Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN BATUAN ANDESIT

MENGGUNAKAN METODE IMAGE ANALYSIS DAN

MODEL KUZ-RAM DI PT SUMBER GUNUNG MAJU

SERANG, BANTEN

I. Latar Belakang

Peledakan merupakan fase kedua dalam siklus operasi tambang setelah

pemboran, dimana peledakan bertujuan untuk memecah batuan berukuran

besar menjadi bongkah - bongkah berukuran lebih kecil sehingga

mempermudah dalam proses pengolahan. Peledakan dilakukan pada batuan

andesit yang memiliki struktur batuan yang kompak dan keras, sehingga

mempermudah pengolahan nya.

Suatu kegiatan peledakan dikatakan berhasil salah satunya jika

menghasilkan ukuran fragmentasi yang seragam. Peledakan batuan yang

optimal akan menghasilkan fragmentasi batuan berukuran kecil dan seragam.

Fragmentasi yang dihasilkan sangat berpengaruh pada proses penggalian dan

pemuatan serta penghancuran material yang telah diledakkan.

Fragmentasi suatu batuan dapat ditentukan dengan beberapa metode, salah

satunya menggunakan metode Image Analysis. Kemajuan teknologi saat ini

membuat analisa fragmentasi hasil peledakan menjadi lebih mudah dan cepat.

Penelitian ini menggunakan Software ImageJ dalam menentukan distribusi

ukuran fragmentasi peledakan batuan andesit, sehingga dengan adanya bantuan

1
software ini dapat mempercepat dan mempermudah penentuan distribusi

sehingga dapat menghemat tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan.

II. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam tujuan ini yaitu :

1. Bagaimana analisa hasil fragmentasi batuan andesit menggunakan

persamaan Kuz-Ram ?

2. Bagaimana analisa hasil fragmentasi batuan andesit menggunakan

Software ImageJ ?

3. Apakah ada perbedaan fragmentasi hasil peledakan menurut kedua

metode diatas ?

III. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya menganalisa dan menghitung distribusi

ukuran hasil fragmentasi hasil peledakan batuan andesit menggunakan

persamaan Kuz-Ram dan Software ImageJ di PT Sumber Gunung Maju ,

Serang, Banten

IV. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan distribusi ukuran menggunakan

Software ImageJ dan menghitung prediksi distribusi ukuran batuan andesit

hasil peledakan menggunakan model Kuz-Ram.

2
V. Manfaat Penelitian

Tugas akhir memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa, bagi pihak

perguruan tinggi dan juga bagi perusahaan yang bersangkutan:

1. Bagi Mahasiswa

Dapat meningkatkan wawasan mahasiswa terhadap kondisi nyata

perusahaan, dan dapat menambah kemampuan, serta keyakinan akan

teori yang diperoleh dari perkuliahan.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Tercipta hubungan yang baik dengan perusahaan tempat mahasiswa

melaksanakan Tugas Akhir mengenai berbagai persoalan yang

muncul untuk kemudian di cari solusi bersama yang lebih baik.

3. Bagi Perusahaan

Adanya masukan bermanfaat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan sesuai dengan hasil

pengamatan yang dilakukan mahasiswa selama melaksanakan Tugas

Akhir.

VI. Tahapan Penelitian

1. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengambil data sekunder yaitu

laporan penelitian terdahulu serta buku buku penunjang yang

bersangkutan.

3
2. Observasi Lapangan

Dilakukan kegiatan pengamatan kegiatan peledakan batuan andesit di

lapangan.

3. Pengambilan Data

Data Primer

Merupakan data yang diambil langsung dari kondisi yang ada di

lapangan. Data primer terdiri atas :

Geometri peledakan aktual

Foto fragmentasi hasil peledakan batuan

Data Sekunder

Merupakan data pendukung yang diambil secara tidak langsung

dan telah dimiliki oleh perusahaan. Data sekunder terdiri atas :

Peta situasi tambang

Data berita acara peledakan

Jumlah bahan peledak yang digunakan

4. Perhitungan dan Pengolahan Data

Data diolah dengan melakukan perhitungan menggunakan persamaan

Kuz-Ram serta penentuan distribusi ukuran fragmentasi secara Image

Analysis menggunakan Software ImageJ

5. Analisis Hasil Pengolahan dan Data

Melakukan analisa terhadap hasil perhitungan dan membandingkan

terhadap hasil distribusi ukuran fragmentasi dari Software ImageJ.

4
6. Kesimpulan dan Saran

Menarik kesimpulan dari hasil yang telah diperoleh,sehingga dapat

memberi saran terhadap penelitian di lapangan.

