Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental-laboratoris. Dalam penelitian ini


aliran tanpa sedimen (clear water scour). Material dasar yang dipakai adalah
pasir alami dengan gradasi relatif tidak seragam Penelitian dilakukan dalam
skala laboratorium dengan membuat benda uji yang menyesuaikan dengan
kondisi asli di lapangan namun dengan skala yang lebih kecil. Penelitian ini
bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh tipe layout bangunan terhadap
gerusan yang terjadi di sekitar hilir groundsill pelimpah.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel Bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah debit dan
layout 1,2,3 dan 4 yang akan dimodelkan dengan flume.

3.2.1 Variabel Terikat

Variabel terikat yang akan diamati dalam penelitian ini adalah


kedalaman dan pola gerusan lokal pada hilir ambang pelimpah.

Berikut disajikan tabulasi matrikulasi hubungan antara setiap variabel


dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Matrikulasi Variabel Penelitian


LAY OUT GROUND SILL
VARIASI DEBIT LURUS (L) MIRING (S) TRAPESIUM (T) LENGKUNG (K)
M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3
Q1 Q1LM1 Q1LM2 Q1LM3 Q1SM1 Q1SM2 Q1SM3 Q1TM1 Q1TM2 Q1TM3 Q1KM1 Q1KM2 Q1KM3
Q2 Q2LM1 Q2LM2 Q2LM3 Q2SM1 Q2SM2 Q2SM3 Q2TM1 Q2TM2 Q2TM3 Q2KM1 Q2KM2 Q2KM3
Q3 Q3LM1 Q3LM2 Q3LM3 Q3SM1 Q3SM2 Q3SM3 Q3TM1 Q3TM2 Q3TM3 Q3KM1 Q3KM2 Q3KM3
Q4 Q4LM1 Q4LM2 Q4LM3 Q4SM1 Q4SM2 Q4SM3 Q4TM1 Q4TM2 Q4TM3 Q4KM1 Q4KM2 Q4KM3
Q5 Q5LM1 Q5LM2 Q5LM3 Q5SM1 Q5SM2 Q5SM3 Q5TM1 Q5TM2 Q5TM3 Q5KM1 Q5KM2 Q5KM3
Q6 Q6LM1 Q6LM2 Q6LM3 Q6SM1 Q6SM2 Q6SM3 Q6TM1 Q6TM2 Q6TM3 Q6KM1 Q6KM2 Q6KM3
Q7 Q7LM1 Q7LM2 Q7LM3 Q7SM1 Q7SM2 Q7SM3 Q7TM1 Q7TM2 Q7TM3 Q7KM1 Q7KM2 Q7KM3
Gambar 3.1 Tipe Layout Groundsill

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hidraulika Teknik Sipil yang


terletak di Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu 5 bulan terhitung dari bulan


April – Agustus 2021 dengan detail tahapan waktu yang dibutuhkan dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.2 berikut,.

Tabel 3.2 Timeline Penelitian


Bulan Kegiatan (2021)
N
Uraian Penelitian April Mei Juni Juli Agustus
o
1-30 1-15 16-31 1-20 21-30 1-15 16-31 1-30
1 Persiapan
2 Pembuatan Proposal Usulan Penelitian
2 Seminar I
3 Survey Alat, Bahan dan Laboratorium
4 Pengadaan Alat dan Bahan Laboratorium
5 Pembuatan Benda Uji
6 Pengujian Laboratorium
7 Analisis dan Pengolahan Data
8 Bimbingan/ Asistensi
9 Seminar II
10 Sidang Akhir

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

Berikut alat yang dibutuhkan pada penelitian ini, antara lain :

1. Circulating Flume : Standard circulating flume adalah peralatan


utama yang digunakan pada penelitian ini. Alat ini merupakan satu
set model saluran terbuka dengan dinding tembus pandang yang
diletakan pada struktur rangka kaku. Dasar saluran ini dapat di
ubah kemiringannya dengan menggunakan jack hidraulik yang
dapat mengatur kemiringan dasar saluran tersebut secara akurat
sesuai dengan yang kita kehendaki. Terpasangnya rel pada bagian
atas saluran tersebut memungkinkan alat ukur kedalaman dan
tabung pilot dapat digeser-geser sepanjang saluran. Saluran ini
dilengkapi dengan keran tekanan udara dan pada titik-titik tertentu
terdapat lubang untuk pemasangan model bangunan air dan alat
pengukur debit. Alat ini memilki dimensi sebagai berikut.

