukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sebelum keluarnya Undang-
(Lembaran Negara RI Tahun 2014 Selatan, maka 236 buah
Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5587) tentang
Pemerintahan Daerah, IzinUsaha
Pertambangan mayoritas
dikeluarkan oleh pemerintah
kabupaten kota. Kondidi
tersebut
seolah
menempatkan kepala daerah
layaknya "raja kecil" di daerah
pimpinannya.Bahkan
apabila
pertambangan terjadi di lahan
tapal batas (lintas) Kabupaten/
kota yang sebenarnnya menjadi
kewenangan provinsi untuk
mengeluarkan izin, maka biasanya
akan "disiasati" dengan
mengeluarkan 2 (dua) buah IUP
masing-masing pemerintah daerah
kabupaten/ kota.Dari total 10.776
IUP yang keluar, sebanyak
8.000 izin perusahaan tambang
dikeluarkan pemerintah kabupaten/
kota, sisanya dikeluarkan oleh
pemerintah propinsi. Celakanya
dari jumlah itu sebanyak 4.807
bermasalah. (Tribun News: 2014).
Dari rekapitulasi yang dilakukan
oleh Distamben Provinsi
Kalimantan Selatan, bahwa dari
656 buah izin pertambangan
batubara yang dikeluarkan oleh
kabupaten/ kota di Kalimantan
IUP batubara belum Clear and 2, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 64.

Clean (CNC), yang salah satu


indikatornya belum melaksanakan
perintah UUPPLH tentang
prosedur perizinan. Tambang
batubara merupakan
salah satu sumber daya alam yang
memberikan kontribusi sangat
berarti bagi pembangunan
perekonomian di Indonesia.
Permasalahan lain yang muncul
dalam pengelolaannya adalah karena
sebagian besar tambang batubara
tersebut berada dalam kawasan hutan
lindung dan kawasan hutan
4
produksi. Larangan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 Tentang kehutanan
(Lembaran Negara RI Tahun 1999
Nomor Nomor 167, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3888)
sebagaimana telah dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan atas UU Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
menjadi Undang-Undang, tidak
berpengaruh secara signifikan

4
Supriadi, 2011, Hukum Kehutanan
dan Hukum Perkebunan di Indonesia. Edisi
terhadap penggunaan kawasan
hutan sebagai kawasan tambang.
Beberapa kebijakan Pemerintah
justru memperbolehkan
penggunaan hutan lindung dan
hutan produksi sebagai lokasi
pertambangan. Selanjutnya melalui
Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 41 tahun 2004
tentang Perizinan Atau Perjanjian
di Bidang Pertambangan yang
Berada di Kawasan Hutan,
ditetapkan 13 (tiga belas) izin atau
perjanjian di bidang pertambangan
yang terbit sebelum keluarnya UU
Nomor 41 tahun 1999 untuk
melanjutkan kegiatannya sampai
berakhirnya izin atau perjanjian
tersebut. Berikutnya pada tahun
2010, pemerintah kembali
mengeluarkan kebijakan baru
melalui Peraturan Pemerintah RI
Nomor 10 tahun 2010 tentang
Tata Cara Perubahan Peruntukkan
dan Fungsi Kawasan Hutan
(Lembaran Negara RI Tahun 2010
Nomor 15, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5097), yang
kemudian dirubah dengan
Peraturan Pemerintah
RI Nomor 60 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas PP Nomor 10
Tahun 2010 tentang Tata
Cara Perubahan Peruntukkan dan
adalah penurunan produktivitas
Fungsi Kawsan Hutan (Lembaran
lahan, kepadatan tanah bertambah,
Negara RI Tahun 2012 Nomor 139,
terjadinya erosi dan sedimentasi,
Tambahan Lembaran Negara RI
terjadinya gerakan tanah atau
Nomor 5324), Perubahan fungsi
longsoran, terganggunya flora dan
kawasan untuk kegiatan di luar
fauna, terganggunya kesehatan
kehutanan salah satunya adalah
masyarakat serta berdampak
kegiatan pertambangan.
terhadap perubahan iklim mikro.
