METODE PENELITIAN
OLEH :
PAMELA EINJEL
17 0404 192
Pengertian Sampling :
Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang berukuran N
(Lohr, 1999). Dalam melakukan sampling, terdapat teori dasar yang disebut teori sampling.
1) Quota sampling
2) Purposive sampling (judgmental sampling)
3) Accidental sampling
4) Consecutive sampling
5) Convenient sampling
6) Snowball sampling
1. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, namun masih ada kaitannya dengan populasi yang
menjadi sasaran suatu penelitian.
2. Bertujuan untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan populasi yang ingin diteliti.
3. Dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan didalam mengambil suatu keputusan.
Tahapan yang harus dilakukan dalam Pengambilan Sampel:
3. Menentukan teknik atau metode sampling yang akan digunakan secara tepat.
5. Melakukan sebuah pemeriksaan ulang terhadap proses sampling yang sudah dilalui.
Abstrak :
Pada proses pelaksanaan suatu konstruksi bangunan maupun jalan raya,upaya perbaikan
tanah sudah umum dilakukan. Salah satunyadengan melakukan stabilisasi tanah. Bahan
stabilisator yang banyak digunakan diantaranya adalah semen, abu sekam padi, fly ash,
bitumen, kapur, bahkan geogrid. Penggunaan bahan stabilisasi tanah ini bertujuan untuk
menambah kekuatan dan daya dukung tanah sehingga dapat memikul beban konstruksi yang
ada di atasnya. Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengambilan sampel tanah lempung
dan pengujian di laboratorium guna mengetahui nilai index properties dan engineering
properties menggunakan uji Kuat Tekan Bebas ( Unconfined Compression Test).
Sampel tanah terdiri dari 13 (tiga belas) variasi campuran semen dan abu sekam padi.
Dengan kadar semen sebanyak 2 % dan variasi kadar abu sekam padi dari 3%-15%. Dari
penelitian ini diperoleh bahwa sampel tanah memiliki kadar air 19.90 %, berat jenis 2,65,
batas cair 44, 23 dan indeks plastisitas 29,85. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah
tersebut termasuk dalam jenis CL (Clay – Low Plasticity) sedangkan berdasarkan klasifikasi
AASHTO, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6.
Dari uji Kuat Tekan Bebas pada sampel tanah asli diperoleh nilai kuat tekan tanah
sebesar 2,88 kg/cm². Setelah tanah distabilisasi dengan berbagai variasi abu sekam padi
diperoleh kesimpulan bahwa material abu sekam padi hanya efektif berfungsi pada variasi
campuran 2% PC + 3% ASP dan 2% PC + 4% ASP yaitu dengan nilai kuat tekan bebas
sebesar 3,82 kg/cm² dan 3,64 kg/cm².
Semakin banyak kadar abu sekam padi yang digunakan, daya dukung akan terus
mengalami penurunan.
Resume :
Probability Sampling>Simple Random Sampling
Simple Random Sampling adalah sebuah teknik pengambilan sampel yang dilakukan
dengan memberikan kesempatan yang sama bagi sluruh anggota populasi untuk
menjadi sebuah sampel penelitian
Judul : ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN ALAT PEREDAM VISKOS
TERHADAP RESPONS STRUKTUR GEDUNG TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU
Disusun Oleh :
Seiring dengan perkembangan teknologi dalam perencanaan bangunan tahan gempa, aplikasi dari
beberapa tipe alat peredam gempa (seismic devices) telah dikembangkan termasuk alat peredam
viscos (fluid viscous damper). Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan aplikasi dari
alat peredam viscos dari segi penempatan pada bangunan bertingkat tinggi. Respon bangunan beton
dengan jumlah lantai 20 tingkat akan dievaluasi berdasarkan tiga jenis pola penempatan, alat peredam
viskos dengan jumlah yang sama akan dianalisis. Metode analisa riwayat waktu linear dinamik
berdasarkan kepada FEMA356 diimplementasikan untuk meninjau respon model bangunan. Data
percepatan tanah yang digunakan adalah data percepatan tanah gempa El Centro yang diskalakan
dengan respons spektrum disain untuk daerah Aceh yang ditentukan sesuai dengan SNI. Besar
respons maksimum pada struktur pada keempat model yang dianalisis akan dibandingkan untuk
mendapatkan pola penempatan alat damper yang lebih efisien.
Kata Kunci: Alat Peredam Viskos, Analisis Riwayat Waktu, Fluid Viscous Damper, Gempa
Resume :
Abstrak :
Stabilisasi merupakan upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas material agar dapat
memenuhi standart yang ditetapkan. Stabilisasi dapat dilakukan secara mekanik, kimia maupun
campuran. Tanah yang akan digunakan sebagai lapisan tanah dasar (subgrade ) untuk jalan raya harus
memenuhi syarat –syarat teknis tertentu, tanah yang terdapat dilapangan bersifat sangat lepas, atau
bersifat sangat mudah tertekan, mempungyai indeks konsistensi yang tidak sesuai, atau mempunyai
nilai permeabilitas yang terlalu tinggi, maka tanah tersebut harus distabilisasi. Ada banyak faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan stabilisasi. Stabilisasi kapur tidak dianjurkan untuk
tanah berpasir tanpa butiran halus dan tidak efektif untuk tanah lanau. Sementara garam (Kalsium
klorida) dikarenakan mudahnya luruh dalam tanah, maka perawatan dengan garam harusdiulang
setiap tahun, dan stabilisasi dengan semen bila ditambah dengan senyawa alkali atau alkali hidroksida
akan meningkatkan kekuatan tanah semen. Pada struktur perkerasan yang telah mengalami kegagalan,
perbaikan yang umum adalah pelapisan ulang (overlay), atau membongkar lapisan beraspal lama yang
diiikuti dengan perbaikan dan penambahan lapis pondasi serta memberi lapis beraspal baru sebagai
penutupnya, yang memerlukan material baru yang kualitasnya harus lebih baik dari yang lama.
