DI SUSUN OLEH
LUCKY TANIA
073001300066
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
KAJIAN TEKNIS PENGARUH APLIKASI BOTTOM
DECKING UNTUK MENGATASI LUBANG LEDAK BERISI
AIR MENGGUNAKAN GAS BAG TERHADAP
FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN DI PT. SEMEN
PADANG, INDARUNG, SUMATERA BARAT
I. LATAR BELAKANG
PT. Semen Padang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bisnis produksi semen di Indonesia. PT. Semen Padang mendistribusikan semen
hasil produksinya ke dalam dan luar negeri. Dalam memenuhi kebutuhan
terhadap bahan baku pembuatan semen, PT. Semen Padang melakukan kegiatan
penambagan sendiri, terutama terhadap batu gamping. Penambangan batu
gamping tersebut dilakukan dengan metode tambang terbuka secara Quarry.
Kegiatan penambangan batu gamping dilaksanakan dengan tahap: penggaruan,
pemboran dan peledakan, pemuatan, dan pengangkutan.
Dengan tingginya laju produksi, PT. Semen Padang harus mampu melakukan
inovasi agar seluruh tahapan berjalan secara optimal. Salah satu caranya yaitu
melakukan kegiatan penambangan batu gamping yang efektif dan efisien.
Berbagai inovasi metode dapat dilakukan, khususnya pada tahap pemboran dan
peledakan.
1
Pada proses pemboran dan peledakan sendiri harus direncanakan secara
matang. Keberhasilan kegiatan peledakan dapat dilihat dari fragmentasi hasil
peledakannya, digging time dan besaran nilai powder factor (PF). Seiring dengan
perkembangan teknologi, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengefisiensi penggunaan bahan peledak yaitu dengan penambahan kedalaman
stemming, penambahan spacing dan burden atau dengan penambahan air decking
pada lubang ledak.
Gas bag merupakan salah satu inovasi dalam kemajuan teknologi di bidang
peledakan yang terbuat dari plastik lentur berbentuk bola, berfungsi untuk
membuat rongga udara (air deck) pada lubang ledak guna menciptakan kurungan
energi dan mengurangi rongga pengeluaran gas secara vertikal. Dengan adanya
rongga udara pada lubang ledak, secara langsung berdampak pada pengurangan
bahan peledak dan besaran nilai powder factor sehingga biaya operasional
peledakan pun akan berkurang.
2
III. TUJUAN PENELITIAN
V. METODE PENELITIAN
Agar penelitian ini berlangsung sesuai dengan sistematika yang baik dan
benar maka adapun metode-metode yang dilaksanakan pada penelitian ini :
1) Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan tahap peneliti untu mencari referensi dari buku,
data perusahaan, internet, maupun media lainnya berkaitan dengan perumusan
masalah yang ada. Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
3
menunjang, yang diperoleh dari : Instansi yang terkait, Perpustakaan, Internet
serta informasi – informasi yang didapat lainnya.
2) Orientasi Lapangan
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan ini akan dilakukan beberapa tahap,
yaitu:
Survei Geologi
Survei geologi permukaan, dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap keadaan geologi permukaan (perlapisan, rekahan, dan patahan) dan
mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan permsalahan yang akan
dibahas.
Mencocokkan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar penelitian
yang dilakukan tidak meluas. Data yang diambil dapat digunakan secara
efektif. Dilakukan dengan melakukan peninjaun lapangan untuk melakukan
pengamatan langsung pengaruh aplikasi bottom decking terhadap
fragmentasi hasil peledakan.
3) Pengumpulan Data dan Informasi
a. Data Sekunder
Peta Lokasi Tambang
Peta Lokasi Peledakan
Data Bobot Isi Batuan
Spesifikasi bahan peledak
Laporan Peledakan
b. Data Primer
Geometri Peledakan Aktual
Fragmentasi Hasil Peledakan Aktual
Digging time
4) Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan dengan menggunakan perhitungan dan
penggambaran yang selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik atau
rangkaian perhitungan dalam penyelesaian proses tertentu.
4
5) Analisa Data
Analisa data dapat dilakukan secara kuantitatif dengan tujuan memperoleh
output berupa geometri peledakan serta pengaruhnya terhadap penggunaan bahan
peledak.
6) Penyusunan Laporan
Dalam hal ini diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan
data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Lalu melakukan
bimbingan secara berkala dan pembuatan laporan secara sistematis.
5
Studi Literatur
Pengambilan Data
Percobaan Peledakan
dengan Metode Air Decking
Tidak
Fragmentasi
60 ≤ x ≤ 80 cm?