Gambar 1. Pertambangan
batubara di Kecamatan Kintap Sedangkan dampak pasca tambang
yang terjadi adalah, perubahan
morfologi dan topografi lahan,
perubahan bentang alam (bentuk
bentang alam pada lahan bekas
tambang biasanya tidak teratur,
menimbulkan lubang-lubang terjal,
gundukan tanah bekas timbunan alat
Data dari Kementerian berat), lahan menjadi tidak produktif
Kehutananyang dirilis sejak tahun dan rawan potensi longsor.Kasi
2008 bahwa perizinan pertambangan Pembinaan Usaha Pertambangan
menggelembung semakin tidak Provinsi Kalimantan Selatan,
terkontrol sejak era otonomi daerah. Gunawan Sardjito, menyebutkan
Sekitar 6-7 Izin Usaha Pertambangan bahwa dampak besar yang terjadi
dikeluarkan setiap harinya, luas dari usaha/ kegiatan pertambangan
5
kawasan hutan yang digunakan untuk adalah perubahan bentang alam.
IUP eksplorasi sekitar 402.655,98
hektar, sedangkan kawasan untuk
IUP Operasi produksi sekitar
191.433,04 ha.
Secara umum dampak
pertambangan terhadap lingkungan 5
Wawancara dengan staf bidang
pengawasan Badan Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Banjarbaru, 29 Desember 2016.
Gambar 2. Dampak
Pertambangan Batubara dan/ atau merusak lingkungan,
Terhadap Perubahan Bentang seperti yang dinyatakan oleh George
Alam 7
W. (Rock) Pring:
"Pertambangan adalah inheren (tak
terpisahkan) dengan degradasi
lingkungan, tidak ada aktivitas
pertambangan yang ramah
lingkungan. Aktivitas sumber daya
mineral mempengaruhi semua media
lingkungan, yaitu tanah, udara, air,
dan flora dan faunanya, juag
lingkungan manusia, keamanan dan
Sumber: Dokumentasi Pribadi 12 kesehatan individu, gaya hidup
Januari 2016 masyarakat lokal, kelangsungan
budaya, tertib sosial, dan kehidupan
Pertambangan memiliki peran ekonomi. Ketika sementara
menganggap bahwa mayoritas
penting dalam pembangunan dengan dampak pertambangan dikatakan
menghasilkan bahan-bahan baku bersifat lokal, pertambangan dapat
menyebabkan persoalan lingkungan
untuk industri, penyerapan tenaga secara nasional, bersifat lintas batas,
kerja, sebagai sumber devisa negara, dan bahkan global".
dan meningkatkan pendapatan asli B. Implikasi kegiatan
daerah. Pada sisi lain, pertambangan pertambangan terhadap hak-
juga menghasilkan berbagai dampak hak warga masyarakat dilihat
6
buruk terhadap lingkungan. dari aspek perlindungan HAM
Pertambangan adalah kegiatan yang Kolektif
syarat dengan resiko pencemaran
dan/ atau kerusakan lingkungan. Undang-Undang Dasar
Tidak ada kegiatan pertambangan Negara Republik Indonesia Tahun
yang tidak berpotensi mencemari 1945 (selanjutnya ditulis UUD NRI)
menyatakan bahwa lingkungan hidup
yang baik dan sehat merupakan hak
6
A'an Efendi, Prinsip-Prinsip asasi dan hak konstitusional bagi
Pengelolaan Pertambangan Berbasis
Lingkungan Berdasar Undang-Undang setiap warga negara Indonesia. Oleh
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Jurnal Konstitusi. PKHK, Universitas
Janabadra kerja sama dengan Mahkamah 7
Agung Republik Indonesia. Vol. 1. No. 1. George W. (Rock) Pring. Mining,
November 2012, hlm. 84. Environment and Development. Op. Cit.,
Hal. 7.
karena itu, negara, pemerintah, dan
Pada hakekatnya
seluruh pemangku kepentingan
perlindungan dan pengelolaan
berkewajiban untuk melakukan
lingkngan hidup adalah suatu
perlindungan dan pengelolaan
pondasi yang sangat penting dari
lingkungan hidup dalam pelaksanaan
jenis-jenis hak asasi manusia, seperti
pembangunan berkelanjutan agar
hak untuk hidup, hak atas standar
lingkungan hidup Indonesia dapat
hidup yang layak, dan hak atas
menjadi sumber dan penunjang hidup
kesehatan dan lingkngan yang
bagi rakyat Indonesia serta makhluk
bersih.. hak atas lingkungan hidup
hidup lain.