5
Studi Pustaka

Observasi Lapangan

Pengamatan dan
Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


Geometri peledakan aktual Peta situasi tambang
Foto muckpile fragmentasi Data berita acara peledakan
peledakan Jumlah bahan peledak yang
digunakan

Pembuatan desain geometri peledakan


( R.L Ash )

Kegiatan peledakan
conventional

Perhitungan fragmentasi Kuz Ram


dan Penentuan distribusi ukuran
software ImageJ

TIDAK Ukuran
fragmentasi
< 150 cm

YA
Kesimpulan dan Saran

Gambar 6.1
Diagram Alir Penelitian

6
VII. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dan tugas akhir akan dilaksanakan di PT Sumber Gunung

Maju, Serang, Banten . Terletak pada koordinat 5.960 S, 106.080 E

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB 2010 )


Gambar 7.1 Lokasi Penelitian

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB 2010 )


Gambar 7.2 Lokasi PT Sumber Gunung Maju

7
VIII. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan dari Tugas Akhir ini adalah tanggal 30 Oktober sampai

08 Desember 2017, ( waktu disesuaikan dengan kebijaksanaan Perusahaan)

dengan jadwal sebagai berikut :

Tabel 8.1 Jadwal Rencana Kegiatan

Agustus September November Desember


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan
Proposal
2. Orientasi
Lapangan
3. Pengambilan
Data
4. Analisis Data
5. Penyusunan
Laporan
Penelitian

IX. Studi Pustaka

9.1 Fragmentasi

Peran utama suatu peledakan yaitu untuk memecah batuan menjadi fragmen yang

memudahkan proses pengolahan selanjutnya. Sifat dari massa batuan dan proses

fragmentasi yang terlibat dalam peledakan mengakibatkan ukuran fragmen yang

beragam. Ukuran fragmentasi yang diharapkan adalah fragmentasi yang tidak

melebihi ukuran > 150 cm sebanyak 5% dari total peledakan.

Fragmentasi batuan yang memiliki fragmen besar atau yang biasa disebut

dengan oversized merupakan masalah besar dalam suatu peledakan karena

8
membutuhkan penanganan yang lama sehingga dibutuhkan secondary blasting

untuk memudahkan dalam mengangkut material tersebut.

Fragmentasi suatu batuan dipengaruhi oleh pelepasan energi dari massa

batuan dan penggunaan jumlah isian bahan peledak yang tepat. Bahan peledak

harus ditempatkan pada geometri peledakan yang benar karena akan berdampak

terhadap pelepasan energi.

Beberapa ketentuan umum tentang hubungan fragmentasi dengan lubang

ledak:

1. Ukuran lubang ledak yang besar akan menghasilkan bongkahan

fragmentasi, oleh sebab itu harus dikurangi dengan menggunakan

bahan peledak yang lebih kuat.

2. Perlu diperhatikan bahwa dengan menambah bahan peledak akan

menghasilkan lemparan yang jauh.

3. Pada batuan dengan intensitas retakan tinggi dan jumlah bahan

peledak sedikit dikombinasikan dengan jarak spasi pendek akan

menghasilkan fragmentasi kecil.

Telah banyak penelitian penelitian yang dilakukan di seluruh dunia dengan

metode dan alat yang berbeda untuk mengukur hasil fragmentasi batuan, antara

lain :

1. Sieving or Screening,

2. Oversize Boulder count method,

3. Explosive consumtion in secondary blasting method,

4. Shovel loading rate method,

9
5. Bridging delays the crusher methods,

6. Visual analysis method,

7. Photographic or manual analysis method,

8. Conventional and high speed photogrammetric method,

9. High speed photography or image analysis method.

Unsur penting yang perlu dalam menghitung fragmentasi adalah

pengembangan metode praktis untuk menentukan tingkat fragmentasi. Penentuan

fragmentasi batuan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Metode langsung meliputi analisa ayakan dan menghitung ukuran bongkah secara

langsung. Metode yang paling akurat yaitu dengan menyaring langsung material

bongkahan hasil peledakan, meskipun hal ini dapat dilakukan pada jumlah material

yang kecil dan memiliki tujuan khusus karena membutuhkan waktu yang lama.

Sedangkan untuk metode secara tidak langsung terdiri atas :

1. Metode photography

2. Parameter yang dapat dihubungkan dengan derajat fragmentasi.

Dalam menerapkan metode photography dapat mengikuti langkah langkah

berikut :

1. Foto diambil menggunakan kamera 35mm dengan format kamera atau

video kamera.

