Nurul Listiyani
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAAB
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: nurullistiyani@yahoo.com
Abstrak
Isu hukum dalam tulisan ini adalah mengenai kegiatan pertambangan yang
semakin tidak terkendali yang menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat
dan kehidupan sekitar tambang, di antaranya; kerusakan lingkungan, tingginya
tingkat pencemaran (tanah, air dan udara), juga mengakibatkan gangguan bagi
masyarakat luas berupa kerusakan bangunan rumah dan fasilitas umum terutama
akibat aktivitas peledakan dinamit untuk membuka lokasi tambang. Terganggunya
aspek kehidupan masyarakat, jika dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM),
yakni terutama yang berkaitan dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya,
tentulah sangat bersentuhan dengan dampak dari pertambangan batubara ini.
Karena hak asasi manusia meliputi aspek-aspek hak untuk hidup dan
berkehidupan yang baik, aman dan sehat yang merupakan hak atas lingkungan
hidup yang baik yang sehat yang diatur didalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
PENDAHULUAN adalah ditiadakannya sistem kontrak
A. Latar Belakang Masalah karya bagi pengusahaan
Lahirnya Undang-Undang pertambangan ke depan yang
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang digantikan dengan sistem izin usaha
Pertambangan Mineral dan Batu pertambangan (IUP). UU Minerba
Bara (selanjutnya ditulis Minerba) juga telah mengakomodasi
dengan sistem Undang-Undang yang kepentingan daerah, dengan
baru didalamnya,diharapkan dapat memberikan kewenangan kepada
membawa perbaikan dalam pemerintah daerah untuk dapat
pengelolaan sektor pertambangan di menjalankan fungsi perencanaan,
Tanah Air. UU Minerba ini juga pemberian IUP, pembatasan luas
diharapkan dapat menyempurnakan wilayah dan jangka waktu izin usaha
kekurangan UU No 11 Tahun 1967 pertambangan.
tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pengaturan yang ada di dalam
Pertambangan, serta mampu UU No.4 Tahun 2009 menghapus
mengembalikan fungsi dan beberapa sistem didalam Undang-
kewenangan negara terhadap Undang No. 11 Tahun 1967 seperti
penguasaan sumber daya alam yang Kuasa Pertambangan, Pengusahaan
dimiliki. Dengan demikian, amanat Pertambangan Batu bara (PKP2PB)
konstitusi yang menyebutkan bahwa yang terdapat didalam subtansi
Bumi dan air dan kekayaan alam Undang-Undang ini beserta
yang terkandung didalamnya peraturan pelaksanaannya. Sehingga
dikuasai oleh Negara dan munculnya peraturan baru ini
dipergunakan untuk sebesar-besarnya memaksa para pengusaha tambang
kemakmuran rakyat, benar-benar batu bara di Indonesia menyesuaikan
dapat diwujudkan. diri terhadap peraturan yang baru ini.
Jika dibandingkan dengan Ketika kebutuhan terhadap
UU No 11 tahun 1967, UU Minerba batubara semakin meningkat di awal
memang telah memuat beberapa tahun 1990-an, maka banyak
perbaikan yang cukup mendasar. pengusaha dan warga masyarakat
Yang paling penting di antaranya yang ikut terjun dalam bisnis
tambang “emas hitam” ini, bahkan aman dan sehat yang merupakan hak
secara illegal. Disinilah dimulai atas lingkungan hidup yang baik
adanya praktik pertambangan tanpa yang sehat yang diatur didalam
izin atau dikenal istilah PETI. Undang-Undang Dasar Negara
Aktifitas dari suatu kegiatan Republik Indonesia tahun 1945.
usaha, seperti pertambangan batubara Nilai-nilai kehidupan
pada hakekatnya tidak boleh menjadi manusia dapat menjadi terganggu
penyebab “kerugian” bagi pihak- atau berkurang, apalagi yang
pihak tertentu atau kelompok terparah adalah membawa bencana
mayoritas (masyarakat umum). kematian yang secara tidak langsung
Demikian pula alam yang menjadi sudah “terprogram” dan dilakukan
sumber penyedia bahan tambang melalui aktifitas kegiatan usaha yang
(sumber daya alam) tidak boleh ada, termasuk diantaranya eksploitasi
terganggu karena akan batubara. Upaya memang telah
menghilangkan keseimbangan dilakukan, namun tetap harus terus
ekosistem, ekologi yang berakibat dilakukan karena upaya yang telah
pada kerusakan alam/ lingkungan ada nampaknya masih jauh dan
hidup (damage of environment). masih banyak yang harus dibenahi.
