Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

DI KALIMANTAN SELATAN DAN IMPLIKASINYA


BAGI HAK-HAK WARGA NEGARA

(Impact of Mining on Life Environment in South


Kalimantam And Implication for Rights of Citizens)

Nurul Listiyani
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAAB
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayutangi Banjarmasin Kalimantan Selatan
E-mail: nurullistiyani@yahoo.com

Abstrak
Isu hukum dalam tulisan ini adalah mengenai kegiatan pertambangan yang
semakin tidak terkendali yang menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat
dan kehidupan sekitar tambang, di antaranya; kerusakan lingkungan, tingginya
tingkat pencemaran (tanah, air dan udara), juga mengakibatkan gangguan bagi
masyarakat luas berupa kerusakan bangunan rumah dan fasilitas umum terutama
akibat aktivitas peledakan dinamit untuk membuka lokasi tambang. Terganggunya
aspek kehidupan masyarakat, jika dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM),
yakni terutama yang berkaitan dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya,
tentulah sangat bersentuhan dengan dampak dari pertambangan batubara ini.
Karena hak asasi manusia meliputi aspek-aspek hak untuk hidup dan
berkehidupan yang baik, aman dan sehat yang merupakan hak atas lingkungan
hidup yang baik yang sehat yang diatur didalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
PENDAHULUAN adalah ditiadakannya sistem kontrak
A. Latar Belakang Masalah karya bagi pengusahaan
Lahirnya Undang-Undang pertambangan ke depan yang
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang digantikan dengan sistem izin usaha
Pertambangan Mineral dan Batu pertambangan (IUP). UU Minerba
Bara (selanjutnya ditulis Minerba) juga telah mengakomodasi
dengan sistem Undang-Undang yang kepentingan daerah, dengan
baru didalamnya,diharapkan dapat memberikan kewenangan kepada
membawa perbaikan dalam pemerintah daerah untuk dapat
pengelolaan sektor pertambangan di menjalankan fungsi perencanaan,
Tanah Air. UU Minerba ini juga pemberian IUP, pembatasan luas
diharapkan dapat menyempurnakan wilayah dan jangka waktu izin usaha
kekurangan UU No 11 Tahun 1967 pertambangan.
tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pengaturan yang ada di dalam
Pertambangan, serta mampu UU No.4 Tahun 2009 menghapus
mengembalikan fungsi dan beberapa sistem didalam Undang-
kewenangan negara terhadap Undang No. 11 Tahun 1967 seperti
penguasaan sumber daya alam yang Kuasa Pertambangan, Pengusahaan
dimiliki. Dengan demikian, amanat Pertambangan Batu bara (PKP2PB)
konstitusi yang menyebutkan bahwa yang terdapat didalam subtansi
Bumi dan air dan kekayaan alam Undang-Undang ini beserta
yang terkandung didalamnya peraturan pelaksanaannya. Sehingga
dikuasai oleh Negara dan munculnya peraturan baru ini
dipergunakan untuk sebesar-besarnya memaksa para pengusaha tambang
kemakmuran rakyat, benar-benar batu bara di Indonesia menyesuaikan
dapat diwujudkan. diri terhadap peraturan yang baru ini.
Jika dibandingkan dengan Ketika kebutuhan terhadap
UU No 11 tahun 1967, UU Minerba batubara semakin meningkat di awal
memang telah memuat beberapa tahun 1990-an, maka banyak
perbaikan yang cukup mendasar. pengusaha dan warga masyarakat
Yang paling penting di antaranya yang ikut terjun dalam bisnis
tambang “emas hitam” ini, bahkan aman dan sehat yang merupakan hak
secara illegal. Disinilah dimulai atas lingkungan hidup yang baik
adanya praktik pertambangan tanpa yang sehat yang diatur didalam
izin atau dikenal istilah PETI. Undang-Undang Dasar Negara
Aktifitas dari suatu kegiatan Republik Indonesia tahun 1945.
usaha, seperti pertambangan batubara Nilai-nilai kehidupan
pada hakekatnya tidak boleh menjadi manusia dapat menjadi terganggu
penyebab “kerugian” bagi pihak- atau berkurang, apalagi yang
pihak tertentu atau kelompok terparah adalah membawa bencana
mayoritas (masyarakat umum). kematian yang secara tidak langsung
Demikian pula alam yang menjadi sudah “terprogram” dan dilakukan
sumber penyedia bahan tambang melalui aktifitas kegiatan usaha yang
(sumber daya alam) tidak boleh ada, termasuk diantaranya eksploitasi
terganggu karena akan batubara. Upaya memang telah
menghilangkan keseimbangan dilakukan, namun tetap harus terus
ekosistem, ekologi yang berakibat dilakukan karena upaya yang telah
pada kerusakan alam/ lingkungan ada nampaknya masih jauh dan
hidup (damage of environment). masih banyak yang harus dibenahi.
Terganggunya aspek Hal-hal yang peneliti
kehidupan masyarakat, jika dilihat deskripsikan di atas menjadi latar
dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM), belakang peneliti untuk mengangkat
sebagaimana diatur dalam Undnag- permasalahan Dampak
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pertambangan terhadap Lingkungan
tentang Hak Asasi Manusia, yakni Hidup di kalimantan Selatan dan
terutama yang berkaitan dengan hak- Implikasinya Bagi Hak-Hak Warga
hak ekonomi, sosial dan budaya, Negara.
tentulah sangat bersentuhan dengan
dampak dari pertambangan batubara B. KAJIAN TEORITIS
ini. Karena hak asasi manusia Aturan yang mendasar