yang baik dan sehat berkaitan erat
Hak atas lingkungan hidup
dengan pencapaian kulaitas hidup
(the right to enviromental) mulai
manusia , sehingga hak atas
dibicarakan bersamaan dengan hak
lingkungan hidup yang baik dan
atas pembangunan (the right to
sehat tidak dapat dikurangi dalam
development) sejak
konsisi apapun. Di samping itu, tidak
diselenggarakannya Konferensi PBB
diperbolehkan adanya jenis-jenis
tentang lingkungan hidup manusi di
diskriminasi apapun dalam
Stockholm, Swedia pada tahun 1972,
penghormatan hak atas lingkungan
yang kemudian disusul oleh KTT
hidup.
Bumi di Rio de Jeneiro Brasil pada
Nilai universal hak asasi
tahun 1992 yang membicarakan
manusia yang kemudian
tentang pembangunan dan
diterjemahkan dalam bentuk produk
lingkungan hidup. berikutnya
hukum nasional. Undang-Undang
Konferensi PBB tentang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
pembangunan berkelanjutan di
Asasi Manusia (HAM) memuat
Johannesburg, Afrika Selatan tahun
prinsip bahwa HAM harus dilihat
2002 yang menghasilkan komitmen
secara holistik bukan parsial, sebab
dan kovensi serta rencana aksi bagi
HAM adalah seperangkat hak yang
terlaksananya pembangunan
melekat pada hakikat dan keberadaan
berkelanjutan berwawasan
manusia sebagai makhluk ciptaan
lingkungan.
Tuhan YME dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati,
tidak terpisahkan dari urusan Hak
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh 8
Asasi Manusia (HAM).
negara hukum.
Dalam perspektif teoritis dan
Hak asasi atas lingkungan
yuridis, lingkungan memiliki hak
hidup yang baik dan sehat
(enviromental right) untuk
memerlukan pengaturan hukum yang
mendapatkan perlindungan hukum.
berorientasi pada lingkungan sebagai
Terbitnya Undang-Undang Nomor
ciri dari hukum lingkungan modern.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Politik hukum pengelolaan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan hidup mengalami
(UUPPLH) mengandung nilai
perubahan mendasar dalam Undang-
filosofis yang memandang bahwa
Undang Dasar Negara Republik
hak atas lingkungan hidup yang baik
Indonesia tahun 1945 sejak
dan sehat adalah merupakan hak
perubahan kedua tanggal 18 Agustus
asasi setiap warga negara Indonesia.
2000 dan keempat (10 Agustus
Ini berarti hakikat palling penting
2002). Perubahan mendasar
dari UUPPLH yakni penghargaan
dimaksud adalah melalui
dan jaminan atas hak lingkungan
konstitusionalisasi norma hukum
hidup yang baik dan sehat bagi
lingkungan sebagaimana yang
warga negara.
tercantum dalam pasal 28H ayat (1)
Negara yang berdasarkan
UUD NRI 1945 yaitu dengan
pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
dimasukkannya prinsip perlindungan
memiliki hak menguasai atas sumber
Hak Asasi Manusia (selanjutnya
daya alam, melahirkan tanggung
ditulis HAM) atas lingkungan hidup;
jawab negara untuk mengatur,
serta pada pasal 33 ayat (4) berupa
emngurus dan mengawasi
penegasan prinsip keberlanjutan dan
pengelolaan sumber daya alam
berwawasan lingkungan dalam
dengan mempertimbangkan aspek
penyelenggaraan perekonomian
lingkungan. Kegiatan pertambangan
nasional. Menurut Gunawan,
dan lingkungan hidup adalah dua hal
lingkungan hidup adalah bagian yang
yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan

8
Gunawan Sardjito. Loc. Cit

80
ada ungkapan "Tiada kegiatan (2) tidak seorangpun boleh dirampas
pertambangan yang tanpa kerusakan/ harta miliknya dengan semena-mena.