Terganggunya aspek Hal-hal yang peneliti
kehidupan masyarakat, jika dilihat deskripsikan di atas menjadi latar
dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), belakang peneliti untuk mengangkat
sebagaimana diatur dalam Undnag- permasalahan Dampak
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pertambangan terhadap Lingkungan
tentang Hak Asasi Manusia, yakni Hidup di kalimantan Selatan dan
terutama yang berkaitan dengan hak- Implikasinya Bagi Hak-Hak Warga
hak ekonomi, sosial dan budaya, Negara.
tentulah sangat bersentuhan dengan
dampak dari pertambangan batubara B. KAJIAN TEORITIS
ini. Karena hak asasi manusia Aturan yang mendasar
meliputi aspek-aspek hak untuk berkaitan dengan lingkungan hidup
hidup dan berkehidupan yang baik, telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 hidup telah menjadi faktor penentu
tentang Perlindungan dan dalam proses pengambilan keputusan
Penngelolaan Lingkungan Hidup pemanfaatan dan pengolahan Sumber
(UUPPLH). Sedangkan instrumen Daya Alam (SDA). Pembangunan
penting yang berkenaan dengan tidak lagi menempatkan SDA
Analisa Mengenai Dampak sebagai modal, tetapi sebagai satu
Lingkungan (AMDAL) telah kesatuan ekosistem yang di
dikeluarkan, mulai dari Peraturan dalamnya berisi manusia, lingkungan
Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 alam dan/ atau lingkkungan buatan
tentang Amdal sebagai penjabaran yang membentuk kesatuan
pelaksanaan undang-undang fungsional, saling terkait dan saling
pendahulu mengenai lingkungan tergantung dalam keteraturan yang
hidup, yakni Undang-Undang Nomor bersifat spesifik, berbeda dari satu
4 tahun 1982. Pengaturan Amdal tipe ekosistem ke tipe ekosistem
kemudian disempurnakan melalui yang lain. Oleh karena itu,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 perlindungan dan pengelolaan
tahun 1999 yang dikeluarkan dalam lingkungan bersifat spesifik, terpadu,
upaya mempertegas akan pentingnya holistik dan berdimensi ruang.
instrumen pengelolaan lingkungan Menurut UUPPLH Nomor 32
melalui perizinan, di mana Amdal tahun 2009 pasal 1 angka 1,
merupakan prasyarat untuk lingkungan hidup adalah : “kesatuan
mendapatkan izin tersebut. ruang dengan semua benda, daya,
Selanjutnya pengaturan mengenai keadaan, dan makhluk hidup,
Amdal ini diintegrasikan dalam termasuk manusia dan perilakunya,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 yang memperngaruhi alam itu
Tahun 2012 tentang Izin sendiri, kelangsungan perikehidupan,
Lingkungan. dan kesejahteraan manusia serta
Dengan diaturnya masalah makhluk hidup lain.”
lingkungan hidup di dalam Undang- Sedangkan perlindungan dan
Undang Nomor 32 tahun 2009 pengelolaan lingkungan hidup
tentang UUPPLH, maka lingkungan didefinisikan sebagai “upaya
sistematis dan terpadu yang Abrar Saleng mengemukakan
dilakukan untuk melestarikan fungsi berbagai dampak negatif kegiatan
lingkungan hidup dan mencegah pertambangan adalah sebagai
terjadinya pencemaran dan/atau berikut:1
kerusakan lingkungan hidup yang 1. Usaha pertambangan dalam
meliputi perencanaan, pemanfaatan, waktu relatif singkat dapat
pengendalian, pemeliharaan, mengubah bentuk topografi
pengawasan dan penegakan hukum”. tanah dan keadaan muka
Pasal 12 ayat (1) UUPPLH tanah (land impact) sehingga
menegaskan bahwa pemanfaatan dapat mengubah
SDA harus dilakukan berdasarkan keseimbangan sistem ekologi
Rencana Perlindungan dan bagi daerah sekitarnya.
Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Usaha pertambangan dapat
(RPPLH), yang terdiri atas RPPLH menimbulkan berbagai
nasional, provinsi dan kabupaten/ macam gangguan, antara lain
kota. Sehingga pemanfaatan SDA ini pencemaran akibat debu dan
dilaksanakan dengan memperhatikan asap yang mengotori udara
daya tampung dan daya dukung dan air, limbah air, tailing,
lingkungan hidup. serta buangan tambang yang
Eksploitasi batubara mengandung zat-zat beracun.
berhubungan erat dengan konsep 3. Pertambangan yang
pengelolaan lingkungan hidup, di dilakukan tanpa
mana kgiatan usaha ini lebih rentan mengindahkan keselamatan
dengan dampak kerusakan kerja dan kondisi geologi
llingkungan karena menurunnya lapangan dapat menimbulkan
kualitas lingkungan sebagai akibat tanah longsor, ledakan
pengusahaan pertambangan, tambang, keruntuhan
demikian pula kualitas hidup tambang, dan gempa.
masyarakat dapat menurun karena
dampak yang ditimbulkannya.
Dalam konteks HAM, penelitian yang dilaksanakan
terdapat hak atas lingkungan yang adalah penelitian hukum
harus dijaga/ditegakkan sebagai hak normative sosiologis, yakni
kolektif dari setiap warga negara, penelitian mengenai dampak
yakni “hak atas lingkungan hidup pertambangan batubara
yang baik dan sehat”. Hak tersebut terhadap lingkungan hidup
akhirnya mendapat pengakuan dalam kaitannya dengan hak
sebagai bagian dari HAM melalui kolektif dari masyarakat akan
Sidang komisi Tinggi HAM yang lingkungan hidup yang baik
menegaskan bahwa “Setiap orang dan sehat.
memilliki hak hidup di dunia yang 2. Design Penelitian
bebas dari polusi bahan-bahan Design penelitian yang
beracun dan degradasi lingkungan”. digunakan oleh peneliti adalah
Bilamana pembangunan action research yang diawali
dengan kebijakan “negara menguasai dengan studi pendahuluan /
bumi, air dan kekayaan alam yang identifikasi masalah. Dengan
terkandung di dalamnya, yang menggunakan rancangan aksi,
berkonsekuensi ternasionalisasinya diharapkan penelitian ini dapat
hak-hak lokal (yang disebut hak-hak menghasilkan kesamaan
adat, khususnya yang berobyekkan persepsi bahwa harus ada
tanah dan sumber-sumber agraria pengakuan secara
lain), maka terlihat jelas bahwa komprehensip akan hak
sebenarnya tidak ada kebijakan yang kolektif masyarakat dan
pro the (local) people (in the
periphery) itu.2
C. METODE PENELITIAN
metode penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini
dapat peneliti uraikan sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
kewajiban pemerintah untuk pertambangan dan Hak
melaksanakan upaya preventif Asasi Manusia (HAM).
dan represif demi 5. Teknik Pengumpulan data
mempertahankan hak tersebut. Untuk mengumpulkan data
3. Lokasi Penelitian dalam penelitian ini, peneliti
Penelitian ini dilakukan di melakukan dengan teknik
Desa Kintap Lama perusahaan sebagai berikut :
pertambangan CV.ML dan a. untuk mengumpulkan data
CV.CMN tepatnya di Kintap primer (field research),
Kampung, Kintap Ilir, dan peneliti melakukannya
Kintap Kecil Kecamatan dengan cara wawancara,
Kintap Kabupaten Tanah Laut. yaitu melakukan tanya
4. Jenis Data jawab secara langsung
Guna mendapatkan data dalam dengan responden/
penelitian, peneliti narasumber di Badan
menggunakan 2 (dua) jenis Lingkungan Hidup Daerah
data, yaitu : (BLHD) Propinsi
a. data primer, yaitu data yang Kalimantan Selatan serta
diperoleh secara langsung masyarakat sekitar tambang
dari narasumber/ responden yang merasakan dampak
(field research). secara lanngsung dari
b. data sekunder, yaitu data kegiatan pertambanngan.
yang didapatkan dari hasil b. untuk mengumpulkan data
penelitian pustaka (library sekunder (library research),
research), di mana peneliti peneliti melakukannya
mengumpulkan dan dengan mencari data dari;
mempelajari peraturan- a) bahan hukum primer,
peraturan dan tulisan-tulisan yang terdiri dari norma
yang berkaitan dengan atau kaidah , peraturan
lingkungan hidup, perundang-undangan,
yurisprudensi dan traktat.