meliputi aspek-aspek hak untuk berkaitan dengan lingkungan hidup
hidup dan berkehidupan yang baik, telah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 hidup telah menjadi faktor penentu
tentang Perlindungan dan dalam proses pengambilan keputusan
Penngelolaan Lingkungan Hidup pemanfaatan dan pengolahan Sumber
(UUPPLH). Sedangkan instrumen Daya Alam (SDA). Pembangunan
penting yang berkenaan dengan tidak lagi menempatkan SDA
Analisa Mengenai Dampak sebagai modal, tetapi sebagai satu
Lingkungan (AMDAL) telah kesatuan ekosistem yang di
dikeluarkan, mulai dari Peraturan dalamnya berisi manusia, lingkungan
Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 alam dan/ atau lingkkungan buatan
tentang Amdal sebagai penjabaran yang membentuk kesatuan
pelaksanaan undang-undang fungsional, saling terkait dan saling
pendahulu mengenai lingkungan tergantung dalam keteraturan yang
hidup, yakni Undang-Undang Nomor bersifat spesifik, berbeda dari satu
4 tahun 1982. Pengaturan Amdal tipe ekosistem ke tipe ekosistem
kemudian disempurnakan melalui yang lain. Oleh karena itu,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 perlindungan dan pengelolaan
tahun 1999 yang dikeluarkan dalam lingkungan bersifat spesifik, terpadu,
upaya mempertegas akan pentingnya holistik dan berdimensi ruang.
instrumen pengelolaan lingkungan Menurut UUPPLH Nomor 32
melalui perizinan, di mana Amdal tahun 2009 pasal 1 angka 1,
merupakan prasyarat untuk lingkungan hidup adalah : “kesatuan
mendapatkan izin tersebut. ruang dengan semua benda, daya,
Selanjutnya pengaturan mengenai keadaan, dan makhluk hidup,
Amdal ini diintegrasikan dalam termasuk manusia dan perilakunya,
Peraturan Pemerintah Nomor 27 yang memperngaruhi alam itu
Tahun 2012 tentang Izin sendiri, kelangsungan perikehidupan,
Lingkungan. dan kesejahteraan manusia serta
Dengan diaturnya masalah makhluk hidup lain.”
lingkungan hidup di dalam Undang- Sedangkan perlindungan dan
Undang Nomor 32 tahun 2009 pengelolaan lingkungan hidup
tentang UUPPLH, maka lingkungan didefinisikan sebagai “upaya
sistematis dan terpadu yang Abrar Saleng mengemukakan
dilakukan untuk melestarikan fungsi berbagai dampak negatif kegiatan
lingkungan hidup dan mencegah pertambangan adalah sebagai
terjadinya pencemaran dan/atau berikut:1
kerusakan lingkungan hidup yang 1. Usaha pertambangan dalam
meliputi perencanaan, pemanfaatan, waktu relatif singkat dapat
pengendalian, pemeliharaan, mengubah bentuk topografi
pengawasan dan penegakan hukum”. tanah dan keadaan muka
Pasal 12 ayat (1) UUPPLH tanah (land impact) sehingga
menegaskan bahwa pemanfaatan dapat mengubah
SDA harus dilakukan berdasarkan keseimbangan sistem ekologi
Rencana Perlindungan dan bagi daerah sekitarnya.
Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Usaha pertambangan dapat
(RPPLH), yang terdiri atas RPPLH menimbulkan berbagai
nasional, provinsi dan kabupaten/ macam gangguan, antara lain
kota. Sehingga pemanfaatan SDA ini pencemaran akibat debu dan
dilaksanakan dengan memperhatikan asap yang mengotori udara
daya tampung dan daya dukung dan air, limbah air, tailing,
lingkungan hidup. serta buangan tambang yang
Eksploitasi batubara mengandung zat-zat beracun.
berhubungan erat dengan konsep 3. Pertambangan yang
pengelolaan lingkungan hidup, di dilakukan tanpa
mana kgiatan usaha ini lebih rentan mengindahkan keselamatan
dengan dampak kerusakan kerja dan kondisi geologi
llingkungan karena menurunnya lapangan dapat menimbulkan
kualitas lingkungan sebagai akibat tanah longsor, ledakan
pengusahaan pertambangan, tambang, keruntuhan
demikian pula kualitas hidup tambang, dan gempa.
masyarakat dapat menurun karena
dampak yang ditimbulkannya.
Dalam konteks HAM, penelitian yang dilaksanakan
terdapat hak atas lingkungan yang adalah penelitian hukum
harus dijaga/ditegakkan sebagai hak normative sosiologis, yakni
kolektif dari setiap warga negara, penelitian mengenai dampak
yakni “hak atas lingkungan hidup pertambangan batubara
yang baik dan sehat”. Hak tersebut terhadap lingkungan hidup
akhirnya mendapat pengakuan dalam kaitannya dengan hak
sebagai bagian dari HAM melalui kolektif dari masyarakat akan
Sidang komisi Tinggi HAM yang lingkungan hidup yang baik
menegaskan bahwa “Setiap orang dan sehat.
memilliki hak hidup di dunia yang 2. Design Penelitian
bebas dari polusi bahan-bahan Design penelitian yang
beracun dan degradasi lingkungan”. digunakan oleh peneliti adalah
Bilamana pembangunan action research yang diawali
dengan kebijakan “negara menguasai dengan studi pendahuluan /
bumi, air dan kekayaan alam yang identifikasi masalah. Dengan
terkandung di dalamnya, yang menggunakan rancangan aksi,
berkonsekuensi ternasionalisasinya diharapkan penelitian ini dapat
hak-hak lokal (yang disebut hak-hak menghasilkan kesamaan
adat, khususnya yang berobyekkan persepsi bahwa harus ada
tanah dan sumber-sumber agraria pengakuan secara
lain), maka terlihat jelas bahwa komprehensip akan hak
sebenarnya tidak ada kebijakan yang kolektif masyarakat dan
pro the (local) people (in the
periphery) itu.2