2. Hasil foto dijadikan bentuk digital. Metode photography akan

mendigitalkan dengan program olah gambar otomatis. Pemindai akan

memindai gambar dan mengubahnya menjadi output dalam bentuk

koordinat X dan Y dan memberikan nilai yang sesuai dengan

10
bayangan nya pada skala abu abu. Hasil pemindaian ini akan

tersimpan pad memori dan mudah diakses untuk evaluasi berikutnya.

3. Pada teknik komputer, software akan meningkatkan fragmentasi dan

mendeteksi pinggiran nya, lalu titik yang ada akan terhubung menjadi

poligon tertutup.

4. Setelah ukuran fragmentasi diperjelas, maka ukuran fragmentasi dapat

ditentukan.

5. Ukuran fragmentasi dihubungkan dengan ayakan terkecil yang lolos

ayak.

6. Pada tahap akhir, ukuran distribusi fragmentasi dapat dihitung.

Terdapat empat metode dalam menentukan ukuran fragmentasi hasil peledakan :

1. Pengayakan ( Sieving )

Metode ini menggunakan ayakan dengan ukuran saringan berbeda

untuk mengetahui persentase lolos fragmentasi batuan hasil

peledakan.

2. Boulder Counting ( Production Statistic )

Metode ini mengukur hasil peledakan melalui proses

berikutnya,seperti kendala dalam proses pengolahan dengan

pengamatan Digging rate, secondary breakage dan Produktivitas

crusher.

3. Image Analysis ( Photographic )

Metode ini menggunakan perangkat lunak ( software ) dalam

melakukan analisis fragmentasi.

11
4. Manual ( Measurement )

Dilakukan pengamatan dan pengukuran secara manual di lapangan,

dalam satuan luas yang dianggap mewakili dan representatif.

9.2 Model Fragmentasi Kuz-Ram

Sangat penting mengetahui fragmentasi hasil peledakan secara teoritis

sebelum peledakan dilakukan. Peramalan fragmentasi dengan memperhitungkan

faktor geologi disamping beberapa parameter peledakan lain biasanya dilakukan

dengan cara Kuz-Ram. Cara ini terdiri dari dua persamaan, yaitu:

1. Persamaan Kuznetsov untuk mencari ukuran rata-rata dari hasil peledakan

dalam cm

0 0,8
= ( ) 0,167

Keterangan,:

X = Ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)

A = Faktor batuan

1 untuk batuan sangat lemah

7 untuk batuan medium

10 untuk batuan keras dengan banyak joint

13 untuk batuan keras dengan sedikit joint

Vo = Volume batuan dalam m3 per lubang ledak

(burden x spacing x tinggi bench)

Q = Massa bahan peledak TNT

12
2. Persamaan Rosin-Ramler untuk mencari material yang tertahan pada

saringan.


( )
=


= 1
(0,693)

B
= (2,2 14 ) (1 ) [1 + ( 1)/2] /
d

Keterangan :

R = Perbandingan material yang tertahan pada saringan

X = Ukuran saringan

Xc = Karakteristik dari ukuran batuan

n = index keseragaman

B = burden

d = Diameter lubang tembak (mm)

W = standart deviasi dari kedalaman lubang bor (m)

A = spacing / burden

L = panjang charge di atas level (m)

H = tinggi bench (m)

Persamaan diatas merupakan untuk bahan peledak TNT. Untuk itu,

Cunningham memodifikasi persamaan tersebut untuk memenuhi penggunaan

ANFO sebagai bahan peledak, sehingga persamaan persamaan Kuznetsov untuk

13
mencari ukuran rata-rata dari hasil peledakan menggunakan ANFO dalam cm

tersebut menjadi :

0,8 0,63
= ( ) 0,17 ( )
115

Dimana E pada persamaan ini merupakan Relative Weight Strength ( RWS ) dari

bahan peledak ( ANFO = 100 ).

9.3 Peledakan

Peledakan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memecah,

menghancurkan dan membongkar massa batuan dari batuan induknya. Peledakan

dilakukan pada batuan yang memiliki sifat relatif keras dan kompak serta susah

untuk diberai secara manual. Suatu kegiatan peledakan dikatakan berhasil atau

optimal jika memenuhi hal berikut :

1. Terpenuhinya target produksi,

2. Penggunaan bahan peledak yang effisien,

3. Ukuran fragmentasi yang kecil dan seragam,

4. Dinding batuan yang relatif dan stabil,

5. Tidak menimbulkan dampak lingkungan.

Konsep yang dipakai adalah konsep pemecahan dan reaksireaksi mekanik

dalam batuan homogen. Sifat mekanis dalam batuan yang homogen akan berbeda

dari batuan yang mempunyai rekahanrekahan heterogen seperti yang dijumpai

dalam pekerjaan peledakan. Proses pecahnya batuan akibat dari peledakan dibagi

dalam tiga proses yaitu: (a) dynamic loading,(b) quasi-static loading, dan (c) release

of loading.

