ADINDA GUSTININGSIH
152401055
ADINDA GUSTININGSIH
152401055
Judul : Analisis Kadar Zat Warna, pH dan Suhu Pada Air Siap
Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Adinda Gustiningsih
Nim : 152401055
Program Studi : Diploma Kimia
Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, 06 Juli 2018
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Adinda Gustiningsih
15240105
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis kadar zat warna, pH dan suhu pada air siap
minum PDAM Tirtanadi Kota Medan dengan menggunakan metode
spektrofotometri pada zat warna, elektrometri pada pH dan termometer pada suhu.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat warna, pH dan suhu pada air
siap minum PDAM Tirtanadi Kota Medan. Hasil yang diperoleh dari kadar zat
warna pada air siap minum PDAM Tirtanadi Kota Medan < 0,2 TCU. Nilai pH
pada air siap minum PDAM Tirtanadi Kota Medan 6,65. Suhu pada air siap
minum PDAM Tirtanadi Kota Medan adalah 25,0ºC. Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada air siap minum PDAM Tirtanadi
Kota Medan layak dikonsumsi bagi masyarakat karena memenuhi batas baku
mutu yang diizinkan.
Kata kunci : air siap minum, elektrometri, pH, spektrofotometri, zat warna
ABSTRACT
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
akhir ini dengan judul Penentuan Kadar Zat Warna, pH dan Suhu Pada Air Siap
Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, untuk Ayahanda H. Ahmad Riady,
ST dan Ibunda Hj. Irianingsih yang telah memberikan kasih sayang,
perhatian, motivasi dan dengan sabar terus mendoakan penulis. Kepada abang
dan kakak penulis tersayang Bang Ari, Kak Fifi, Kak Kiki dan Bang Rian
yang selalu memberikan semangat, motivasi dan juga pengalaman kuliah
mereka kepada penulis
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra S.Si, M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Kimia
FMIPA USU
3. Bapak Dr. Minto Supeno MS, selaku Ketua Program Studi D3 Kimia FMIPA
USU
4. Bapak Prof. Dr. Basuki Wirjosentono, MS, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya selama penyusunan laporan tugas akhir ini
5. Kepada Bang Emir yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan
laporan tugas akhir ini dan selalu mencari penulis yang selalu susah dicari
dan selalu mengulur waktu untuk merevisi laporan tugas akhir ini
6. Kepada Bang Agung Panca Prasetyo yang selalu memberikan semangat,
senyum, memberikan saran yang baik kepada penulis dan selalu
mendengarkan keluh kesah penulis
7. Kepada teman sejak maba Glory, Rima, Dinda Mustika, Anggia, Lisari, Dita,
Vina, Adit, Diki, Fildza yang telah memberikan banyak kenangan di masa
perkuliahan
8. Kepada teman-teman stambuk 2015 yang sama – sama berjuang dari awal
semester
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca sangat
diharapkan. Akhir kata semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Adinda Gustiningsih
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i
PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN v
DAFTAR ISI vii
DAFTRA TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Hipotesis 3
1.4 Tujuan Percobaan 3
1.5 Manfaat Percobaan 3
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar zat warna pada air siap minum PDAM TIRTANADI kota
Medan ?
1.3 Hipotesis
Zat warna, pH dan suhu pada air siap minum dapat mempengaruhi standart
mutu air minum atau Zat warna, pH dan suhu pada air siap minum tidak dapat
mempengaruhi standart mutu air minum.
2.1 Air
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit
penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui
air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana
(Chandra, 2006).
Baik kuantitas maupun kualitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita.
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang
tersuspensi, dan makhluk hidup, khususnya jasad renik, didalam air. Air murni
yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita.
Sebaliknya zat terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat terlarut, zat yang
tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak
sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar (Mahida,1993).
Pada prinsipnya, jumlah air dialam ini tetap dan mengikuti suatu aliran
yang dinamakan “cyclus hydrologie”. Dengan adanya penyinaran matahari, maka
semua air yang ada pada permukaan bumi akan bersatu dan berada ditempat yang
tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa
makin lama makin tinggi dimana temperature diatas semakin rendah, yang
menyebabkan titik-titik air jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian
mengalir kedalam tanah jika menjumpai lapisan rapat air, maka perserapan akan
berkurang, dan sebagian air akan mengalir diatas lapisan rapat air ini. Jika air ini
keluar pada permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melelui
suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpal, membentuk suatu danau
atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir kelaut kembali dan
kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini (Sutrisno, 1991).