C. METODE PENELITIAN
metode penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini
dapat peneliti uraikan sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
kewajiban pemerintah untuk pertambangan dan Hak
melaksanakan upaya preventif Asasi Manusia (HAM).
dan represif demi 5. Teknik Pengumpulan data
mempertahankan hak tersebut. Untuk mengumpulkan data
3. Lokasi Penelitian dalam penelitian ini, peneliti
Penelitian ini dilakukan di melakukan dengan teknik
Desa Kintap Lama perusahaan sebagai berikut :
pertambangan CV.ML dan a. untuk mengumpulkan data
CV.CMN tepatnya di Kintap primer (field research),
Kampung, Kintap Ilir, dan peneliti melakukannya
Kintap Kecil Kecamatan dengan cara wawancara,
Kintap Kabupaten Tanah Laut. yaitu melakukan tanya
4. Jenis Data jawab secara langsung
Guna mendapatkan data dalam dengan responden/
penelitian, peneliti narasumber di Badan
menggunakan 2 (dua) jenis Lingkungan Hidup Daerah
data, yaitu : (BLHD) Propinsi
a. data primer, yaitu data yang Kalimantan Selatan serta
diperoleh secara langsung masyarakat sekitar tambang
dari narasumber/ responden yang merasakan dampak
(field research). secara lanngsung dari
b. data sekunder, yaitu data kegiatan pertambanngan.
yang didapatkan dari hasil b. untuk mengumpulkan data
penelitian pustaka (library sekunder (library research),
research), di mana peneliti peneliti melakukannya
mengumpulkan dan dengan mencari data dari;
mempelajari peraturan- a) bahan hukum primer,
peraturan dan tulisan-tulisan yang terdiri dari norma
yang berkaitan dengan atau kaidah , peraturan
lingkungan hidup, perundang-undangan,
yurisprudensi dan traktat.
b) bahan hukum sekunder, HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terdiri dari buku- A. Dampak Eksploitasi
buku, hasil-hasil Pertambangan Batubara
penelitian, hasil karya Terhadap Lingkungan Hidup di
ilmiah para sarjana. Kalimantan Selatan
c) bahan hukum tersier, Negara dalam penguasaan
yaitu bahan-bahan yang atas SDA memiliki fungsi untuk
memberikan informasi membuat kebijakan, pengurusan,
tentang bahan hukum pengaturan, pengelolaan, dan
primer dan bahan hukum pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut
sekunder, seperti : termanifestasi dalam penjelasan
kamus, indeks kumulatif, Mahkamah Konstitusi sebagai
ensiklopedi, dll berikut :3
6. Analisis data a. Fungsi pengurusan
Data yang telah berhasil (bestuursdaad) oleh negara
dikumpulkan kemudian dilakukan oleh pemerintah
dianalisis. Dalam menganalisis dengan kewenangannya
data tersebut, peneliti untuk mengeluarkan dan
mempergunakan analisis mencabut fasilitas perizinan
deskriptif kualitataif, yaitu (vergunning), lisensi
suatu analisis yang sifatnya (licentie), dan konsesi
menjelaskan atau (concessie).
menggambarkan mengenai b. Fungsi pengaturan oleh
peraturan-peraturan yang negara (regelandaad)
berlaku dan kemudian dilakukan melalui
dikaitkan dengan realita yang kewenangan legislasi oleh
yang terjadi di lapangan. DPR bersama dengan
pemerintah, dan regulasi oleh Undang nomor 23 Tahun 2014
pemerintah (eksekutif).
c. Fungsi pengelolaan
(beheersdaad) dilakukan
melalui mekanisme pemilikan
saham (share holding) atau
melalui keterlibatan langsung
dalam manajemen Badan
Usaha Milik Negara atau
Badan Hukum Milik Negara
sebagai instrumen
kelembagaan melalui mana
negara c.q. Pemerintah
mendayagunakan
penguasaannya atas sumber-
sumber kekayaan itu untuk
digunakan bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi pengawasan oleh


