DISUSUN OLEH:
BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................Latar Belakang ...1
1.2..........................................................................................................Tujuan ...2
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 15
5.2. Saran ..................................................................................................... 15
1.1....................................................................................................Latar Belakang
Pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan salah satu sumber
daya alam (SDA) tak terbarukan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia untuk dapat dikelola denga baik. Pengelolaan sumber daya tersebut
harus mengacu pada UUD 1945, khususnya pasal 33 yang mengamanatkan
pengelolaan demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Keberadaan UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara
merupakan salah satu wujud pelaksanaan hak pengelolaan Negara terhadap sumber
daya tersebut. UU pertambangan minerba membawa semangat pengelolaan
pertambangan minerba yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien dan
berwawasan lingkungan guna menjamin pembanguna nasional secara berkelanjutan.
UU tersebut juga menekankan pentingnya pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara yang dapat memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan
ekonomi nasional dan pembanguna.
Memperhatikan nilai strategis dari sumber daya alam termasuk sektor
pertambangan mineral dan batubara (minerba), komisis pemberantasan korupsi
(KPK) mencetuskan lahirnya gerakan nasional penyelamatan sumber daya alam (GN-
PSDA) yang dideklarasikan pada 9 juni 2014 diTernate.. Deklarasi tersebut ditandai
dengan pendatangan piagam oleh ketua KPK, panglima TNI, Kapolri dan Jaksa
Agung. Deklarasi penyelamatan SDA tersebut berisi komitmen untuk mendukung
tata kelola SDA yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dan mendungkung
penyelamatan kekayaan SDA Indonesia serta melaksanakan penegakan hokum
disektor SDA sesuai dengan kewenagan masing-masing.
Kualitas suatu mineral tergantung pada proses pengolahannya. Proses
pengolahan mineral dimulai pada tahap crushing atau penghancuran. Tujuan proses
crushing adalah untuk mereduksi ukuran material. Pereduksian bijih dimaksudkan
untuk melepaskan mineral berharga dari mineral pengotornya. Mineral pengotor
bukan berarti tidak berharga, namun bukan menjadi prioritas utama dalam
pengolahan. Tahap selanjutnya adalah konsentrasi. Konsentrasi merupakan
pemisahan mineral berharga dengan mineral pengotornya berdasarkan sifat yang
dimiliki material. Tahap konsemtrasi ini digolongkan menjadi empat cara yaitu cara
pertama adalah memisahkan material berdasarkan densitas (specific gravity), dikenal
dengan gravity separation. Cara kedua adalah memisahkan material berdasarkan
kemagnetannya (magnetic) dikenal dengan magnetic separation. Cara ketiga adalah
memisahkan material berdasarkan kelistrikannya (electric) dikenal electric separation.
Dan yang terakhir adalah flotasi atau pemisahan berdasarkan suka atau tidak suka air.
Zeolit dan bentonit merupakan mineral non logam yang kurang dieksplorasi
keberadaannya. Kurang pengetahuannya sumber daya manusia (SDM) yang ada
membuat kurang tereksposnya mineral ini. Oleh karena itu penulis membuat tugas
besar ini mengenai komunikasi, konsenntrasi dan mineral zeolit serta bentonit untuk
mengenali proses pengolahan mineral.
1.2...........................................................................................................Tujuan
Tujuannya dibuatnya tugas besar ini adalah:
1. Mengetahui proses komunikasi
2. Mengetahui proses konsentrasi mineral
3. Memenuhi tugas akhir mata kuliah pengolahan mineral dan batubara
4. Mengetahui pengolahan mineral zeolite dan bentonit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengolahan mineral dikenal dua buah skema neraca bahan yang dapat
menentukan efektif atau tidaknya suatu operasi. Berikut penjelasannya mengenai
skema neraca bahan:
Berdasarkan peersamaan diatas apabila diterapkan pada suatu jenis mineral maka
akan menghasilkan persamaan baru sebagai berikut:
F.f=K.k+T.t
F . f = K2 . k2 + T1 . t1
F . f + T2 . t2 = K1 . t1 + T1 . t1
K1 . k1 = K2 . k2 + T2 . t2
Keterangan rumus:
f = kadar mineral berharga diumpan (%)
k = kadar mineral berharga dikonsentrat (%)
t = kadar mineral berharga diailing (%)
k1 & k2 = kadar mineral berharga dikonsentrat 1 dan 2
t1 & t2 = kadar mineral berharga ditailing 1 dan 2
F = massa umpan (kg)
K = massa konsentrat (kg)
T = massa tailing (kg)
Kxk
Recovery = x 100
Fxf
massa umpan
3. Nisbah konsentrasi (NK) =
massa mineral berharga
F
Nisabah konsentrasi (NK) =
K
2.2. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses pengecilan ukuran atau biasa disebut dengan
penggerusan. Tujuan dari komunikasi adalah untuk membeskan mineral berharga dari
gangue, menyiapkan ukuran yang sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi,
mengekspos permukaan mineral berharga (kecuali proses hydrometallurgy) serta
untuk memenuhi keinginan konsumen.
Proses komunikasi didasarkan pada gaya yang digunakan untuk mengahancurkan
material. Ada tiga buah gaya yang digunakan pada proses komunikasi, diantaranya
kompesi, impact dan abrasi. Berikut tabel gaya pada komunikasi:
UMPAN
GAYA KETERANGAN SIFAT UKURAN
Energi yang digunakan hanya
Kompresi keras 1 cm – 1 m
sebagian lokasi
Energi yang digunakan berlebihan,
Impact keras 1m
bekerja pada seleruh bagian
Bekerja hanya pada daerah sempit
Abrasi Lunak-keras 1m–2m
(permukaan atau terlokalisasi)
Pada proses komunikasi dikenal suatu istilah penting yang disebut dengan
reduction ratio. Reduction ratio adalah nilai rasio ukuran awal terhadap ukuran
produk dan berpengaruh pada kapasitas produksi dan energi produksi suatu operasi.
A. Pengertian Crushing
Crushing adalah salah satu proses komunikasi yang bertujuan untuk
mereduksi ukuran bijih dengan cara dihancurkan. Crusher adalah alat
pemecah batuan yang banyak digunakan oleh perusahaan tambang untuk
memecahkan batuan-batuan alam dari ukuran besar menjadi kecil. Proses
crusher dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Primary Crusher
Merupakan tahap pengahancuran yang pertama, diman umpan berupa
bongkah-bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi dan produkta
berukuran 4 inchi.
Beberapa alat untuk primary crushing antara lain:
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing
jaw) dan yang lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan
porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam, yaitu:
a. Blake jaw crusher, dengan prors diatas
b. Dodge jaw crusher, dengan poros dibawah
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini
berputar dan bergoyang sehingga proses penghancuran berjalan
terus memnerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan jaw crusher
yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu
swing jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material
yang tidak mengalami penggerusan.
4. Hammer Mill
Alat ini dipakai dalam secondaru crusher untuk memperkecil
produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang
diperbolehkan adalah kurang dari satu inchi. Alat ini merupakan
satu-satunya alat yang berbeda cara pengahncurannya
dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer
mill proses penghancuran menggunakan shearing stress,
sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan
compressive stress.
5. Roll crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing
dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya
satu saja yang berputar dan yang lainnya diam, tapi karena
adanya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya
maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing
silinder tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada
diatas roll akan terjepit dan hancur. Bentuk dari roll crusher ada
dua macam yaitu:
a. Rigid roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas,
sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll
yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang keduanya
berputar.
b. Spring roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan
porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas
maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material
yang sangat keras sehingga tidak dapat dihancurkan dan
material itu akan jatuh.
B. Pengertian Grinding
Grinding merupakan salah satu proses dalam komunikasi yang bertujuan
untuk memperhalus/mengurangi ukuran partikel bijih mineral.
Dalam proses grinding ini, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
prosesnya yaitu:
a. Mesin harus memiliki kapasitas yang besar agar dapat menampung banyak
bijih mineral
b. Menghasilkan ukuran bijih dengan ukuran tertentu yang diinginkan
c. Hasilnya dapat langsung dikeluarkan dari mesin setelah mencapai ukuran
tertentu
d. Mesin hanya dapat menggiling mineral yang mudah hancur
e. Bahan yang melalui proses grinding harus mempunyai titik beku yang
rendah dan mudah peka dengan panas jenis kalor
2. Kualitas Produksi
Hasil dari proses pengolahan akan menentukan kualitas produksi dan
memenuhi persyaratan yang di inginkan oleh pasar. Pada setiap pasar
terdapat kualitas batubara yang di inginkan.
3.1.Studi Kasus
Pertambangan batubara di Indonesia telah berlangsung selama 40 tahun lebih
sejak keluarnya UU No.11 tahun 1967 tentang pokok-pokok pertambangan yang
kemudian diganti dengan UU pertambangan Mineral dan Batubara tahun 2009. UU
ini telah menjadi landasan eksploitasi sumber daya mineral dan batubara secar besar-
besaran untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Industri batubara telah berkembang
dengan pesat dalam waktu singkat. Dalam hanya 10 tahun produksi telah berkembang
dari sekitar 3 juta ton menjadi lebih dari 50 juta ton, dan diharapkan dua kali llipat
lagi dalam beberapa tahun mendatang. Sebagai akibatnya industry batubara
menghasilkan manfaat social dan ekonomi yang besar bagi Indonesia seperti
lapangan kerja bagi ribuan masyarakat Indonesia tetrutama didarah yang kurang
berkembang seperti Kalimantan dan Sumatra dan juga akan mendukung program
pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. Namun kegiatan tersebu tidak hanya
menguntungkan dari segi social dan ekonomi tapi juga memberikan dampak negatif
terutama kerusakan lingkungan didaerah penghasil tambang.