Ya
Rekomendasi
Kesimpulan
Gambar 5.1
Diagram Alir Penelitian
6
VI. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penambangan
PT. Semen Padang
7
Tabel 7.1
Tabel Waktu Kegiatan
2017
Juli Agustus September Oktober
Kegiatan
Kampus Perusahaan Perusahaan Kampus
/Perusahaan
Studi
Pustaka
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Pembuatan
Laporan
8
1. Jenis Batuan
Batuan dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Masing-masing jenis batuan memiliki
proses pembentukan yang berbeda. Hal ini berdampak pada kandungan mineral,
komposisi, ukuran, struktur, dan tekstur yang berbeda. Batuan yang berada di
permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Proses pelapukan akan berbeda
tehadap tiap jenis batuan.
Batuan yang masih segar (fresh rock) pada umumnya akan memiliki
kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan batuan yang sudah
terlapukkan di permukaan. Kekuatan batuan akan berpengaruh terhadap
pemilihan bahan peledak yang akan digunakan.
9
dalam satuan volume tertentu. Energi bahan peledak yang lebih besar
dibutuhkan untuk menghancurkan yang mempunyai density lebih tinggi.
b. Sifat Mekanik
Sifat mekanik menunjukkan sifat batuan apabila diberi gaya. Batuan
memiliki sifat mekanik yang berbeda. Sifat mekanik batuan yang
mempengaruhi kegiatan peledakan adalah kuat tekan dan kuat tarik batuan.
10
2. Rectangular Pattern
Pola ini menerapkan jarak spasi dalam satu row lebih besar dari jarak
burden. Pola ini juga disebut persegi panjang.
3. Staggered Pattern
Pola ini menerapkan bentuk zig-zag antara lubang bor. Pola pengeboran
staggered umumnya digunakan pada saat ini dikarenakan sifat pendistribusian
energi yang cenderung merata dan secara teori mengurangi kemungkinan
terbenteknya bongkah batuan besar (boulder).
Sketsa pola pemboran dapat dilihat pada Gambar 8.1.
11
3. Mengurangi airblast
4. Dapat mengarahkan lemparan batuan yang diledakkan
Pola peledakan dibedakan berdasarkan arah lemparan batuannya. Pemilihan
pola peledakan juga didasari pada ketersediaan bidang bebas (free face) pada area
yang akan diledakkan.
Berdasarkan arah runtuhan, pola peledakan dibedakan menjadi sebagai
berikut:
1. Box Cut
Pola peledakan yang arah lemparan batuannya ke depan dan membentuk pola
seperti kotak. Pola peledakan ini digunakan pada area yang tidak memiliki bidang
bebas.
2. V-Cut (Chevron)
Pola peledakan yang arah lemparannya membentuk seperti huruf “V”
3. Corner Cut (Echelon)
Pola peledakan yang memiliki dua bidang bebas dan arah lemparan
batuannya ke salah satu dari dua bidang bebas tersebut.
12
burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat, dan jenis
bahan peledak.
Parameter-parameter geometri peledakan diuraikan sebagai berikut:
1. Burden Ratio (KB)
1/3
Density Batuan Standar
AF2 = [ ]
Density Batuan yang Diledakan ...............................(8.3)
Keterangan:
- KBstd = 30
- Energi Bahan Peledak Standar = 12.000 fps
- Density Batuan Standar = 160 lb/ft³
2. Burden (B)
Burden adalah jarak bidang bebas ke row lubang bor terdekat atau jarak
antara row berikutnya. Perhitungan burden adalah sebagai berikut:
(De × KB)
B = ..............................................................................(8.4)
12
Keterangan:
- De = Diameter lubang ledak
- KB = Nisbah burden
13
3. Spacing (S)
Spacing adalah jarak satu lubng bor ke lubang bor berikutnya dalam satu
row. Perhitungan spacing adalah sebagai berikut:
.................................................................................(8.5)
S = KS × B
Keterangan:
- KS = Nisbah spacing
Interval Waktu Tunda
o Long interval delay KS = 1
o Short period delay KS = 1 -2
o Normal KS = 1,2 –1,8
Lubang bor dalam satu baris diledakan secara sequence delay KS = 1
Lubang bor dalam satu baris diledakan secara simultan KS = 2
4. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman lubang ledak dari tinggi jenjang
yang diinginkan. Perhitungan subdrilling adalah sebagai berikut:
J = KJ × B
........................................................................................(8.6)
Keterangan:
- KJ = Nisbah subdrilling (0,3)
5. Kedalaman Lubang (L)
Kedalaman lubang ledak adalh kedalaman total tinggi lereng yang diinginkan
ditambahkan dengan kedalaman subdrilling. Perhitungan kedalaman lubang ledak
adalah sebagai berikut:
L = BH + J
........................................................................................(8.7)
Keterangan:
- BH = Tinggi jenjang, m
14
- J = Subdrilling, m
6. Kedalaman Lubang Bor (H)
H = KH × B
........................................................................................(8.8)
Keterangan:
KH = Nisbah kedalaman lubang (1,5 – 4,0)
7. Stemming (T)
Stemming adalah bagian lubang ledak yang diisi bukan dengan bahan
peledak, melainkan material lain seperti cutting hasil pemboran. Perhitungan
stemming adalah sebagai berikut:
T = KT × B
........................................................................................(8.9)
Keterangan:
KT = Nisbah stemming (0,7)
15
8.6 Mekanisme Pecahnya Batuan
Tahap pemberaian batuan oleh energi yang ditimbulkan oleh proses
peledakan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Tahap Dynamic Loading
Ketika bahan peledak yang berada dalam lubang ledak meledak, maka akan
menimbulkan tekanan yang tinggi di sekitar lubang ledak. Gelombang kejut yang
dihasilkan dari peledakan tersebut akan merambat dengan kecepatan 3000-5000
m/s sehingga akan mengakibatkan tegangan yang memiliki arah tegak lurus
dengan dinding lubang ledak.