14
Proses Pemecahan Tahap I ( Dynamic Loading )

Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi menghancurkan batuan di

daerah sekitar lubang ledak. Gelombang kejut yang mengakibatkan lubang ledak

merambat dengan kecepatan 9000 17000 ft/det akan mengakibatkan tegangan

tangensial, yang menimbulkan rekahan yang menjalar dari daerah lubang ledak.

Rekahan pertama menjalar terjadi dalam waktu 1 - 2 ms. Pada tahap ini terjadi

penghancuran batuan disekitar lubang tembak dan energi ledakan diteruskan ke

segala arah.

Proses Pemecahan Tahap II ( Quasi Static Loading )

Tekanan sehubungan dengan gelombang kejut yang meninggalkan lubang

ledak pada proses pemecahan tingkat I adalah positif. Apabila mencapai bidang

bebas akan dipantulkan, tekanan akan turun dengan cepat, kemudian berubah

menjadi negatif dan timbul gelombang tarik.

Gelombang tarik ini merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena itu

batuan lebih kecil ketahanannya terhadap tarikan dari pada tekanan, maka akan

terjadinya rekahan-rekahan primer yang disebabkan karena tegangan tarik dari

gelombang yang dipantulkan. Apabila tegangan renggang cukup kuat, akan

menyebabkan slambing atau spalling pada bidang bebas.

Dalam proses pemecahan tingkat I dan II, fungsi dari gelombang kejut adalah

menyiapkan batuan dengan sejumlah rekahan-rekahan kecil. Secara teoritis energi

gelombang kejut jumlahnya berkisar antara 5 15 % dari energi total bahan

peledak. Jadi gelombang kejut menyediakan kesiapan dasar untuk proses

15
pemecahan tingkat akhir. Pada tahap ini energi ledakan yang bergerak sampai

bidang bebas menghancurkan batuan pada dinding jenjang tersebut.

Proses Pemecahan Tahap III ( Release of Loading )

Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan

maka rekahan radial primer (Tingkat II) akan diperlebar secara cepat oleh

kombinasi efek dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial dan pembagian

(pneumetic wedging).

Apabila massa batuan didepan lubang ledak gagal dalam mempertahankan

posisinya bergerak kedepan maka tegangan tekan tinggi yang berada dalam batuan

akan dilepaskan.Efek dari terlepasnya batuan adalah menyebabkan tegangan tarik

tinggi dalam massa batuan yang akan melanjutkan pemecahan hasil yang telah

terjadi pada proses pemecahan tingkat II. Rekahan hasil dalam pemecahan tingkat

II menyebabkan bidang-bidang lemah untuk memulai reaksi-reaksi fragmentasi

utama pada proses peledakan. Pada tahapan terakhir ini energi yang dipantulkan

oleh bidang bebas pada tahap sebelumnya akan mengahancurkan batuan dengan

lebih sempurna.

16
Sumber: Surface Blast Design CJ Konya 1990
Gambar 9.1 Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan

Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu petunjuk yang

sangat penting dalam menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana

material yang memiliki ukuran seragam lebih diharapkan daripada material yang

banyak berukuran bongkah. Tingkat fragmentasi yang kecil akan menambah

produktivitas, mengurangi keausan dan kerusakan peralatan sehingga menurunkan

biaya pemuatan, pengangkutan dan proses berikutnya, dalam beberapa pekerjaan

juga akan mengurangi secondary blasting. Beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap fragmentasi hasil peledakan adalah :

1. Karakteristik massa batuan

Pada suatu proses peledakan densitas dan kekuatan (strength) dari batuan

mempunyai hubungan yang cukup erat. Secara umum batuan yang

mempunyai densitas yang rendah dapat lebih mudah dihancurkan dengan

17
faktor energi yang lebih rendah, sedangkan batuan yang mempunyai

densitas yang lebih tinggi memerlukan energi yang lebih tinggi untuk

mendapatkan hasil fragmentasi yang memuaskan.

2. Struktur geologi batuan

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan suatu

operasi peledakan adalah struktur geologi. Adanya ketidakmenerusan

dalam sifat batuan akan mempengaruhi perambatan gelombang energi

dalam batuan. Jika perambatan energi melalui bidang perlapisan, maka

sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi akan dibiaskan

dan diteruskan, karena adanya sebagian gelombang yang dipantulkan

maka kekuatan energi peledakan akan berkurang.