pencemaran lingkungan hidup". Prinsip dan substansi tersebut
Dampak dari kegiatan telah diratifikasi oleh Indonesia pada
pertambangan batubara seperti yang tahun 2005 lewat Undang-Undang
telah peneliti uraikan pada analisis Nomor 11 Tahun 2005 tentang Hak
masalah pertama, selain Ekosob yang berkonsekuensi
menimbulkan kerusakan lingkungan pemerintah wajib secara aktif dan
dan tingginya tingkat pencemaran, bertanggung jawab memenuhi hak
juga telah merampas hak ekonomi, ekonomi, sosial dan budaya
sosial dan budaya warga negara, warganya, tidak hanya terhadap
terutama masyarakat sekitar kejahatan lingkungan, akan tetapi
tambang. Deklarasi HAM Universal juga terhadap kejahatan HAM.
menjamin hak ekosob setiap warga Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang
negara yaitu ditunjukkan dalam Pasal dapat disoroti berkaitan dengan
22 yang menyebutkan bahwa : setiap aspek-aspek HAM dari kegiatan
orang sebagai anggota masyarakat pertambangan batubara mulai dari
berhak atas jaminan sosial dan proses eksplorasi, eksploitasi dan
berhak akan terlaksananya hak-hak pengangkutan hasil. Ketiga hal
ekonomi, sosial dan budaya yang tersebut adalah:
sangat diperlukan untuk martabat dan 1. Kecenderungan terjadinya
pertumbuhan bebas pribasinya, pelanggaran HAM berkaitan
melalui usaha-usaha nasional dengan aspek lingkungan;
maupun kerjasama internasional, dan 2. Kecenderungan terjadinya
sesuai denngan penngaturan serta pelanggaran HAM berkaitan
sumber daya setiap negara. dengan penggusuran warga
Selanjutnya Pasal 17 Deklarasi HAM masyarakat setempat dari
Universal menyatakan bahwa: (1) sumber-sumber kehidupan
setiap orang berhak memiliki harta mereka;
baik sendiri maupun bersama-sama, 3. Kecenderungan pelanggaran
HAM berkaitan dengan
keterlibatan aparat yang bertindak selaku
lingkungan hidup yang baik
pihak keamanan dari perusahaan
dan sehat.
berhadapan dengan
masyarakat dan warga sekitar lokasi KESIMPULAN DAN SARAN
tambang.Tidak dapat dipungkiri bahwa A. KESIMPULAN
dampak dari eksploitasi pertambangan Dari analisis terhadap 2 (dua)
batubara telah menimbulkan kerusakan masalah hukum yang peneliti angkat
yang serius terhadap ekosistem yang dalam penelitian ini maka peneliti
sangat merugikan dapat menarik kesimpulan bahwa:
masyarakat, seperti: 1. Kegiatan pertambangan
kerusakan hutan-hutan yang menjadi batubara sebagai salah satu
wilayah usaha pertambangan, tingginya pemanfaatan sumber daya
tingkat pencemaran terhadap aliran sungai alam pada dasarnya
yanng berada di sekitar lahan merupakan bagian dari
pertambangan dan atau aliran sungai pelaksanaan pembangunan
dalam radius tertentu, serta perekonomian yang pada
hakekatnya mengacu pada
tujuan pembangunan
akibat aktifitas pengangkutan nasional, yakni peningkatan
hasil tambang. kesejahteraan masyarakat.
Kecenderungan pencemaran Akan tetapi pertambangan
dan kerusakan lingkungan merupakan kegitan yang
pencemaran berupa
tersebut, merupakan sangat rentan terhadap resiko
penyebaran debu batubara
pelanggaran HAM secara pencemaran dan kerusakan
konstitusional atas lingkungan hidup, sehingga
pemerintah sebagai
konsekuensi dari Hak
Menguasai Negara atas
Sumber Daya Alam wajib
menyelenggaraan fungsi
mengatur, mengurus dan
mengawasi terhadap
2. Sesuai dengan prinsip
pengelolaan sumber daya
"pencemar membayar" yang
alam.
diatur dalam Pasal 2 huruf j
2. Ditinjau dari aspek HAM,
UUPPLH, perlu kiranya
pelaksanaan hak-hak yang
adanya penelitian lanjutan
ada dalam lingkup hak asasi
berkenaan dengan
lingkungan berupa : hak
pemenuhan hak-hak warga
pembangunan dan hak
negara, khususnya hak atas
penggunaan kekayaan dan
lingkungan hidup yang baik
sumber alam (batubara) tidak
dan sehat yang telah
boleh sama sekali
dilanggar akibat kegiatan
mengurangi hak setiap warga
pertambangan batubara.
negara atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat seperti DAFTAR PUSTAKA
yang diamantkan dalam Pasal Danusaputro. St. Munajat. 1980.