Dari tegangan tersebut maka akan menimbulkan rekahan radial yang
merambat di sekitar lubang tembak. Rekah menjari pertama terjadi dalam waktu
1 – 2 ms. Tekanan mengakibatkan batuan di sekitar lubang ledak hancur,
sehingga diameter membesar. Timbul rekahan menjari yang menjalar dari lubang
ledak.
16
berada di dalam batuan akan dilepas. Efek dari terlepasnya batuan tersebut akan
menimbulkan tegangan tarik tinggi sebagai kelanjutan dari proses tingkat II.
Rekahan yang terbentuk akibat dari proses tingkat II akan menyebabkan
bidang-bidang lemah untuk memulai reaksi-reaksi fragmentasi utama ada proses
peledakan.
Apabila massa batuan di depan lubang ledak gagal dalam mempertahankan
posisi dan bergerak ke depan, maka tegangan tekan tinggi yang berada di dalam
batuan akan dilepas seperti spiral kawat yang ditekan kemudian dilepaskan.
Gambar 8.3
Proses Pecahnya Batuan
17
Sumber: Esen et. al, 2003
Gambar 8.4
Skema Distribusi Energi pada Lubang Ledak
Keterangan:
- V = Volume batuan, m³
- B = Burden, m
18
- S = Spacing, m
- BH = Tinggi jenjang, m
- n = Jumlah lubang ledak
b. Berdasarkan Berat
Menyatakan berat batuan yang diledakkan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
.
W = V × SGrock
.................................................................(8.11)
Keterangan:
- W = Berat batuan, ton
- V = Volume batuan. m³
- Sgrock = Spesific Gravity batuan yang diledakkan
Atau
W = Total
PF = V × bahan
SGrockpeledak yang dihunakan (Kg)
Berat batuan yang diledakkan (ton) .......................................(8.13)
3. Fragmentasi
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap bongkah
batuan hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya.
Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau bongkah diperlukan,
misalnya disusun sebagai penghalang (barrier) di tepi jalan tambang. Namun
19
kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil karena penanganan
selanjutnya akan lebih mudah.
Untuk menghitung fragmentasi hasil peledakan dapat menggunakan
persamaan Cunningham (1983) yang menyempurnakan persamaan Kuznetsov
menjadi sebagai berikut :
W = V ×Q1/6
SGrock 115 0,633
X=A × ×( ) ................................................................(8.14)
PF0,8 E
Keterangan:
- Xmean = Ukuran rata-rata fragmen batuan, cm
- A = Faktor batuan, yaitu :
1 untuk batuan yang sangat rapuh
10 untuk batuan yang agak kompak
10 untuk batuan kompak dengan sisipan yang rapat
13 untuk batuan kompak dengan sedikit sisipan
- PF = Powder Factor
- Q = Berat bahan peledak, kg
- E = Kekuatan berat relatif bahan peledak yang dipakai
20
tekanan berulang terhadap batuan di sekitar lubang ledak oleh serangkaian
gelombang susulan.
Durasi gelombang kejut pada massa batuan sekitarnya akan diperpanjang.
Akibatnya, jaringan celah pada massa batuan di sekitar lubang ledak meningkat.
Besarnya gelombang kejut tergantung pada pemilihan bahan peledak dan akan
menurun dengan cepat seiring dengan jarak yang ditempuh. Tingkat rekahan pada
peledakan metode air decking akhirnya tergantung pada panjang dan jenis bahan
peledak.