Panjang : 12,24 m
Lebar Saluran : 30 cm
Tinggi Saluran : 48 cm
Dinding Saluran : fiber glass
Dasar Saluran : stainless steel
Gambar 3.2 Circulating Flume

2. Stopwatch : Digunakan untuk menentukan waktu pengukuran


kedalaman gerusan maksimum selama running aliran dilakukan.

Gambar 3.3 Stopwatch


3. Point Gauge : Berupa mistar ukur vertikal yang digunakan
untuk mengukur kedalaman aliran dan kedalaman gerusan yang
terjadi dan diletakkan di atas flume.
Gambar 3.4 Point Gauge
4. Grid : Alat yang digunakan untuk mengukur kontur dan
koordinat gerusan yang terjadi selama pengujian.

Gambar 3.5 Grid

5. Waterpass : Alat yang digunakan untuk memastikan permukaan


dasar sungai telah rata dan siap untuk dialirkan alir
Gambar 3.6 Waterpass

6. Timbangan Digital : Untuk mengukur berat sedimen dasar


sungai yang akan diuji agar memenuhi kualifikasi rencana

Gambar 3.7 Timbangan

6. Sieve Shaker : Alat ini digunakan untuk menguji kelayakan


serta mengkelompokkan variasi gradasi butiran dasar sungai yang
nantinya akan digunakan.
Gambar 3.8 Satu Set Sieve Shaker

7. Perkakas Bengkel (Gergaji, lem kayu, paku, dll) : Alat yang


nantinya digunakan untuk membuat model ambang atau
groundsill.

3.4.2 Bahan

Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Air : Air yang digunakan dalam penelitian ini bersal dari


Laboratorium Hidraulika FPTK UPI. Parameter aliran air yang
ditetapkan adalah waktu dan debit aliran air. Waktu aliran air
dibuat sama sedangkan debit aliran air dibuat bervariasi sehingga
selama pecobaan berlangsung, pasir dalam keadaan bergerak
sehingga dicapai keadaan aliran dengan angkutan sedimen (live
bed scour).

2. Pasir alam yang sudah diuji gradasinya : Bahan yang digunakan


sebagai sedimen dasar adalah pasir alam yang berasal dari sungai
Cikapundung. Sieve Analysis pada pasir dilakukan di
Laboratorium Struktur dan Material FPTK UPI menggunakan alat
sieve shaker.

3. Kayu : Kayu yang digunakan berasal dari toko material di


daerah Universitas Pendidikan Indonesia. Material kayu ini
nantinya akan digunakan sebagai bahan untuk konstruksi
groundsill pelimpah dan menggunakan 3 jenis konstruksi berbeda.

3.6 Setting Pemodelan dan Prosedur Eksperimen

3.6.1 Setting Pemodelan

Gambar 3.9 Tampak Samping Alat Circulating Flume

Penjelasan :
Dalam alat yang bernama Circulating Flume, terdapat 4 bagian penting
untuk berjalannya sebuah penelitian ini. Diantaranya :

1. Zona masuk, yaitu zona dimana aliran masuk setelah melalui pipa
proses pembuangan aliran dari bak tampung pembuangan aliran.
2. Zona sedimen, untuk pemberian sedimen setinggi 10 cm pada alat
Circulating Flume. Zona ini terletak pada hilir ambang sampai
ujung saluran atau zona pengeluaran aliran
3. Zona Ambang, yaitu zona dimana terjadinya gerusan lokal pada
hilir ambang yang akan diukur kedalaman gerusan lokalnya yang
terjadi.
4. Zona pengeluaran aliran, dimana aliran keluar dan di tampung
sebelumnya di kolam penampungan yang kemudian di alirakan
kembali menuju zona pengalir.