3. Air tanah

Kondisi air tanah sangat mempengaruhi proses peledakan, adanya air

menyebabkan bahan peledak harus mengubah air disekitarnya menjadi uap

air selama proses detonasi. Jika kandungan air tanah pada suatu daerah

blok peledakan sangat tinggi, bahan peledak (ANFO) kemungkinan tidak

akan meledak atau rusak dan akan terjadi misfire. Untuk mengatasi hal ini

bahan peledak perlu dibungkus dengan bahan yang tahan air sebelum

dimasukkan ke lubang ledak atau jika lubang ledak sudah terisi air maka

air dikeluarkan dengan udara bertekanan tinggi dari kompresor.

18
4. Kemiringan lubang ledak

Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak

dan lubang ledak miring. Rancangan peledakan yang menerapkan lubang

ledak tegak, maka gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang bebas

lebih sempit, sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada

lantai jenjang bagian bawah, hal ini dapat menyebabkan timbulnya

tonjolan pada lantai jenjang. Sedangkan pada peledakan dengan lubang

ledak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga

akan mempermudah proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang

tekan pada lantai jenjang menjadi lebih kecil.

5. Pola Pemboran

Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan

menempatkan lubang-lubang bor secara sistematis. Berdasarkan letak

lubang bor maka pola pemboran pada umumnya dibedakan menjadi dua

macam, yaitu pola pemboran sejajar (paralel pattern) dan pola pemboran

selang-seling (staggered pattern).

Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah diterapkan

dilapangan, tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam,

sedangkan pola pemboran selang-seling lebih sulit penanganannya di

lapangan namun fragmentasi batuannya lebih baik dan seragam, hal ini

disebabkan karena distribusi energi peledakan yang dihasilkan lebih

optimal bekerja dalam batuan.

19
6. Geometri peledakan

Geometri peledakan sangat berpengaruh dalam mengontrol hasil ledakan.

Geometri peledakan yang baik akan menghasilkan fragmentasi batuan

yang sesuai dengan ukuran alat peremuk,tanpa adanya bongkahan,kondisi

lereng yang lebih stabil,serta keamanan alat alat mekanis dan

keselamatan para pekerja tambang. Ada beberapa metode yang digunakan

dalam menentukan suatu geometri peledakan,antara lain :

Geometri Peledakan Menurut R.L Ash

Menurut R.Lash terdapat beberapa parameter dalam menentukan

geometri peledakan,yaitu :

1. Burden ( B )

Burden merupakan jarak dari lubang ledak terluar menuju free face.

Perhitungan burden berdasarkan diameter lubang ledak ( De )

dengan mempertimbangkan konstanta burden ( Kb ). Konstanta

burden dapat berubah ubah sesuai dengan kondisi batuan serta

bahan peledak yang digunakan,apabila peledakan dilakukan pada

kondisi batuan standar ( densitas 160 lb/cuft ) serta menggunakan

peledak standar ( SG 1,2 dan VOD 12000 fps ) maka Kb standar nya

adalah 30. Apabila batuan dan peledak tidak standart maka perlu

memperhitungkan AF1 dan AF2 menggunakan rumus :

1
3
1 = ( )

1
3
2 = ( )

20
= 1 2

Sehingga perhitungan burden dilakukan menggunakan rumus :

Kb De ( In )
B=
12

2. Spasi ( S )

Spasi merupakan jarak antar lubang ledak pada baris yang sama dan

arahnya sejajar dengan bidang bebas,spasi didapatkan dengan

melihat konstanta spasi (Ks).

S = Ks B

Ks bernilai 1 2

3. Stemming ( T )

Stemming merupakan panjang isian bahan peledak yang tidak diiisi

oleh bahan peledak tetapi diisi oleh material penutup ( cutting ) dari

hasil pemboran maupun tanah lainnya yang fungsinya adalah

meningkatkan tekanan dari gas hasil peledakan agar energi yang

terlepas tidak terbuang sia sia sehingga peledakan dapat

optimal,serta untuk mengontrol kemungkinan flying rock dan

airblast. Stemming dihitung menggunakan persamaan :

T = Kt B

Kt bernilai 0,7 1

21
4. Subdrilling ( J )