negara

(toezichthoudensdaad) dilakukan
oleh negara c.q. pemerintah dalam
rangka mengawasi dan
mengendalikan agar pelaksanaan
penguasaan oleh negara atas cabang
produksi yang penting atau yang
menguasai hajat hidup orang banyak
dimaksud benar-benar dilakukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sebelum keluarnya Undang-
(Lembaran Negara RI Tahun 2014 buah
Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 5587) tentang
Pemerintahan Daerah, IzinUsaha
Pertambangan mayoritas
dikeluarkan oleh pemerintah
kabupaten kota. Kondidi
tersebut
seolah menempatkan
kepala daerah layaknya “raja kecil”
di daerah pimpinannya.Bahkan
apabila
pertambangan terjadi di lahan tapal
batas (lintas) Kabupaten/ kota yang
sebenarnnya menjadi kewenangan
provinsi untuk mengeluarkan izin,
maka biasanya akan “disiasati”
dengan mengeluarkan 2 (dua) buah
IUP masing-masing pemerintah
daerah kabupaten/ kota.Dari total
10.776 IUP yang keluar,
sebanyak
8.000 izin perusahaan tambang
dikeluarkan pemerintah kabupaten/
kota, sisanya dikeluarkan oleh
pemerintah propinsi. Celakanya dari
jumlah itu sebanyak 4.807
bermasalah. (Tribun News: 2014).
Dari rekapitulasi yang dilakukan
oleh Distamben Provinsi Kalimantan
Selatan, bahwa dari 656 buah izin
pertambangan batubara yang
dikeluarkan oleh kabupaten/ kota di
Kalimantan Selatan, maka 236
IUP batubara belum Clear and kebijakan Pemerintah justru
Clean (CNC), yang salah satu memperbolehkan penggunaan hutan
indikatornya belum lindung dan hutan produksi sebagai
melaksanakan perintah lokasi pertambangan. Selanjutnya
UUPPLH tentang prosedur perizinan. melalui Keputusan Presiden
Tambang batubara Republik Indonesia Nomor 41 tahun
merupakan salah satu sumber daya 2004 tentang Perizinan Atau
alam yang memberikan kontribusi Perjanjian di Bidang Pertambangan
sangat berarti bagi pembangunan yang Berada di Kawasan Hutan,
perekonomian di Indonesia. ditetapkan 13 (tiga belas) izin atau
Permasalahan lain yang muncul perjanjian di bidang pertambangan
dalam pengelolaannya adalah karena yang terbit sebelum keluarnya UU
sebagian besar tambang batubara Nomor 41 tahun 1999 untuk
tersebut berada dalam kawasan hutan melanjutkan kegiatannya sampai
lindung dan kawasan hutan berakhirnya izin atau perjanjian
produksi.4 Larangan yang diatur tersebut. Berikutnya pada tahun
dalam Undang-Undang Nomor 41 2010, pemerintah kembali
Tahun 1999 Tentang kehutanan mengeluarkan kebijakan baru
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 melalui Peraturan Pemerintah RI
Nomor Nomor 167, Tambahan Nomor 10 tahun 2010 tentang Tata
Lembaran Negara RI Nomor 3888) Cara Perubahan Peruntukkan dan
sebagaimana telah dirubah dengan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran
Undang-Undang Nomor 19 Tahun Negara RI Tahun 2010 Nomor 15,
2004 tentang Penetapan Peraturan Tambahan Lembaran Negara RI
Pemerintah Pengganti Undang- Nomor 5097), yang kemudian
Undang Nomor 1 Tahun 2004 dirubah dengan Peraturan
tentang Perubahan atas UU Nomor Pemerintah RI Nomor 60 Tahun
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 2012 tentang Perubahan Atas PP
menjadi Undang-Undang, tidak Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata
berpengaruh secara signifikan