28H ayat (1) UUD NRI 1945 Hukum Llingkungan (BUKU
I). Bandung. Binacipta.
dan UUPPLH.
Edie Toet Hendratno. 2009.
Negara Kesatuan,
B. SARAN Desentralisasi, dan
1. Perlunya mempertegas Federalisme. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
kebijakan perizinan, baik izin
Farida Indrati Soeprapto. Maria.
lingkungan maupun izin 1998. Ilmu Perundang-
Undangan. "Dasar-dasar
usaha pertambangan yang
dan
terpadu yang mengacu pada
Pembentukannya. Yogyakarta
konsep pembangunan yang
: Kanisius.
berkelanjutan dan Gautama. Sudargo. 1983. Pengertian
berwawasan lingkkungan, Tentang Negara dan
Hukum. Bandung : Alumni.
sebagai upaya preventif Cetakan ke- 3.
terjadinya pencemaran dan Hardjasoemantri. Koesnadi. 2002.
kerusakan lingkungan hidup. Hukum Tata Lingkungan.
Yogyakarta : Gajah Mada
University Press. Cetakan
ketujuhbelas.
Mahfud MD. 2007. Perdebatan
Hukum Tata Negara
Pasca
Amandemen Konstitusi.
LP3S. Jakarta. Suhirman. Desentralisasi dan
ekonomi Politik Perizinan :
Manan. Bagir. 2004. Mengambil Hak Yang
Menyongsong Fajar Terampas. Sebagaimana
Otonomi Daerah. disuntimg oleh Pradjarta
Yogyakarta : Pusat Studi Dirjosnjoto dan Herudjati
Hukum Fakultas Hukum UII. Purwoko. 2004.
Cet III. Desentralisasi dalam
Mustansyir, Rizal. 2002. HAM Perspektif Lokal. Salatiga :
dalam Tinjauan Filsafat Pustaka Percik.
Analitik. Pusat Studi Hukum Wignjosoebroto, Soetandyo. Hak-
dan Kebijakan Indonesia; hak Manusia Yang Asasi
Jakarta Jurnal Hukum Untuk Memperoleh Jaminan
Jentera. Edisi 1 Tahun 1 Rasa Aman dan Sejahtera
De Haan. P. (et al). 1986. Dalam Kehidupan Ekosob
Bestuursrecht In De Social di Tengah
Rechtstaat. Deel I
Ontwikkeling. Kluwer- Pelaksanaan
Deventer : Organisatie Program
Instrumentarium.
Pembangunan Nasional yang
Rahardjo. Satjipto. 1991. Ilmu Sering Tak Berkiblat Pada
Hukum. Bandung : PT. Citra Kepentingan Rakyat.
Aditya Bakti. Edisi Revisi. Makalah pada Workshop
Rahmadi, Takdir. 2013. Hukum "Memperkuat Justisiabellitas
Lingkungan di Indonesia. Hak-hak
Rajawali Pers. Jakarta Ekosob : Prospek dan
Tantangan". PUSHAM UII :
Rangkuti. Siti Sundari. 1987. Hukum Yogyakarta. 13-15 November
Lingkungan dan kebijakan 2007.
Lingkungan dalam Proses
Pembangunan Hukum
Nasioanl Indonesia. Paraturan Perundang-Undangan
Desertasi. Surabaya : UNAIR Undang-Undang Dasar 1945.
Rangkuti. Siti Sundari. 1992. Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Pengantar Hukum Perizinan 2011 tentang Pembentukan
Lingkungan. Kerjasama Peraturan Peraturan
Hukum Indonesia-Belanda. Perundang-undangan.
Saleng. Abrar. 2004. Hukum Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Pertambangan. Cet. I. 2004 tentang Pemerintah
Yogyakarta : UII Press. Daerah.
Suparni. Ninik. 1994. Pelestarian Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Pengelolaan dan Penegakan 2014 tentang Pemerintah
Hukum Lingkungan. Jakarta : Daerah.
sinar Grafika. Cet. Ke II.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Undang-Undanng Nomor 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara.
Peraturan Pemerintah Nomor 27
tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak
Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 17
tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/ atau
kegiatan Yangn Wajib
dilwngkapi Dengan Analisis
Mengenai Dampak
Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai