Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BESAR

PENGOLAHAN MINERAL DAN BATUBARA

DISUSUN OLEH:

NAMA : RUNNYKA PADWA


NIM : 201940010

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1....................................................................................................Latar Belakang ...1
1.2..........................................................................................................Tujuan ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengolahan Mineral ............................................................................. 3
2.2. Komunikasi .......................................................................................... 4
2.3. Pengolahan Batuabra ............................................................................ 9....
2.4. Tujuan Proses Pengolahan ................................................................... 9
2.5. Desain Pengolahan Batubara ............................................................... 10

BAB III PENGUMPULAN DATA


3.1. Studi Kasus .......................................................................................... 11

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS


4.1. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 13
4.2. Analisis Perencanaan Kebutuhan ......................................................... 13

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 15
5.2. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16


LAMPIRAN ................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1....................................................................................................Latar Belakang
Pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan salah satu sumber
daya alam (SDA) tak terbarukan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada
bangsa Indonesia untuk dapat dikelola denga baik. Pengelolaan sumber daya tersebut
harus mengacu pada UUD 1945, khususnya pasal 33 yang mengamanatkan
pengelolaan demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Keberadaan UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara
merupakan salah satu wujud pelaksanaan hak pengelolaan Negara terhadap sumber
daya tersebut. UU pertambangan minerba membawa semangat pengelolaan
pertambangan minerba yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien dan
berwawasan lingkungan guna menjamin pembanguna nasional secara berkelanjutan.
UU tersebut juga menekankan pentingnya pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara yang dapat memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan
ekonomi nasional dan pembanguna.
Memperhatikan nilai strategis dari sumber daya alam termasuk sektor
pertambangan mineral dan batubara (minerba), komisis pemberantasan korupsi
(KPK) mencetuskan lahirnya gerakan nasional penyelamatan sumber daya alam (GN-
PSDA) yang dideklarasikan pada 9 juni 2014 diTernate.. Deklarasi tersebut ditandai
dengan pendatangan piagam oleh ketua KPK, panglima TNI, Kapolri dan Jaksa
Agung. Deklarasi penyelamatan SDA tersebut berisi komitmen untuk mendukung
tata kelola SDA yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dan mendungkung
penyelamatan kekayaan SDA Indonesia serta melaksanakan penegakan hokum
disektor SDA sesuai dengan kewenagan masing-masing.
Kualitas suatu mineral tergantung pada proses pengolahannya. Proses
pengolahan mineral dimulai pada tahap crushing atau penghancuran. Tujuan proses
crushing adalah untuk mereduksi ukuran material. Pereduksian bijih dimaksudkan
untuk melepaskan mineral berharga dari mineral pengotornya. Mineral pengotor
bukan berarti tidak berharga, namun bukan menjadi prioritas utama dalam
pengolahan. Tahap selanjutnya adalah konsentrasi. Konsentrasi merupakan
pemisahan mineral berharga dengan mineral pengotornya berdasarkan sifat yang
dimiliki material. Tahap konsemtrasi ini digolongkan menjadi empat cara yaitu cara
pertama adalah memisahkan material berdasarkan densitas (specific gravity), dikenal
dengan gravity separation. Cara kedua adalah memisahkan material berdasarkan
kemagnetannya (magnetic) dikenal dengan magnetic separation. Cara ketiga adalah
memisahkan material berdasarkan kelistrikannya (electric) dikenal electric separation.
Dan yang terakhir adalah flotasi atau pemisahan berdasarkan suka atau tidak suka air.
Zeolit dan bentonit merupakan mineral non logam yang kurang dieksplorasi
keberadaannya. Kurang pengetahuannya sumber daya manusia (SDM) yang ada
membuat kurang tereksposnya mineral ini. Oleh karena itu penulis membuat tugas
besar ini mengenai komunikasi, konsenntrasi dan mineral zeolit serta bentonit untuk
mengenali proses pengolahan mineral.
1.2...........................................................................................................Tujuan
Tujuannya dibuatnya tugas besar ini adalah:
1. Mengetahui proses komunikasi
2. Mengetahui proses konsentrasi mineral
3. Memenuhi tugas akhir mata kuliah pengolahan mineral dan batubara
4. Mengetahui pengolahan mineral zeolite dan bentonit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengolahan Mineral


Pengolahan mineral merupakan suatu proses pemisahan mineral berharga dari
mineral tidak berharga atau yang tidak diinginkan.Metode yang digunakan untuk
memisahkan mineral adalah metode mekanik, dengan mempertimbangkan sifat fisik
mineral. Dari proses pengolahan mineral diperoleh konsentrat sebagai mineral
berharga dan tailing sebagai mineral tidak berharga.
Secara teknis, pengolahan mineral bertujuan untuk menyediakan produk atau
konsentrat sesuai dengan permintaan atau kebutuhan. Untuk mendapatkan hasil yang
seusai maka mineral layak ditambang dan diproses apabila memiliki kadar mineral
berharga lebih besar dari kadar minimumnya, memiliki kandungan air kurang dari
kandungan air maksimumny, ukuran partakel yang melebihi kuruan minimumnya,
serta gangue mineral yang lebih sedikit dari nilai maksimumnya.
Secara ekonomis pengolahan mineral bertujuan mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya, dengan kehilangan mineral berharga sekecil-kecilnya, atau
mengambil semua mineral berharganya dengan produksi sebesar-besarnya.
Operasi dasar pengolahan mineral dapat dilihat dari skema berikut ini:

Dalam pengolahan mineral dikenal dua buah skema neraca bahan yang dapat
menentukan efektif atau tidaknya suatu operasi. Berikut penjelasannya mengenai
skema neraca bahan:

Berdasarkan peersamaan diatas apabila diterapkan pada suatu jenis mineral maka
akan menghasilkan persamaan baru sebagai berikut:
F.f=K.k+T.t
F . f = K2 . k2 + T1 . t1
F . f + T2 . t2 = K1 . t1 + T1 . t1
K1 . k1 = K2 . k2 + T2 . t2
Keterangan rumus:
f = kadar mineral berharga diumpan (%)
k = kadar mineral berharga dikonsentrat (%)
t = kadar mineral berharga diailing (%)
k1 & k2 = kadar mineral berharga dikonsentrat 1 dan 2
t1 & t2 = kadar mineral berharga ditailing 1 dan 2
F = massa umpan (kg)
K = massa konsentrat (kg)
T = massa tailing (kg)

Berdasrkan persamaan diatas maka dapat dicari parameter efektifitas pengolahan


suatu mineral berupa:
massa mineral berhargadalam konsentrat
1. Recovery = x 100
massa mineral berharga dalamumpan

Kxk
Recovery = x 100
Fxf

massa mineral berhargadalam konsentrat


2. Kadar = x 100
massa mineral berharga dalamumpan

massa umpan
3. Nisbah konsentrasi (NK) =
massa mineral berharga

F
Nisabah konsentrasi (NK) =
K

Dikatakan suatu operasi pemisahan mineral memiliki efektifitas tinggi apabila


suatu operasi pengolahan mineral memiliki nilai recovery yang tinggi, kadar yang
tinggi serta nilai nisbah konsentrasi yang kecil.

2.2. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses pengecilan ukuran atau biasa disebut dengan
penggerusan. Tujuan dari komunikasi adalah untuk membeskan mineral berharga dari
gangue, menyiapkan ukuran yang sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi,
mengekspos permukaan mineral berharga (kecuali proses hydrometallurgy) serta
untuk memenuhi keinginan konsumen.
Proses komunikasi didasarkan pada gaya yang digunakan untuk mengahancurkan
material. Ada tiga buah gaya yang digunakan pada proses komunikasi, diantaranya
kompesi, impact dan abrasi. Berikut tabel gaya pada komunikasi:
UMPAN
GAYA KETERANGAN SIFAT UKURAN
Energi yang digunakan hanya
Kompresi keras 1 cm – 1 m
sebagian lokasi
Energi yang digunakan berlebihan,
Impact keras 1m
bekerja pada seleruh bagian
Bekerja hanya pada daerah sempit
Abrasi Lunak-keras 1m–2m
(permukaan atau terlokalisasi)

GAYA ALAT PRODUK SIFAT METODE


 Jaw  Sedang Pembebanan Bijih
 Roll  Ukuran lambat diletakan
Kompresi
 Gratory sangat antara 2 buah
sempit benda
 Hammer  Sedang Pembebanan Bijih
mill  Ukuran cepat dipukul,
Impact  Impactor sangat dibanting
lebar oleh benda
keras
 Ball mill  Sangat Pembebanan Bijih terkikis
Abrasi/  Rod mill halus lambat karena
atrition digesek pada
permukaan

Pada proses komunikasi dikenal suatu istilah penting yang disebut dengan
reduction ratio. Reduction ratio adalah nilai rasio ukuran awal terhadap ukuran
produk dan berpengaruh pada kapasitas produksi dan energi produksi suatu operasi.

A. Pengertian Crushing
Crushing adalah salah satu proses komunikasi yang bertujuan untuk
mereduksi ukuran bijih dengan cara dihancurkan. Crusher adalah alat
pemecah batuan yang banyak digunakan oleh perusahaan tambang untuk
memecahkan batuan-batuan alam dari ukuran besar menjadi kecil. Proses
crusher dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Primary Crusher
Merupakan tahap pengahancuran yang pertama, diman umpan berupa
bongkah-bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi dan produkta
berukuran 4 inchi.
Beberapa alat untuk primary crushing antara lain:

1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing
jaw) dan yang lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan
porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam, yaitu:
a. Blake jaw crusher, dengan prors diatas
b. Dodge jaw crusher, dengan poros dibawah

2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini
berputar dan bergoyang sehingga proses penghancuran berjalan
terus memnerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan jaw crusher
yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu
swing jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material
yang tidak mengalami penggerusan.

Macam-macam gyratory crusher:


a. Suspended Spindel Gyratory Crusher
b. Pararell Pinch Crusher
Prbedaan utama jenis ini dari suspended spindle,terletak pada
gerakan crushing headnya. Gerakan crushing head pada pararell
pinch menghasilkan gerakan berputar yang dapat menghancurkan
umpan sepanjang daerah permukaan crushing head.
3. Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primary crushing,
dimana umpan berukuran lebih kecil dari 6 inchi produkta
berukuran 0,5 inchi.
Beberapa alat untuk secondary crushing antara lain:
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyrotary Crusher (kecil)
3. Cone Crsuher
Alat ini merupakan secondary crusher yang lebih ekonomis.
Cone crusher hamper sama dengan gyratory crusher,
perbedaannya terletak pada:
a. Crushing surface terluar berkerja sedemikian rupa sehingga
luas lubang pengeluaran dapat bertambah
b. Crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat
sehingga material yang tidak dapat dihancurkan dapat
dikeluarkan
Macam-macam cone crusher:
a. Simon Cone Crusher
Alat ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
 Standar crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan
yang berukuran kasar
 Short head crusher type, yaitu untuk mereduksi
umpan berukuran halus
b. Telsmith Gyrasphere Crusher
Crushing head alat ini berbentuk bulat (sphere) yang terbuat
dari baja dengan cutter shell bergerak naik turun

4. Hammer Mill
Alat ini dipakai dalam secondaru crusher untuk memperkecil
produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang
diperbolehkan adalah kurang dari satu inchi. Alat ini merupakan
satu-satunya alat yang berbeda cara pengahncurannya
dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer
mill proses penghancuran menggunakan shearing stress,
sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan
compressive stress.

5. Roll crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing
dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya
satu saja yang berputar dan yang lainnya diam, tapi karena
adanya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya
maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing
silinder tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada
diatas roll akan terjepit dan hancur. Bentuk dari roll crusher ada
dua macam yaitu:
a. Rigid roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas,
sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll
yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang keduanya
berputar.
b. Spring roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan
porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas
maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material
yang sangat keras sehingga tidak dapat dihancurkan dan
material itu akan jatuh.

B. Pengertian Grinding
Grinding merupakan salah satu proses dalam komunikasi yang bertujuan
untuk memperhalus/mengurangi ukuran partikel bijih mineral.
Dalam proses grinding ini, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
prosesnya yaitu:
a. Mesin harus memiliki kapasitas yang besar agar dapat menampung banyak
bijih mineral
b. Menghasilkan ukuran bijih dengan ukuran tertentu yang diinginkan
c. Hasilnya dapat langsung dikeluarkan dari mesin setelah mencapai ukuran
tertentu
d. Mesin hanya dapat menggiling mineral yang mudah hancur
e. Bahan yang melalui proses grinding harus mempunyai titik beku yang
rendah dan mudah peka dengan panas jenis kalor

2.3. Pengolahan Batubara


Batubara merupakan bahan sedimen organic,padatan alami yang berasal dari
akumulasi tumbuh-tumbuhan yang terjadi pada proses yang basah (moist) sehingga
membentuk material yang disebut dengan gambut (peat) yang termampatkan.
Kemudian terjadi proses pengeringan dan perubahan tekstur serta komposisi yang
disebabkan oleh proses diagenesis karena adanya pergerakan bumi (tectonic activity)
dan pengendapan oleh lapisan yang ada diatasnya (Ward C.R.,1984).
Secara sederhana jika terjadi pemanasan batubara akan mengurai menjadi:
1. Uap air
2. Zat terbang yang terdiri dari:
 Gas yaitu hidrogen CO, CO2 dan hidrokarbon ringan
 Cairan dari hidrokarbon yang lebih berat
 Tar yang terdiri dari senyawa hidrokarbon berat
 Sisa arang (char) berupa padatan karbon
 Abu yang terdiri dari mineral organic
Menurut Ando J. (Edy Sarwani, dkk, 1997) perbedaan sifat batubara disebabkan
adanya perbedaan sumber materialnya, lingkungan sewaktu pengendapannya,
keadaan dan kondisi serta derajat perubahan dalam jenis, jumlah serta distribusi
pengotornya (impuritiesnya). Dipandang dari substansinya, ada pula yang
menyatakan batubara adalah senyawa kimia organic yang kompleks yang terdiri dari
karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta sedikit nitrogen (N) dan belerang (S).
Zat lainnya terdiri dari zat organik (mineral matter) yang tersebar secara terpisah-
pisah diseluruh tubuh batubara. Oleh karena itu batubara yang terbentuk dari sisa-sisa
tumbuhan banyak mengandung cellulose.

2.4. Tujuan Proses Pengolahan


Operasi penambangan batubara biasanya terdapat pengadaan pengolahan
batubara (coal processing plant/CCP) bertujuan untuk mengolah batubara yang sesuai
atas permintaan pasar. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti kualitas
atau mutu cadangan batubara, metode yang digunakan dalam penambangan dan
kualitas dari permintaan pasar. Oleh maka dari itu proses pengolahan batubara
memiliki beberapa proses yaitu:
1. Melakukan pengurangan ukuran (size reduction) melalui penggerusan
(crushing)
2. Melakukan classification melalui proses screening
3. Melakukan proses pencampuran batubara
4. Melakukan penimbunan batubara (stockpiling)
5. Melakukan proses penanganan limbah air

2.5. Desain Pengolahan Batubara


Dalam proses pengolahan batubara dan mengolah hingga menjadi sebuah produk
yang akan dipakai oleh konsumen, rencana pengolahan yang baik dan detail sangat
diperlukan. Dalam proses penambangan terdapat factor-faktor dasar seperti
permintaan atau target pasar pada umumnya, kualitas tambang (raw coal), spesifikasi
produk akhir, ketersediaan lahan untuk pengolahan termasuk penimbunan batubara
(stockpile) dan ketersediaan air disekitar area. Semua factor yang sudah disebutkan
berpengaruh pada jenis, dimensi dan kapasitas mesin yang digunakan dalam
penambangan dan hal itu membutuhkan flowsheet pengolahan yang sesuai dengan
mempehatikan keselamatan kerja.
Pada desain pengolahan batubara tedapat 3 hal yang perlu diperhatikan seperti:
1. Kapasitas Produksi
Dalam hal ini kapasitas produksi harus bias memenuhi atau mencapai target
produksi maksimal dari yang direncanakan

2. Kualitas Produksi
Hasil dari proses pengolahan akan menentukan kualitas produksi dan
memenuhi persyaratan yang di inginkan oleh pasar. Pada setiap pasar
terdapat kualitas batubara yang di inginkan.

3. Prosedur Pengolahan Batubara


Prosedur pengolahan batubara terdapat tahapan proses pengolahan batubara
mulai dari penimbunan batubara mentah di pabrik pengolahan sampai
menghasilkan produk akhir.
BAB III
PENGUMPULAN DATA

3.1.Studi Kasus
Pertambangan batubara di Indonesia telah berlangsung selama 40 tahun lebih
sejak keluarnya UU No.11 tahun 1967 tentang pokok-pokok pertambangan yang
kemudian diganti dengan UU pertambangan Mineral dan Batubara tahun 2009. UU
ini telah menjadi landasan eksploitasi sumber daya mineral dan batubara secar besar-
besaran untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Industri batubara telah berkembang
dengan pesat dalam waktu singkat. Dalam hanya 10 tahun produksi telah berkembang
dari sekitar 3 juta ton menjadi lebih dari 50 juta ton, dan diharapkan dua kali llipat
lagi dalam beberapa tahun mendatang. Sebagai akibatnya industry batubara
menghasilkan manfaat social dan ekonomi yang besar bagi Indonesia seperti
lapangan kerja bagi ribuan masyarakat Indonesia tetrutama didarah yang kurang
berkembang seperti Kalimantan dan Sumatra dan juga akan mendukung program
pemerintah untuk pengentasan kemiskinan. Namun kegiatan tersebu tidak hanya
menguntungkan dari segi social dan ekonomi tapi juga memberikan dampak negatif
terutama kerusakan lingkungan didaerah penghasil tambang.
Didaerah penghasil barang tambang, lingkungan yang sehat dan bersih yang
merupakan hak asasi setiap orang menjadi barang langka. Bahkan daerah penghasil
juga merasakan ketidakadilan seperti kebutuhan energy akan listrik dari batubara
masih kurang pasokannya. Sementara batubara dikirim ke daerah lain utnuk
memenuhi kebutuhan energy terutama untuk pembangkit listrik tenaga uap dijawa.
Disamping itu Negara Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya
dengan mendapatkan devisa sebesar-besarnya dari bahan tambang dan migas maka
tidak ada jalan lain, eksploitasi besar-besaran terutama barang tambang batubara pada
beberapa tahun ini semakin gencar. Hal ini membuat kondisi lingkungan didaerah
penghasil batubara semakin menurun bahkan makin kritis.
Salah satu daerah penghasil batubara adalah kota Samarinda. Kota samarinda
yang terletak didaerah katulistiwa dengan kondisi topografi yang datar dan berbukit
antara 10-200 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 718 km2. Kota
samarinda berbatasan dengan kabupaten kutai kartanegara disebelah barat, timur,
selatan dan utara yang merupakan penghasil batubara terbesar kedua diKalimantan
Timur. Pada dasawarsa tahun 2000-an, perkembangan peningkatan produksi batubara
dikota samarinda semakin menigkat sehingga samarinda dikenal juga dengan sebutan
kota tambang karena hamper 38,814 ha (54%) dari total 71,823 ha luas kota
samarinda merupakan areal tambang batubara. Pertambangan batubara yang sudah
berproduksi dengan rincian 38 KP (kuasa pertambangan) yang mendapat ijin dari
wali kota samarinda dan lima PKP 2B2 (perusahaan pemegang perjanjian karya
perjanjian usaha pertambanagn)dengan ijin pemerintah pusat.
Tindakan pengelolaan pertambangan batubara berkelanjutan yang tepat perlu
dilaksanakan dengan memperhitungkan:
1. Segi keterbatasan jumlah dan kualitas sumber batubara
2. Lokasi pertambangan batubara serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan
masyarakat dan pembanguna daerah
3. Daya dukung lingkungan
4. Dampak lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat akibat usaha
pertambangan batubara

Dari skor keberlanjutannya, untuk dimensi sosial dan lingkungan masih dibawa
skor keberlanjutan untuk dimensi ekonomi diatas skor keberlanjutan. Dilihat
dilapangan memang dapat dikatakan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan
pertambangan batubara sudah sangat mmengkuatirkan walaupun PAD dan ekonomi
masyarakat sekitar tambang ada peningkatan. Namun bila diukur dari Analisis
Prospektifnya dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertambangan batubara lebih
banyak merugikan baik materi maupun non-materi masyarakat Samarinda umumnya
dari kerusakan lingkungan seperti banjir, polusi udara, air dan tanah.
BAB IV
ANALISIS STUDI KASUS

4.1.Analisis dan Pembahasan


Dari hasil analisis degan menggunakan rumus pertumbuhan geometrik, diketahui
antara lain:
1. Rata-rata laju pertumbuhan kebutuhan batubara untuk industri PLTU dari
2010-2016 sebesar 6,74% setiap tahunnya. Dengan tingkat laju pertumbuhan
tersebut, dapat diperkirakan pertumbuhan batubara olelh PLTU pada 2020
sebesar 89,57 juta ton dan pada 2035 dibutuhkan batubara sebesar 238,27
juta ton.
2. Rata-rata laju pertumbuhan kebutuhan batubara untuk industry semen 2010-
2016 sebesar 2,24% setiap tahunnya. Dengan tingkat laju pertumbuhan
tersebut dapat dihitung perkiraan kebutuhan batubara oleh industry semen
pada 2020 sebesar 13,16 juta ton dan pada 2035 dibutuhkan batubara sebesar
18,34 juta ton.
3. Industri briket selama kurun waktu 2010-2016 menggunakan batubara
dengan jumlah yang stabil sebesar 30 ribu ton. Jumlah tersebut tetap selama
kurun waktu tersebut disebabkan hanya diperuntukkan untuk bahan
penelitian dan bukan digunakan untuk industry komersial, sehingga selama
2020-2035 kebutuhan batubara untuk industry briket dianggap sama.

Seluruh hasil analisis berupa perkiraan kebutuhan konsumsi batubara oleh


industri PLTU, semen, metalurgi, pupuk, tekstil, kertas dan briket selama 2020
hingga 2035 diperlukan oleh industri agar tidak terjadi kesenjangan dengan apa
yang diharapkan oleh industri yang akan terjadi dimasa depan serta tidak terjadi
lagi kelangkaan dan kesulitan bagi industri untuk mendapatkan kebutuhan
batubaranya.

4.2.Analisis Perencanaan Kebutuhan Dalam Industri Yang Terkait Dengan Batubara


Selama 2010-2013, jumlah kuota batubara yang diterapkan dalam keputusan
menteri selalu lebih rendah dari kebutuhan batubara oleh industri domestik.
Sebaliknya jumlah batubara yang ditetapkan untuk memasok batubara dalam negeri
selalu lebih besar dari kebutuhannya. Oleh sebab itu, ketika industry pengguna
batubara diserahi penawaran kebutuhan batubaranya dan akan mulai melaksanakan
kegiatan industrinya, maka industry tersebut harus mengambil penawaran tersebut
yang dapat menunjang tujuan industry tersebut serta menentukan cara untuk
mendapatkanny. Selanjutnya, indusri harus menelaah kembali tingkat penawaran
terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan industrinya. Inilah salah satu
perencanaan kebutuhan batubara yang memikirkan kebutuhan industrinya.
Setelah industri yakin terhadap tingkat perencanaan kebutuhan batubaranya
(Iswan 2010), lalu diambil strategi yang tepat unuk penyampaian perencanaan
kebutuhan batubaranya yang meliputi pemilihan cara atau metode, pengolahan
batubara yang tersedia yang digunakan untuk mendukung tingkat perencanaan
kebutuhan batubaranya.
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari tugas besar ini adalah:
1. Pengolahan mineral adalah suatu proses pemisahan antara mineral beraharga
dengan mineral ttak berharga (gangue), dengan menggunakan metode
pemisah secara mekanik (tidak ada perubahan massa dan kimia) untuk
menghasilkan suatu pproduk berharga/bijih dalam bentuk umpan menjadi
konsentrat (mineral berharga) dan tailing (mineral tidak berharga).
2. Gravity concentration adalah proses pemisahan antara mineral berharga dan
mineral tak berharga berdasrakan perbedaan berat jenis atau density.
3. Batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Keberadaannya sangat dikontrol oleh kondisi geologi yang tidak mengenal
batas administrasi, umumnya ditemukan didaerah-daerah terpencil yang
miskin infrastruktur.

5.2.Saran
Adapun saran sebagai berikut:
1. Sumber daya alam batubara semakin berkurang, kondisi ini diperparah lagi
dengan tidak dapatnya diperbaharui, umtuk itu kita harus menghemat
penggunaan peneglolaan batubara.
2. Lakukan pelestarian sumber daya alam dengan tidak terlalu melakukan
eksploitasi sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA

 http://gurumuda.com/b
se/serarc/air+tanah+udara+cahaya+adalah+lingkungan/page/3

 http://www.google.co.id/search?
rlz=1C1CHNY_idlD406&sourceid=chorme&ie=UTF-8&q=BATUBARA

Anda mungkin juga menyukai