terhadap penggunaan kawasan hutan


sebagai kawasan tambang. Beberapa
Cara Perubahan Peruntukkan dan adalah penurunan produktivitas
Fungsi Kawsan Hutan (Lembaran lahan, kepadatan tanah bertambah,
Negara RI Tahun 2012 Nomor 139, terjadinya erosi dan sedimentasi,
Tambahan Lembaran Negara RI terjadinya gerakan tanah atau
Nomor 5324), Perubahan fungsi longsoran, terganggunya flora dan
kawasan untuk kegiatan di luar fauna, terganggunya kesehatan
kehutanan salah satunya adalah masyarakat serta berdampak
kegiatan pertambangan. terhadap perubahan iklim mikro.
Gambar 1. Pertambangan Sedangkan dampak pasca tambang
batubara di Kecamatan Kintap
yang terjadi adalah, perubahan
morfologi dan topografi lahan,
perubahan bentang alam (bentuk
bentang alam pada lahan bekas
tambang biasanya tidak teratur,
menimbulkan lubang-lubang terjal,
gundukan tanah bekas timbunan alat
berat, lahan menjadi tidak produktif
Data dari Kementerian
dan rawan potensi longsor.Kasi
Kehutananyang dirilis sejak tahun
Pembinaan Usaha Pertambangan
2008 bahwa perizinan pertambangan
Provinsi Kalimantan Selatan,
menggelembung semakin tidak
Gunawan Sardjito, menyebutkan
terkontrol sejak era otonomi daerah.
bahwa dampak besar yang terjadi
Sekitar 6-7 Izin Usaha Pertambangan
dari usaha/ kegiatan pertambangan
dikeluarkan setiap harinya, luas
adalah perubahan bentang alam.5
kawasan hutan yang digunakan untuk
IUP eksplorasi sekitar 402.655,98
hektar, sedangkan kawasan untuk
IUP Operasi produksi sekitar
191.433,04 ha.
Secara umum dampak
pertambangan terhadap lingkungan
Gambar 2. Dampak pertambangan yang ramah
Pertambangan Batubara lingkungan. Aktivitas sumber daya
Terhadap Perubahan Bentang mineral mempengaruhi semua media
Alam lingkungan, yaitu tanah, udara, air,
dan flora dan faunanya, juag
lingkungan manusia, keamanan dan
kesehatan individu, gaya hidup
masyarakat lokal, kelangsungan
budaya, tertib sosial, dan kehidupan
ekonomi. Ketika sementara
menganggap bahwa mayoritas
dampak pertambangan dikatakan
bersifat lokal, pertambangan dapat
menyebabkan persoalan lingkungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi 12 secara nasional, bersifat lintas batas,
Januari 2016 dan bahkan global”.

Pertambangan memiliki peran B. Implikasi kegiatan


penting dalam pembangunan dengan pertambangan terhadap hak-
menghasilkan bahan-bahan baku hak warga masyarakat dilihat
untuk industri, penyerapan tenaga dari aspek perlindungan HAM
kerja, sebagai sumber devisa negara, Kolektif
dan meningkatkan pendapatan asli
Undang-Undang Dasar
daerah. Pada sisi lain, pertambangan
Negara Republik Indonesia Tahun
juga menghasilkan berbagai dampak
1945 (selanjutnya ditulis UUD NRI)
buruk terhadap lingkungan.6
menyatakan bahwa lingkungan hidup
Pertambangan adalah kegiatan yang
yang baik dan sehat merupakan hak
syarat dengan resiko pencemaran
asasi dan hak konstitusional bagi
dan/ atau kerusakan lingkungan.
setiap warga negara Indonesia. Oleh
Tidak ada kegiatan pertambangan
yang tidak berpotensi mencemari