Air dapat mengandung bahan kimia yang beracun atau organisme patogen
tetapi masih jernih dan cemerlang. Dalam keadaan seperti itu, air dikatakan
sebagai air terkontaminasi. Selanjutnya, air tercemar mungkin atau tidak
terkontaminasi tetapi mempunyai penampilan atau rasa yang tidak dikehendaki,
sedangkan air yang layak untuk diminum (bebas dari substansi yang berbahaya
dan tidak menyenangkan) dikatakan sebagai dapat diminum (Volk, 1989).
Berdasarkan peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun
penggolongan air menurut Effendi (2003) adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golangan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Air
dari PDAM telah mengalami pengolahan, walaupun secara terbatas, sehingga
aman untuk dikonsumsi meskipun masih mengandung sejumlah kontaminan,
seperti garam-garam, gas terlarut, dan materil organik lainnya yang terdapat di
alam. Sebagai tambahan, pada air hasil olahan tersebut ditambahkan klorin dan
zat desinfektan lain sebagai bagian dari proses pengolahan untuk
mengendalikan kontaminasi mikroba.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik (Efendi, 2003).
kemurniannya tidak terjamin karena air tersebut telah kontak dengan debu-debu
dan unsur-unsur lainnya, sehingga 12 hari kemudian air tersebut sudah terdapat
mikroorganisme. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung di minum.
2. Air Permukaan (surface water)
Air merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan antara lain:
a. Mutu atau kualitas baku
b. Jumlah atau kuantitasnya
c. Kontinuitasnya
Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar,
baik karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan
meliputi:
a. Air Sungai
Air Sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini karena
selama pengalirannya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur, batang-batang
kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh karena itu dalam
penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang
sempurna.
b. Air Rawa
Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh
adanya zat-zat organisme yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut
dalam air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organisme yang tinggi tersebut,
maka umumnya kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam keadaan
kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur mangan (Mn) ini akan
larut.
3. Air Tanah (ground water)
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi
dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai
lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan
menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral
tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti besi dan
mangan. Air tanah terdiri atas 3 jenis yaitu:
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
airtanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam
yang terlarut) karena melalui lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagai
saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung,
terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan
rapat air, air yang akan mengumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah
ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam juga dikenal sebagai air artesis. Air ini terdapat diantara
dua lapisan kedap air yang disebut lapisan akuifer. Jika lapisan air retak, secara
alami air akan keluar ke permukaan. Air ini yang disebut mata air artesis.
Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal.dalam hal ini
harus digunakan sumur bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam
suatu kedalaman (biasanya antara 100-300M) akan didapatkan suatu lapis air.
c. Mata Air
Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruhi oleh musim dan kualitas / kuantitasnya sama dengan keadaan air
dalam. Berdasarkan keluarnya mata air dapat dibedakan atas:
a. Mata air rembesan, mata air yang keluar dari lereng-lereng.
b. Mata air umbul, mata air yang keluar pada suatu dataran (Chandra, 2006).
4. Air Laut
Menurut Gabriel (2001) sumber air juga dapat berasal dari air laut, yaitu
air yang di dalam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air
tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut turut menentukan iklim dan kehidupan
di bumi (Gabriel, 2001).
2. Parameter Tambahan
2.1 Kimiawi
a. Bahan Anorganik : Air raksa, antimon, barium, boron, molybdenum, nikel,
sodium, timbal, uranium.
b. Bahan Organik : Zat organik, deterjen, chlorinated alkanes, chlorinated
ethenes, aromatic hydrocarbons, chlorinated benzenes, lain-lain.
c. Petisida : Alachlor, aldicarb, aldrin dan dieldrin, atrazine, carbofuran,
chlordane, chlorotoluron, DDT, isoproturon, lindane, MCPA, methoxychlor,
metolachlor, molinate, pendimethaline, PCP, permethrin, simazine.
Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum sehat
menurut Chandra (2006) terdiri atas:
1. Survei saniter (sanitary survey).
2. Pengambilan sampel (sampling).
3. Pemeriksaan laboratorium:
a. Fisika
b. Kimiawi
c. Bakteriologis
d. Virologis
e. Biologis
f. Radiologis
untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas
pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas
kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00 WIB. Kontinuitas aliran sangat penting
ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar
konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang
tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan.Karena
itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan di desain untuk membawa suatu kecepatan aliran
tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m per detik. Ukuran
pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem
harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan
dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang
diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi (Chandra,2006).
Menurut Sutrisno (1991), dari segi kualitas air minum harus memenuhi :
A. Syarat Fisik
1. Air tidak boleh berbau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis
dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae.
2. Air tidak boleh berasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air minum yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada
penyebab timbulnya bau tersebut.
3. Air tidak boleh berwarna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
4. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan tanaman
dan hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organik
dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya.
5. Suhu air hendaknya dibawah sela udara (sejuk ± 25ºC) agar :
- Tidak terjadi pelarutan kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan
- Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa
- Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak
- Bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
6. Jumlah zat padat terlarut (TDS)
TDS biasanya terdiri dari zar organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila
TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula.
B. Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
C. Syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) dan
tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang
telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli ini bersal dari usus
besar (feaces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain
adalah :
- Bakteri typshum
- Vibrio colereae
- Bakteri dysentriae
- Entamoeba histolyhes
- Bakteri enteritis (penyakit perut)
Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar) dengan
kotoran manusia (Sutrisno, 1991).
2.4 Warna
Warna air dapat diamati secara visual (langsung) ataupun diukur
berdasarkan suatu skala warna dengan spektrofotometer. Skala warna air yang
paling banyak digunakan adalah skala APHA (The American public Health
Association) dan skala platina-cobalt yang sering disingkat dengan Pt per Co unit.
Pemeriksaan warna ditentukan dengan membandingkan secara visual warna dari
sampel dengan larutan standar warna yang diketahui konsentrasinya. Kebanyakan
metode yang dipakai pada pemeriksaan warna air di instalisasi pengolahan air
menggunakan metode standar warna Platina-Cobalt dengan satuan mg per I Pt per
Co baik dilakukan dengan instrument colorimetri maupun yang lebih sensitive
yaitu spektrofotometer.
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara
alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya
orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena klor
dapat membentuk senyawa-senyawa kloroform yang beracun. Warna pun dapat
berasal dari buangan industri (Lestari, 2009).
2.5 Penentuan pH
pH yang merupakan singkatan dari pangkat hidrogen atau power of
hydrogen adalah tingkatan asam basa suatu cairan. Tingkat pH dalam air sangat
dipengaruhi oleh kandungan mineral lain. Standar kadar pH air minum adalah 6,5
sampai 8,5. pH di bawah 6,5 disebut asam dan di atas 8,5 disebut basa. Jika pH
dalam air minum terlalu rendah maka air akan terasa asam atau bahkan pahit, dan
jika pH terlalu tinggi maka air berasa tidak enak ketika diminum.
Banyak ahli kesehatan, yang mengatakan bahwa air alkali/basa (air yang
kadar pH-nya di atas standar) adalah air yang baik untuk mencegah berbagai
macam penyakit degeneratif seperti kanker. Pernyataan itu sepenuhnya dibantah
oleh United States Environmental Protection Agency (EPA), yang menganjurkan
untuk meminum air dengan standar kadar pH air minum yakni 6,5 hingga 8,5,
tidak lebih dan tidak kurang. Apabila air yang dikonsumsi terlalu asam akan
menyebabkan kerusakan mokusa (saluran pencernaan) sehingga menimbulkan
penyakit asam lambung.
Penentuan pH adalah penting dalam proses penjernihan air karena
keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut pada air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan daripada
penyimpangan standar kualitas air minum adalah lebih kecil dari 6,5 dan lebih
besar dari 9,2. pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air. pH air
yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,2 menyebabkan beberapa persenyawaan kimia
dalam tubuh manusia berubah menjadi racun (Almatsier, 2004).
pH menentukan sifat korosi, semakin rendah pH, maka sifat korosinya
semakin tinggi (Gupta, 2009). pH air yang lebih besar dari 7 memiliki
kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa dan kurang efektif dalam
membunuh mikroba (Sururi, 2008).
2.6 Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang
mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung dilapangan.
Suhu air yang normal berkisar ± 3ºC dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain air (sungai) yang dekat dengan gunung
berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas kebadan air.
Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kimia, sering kali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu
(Wardoyo, 1992).
2.7 Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisa atau kisi
difraksi dengan detektor fototube. Dimana spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan alat untuk
mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metode
yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometer
tersusun dari beberapa bagian yaittu sebagai berikut :
a. Sumber cahaya : sumber cahaya yang biasa digunakan pada spektroskopi
absorpsi adalah lampu wolfram. Dimana arus cahaya tergantung pada tegangan
lampu.
b. Monokromator : berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
c. Sel absorpsi : pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca
corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV harus
menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
d. Ditektor : untuk memberikan respon cahaya terhadap berbagai panjang
gelombang atau merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan
besaran yang dapat diukur (Khopkar, 2003).
3.1 Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2018 di Laboratorium Kimia Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1
Medan di jalan KH. Wahid Hasyim No. 15 Medan.
3.2.2 Bahan
1. Larutan penyangga pH 4,7 dan 10
2. Air suling
3. Sampel air minum
4.1 Hasil
Dari analisa Kadar Zat Warna pH dan Suhu didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 4.1.1 Hasil pengujian analisa zat warna pada air minum menggunakan alat
spektrofotometri nova-60.