Subdrill merupakan tambahan panjang dari keseluruhan lubang

ledak pada bagian bawah lantai jenjang yang bertujuan untuk

meratakan jenjang bagian bawah hasil peledakan. Subdrill dihitung

menggunakan rumus :
J = Kj B

Kj bernilai antara 0,2 0,4

5. Tinggi jenjang ( H )

Tinggi jenjang adalah tinggi jenjang keseluruhan yang dibentuk

dengan menambahkan panjang kolom stemming ( T ) dan panjang

kolom isian bahan peledak ( PC ). Tinggi jenjang dihitung

menggunakan rumus :

Kh bernilai antara 1,5 4

6. Panjang Kolom Isian ( PC )

Panjang kolom isian adalah panjang kolom dari lubang ledak yang

terisi oleh bahan peledak, dihitung dengan cara pengurangan dari

tinggi jenjang dengan panjang stemming menggunakan rumus :

PC = H T

22
Geometri Peledakan Menurut C.J Konya

Menurut C.J Konya geometri peledakan diperoleh menggunakan

rumus sebagai berikut :

1. Burden ( B )

Burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak,jenis batuan dan

jenis bahan peledak yang dapat dirumuskan dengan :

3
= 3.15

Keterangan :

B = Burden ( ft )

De = Diameter lubang ledak ( in )

= Densitas bahan peledak

= Densitas batuan

2. Spasi ( S )

Spasi ditentukan berdasarkan sistem delay yang direncanakan

sebagai berikut :

Serentak tiap baris lubang ledak


+2
H < 4B, maka = 3

H > 4B,maka = 2

Beruntun dalam tiap baris lubang ledak


+7
H < 4B,maka = 8

H > 4B,maka = 1.4

23
Keterangan : H merupakan tinggi jenjang

3. Stemming ( T )

Penentuan stemming menggunakan rumus berikut :

= 0.7

4. Subdrilling ( J )

Penentuan subdrilling menggunakan rumus sebagai berikut :

= 0.3

5. Tinggi Jenjang ( H )

Perhitungan tinggi jenjang atau kedalaman lubang ledak

menggunakan rumus sebagai berikut :

= +

6. Panjang Kolom Isian ( PC )

Perhitungan panjang kolom isian bahan peledak menggunakan

rumus sebagai berikut :

7. Priming ( penyalaan awal )

Hal yang penting mengenai penyalaan awal adalah letak primer


dalam kolom bahan peledak. Umumnya primer pada atau dekat level
(bootom priming). Bootom priming mempunyai keuntungan :

24
Memperbaiki fragmentasi

Mengurangi masalah toe, lantai lebih baik, muka yang lebih

bersih

Mengurangi suara, ledakan udara, batu terbang dan overbreak

pada permukaan

Lebih sedikit terjadi cut off dan gagal ledak.

8. Bidang bebas

Perpindahan kedepan material yang diledakkan dapat terjadi dengan

mudah jika mempunyai bidang bebas yang cukup. Pergerakan massa

batuan adalah perlu untuk memungkinkan terjadinya propagasi

retakan. Dengan bertambahnya pergerakan ini akan membantu

propagasi retakan dan memperbaiki fragmentasi.

9.4 Image Analysis Photography

Image-J adalah software gratis untuk pengolahan gambar digital berbasis Java

yang dibuat oleh Peneliti di Research Services Branch, National Institute of Mental

Health, Bethesda, Maryland, USA. Penggunaan Image-J dalam analisis gambar

digital telah digunakan secara luas dalam bidang kesehatan dan biologi. Namun

bukan hanya dibidang kedokteran, sekarang aplikasi ImageJ juga dapat digunakan

untuk berbagai keperluan tertentu seperti pertambangan untuk menentukan

besarnya diameter ukuran batuan hasil peledakan yang difoto menggunakan kamera

kemudian dianalisis menggunakan fungsi plugin diameter.

Software ImageJ merupakan sebuah software yang berfungsi untuk

menganalisa ukuran fragmen batuan melalui ukuran digital. ImageJ menyediakan

25
alternatif ekonomis dalam melakukan manual sampling dan pengayakan yang

diperoleh melalui photo lapangan. Photo diperoleh langsung dari lapangan setelah

adanya kegiatan peledakan. Penggunaan software ini juga menghemat dari segi

tenaga kerja dan waktu sehingga perolehan data dapat diolah dan diproses langsung

dengan hasil yang akurat. Software ini akan membantu menganalisis gambar

fragmen batuan hasil peledakan batuan andesit yang akan ditampilkan berupa

distribusi ukuran diameter dari masing masing batuan.

Software ini dijalankan oleh engineer tambang atau teknisi terkait di lokasi

tambang dengan mengmbil input data berupa photo fragmentasi hasil peledakan

batuan . Sistem image analysis ini membutuhkan komputer dan software imageJ

untuk melakukan analisa pengukuran,sedangkan untuk data input berupa kamera

digital yang hasilnya akan diolah menggunakan software tersebut.