b) bahan hukum sekunder, HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdiri dari buku- A. Dampak Eksploitasi
buku, hasil-hasil Pertambangan Batubara
penelitian, hasil karya Terhadap Lingkungan Hidup di
ilmiah para sarjana. Kalimantan Selatan
c) bahan hukum tersier, Negara dalam penguasaan
yaitu bahan-bahan yang atas SDA memiliki fungsi untuk
memberikan informasi membuat kebijakan, pengurusan,
tentang bahan hukum pengaturan, pengelolaan, dan
primer dan bahan hukum pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut
sekunder, seperti : termanifestasi dalam penjelasan
kamus, indeks kumulatif, Mahkamah Konstitusi sebagai
ensiklopedi, dll berikut :3
6. Analisis data a. Fungsi pengurusan
Data yang telah berhasil (bestuursdaad) oleh negara
dikumpulkan kemudian dilakukan oleh pemerintah
dianalisis. Dalam menganalisis dengan kewenangannya
data tersebut, peneliti untuk mengeluarkan dan
mempergunakan analisis mencabut fasilitas perizinan
deskriptif kualitataif, yaitu (vergunning), lisensi
suatu analisis yang sifatnya (licentie), dan konsesi
menjelaskan atau (concessie).
menggambarkan mengenai b. Fungsi pengaturan oleh
peraturan-peraturan yang negara (regelandaad)
berlaku dan kemudian dilakukan melalui
dikaitkan dengan realita yang kewenangan legislasi oleh
yang terjadi di lapangan. DPR bersama dengan
pemerintah, dan regulasi oleh Undang nomor 23 Tahun 2014
pemerintah (eksekutif).
c. Fungsi pengelolaan
(beheersdaad) dilakukan
melalui mekanisme pemilikan
saham (share holding) atau
melalui keterlibatan langsung
dalam manajemen Badan
Usaha Milik Negara atau
Badan Hukum Milik Negara
sebagai instrumen
kelembagaan melalui mana
negara c.q. Pemerintah
mendayagunakan
penguasaannya atas sumber-
sumber kekayaan itu untuk
digunakan bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(toezichthoudensdaad) dilakukan
oleh negara c.q. pemerintah dalam
rangka mengawasi dan
mengendalikan agar pelaksanaan
penguasaan oleh negara atas cabang
produksi yang penting atau yang
menguasai hajat hidup orang banyak
dimaksud benar-benar dilakukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sebelum keluarnya Undang-
(Lembaran Negara RI Tahun 2014 buah
Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5587) tentang
Pemerintahan Daerah, IzinUsaha
Pertambangan mayoritas
dikeluarkan oleh pemerintah
kabupaten kota. Kondidi
tersebut
seolah menempatkan
kepala daerah layaknya “raja kecil”
di daerah pimpinannya.Bahkan
apabila
pertambangan terjadi di lahan tapal
batas (lintas) Kabupaten/ kota yang
sebenarnnya menjadi kewenangan
provinsi untuk mengeluarkan izin,
maka biasanya akan “disiasati”
dengan mengeluarkan 2 (dua) buah
IUP masing-masing pemerintah
daerah kabupaten/ kota.Dari total
10.776 IUP yang keluar,
sebanyak
8.000 izin perusahaan tambang
dikeluarkan pemerintah kabupaten/
kota, sisanya dikeluarkan oleh
pemerintah propinsi. Celakanya dari
jumlah itu sebanyak 4.807
bermasalah. (Tribun News: 2014).