dan/ atau merusak lingkungan,


seperti yang dinyatakan oleh George
W. (Rock) Pring:7
“Pertambangan adalah inheren (tak
terpisahkan) dengan degradasi
lingkungan, tidak ada aktivitas
karena itu, negara, pemerintah, dan Pada hakekatnya
seluruh pemangku kepentingan perlindungan dan pengelolaan
berkewajiban untuk melakukan lingkngan hidup adalah suatu
perlindungan dan pengelolaan pondasi yang sangat penting dari
lingkungan hidup dalam pelaksanaan jenis-jenis hak asasi manusia, seperti
pembangunan berkelanjutan agar hak untuk hidup, hak atas standar
lingkungan hidup Indonesia dapat hidup yang layak, dan hak atas
menjadi sumber dan penunjang hidup kesehatan dan lingkngan yang
bagi rakyat Indonesia serta makhluk bersih.. hak atas lingkungan hidup
hidup lain. yang baik dan sehat berkaitan erat
Hak atas lingkungan hidup dengan pencapaian kulaitas hidup
(the right to enviromental) mulai manusia , sehingga hak atas
dibicarakan bersamaan dengan hak lingkungan hidup yang baik dan
atas pembangunan (the right to sehat tidak dapat dikurangi dalam
development) sejak konsisi apapun. Di samping itu, tidak
diselenggarakannya Konferensi PBB diperbolehkan adanya jenis-jenis
tentang lingkungan hidup manusi di diskriminasi apapun dalam
Stockholm, Swedia pada tahun 1972, penghormatan hak atas lingkungan
yang kemudian disusul oleh KTT hidup.
Bumi di Rio de Jeneiro Brasil pada Nilai universal hak asasi
tahun 1992 yang membicarakan manusia yang kemudian
tentang pembangunan dan diterjemahkan dalam bentuk produk
lingkungan hidup. berikutnya hukum nasional. Undang-Undang
Konferensi PBB tentang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
pembangunan berkelanjutan di Asasi Manusia (HAM) memuat
Johannesburg, Afrika Selatan tahun prinsip bahwa HAM harus dilihat
2002 yang menghasilkan komitmen secara holistik bukan parsial, sebab
dan kovensi serta rencana aksi bagi HAM adalah seperangkat hak yang
terlaksananya pembangunan melekat pada hakikat dan keberadaan
berkelanjutan berwawasan manusia sebagai makhluk ciptaan
lingkungan. Tuhan YME dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, tidak terpisahkan dari urusan Hak
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Asasi Manusia (HAM).8
negara hukum. Dalam perspektif teoritis dan
Hak asasi atas lingkungan yuridis, lingkungan memiliki hak
hidup yang baik dan sehat (enviromental right) untuk
memerlukan pengaturan hukum yang mendapatkan perlindungan hukum.
berorientasi pada lingkungan sebagai Terbitnya Undang-Undang Nomor
ciri dari hukum lingkungan modern. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Politik hukum pengelolaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
lingkungan hidup mengalami (UUPPLH) mengandung nilai
perubahan mendasar dalam Undang- filosofis yang memandang bahwa
Undang Dasar Negara Republik hak atas lingkungan hidup yang baik
Indonesia tahun 1945 sejak dan sehat adalah merupakan hak
perubahan kedua tanggal 18 Agustus asasi setiap warga negara Indonesia.
2000 dan keempat (10 Agustus Ini berarti hakikat palling penting
2002). Perubahan mendasar dari UUPPLH yakni penghargaan
dimaksud adalah melalui dan jaminan atas hak lingkungan
konstitusionalisasi norma hukum hidup yang baik dan sehat bagi
lingkungan sebagaimana yang warga negara.
tercantum dalam pasal 28H ayat (1) Negara yang berdasarkan
UUD NRI 1945 yaitu dengan pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945
dimasukkannya prinsip perlindungan memiliki hak menguasai atas sumber
Hak Asasi Manusia (selanjutnya daya alam, melahirkan tanggung
ditulis HAM) atas lingkungan hidup; jawab negara untuk mengatur,
serta pada pasal 33 ayat (4) berupa emngurus dan mengawasi
penegasan prinsip keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya alam
berwawasan lingkungan dalam dengan mempertimbangkan aspek
penyelenggaraan perekonomian lingkungan. Kegiatan pertambangan
nasional. Menurut Gunawan, dan lingkungan hidup adalah dua hal
lingkungan hidup adalah bagian yang yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan

8
Gunawan Sardjito. Loc. Cit
ada ungkapan “Tiada kegiatan (2) tidak seorangpun boleh dirampas
pertambangan yang tanpa kerusakan/ harta miliknya dengan semena-mena.
pencemaran lingkungan hidup”. Prinsip dan substansi tersebut
Dampak dari kegiatan telah diratifikasi oleh Indonesia pada
pertambangan batubara seperti yang tahun 2005 lewat Undang-Undang
telah peneliti uraikan pada analisis Nomor 11 Tahun 2005 tentang Hak
masalah pertama, selain Ekosob yang berkonsekuensi
menimbulkan kerusakan lingkungan pemerintah wajib secara aktif dan
dan tingginya tingkat pencemaran, bertanggung jawab memenuhi hak
juga telah merampas hak ekonomi, ekonomi, sosial dan budaya
sosial dan budaya warga negara, warganya, tidak hanya terhadap
terutama masyarakat sekitar kejahatan lingkungan, akan tetapi
tambang. Deklarasi HAM Universal juga terhadap kejahatan HAM.
menjamin hak ekosob setiap warga Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang
negara yaitu ditunjukkan dalam Pasal dapat disoroti berkaitan dengan
22 yang menyebutkan bahwa : setiap aspek-aspek HAM dari kegiatan
orang sebagai anggota masyarakat pertambangan batubara mulai dari
berhak atas jaminan sosial dan proses eksplorasi, eksploitasi dan
berhak akan terlaksananya hak-hak pengangkutan hasil. Ketiga hal
ekonomi, sosial dan budaya yang tersebut adalah:
sangat diperlukan untuk martabat dan 1. Kecenderungan terjadinya
pertumbuhan bebas pribasinya, pelanggaran HAM berkaitan
melalui usaha-usaha nasional dengan aspek lingkungan;
maupun kerjasama internasional, dan 2. Kecenderungan terjadinya
sesuai denngan penngaturan serta pelanggaran HAM berkaitan
sumber daya setiap negara. dengan penggusuran warga
Selanjutnya Pasal 17 Deklarasi HAM masyarakat setempat dari
Universal menyatakan bahwa: (1) sumber-sumber kehidupan
setiap orang berhak memiliki harta mereka;
baik sendiri maupun bersama-sama, 3. Kecenderungan pelanggaran
HAM berkaitan dengan
keterlibatan aparat yang lingkungan hidup yang baik
bertindak selaku pihak dan sehat.
keamanan dari perusahaan
berhadapan dengan KESIMPULAN DAN SARAN

masyarakat dan warga sekitar A. KESIMPULAN

lokasi tambang.Tidak dapat Dari analisis terhadap 2 (dua)

dipungkiri bahwa dampak masalah hukum yang peneliti angkat

dari eksploitasi pertambangan dalam penelitian ini maka peneliti

batubara telah menimbulkan dapat menarik kesimpulan bahwa:

kerusakan yang serius 1. Kegiatan pertambangan

terhadap ekosistem yang batubara sebagai salah satu

sangat merugikan pemanfaatan sumber daya

masyarakat, seperti: alam pada dasarnya

kerusakan hutan-hutan yang merupakan bagian dari

menjadi wilayah usaha pelaksanaan pembangunan

pertambangan, tingginya perekonomian yang pada

tingkat pencemaran terhadap hakekatnya mengacu pada

aliran sungai yanng berada di tujuan pembangunan

sekitar lahan pertambangan nasional, yakni peningkatan

dan atau aliran sungai dalam kesejahteraan masyarakat.

radius tertentu, serta Akan tetapi pertambangan

pencemaran berupa merupakan kegitan yang

penyebaran debu batubara sangat rentan terhadap resiko

akibat aktifitas pengangkutan pencemaran dan kerusakan

hasil tambang. lingkungan hidup, sehingga

Kecenderungan pencemaran pemerintah sebagai

dan kerusakan lingkungan konsekuensi dari Hak

tersebut, merupakan Menguasai Negara atas

pelanggaran HAM secara Sumber Daya Alam wajib

konstitusional atas menyelenggaraan fungsi


mengatur, mengurus dan
mengawasi terhadap 2. Sesuai dengan prinsip
pengelolaan sumber daya “pencemar membayar” yang
alam. diatur dalam Pasal 2 huruf j
2. Ditinjau dari aspek HAM, UUPPLH, perlu kiranya
pelaksanaan hak-hak yang adanya penelitian lanjutan
ada dalam lingkup hak asasi berkenaan dengan
lingkungan berupa : hak pemenuhan hak-hak warga
pembangunan dan hak negara, khususnya hak atas
penggunaan kekayaan dan lingkungan hidup yang baik
sumber alam (batubara) tidak dan sehat yang telah
boleh sama sekali dilanggar akibat kegiatan
mengurangi hak setiap warga pertambangan batubara.
negara atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat seperti DAFTAR PUSTAKA

yang diamantkan dalam Pasal Danusaputro. St. Munajat. 1980.