Teknologi daur ulang dapat memanfaatkan kembali material yang lama dan dapat mempertahankan
elevasi jalan raya. Teknologi daur ulang (recycling) menggunakan metode foam bitumen dan deep lift
sangat membantu dalam pemanfaatan kembali bahan yang telah ada sehingga sangat ramah
lingkungan. Teknologi ini juga dapat dilakukan di tempat maupun di pabrik, tergantung kondisi
pelaksanaannya.
Resume :
Abstrak :
Dalam beberapa pekerjaan proyek terdapat jenis pekerjaan yang sama untuk jenis proyek yang
berbeda diantaranya pekerjaan pasangan dinding dan pekerjaan plesteran dimana untuk proyek jalan
dikerjakan pada pembuatan drainase jalan dan untuk proyek bangunan dikerjaan pada pembuatan
pengisi rangka ( dinding ). Karna itu perlu dilakukan penelitian terhadap indeks satuan kerja untuk
jenis pekerjaan yang sama tersebut mengingat indeks satuan kerja merupakan faktor yang sangat
penting dalam penetapan upah tenaga kerja sehingga diperoleh perbandingan indeks satuan kerja yang
dikerjakan pada kedua proyek tersebut dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaiannya. Penelitian
lapangan dilakukan dengan menggunakan metode “ Time And Motion Study Analysis “ yaitu metode
yang pengambilan data lapangan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan proses pelaksanaan
dilapangan dengan mencatat lamanya gerak kerja dari pekerja dalam menyelesaikan satu jenis
pekerjaan. Lamanya pekerja dalam menyelesaikan satu jenis pekerjaan yang telah diperoleh di
lapangan akan dibagi dibagi dengan waktu efektif kerja dalam satu hari dimana lamanya waktu kerja
efektif dalam satu hari mengikuti persyaratan teknis dalam perhitungan harga satuan pekerjaan pada
Standard Nasional Indonesia ( SNI ) yaitu 5 jam kerja. Hasil dari pembagian inilah yang akan
dijadikan sebagai indeks satuan kerja. Dari data pengamatan di lapangan dan analisa perhitungan
maka diperoleh nilai indeks satuan kerja untuk pekerjaan pasangan dinding yaitu pada proyek jalan,
pekerja sebesar 0.280, tukang batu sebesar 0.162, kepala tukang sebesar 0.054 dan mandor sebesar
0.054, sedangkan untuk proyek bangunan, pekerjasebesar 0.289, tukang batu sebesar 0.159, kepala
tukang sebesar 0.047 dan mandor sebesar 0.019. Untuk pekerjaan plesteran, pada proyek jalan,
pekerja sebesar 0.216, tukang batu sebesar 0.084, kepala tukang sebesar 0.042 dan mandor sebesar
0.042, sedangkan untuk proyek bangunan, pekerja sebesar 0.212, tukang batu sebesar 0.113, kepala
tukang sebesar 0.046 dan mandor sebesar 0.046. Dari nilai indeks satuan yang diperoleh maka dapat
disimpulkan perbandingan indeks satuan kerja pada proyek jalan dan bangunan untuk pekerjaan yang
sama. Untuk pekerjaan pasangan dinding, pekerja memiliki selisih nilai sebesar 0.009, tukang batu
memiliki selisih nilai sebesar 0.003, kepala tukang memiliki selisih nilai sebesar 0.007 dan mandor
memiliki selisih nilai sebesar 0.035. Untuk pekerjaan plesteran, pekerja memiliki selisih nilai sebesar
0.004, tukang batu memiliki selisih nilai sebesar 0.029, kepala tukang memiliki selisih nilai sebesar
0.004 dan mandor memiliki selisih nilai sebesar 0.004.
Resume :
Abstrak :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyakmenyita perhatian
berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat
ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. Proyek apartemen
dapat dikatakan sebagai proyek yang berisiko sangat tinggi karena besarnya bobot pekerjaan dan
tingginya struktur yang akan dibangun. Risiko pada proyek konstruksi sangatlah banyak dan
bervariasi, diantaranya risiko biaya proyek, produktivitas pekerja, mutu dan waktu pelaksanaan.
Risiko yang harus lebih diperhatikan adalah risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dengan
adanya manajemen risiko ini diharapkan kecelakaan kerja yang terjadi dapat dikurangi, sehingga jika
terjadi kecelakaan kerja maka dampak dari kecelakaan tersebut tidak akan berpengaruh banyak dan
menghambat pekerjaan yang lainnya. Pada penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi risiko K3 ,
penilaian risiko K3 serta bagaimanatindakan pengendalian terhadap risiko K3 pada kegiatan proyek
pembangunan konstruksi gedung. Metode penilaian menggunakan matriks penilaian risiko yang
bersumber dari NHS Highland yang diadobsi dari AS/NZS 4360:2004 Risk Management. Dari hasil
penelitian ini diperoleh bahwa risiko yang tergolong high risk berjumlah 5 (11,73 %) risiko yaitu
masing-masing pada kegiatan penggalian, pemasangan bekisting, penurunan besi dan proses
pembesian, Medium risk berjumlah 76 (85,73 %) risiko, dan low risk berjumlah 5 (2,55 %) risiko.
Kata kunci :Manajemen Risiko, Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3), NHS Highland, AS/NZS
4360:2004 Risk Management
Resume :