Dalam mengambil gambar fragmentasi hasil peledakan digunakan beberapa

peralatan seperti alat bantu ukur dan kamera baik kamera digital maupun kamera

handphone. Disarankan menggunakan kamera dengan resolusi tinggi sehingga

gambar yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus.

Hasil photo yang diperoleh lalu dilakukan analisa , dimana sebelumnya alat

bantu ukur yang digunakan sebagai pembanding harus diketahui ukuran nya.

Disarankan menggunakan pembanding yang memiliki ukuran yang pasti. Teknik

pengambilan gambar yang dilakukan dengan mengambil foto pada jarak lebih

kurang 1 meter dari bagian atas batuan dan alat pembanding diletakkan tidak jauh

dari tumpuk batuan, apabila pengambilan gambar dilakukan dari jarak jauh maka

gambar yang dihasilkan akan tidak fokus.

26
Pengambilan gambar dilakukan dalam tiga tahap yang dilakukan dengan

membagi muckpile menjadi tiga bagian, yang terdiri bagian depan muckpile, bagia

tengah muckpile dan bagian belakang muckpile yang bertujuan agar pengambilan

foto dapat merata dan dapat mewakili hasil fragmentasi muckpile dari suatu lokasi

penelitian. Pengambilan foto ini membutuhkan intensitas cahaya yang cukup agar

foto yang dihasilkan tidak menjadi bias. Selain itu dalam pengambilan foto kamera

harus diposisikan normal di permukaan sample untuk menghindari kesalahan

perspektif memiliki blok lebih dekat terlihat lebih besar dari pada yang lebih jauh.

Ukuran fragmen di permukaan belum mewakili ukuran keseluruhan

fragmentasi muckpile. Terdapat tiga hal yang menjadi sumber eror dalam proses

pengambilan gambar :

1. Sampling error

Bias dari proses pengambilan gambar menjadi potensi besar dalam

sumber eror, dimana hasil gambar akan terfokus pada blok tertentu

pada muckpile saja sedangkan ada blok lain yang menunjukkan

ukuran batuan kecil tidak dapat terlihat dengan jelas.

2. Delinasi fragmen yang buruk

Ketika pengerjaan, delinasi fragmen pun tidak luput dari sumber eror.

Delinasi muncul dari tiga kombinasi sumber kesalahan yaitu : gambar

hasil kamera yang buruk, batu yang tidak beraturan, dan delinasi

fragmen yang ditunjukkan dalam dua cara yaitu sekelompok fragmen

yang berukuran besar dianggap satu kelompok atau satu blok dan

fragmen tunggal yang dibagi satu kelompok atau satu blok.

27
3. Missing fines

Distribusi ukuran frgamen yang berukuran sangat kecil tidak dapat

didelinasi pada gambar, baik disebabkan karena ukuran fragmen yang

terlalu kecil sehingga sulit diselesaikan maupun fragmen yang

berbeda tepat dibelakang fragmen yang berukuran lebih besar yang

membuat fragmen berukuran kecil tertutup. Hal ini menjelaskan

bahwa terdapat bias dalam menghitung hasil distribusi ukuran

fragmen. Walaupun hasil distribusi ukuran relatif mendekati batas,

namun tetap saja faktor diatas berpengaruh dalam perhitungan hasil

distribusi ukuran.

Berikut langkah langkah menggunakan software imageJ untuk

mengkalibrasi skala spasial pada photo fragmentasi batuan hasil peledakan :

1. Buka aplikasi software ImageJ

Gambar 9.4.1
Tampilan software ImageJ

28
2. Pilih gambar yang ingin dihitung besarnya fragmentasi dengan

memilih FILE lalu Open pilih gambar lalu OK

Gambar 9.4.2
Input foto muckpile

3. Setelah itu pilih Magnifying Glass klik kiri pada gambar untuk

memperbesar gambar. Kemudian pilih Straight untuk memberi

skala pada gambar misal 2 cm. Kemudian kecilkan lagi gambar

dengan klik kanan.

29
Gambar 9.4.3
Pembuatan skala pembanding

4. Pilih ANALYZE lalu Set Scale lalu atur known distance : 2 dan

unit of lenght : cm, jangan lupa global : ceklis.