Hukum Llingkungan (BUKU
28H ayat (1) UUD NRI 1945 I). Bandung. Binacipta.
dan UUPPLH. Edie Toet Hendratno. 2009. Negara
Kesatuan, Desentralisasi,
B. SARAN dan Federalisme. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
1. Perlunya mempertegas
Farida Indrati Soeprapto. Maria.
kebijakan perizinan, baik izin 1998. Ilmu Perundang-
Undangan. “Dasar-dasar
lingkungan maupun izin
dan
usaha pertambangan yang
Pembentukannya. Yogyakarta
terpadu yang mengacu pada
: Kanisius.
konsep pembangunan yang Gautama. Sudargo. 1983. Pengertian
berkelanjutan dan Tentang Negara dan Hukum.
Bandung : Alumni. Cetakan
berwawasan lingkkungan, ke- 3.
sebagai upaya preventif Hardjasoemantri. Koesnadi. 2002.
terjadinya pencemaran dan Hukum Tata Lingkungan.
Yogyakarta : Gajah Mada
kerusakan lingkungan hidup. University Press. Cetakan
ketujuhbelas.
Mahfud MD. 2007. Perdebatan
Hukum Tata Negara Pasca
Amandemen Konstitusi. Suhirman. Desentralisasi dan
LP3S. Jakarta. ekonomi Politik Perizinan :
Manan. Bagir. 2004. Menyongsong Mengambil Hak Yang
Fajar Otonomi Daerah. Terampas. Sebagaimana
Yogyakarta : Pusat Studi disuntimg oleh Pradjarta
Hukum Fakultas Hukum UII. Dirjosnjoto dan Herudjati
Cet III. Purwoko. 2004.
Desentralisasi dalam
Mustansyir, Rizal. 2002. HAM dalam Perspektif Lokal. Salatiga :
Tinjauan Filsafat Analitik. Pustaka Percik.
Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan Indonesia; Jakarta Wignjosoebroto, Soetandyo. Hak-
Jurnal Hukum Jentera. Edisi hak Manusia Yang Asasi
1 Tahun 1 Untuk Memperoleh Jaminan
Rasa Aman dan Sejahtera
De Haan. P. (et al). 1986. Dalam Kehidupan Ekosob di
Bestuursrecht In De Social Tengah Pelaksanaan
Rechtstaat. Deel I Program Pembangunan
Ontwikkeling. Kluwer- Nasional yang Sering Tak
Deventer : Organisatie Berkiblat Pada Kepentingan
Instrumentarium. Rakyat. Makalah pada
Rahardjo. Satjipto. 1991. Ilmu Workshop “Memperkuat
Hukum. Bandung : PT. Citra Justisiabellitas Hak-hak
Aditya Bakti. Edisi Revisi. Ekosob : Prospek dan
Tantangan”. PUSHAM UII :
Rahmadi, Takdir. 2013. Hukum
Yogyakarta. 13-15 November
Lingkungan di Indonesia.
2007.
Rajawali Pers. Jakarta
Rangkuti. Siti Sundari. 1987. Hukum
Paraturan Perundang-Undangan
Lingkungan dan kebijakan
Lingkungan dalam Proses Undang-Undang Dasar 1945.
Pembangunan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Hukum 2011 tentang Pembentukan
Nasioanl Indonesia. Peraturan Peraturan
Desertasi. Surabaya : UNAIR Perundang-undangan.
Rangkuti. Siti Sundari. 1992. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Pengantar Hukum Perizinan 2004 tentang Pemerintah
Lingkungan. Kerjasama Daerah.
Hukum Indonesia-Belanda.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Saleng. Abrar. 2004. Hukum 2014 tentang Pemerintah
Pertambangan. Cet. I. Daerah.
Yogyakarta : UII Press.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Suparni. Ninik. 1994. Pelestarian 2009 tentang Perlindungan
Pengelolaan dan Penegakan dan Pengelolaan Lingkungan
Hukum Lingkungan. Jakarta : Hidup.
sinar Grafika. Cet. Ke II.

Anda mungkin juga menyukai