No. Kode Sampel Hasil Baku Mutu Keterangan
Analisa
1. 1774/K/AM/02/ <0,2 TCU Berdasarkan Permenkes Memenuhi
03/2018 492/MENKES/PER/IV/201 syarat
0 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
4.1.2 Analisa pH
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap sampel air
minum dengan menggunakan alat pH Meter dengan pembacaan langsung
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.2 Hasil pengujian analisa pH pada air minum menggunakan alat pH
meter.
Hasil
No. Kode Sampel Analisa Baku Mutu Keterangan
(pH)
1. 1774/K/AM/02/ 6,65 Berdasarkan Permenkes Memenuhi
03/2018 492/MENKES/PER/IV/2010 Syarat
Tentang Persyaratan Kuaitas
Air Minum
Tabel 4.1.3 Hasil pengujian analisa suhu pada air minum menggunakan alat
termometer.
Hasil
No
Kode Sampel Analisa Baku Mutu Keterangan
.
(ºC)
1. 1774/K/AM/02/0 25,0 Bersadasarkan Permenkes Memenuhi
3/2018 492/MENKES/PER/IV/2010 Syarat
Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum
4.2 Pembahasan
Hasil analisa zat warna pada Air Siap Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan
adalah <0,2 TCU. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode
spektrofotometri nova-60 yang diperoleh, kadar zat warna yang terkandung pada
air siap minum tersebut memenuhi baku mutu air yang dapat digunkan bagi
manusia. Hal ini berdasarkan Permenkes 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, dimana kadar zat warna yang diperbolehkan
yaitu lebih kecil atau sama dengan 15 skala TCU. Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa sampel Air Siap Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan layak
dikonsumsi bagi masyarakat karena memenuhi batas kadar zat warna yang
dizinkan.
Tingginya kadar zat warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia
atau mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air. Warna yang disebabkan
bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya bagi tubuh
manusia.Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true color yang
tidak berbahaya bagi kesehatan. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak
berwarna Permenkes 492/MENKES/PER/IV/2010 menyatakan bahwa batas
maksimal warna air minum adalah 15 skala TCU.
Hasil analisa pH pada Air Siap Minum PDAM Titanadi Kota Medan adalah
6,65. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode elektrometri
yang diperoleh, kadar pH yang terkandung pada air siap minum tersebut
memenuhi baku mutu air yang dapat digunkan bagi manusia. Hal ini berdasarkan
Permenkes 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, dimana pH yang diperbolehkan yaitu 6,5-8,5. Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa sampel Air Siap Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan layak
dikonsumsi bagi masyarakat karena memenuhi batas pH yang diizinkan.
Hasil analisa suhu pada Air Siap Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan
adalah 25,0. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat pengukur
suhu termometer yang diperoleh, kadar suhu yang terkandung pada air siap
minum tersebut memenuhi baku mutu air yang dapat digunakan bagi manusia. Hal
ini berdasarkan Permenkes 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyartan
Kualitas Air Minum, dimana suhu yang diperbolehkan ± 3. Dari uraian diatas,
dapat disimulkan bahwa sampel Air Siap Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan
layak dikonsumsi bagi masyarakat karena memenuhi batas suhu yang dizinkan.
Semakin rendah suhu air, kandungan oksigen yang terkandung semakin
besar. Itulah sebabnya kita merasa lebih segar jika minum air dingin. Tekanan
yang besar dapat memaksa lebih banyak molekul oksigen masuk dalam ruang
diantara molekul air. Kemudian air juga mempengaruhi kelarutan oksigen. Air
yang murni memungkinkan oksigen terlarut lebih banyak. Pencemaran air
(terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar organik) dapat mengurangi
persediaan oksigen terlarut.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa yang dilakukan pada sampel Air Siap Minum PDAM
Tirtanadi Kota Medan dengan pengujian parameter zat warna diperoleh
kadar zat warna pada sampel yaitu : < 0,2 TCU.
2. Hasil analisa yang dilakukan pada sampel Air Siap Minum PDAM
Tirtanadi Kota Medan dengan pengujian parameter pH diperoleh nilai pH
pada sampel yaitu : 6,65
3. Hasil analisa yang dilakukan pada sampel Air Siap Minum PDAM
Tirtanadi Kota Medan dengan pengujian parameter suhu diperoleh suhu
sampel yaitu : 25,0ºC ± 3ºC
5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan analisa selanjutnya menggunakan sampel
yang berbeda seperti pada sampel air bersih, air badan air pada parameter zat
warna pH dan suhu, selain itu juga menggunakan metode yang lainnya seperti
metode kualitatif dan kuantitatif dan untuk menjaga agar air minum masih layak
pakai.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hasil penentuan kadar pH dengan menggunakan alat pH meter dan suhu dengan
menggunakan alat termometer
LAMPIRAN ALAT
No. Gambar Alat Nama Alat
1. Spektrofotometri Nova-60
2. pH Meter
3. Termometer