Note : Global akan membuat pengaturan skala akan sama setiap

menjalankan aplikasi

Gambar 9.4.4
Pengaturan ukuran skala pembanding

30
Gambar 9.4.5
Isian data skala pembanding

5. Setelah itu, hasil akan secara otomatis didapatkan. SELESAI

Gambar 9.4.6
Hasil kalibrasi skala spasial

31
Spesifikasi untuk software ImageJ ini, DiameterJ telah divalidasi dengan lebih dari

130 gambar digital yang dibuat di silico dan dengan pemindaian mikroskop

elektron dari kabel referensi dengan diameter yang diketahui.

- Serat yang lebih kecil dari 10px atau lebih besar dari 10% dari dimensi

terkecil gambar menghasilkan kesalahan 10% atau lebih besar.

- Untuk saat ini DiameterJ hanya menganalisa .tif, jpeg, png, .bmp, dan .gif

files

- Serat harus berdiameter kurang dari 512px untuk dianalisis

X. Penutup

Demikian proposal Tugas Akhir ini saya susun dengan judul ANALISIS

FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN BATUAN ANDESIT

MENGGUNAKAN METODE IMAGE ANALYSIS DAN MODEL KUZ-RAM DI

PT SUMBER GUNUNG MAJU, SERANG, BANTEN mohon agar menjadi

bahan penjelasan dan pertimbangan bagi semua pihak. Oleh karena itu, saya

berharap bantuan dari semua pihak agar dapat diberikan kesempatan untuk

melaksanakan Tugas Akhir ini. Atas perhatian dan bantuan nya,saya ucapkan

terima kasih.

Jakarta,09 Oktober 2017

Hasucita Tausi
( 073001400045)
085274338017
hasucitatausi@gmail.com

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2004 . Modul Pendidikan dan Pelatihan Juru Ledak Penambangan Bahan

Galian . Bandung : Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara

Ash,R. L . 1990 . Design of Blasting Round,in Surface Mining 2nd Ed., by Kennedy

( editor ), Society for Mining,Metarlugy And Exploration Inc,.

Colorado. USA

Hazmelia,Bella . 2017 . Perbandingan Metode Pendekatan Prediksi Kuz Ram

Model Dengan Digital Image Analysis Terhadap Ukuran Fragmnetasi

Hasil Peledakan . Skripsi . Fakultas Teknik,Universitas Syiah Kuala

Darussalam Banda Aceh

Helmy . 2017 . Analisa Perbandingan Peledakan Menggunakan Metode

Conventional dan Air Deck Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk,

Citeureup,Jawa Barat . Skripsi . Jurusan Teknik

Pertambangan,Universitas Trisakti

Hustrullid, William A . ( William Andrew ) . 1999 . Blasting Principles for Open

Pit . A.A Balkema,Rotterdam

Jimeno, Carlos Lopez . 1995 . Drilling and Blasting of Rocks . A.A

Balkema,Rotterdam

Konya, Calvin J , Edward J. Walker . 1990. Surface Blast Design . The United

States of America

Kurniawan,M Yudha . 2016 . Perbandingan Fragmentasi Peledakan Dengan

Menggunakan Metode Manual dan Image Analysis Di PT Semen

34
Padang ( Persero ) Tbk Bukit Karang putih, Indarung , Sumatera Barat

. Skripsi . Fakultas Teknik,Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda

Aceh

Pratama,Iqbal Januari . 2016 . Analisis Fragmentasi Menggunakan Image Analysis

Photography dan Model Kuz-Ram Terhadap Batuan Hasil Peledakan di

PT Holcim Indonesia,Narogong,Jawa Barat . Skripsi . Fakultas

Teknik,Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

Rizki,Titah Yaumil . 2017 . Evaluasi Desain Peledakan Jenjang Untuk

Mendapatkan Fragmentasi dan Biaya Yang Optimal Dengan Teknik

Digital Image Processing Dan Kuz Ram Model . Skripsi . Fakultas

Teknik,Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh

Scott,A dkk . 1996 . Open Pit Blast Design Analysis and Optimisation . Australia

:The University of Queensland

Shiddiqui, F. I, dkk . 2009 . Measurement of Size Distribution of Blasted Rock

Using Digital Image Processing . JKAU: Eng. Sci., Vol. 20 No. 2, pp:

81-93(2009A.D./1430A.H.).

Diakses dari www.kau.edu.sa/Files/320/Researches/54695_25011.pdf

Subagjo,Evan Anindita . 2015 . Kajian Teknis Geometri Peledakan Lapisan Tanah

Penutup dan Fragmentasi Hasil Peledakan PT Pamapersada Nusantara

Site Baramarta Rantau Kalimantan Selatan . Skripsi . Jurusan Teknik

Pertambangan,Universitas Trisakti

35

Anda mungkin juga menyukai