Didaerah penghasil barang tambang, lingkungan yang sehat dan bersih yang
merupakan hak asasi setiap orang menjadi barang langka. Bahkan daerah penghasil
juga merasakan ketidakadilan seperti kebutuhan energy akan listrik dari batubara
masih kurang pasokannya. Sementara batubara dikirim ke daerah lain utnuk
memenuhi kebutuhan energy terutama untuk pembangkit listrik tenaga uap dijawa.
Disamping itu Negara Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya
dengan mendapatkan devisa sebesar-besarnya dari bahan tambang dan migas maka
tidak ada jalan lain, eksploitasi besar-besaran terutama barang tambang batubara pada
beberapa tahun ini semakin gencar. Hal ini membuat kondisi lingkungan didaerah
penghasil batubara semakin menurun bahkan makin kritis.
Salah satu daerah penghasil batubara adalah kota Samarinda. Kota samarinda
yang terletak didaerah katulistiwa dengan kondisi topografi yang datar dan berbukit
antara 10-200 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 km2. Kota
samarinda berbatasan dengan kabupaten kutai kartanegara disebelah barat, timur,
selatan dan utara yang merupakan penghasil batubara terbesar kedua diKalimantan
Timur. Pada dasawarsa tahun 2000-an, perkembangan peningkatan produksi batubara
dikota samarinda semakin menigkat sehingga samarinda dikenal juga dengan sebutan
kota tambang karena hamper 38,814 ha (54%) dari total 71,823 ha luas kota
samarinda merupakan areal tambang batubara. Pertambangan batubara yang sudah
berproduksi dengan rincian 38 KP (kuasa pertambangan) yang mendapat ijin dari
wali kota samarinda dan lima PKP 2B2 (perusahaan pemegang perjanjian karya
perjanjian usaha pertambanagn)dengan ijin pemerintah pusat.
Tindakan pengelolaan pertambangan batubara berkelanjutan yang tepat perlu
dilaksanakan dengan memperhitungkan:
1. Segi keterbatasan jumlah dan kualitas sumber batubara
2. Lokasi pertambangan batubara serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan
masyarakat dan pembanguna daerah
3. Daya dukung lingkungan
4. Dampak lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat akibat usaha
pertambangan batubara
Dari skor keberlanjutannya, untuk dimensi sosial dan lingkungan masih dibawa
skor keberlanjutan untuk dimensi ekonomi diatas skor keberlanjutan. Dilihat
dilapangan memang dapat dikatakan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan
pertambangan batubara sudah sangat mmengkuatirkan walaupun PAD dan ekonomi
masyarakat sekitar tambang ada peningkatan. Namun bila diukur dari Analisis
Prospektifnya dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertambangan batubara lebih
banyak merugikan baik materi maupun non-materi masyarakat Samarinda umumnya
dari kerusakan lingkungan seperti banjir, polusi udara, air dan tanah.
BAB IV
ANALISIS STUDI KASUS
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari tugas besar ini adalah:
1. Pengolahan mineral adalah suatu proses pemisahan antara mineral beraharga
dengan mineral ttak berharga (gangue), dengan menggunakan metode
pemisah secara mekanik (tidak ada perubahan massa dan kimia) untuk
menghasilkan suatu pproduk berharga/bijih dalam bentuk umpan menjadi
konsentrat (mineral berharga) dan tailing (mineral tidak berharga).
2. Gravity concentration adalah proses pemisahan antara mineral berharga dan
mineral tak berharga berdasrakan perbedaan berat jenis atau density.
3. Batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak mengenal
batas administrasi, umumnya ditemukan didaerah-daerah terpencil yang
miskin infrastruktur.
5.2.Saran
Adapun saran sebagai berikut:
1. Sumber daya alam batubara semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi
dengan tidak dapatnya diperbaharui, umtuk itu kita harus menghemat
penggunaan peneglolaan batubara.
2. Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan
eksploitasi sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurumuda.com/b
se/serarc/air+tanah+udara+cahaya+adalah+lingkungan/page/3
http://www.google.co.id/search?
rlz=1C1CHNY_idlD406&sourceid=chorme&ie=UTF-8&q=BATUBARA