Dari rekapitulasi yang dilakukan
oleh Distamben Provinsi Kalimantan
Selatan, bahwa dari 656 buah izin
pertambangan batubara yang
dikeluarkan oleh kabupaten/ kota di
Kalimantan Selatan, maka 236
IUP batubara belum Clear and kebijakan Pemerintah justru
Clean (CNC), yang salah satu memperbolehkan penggunaan hutan
indikatornya belum lindung dan hutan produksi sebagai
melaksanakan perintah lokasi pertambangan. Selanjutnya
UUPPLH tentang prosedur perizinan. melalui Keputusan Presiden
Tambang batubara Republik Indonesia Nomor 41 tahun
merupakan salah satu sumber daya 2004 tentang Perizinan Atau
alam yang memberikan kontribusi Perjanjian di Bidang Pertambangan
sangat berarti bagi pembangunan yang Berada di Kawasan Hutan,
perekonomian di Indonesia. ditetapkan 13 (tiga belas) izin atau
Permasalahan lain yang muncul perjanjian di bidang pertambangan
dalam pengelolaannya adalah karena yang terbit sebelum keluarnya UU
sebagian besar tambang batubara Nomor 41 tahun 1999 untuk
tersebut berada dalam kawasan hutan melanjutkan kegiatannya sampai
lindung dan kawasan hutan berakhirnya izin atau perjanjian
produksi.4 Larangan yang diatur tersebut. Berikutnya pada tahun
dalam Undang-Undang Nomor 41 2010, pemerintah kembali
Tahun 1999 Tentang kehutanan mengeluarkan kebijakan baru
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah RI
Nomor Nomor 167, Tambahan Nomor 10 tahun 2010 tentang Tata
Lembaran Negara RI Nomor 3888) Cara Perubahan Peruntukkan dan
sebagaimana telah dirubah dengan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran
Undang-Undang Nomor 19 Tahun Negara RI Tahun 2010 Nomor 15,
2004 tentang Penetapan Peraturan Tambahan Lembaran Negara RI
Pemerintah Pengganti Undang- Nomor 5097), yang kemudian
Undang Nomor 1 Tahun 2004 dirubah dengan Peraturan
tentang Perubahan atas UU Nomor Pemerintah RI Nomor 60 Tahun
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 2012 tentang Perubahan Atas PP
menjadi Undang-Undang, tidak Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata
berpengaruh secara signifikan
8
Gunawan Sardjito. Loc. Cit
ada ungkapan “Tiada kegiatan (2) tidak seorangpun boleh dirampas
pertambangan yang tanpa kerusakan/ harta miliknya dengan semena-mena.
pencemaran lingkungan hidup”. Prinsip dan substansi tersebut
Dampak dari kegiatan telah diratifikasi oleh Indonesia pada
pertambangan batubara seperti yang tahun 2005 lewat Undang-Undang
telah peneliti uraikan pada analisis Nomor 11 Tahun 2005 tentang Hak
masalah pertama, selain Ekosob yang berkonsekuensi
menimbulkan kerusakan lingkungan pemerintah wajib secara aktif dan
dan tingginya tingkat pencemaran, bertanggung jawab memenuhi hak
juga telah merampas hak ekonomi, ekonomi, sosial dan budaya
sosial dan budaya warga negara, warganya, tidak hanya terhadap
terutama masyarakat sekitar kejahatan lingkungan, akan tetapi
tambang. Deklarasi HAM Universal juga terhadap kejahatan HAM.
menjamin hak ekosob setiap warga Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang
negara yaitu ditunjukkan dalam Pasal dapat disoroti berkaitan dengan
22 yang menyebutkan bahwa : setiap aspek-aspek HAM dari kegiatan
orang sebagai anggota masyarakat pertambangan batubara mulai dari
berhak atas jaminan sosial dan proses eksplorasi, eksploitasi dan
berhak akan terlaksananya hak-hak pengangkutan hasil. Ketiga hal
ekonomi, sosial dan budaya yang tersebut adalah:
sangat diperlukan untuk martabat dan 1. Kecenderungan terjadinya
pertumbuhan bebas pribasinya, pelanggaran HAM berkaitan
melalui usaha-usaha nasional dengan aspek lingkungan;
maupun kerjasama internasional, dan 2. Kecenderungan terjadinya
sesuai denngan penngaturan serta pelanggaran HAM berkaitan
sumber daya setiap negara. dengan penggusuran warga
Selanjutnya Pasal 17 Deklarasi HAM masyarakat setempat dari
Universal menyatakan bahwa: (1) sumber-sumber kehidupan
setiap orang berhak memiliki harta mereka;
baik sendiri maupun bersama-sama, 3. Kecenderungan pelanggaran
HAM berkaitan dengan
keterlibatan aparat yang lingkungan hidup yang baik
bertindak selaku pihak dan sehat.
keamanan dari perusahaan
berhadapan dengan KESIMPULAN DAN SARAN