21
2. Posisi Air Deck di Tengah (Middle Decking)
Umumnya praktek penggunaan produk Air Deck dibagian tengah (middle
decking) digunakan pada lubang dalam dengan kondisi kering. Tujuannya adalah
untuk menghemat penggunaan blasting agent dan mendapatkan distribusi yang
lebih baik serta mengurangi energi yang berlebih. Hal yang harus diperhatikan
dalam penerapan middle decking ini adalah penggunaan aksesoris yang lebih
banyak berupa detonator dan booster (primer). Hal ini diperlukan untuk
menginisiasi kolom isian dibagian bawah dan bagian atas yang terputus oleh Air
Deck. Jika kondisi normal biasanya menggunakan 1 primer (1 detonator dan 1
booster) maka pada kondisi middle decking ini dibutuhkan 2 primer (2 detonator
dan 2 booster).
Berdasarkan rule of thumb, penggunaan middle decking ini cocok digunakan
pada lubang kering dengan kedalaman ≥ 11 meter. Dengan panjang decking
minimal 1 meter. Sehingga tercapai cost efficiency yang diinginkan.
22
3. Posisi Air Deck di Bawah (Bottom Decking)
Selama ini praktek penggunaan produk Air Deck dibagian bawah
(subdrill) disebabkan adanya air statis (static water) didasar lubang.
Penempatan air deck di atas air statis ini diharapkan dapat memutus
kontak antara air dan bahan peledak (blasting agent) yang tidak tahan air
seperti ANFO. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga cost serendah-
rendahnya dengan tetap memakai ANFO sebagai blasting agent.
Perusahaan yang tidak memiliki produk based emulsion (hanya
ANFO) maka pengaplikasian air deck di bagian dasar lubang ini jauh
lebih efisien dibandingkan menggunakan kondom (liner) jika dikaji dari
sisi cost dan kemudahan praktek di lapangan.
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan di dunia blasting,
sekarang ini banyak yang menggunakan produk sejenis ini untuk
menciptakan air deck di area subdrill dengan tujuan utama menghemat
penggunaan bahan peledak tanpa adanya tambahan aksesoris seperti
primer (detonator dan booster).
23
4. Posisi Air Deck di Sepanjang Kolom Isian (Spot Decking)
Aplikasi air deck di sepanjang dan diantara kolom isian (spot decking)
merupakan metode baru dikembangkan. Metode ini dikembangkan oleh John
Floyd (Blast Dinamics, Inc.) yang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak
di blasting science and solutions. Metode ini telah dipakai di perusahaan kelas
dunia Peabody Energy Mining di Midwest, Amerika Serikat.
Tujuan dari metode ini adalah mengurangi powder factor (PF) pada
peledakan yang telah dianggap efisien (efisien dalam spacing, burden, stemming
dan menggunakan blasting agent dengan densitas terendah misalnya ANFO)
tanpa mengurangi fragmentasi.
Berdasarkan rule of thumb, ukuran diameter spot bag maksimum 65% dari
diameter lubang tembak. Spot decking ini tidak membutuhkan tambahan
aksesoris karena ruangan-ruangan kosong disepanjang dan diantara kolom isian
tidak memutus kemenerusan bahan peledak
24
8.8.2 Perhitungan Geometri Lubang Ledak
Untuk melakukan perhitungan geometri lubang ledak, digunakan model
perhitungan sesuai yang dikemukakan oleh Pat McLaughin (1983), yaitu:
beberapa alternatif pemilihan posisi celah udara (air deck) di dalam lubang ledak,
yaitu:
1. Posisi Top Air Deck
• Kedalaman stemming = 50-75% kedalaman original.
• Panjang air deck = 20-40% x (udara + explosives) +/-
• Penghematan maksimum bahan peledak = 20% jumlah muatan bahan
peledak normal.
• Jumlah minimum bahan peledak yang dapat dikurangi = biaya
perlengkapan air deck.
25
• kontrol pengeboran yang tepat untuk mempertahankan muka air semua
celah udara pada ketinggian lantai yang diinginkan.
26
IX. PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini saya buat dengan harapan agar menjadi
pertimbangan bagi perusahaan untuk menerima saya melakukan Tugas Akhir ini.
Atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih.
Lucky Tania
(073001300066)
luckytania_95@yahoo.com
0821 2267 0566
27
DAFTAR PUSTAKA
Ash, R. L. 1990. Design of Blasting Round, Surface Mining. Inc : B.A Kennedy,
Editor, Society for Mining, Metalurgy, and Exploration.
Konya, C. J. Dan Walter, E. J. 1990. Surface Blast Design. New Jersey: Prentice
Hall Engelwood Cliffs.
Mel’nikov, N.V., and Marchenko, L.N., Seinov, N.O., and Zharikov, I.K., 1979,
Method of Enhanced Rock Blasting by Blasting, Translated From: Fiziko-
Tekhnicheskie Problemy Bazrabotki Poleznykh Isko-Paemykh, No 6, pp 32-42,
New York: AIME.
28