Setting alat perlu dilakukan sebelum pengujian dilakukan. Adapun


setting alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu :

1. Masukan pasir sebagai bahan sedimen dasar pada saluran flume


sebelah hilir setebal 10 cm.
2. Letakkan ambang pelimpah yang sebelumnya telah dikontruksi
pada As 3 meter dari hulu aliran
3. Beri marking beberapa titik yang akan menjadi pusat uji
kedalaman gerusan lokal pada ambang pelimpah
4. Nyalakan pompa dengan menaikan tombol saklar yang terdapat
pada kotak saklar, kemudian tekan tombol hijau.
5. Atur besaran aliran yang akan mengalir dengan memutar valve
pada alat tersebut.
6. Selama running aliran, akan ada aliran air yang masuk dan
perhatikan kedalaman gerusan lokal yang terjadi pada hilir
ambang pelimpah hingga terjadi kedalaman maksimum
7. Lakukan hal yang sama pada pengujian berikutnya pada tipe
layout yang berbeda.

3.6.2 Prosedur Eksperimen

1. Pra-Eksperimen
Pemeriksaan kesiapan komponen alat sediment–recirculating
flume, seperti pompa bagian penggerak tilting dan instrumen
panel control. Peralatan flume perlu dikalibrasi, terutama untuk
pembacaan debit aliran. Kalibrasi dilakukan dengan mengalikan
hasil pengukuran kecepatan dengan luas tampang aliran. Data
yang kemudian didapat lalu dibandingkan dengan data kalibrasi
peralatan.

2. Persiapan Alat bantu pembacaan


Selain peralatan seperti di atas, diperlukan alat bantu pembacaan
pada flume untuk mempermudah pembacaan pada pelaksanaan
penelitian. Pemasangan tanda batas ketinggian pasir sebagai dasar
saluran, mistar ukur untuk memonitor ketinggian aliran, grid dan
milimeter blok untuk mengukur ketinggian gerusan, dan mika
transparan untuk menggambarkan dalam / pola gerusan (Ys) dari
samping. Penempatan ambang pelimpah dipasang pada tempat
yang telah ditentukan, as ambang berjarak 3 meter dari ujung
penyearah arus di bagian hulu.

3. Persiapan Bahan Sedimen Dasar


Material dasar yang telah siap dituangkan dalam flume dari ujung
batas balok kayu bagian hulu sampai batas balok kayu bagian
hilir, dengan ketebalan 10 cm. Tebal material dasar pasir 10 cm.
Besaran ini diambil dengan mempertimbangkan kedalaman
gerusan maksimum yang terjadi termasuk degradasi dasar saluran
karena aliran.

4. Persiapan Running
Setelah flume terisi pasir, diratakan dan dipadatkan (alami),
selanjutkan dilakukan perataan permukaan dengan ketebalan 10
cm agar diperoleh permukaan yang mendekati datar. Untuk itu
dilakukan beberapa langkah sebagai pendekatan datar.

a. Dengan panduan marking pada dinding kaca flume, elevasi


pasir diatur sehingga permukaan mendekati rata-rata.
b. Dengan bantuan kayu dan rol pada flume pasir diratakan.
Air dialirkan dengan debet kecil, untuk membasahi pasir
agar diperoleh kepadatan seragam. Selama pengaliran
tersebut berlangsung, pengatur elevasi air (Adjustable
overshoot weir) ditutup kemudian dibuka perlahan-lahan
sambil dilakukan perataan permukaan pasir. Permukaan
pasir yang telah teraliri tersebut diperbaiki kembali hingga
mendekati permukaan rata (10 cm). Permukan yang
mengalami cekungan / penurunan elevasi karena semakin
padat akibat air, ditambahkan pasir kembali. Setelah semua
rata pompa dimatikan, dilakukan penyempurnaan perataan
lagi dengan bantuan sifat permukaan air yang selalu datar.
c. Pengecekan tahap akhir yaitu dialiri air kembali dengan
debit relatif kecil, kemudian diperhatikan jalanya air. Jika air
yang datang bersamaan rata kiri kanan maka permukaan
saluran sudah rata.

5. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Hamparkan pasir dengan ketebalan 10 cm di bagian hilir
aliran, kemudian ratakan,
2) Siapkan supply air dari keran air yang ada, isi bak
penampung air hingga penuh,
3) Running debit air dengan mengatur besaran debit sesuai
variasi yang ditentukan sebelumnya
4) Setiap debit yang di runn memerlukan waktu selama 25
menit dilakukan juga pengukuran kedalaman geruasan lokal
yang terjadi pada hilir ambang
8. Dokumentasi hasil running untuk tiap variasi aliran

6. Pengambilan Data
1. Data sebelum running
a) Pengukuran awal pada alat yang meliputi ; panjang,
lebar, dan tinggi
b) Kedalaman pemasangan pasir yang harus setebal 10 cm
2. Data saat running
a) Kedalaman gerusan lokal yang terjadi tiap satuan
waktu, diukur dengan mistar dan stopwatch
b) Penandaan koordinat gerusan lokal yang terjadi dengan
benang dan grid
c) Waktu running (t) menit, diukur dengan stopwatch
3. Data setelah di running
a) Kedalaman gerusan lokal maksimum yang terjadi di
seluruh titik
b) Kontur kedalaman gerusan lokal maksimum0 yang
terjadi
c) Dokumentasi
Teknik pengambilan data yang dilakukan dengan mengamati
gerusan yang terjadi per satuan waktu lalu menghitung waktu
yang dibutuhkan sampai dengan gerusan tersebut stabil atau
mencapai gerusan maksimum pada tiap tipe layout yang berbeda
yang berebeda yang dilakukan sebanyak 4 pengamatan. Perbedaan
4 pengamatan terletak di variabel antaranya yaitu dengan debit
yang berbeda – beda. Data gerusan diambil dengan cara mencatat
hasil dari tiap pengujian yang dilakukan di Laboratorium
Hidrolika. Pengamatan ini dilakukan dalam tiga (3) jenis diameter
butiran dan 4 debit berbeda setiap pengamatan, namun dengan
bentuk dan tipe groundsill yang tetap.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan


analisa grafik hubungan antara kedalaman gerusan maksimum terhadap waktu
pada hilir ambang. Dengan mengetahui persamaan garis polinomial antara
kedua variabel, maka hubungan kedalaman gerusan maksimum dan waktu
serta kedalaman gerusan maksimum dengan debit aliran akan dapat
ditentukan.

Regresi polinomial dapat digunakan untuk membedakan variabel


dalam dua atau lebih komponen-komponennya. Salah satu komponen tersebut
hadir dalam bentuk trend, bila diwujudkan dalam bentuk perubahan sistematik
nilai rata-rata atau ekspektasi matematik suatu variabel di daerah penelitian.
Fungsi - fungsi polinomial dapat digunakan untuk menggambarkan suatu
trend. Suatu variasi kondisi geologi sepanjang suatu garis yang dinyatakan
sebagai sumbu-x, dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi yang kontinyu f (x).
Pengembangan deret Taylor fungsi f (x ) pada suatu titik x = a, memenuhi : f
(x ) = c0 + c1(x-a) + c2(x-a)2+ … Dimana koefisien ci dapat dihitung.
Perubahan dari nilai awal sepanjang sumbu-x terhadap suatu titik dekat pusat
pada range nilai x, maka nilainya dapat ditentukan.

Sedangkan untuk menggambarkan visual dari pola gerusan yang


terjadi maka data kontur hasil pengukuran kemudian diolah menggunakan
software (program komputer) surfer untuk mendapatkan tampilan kontur
permukaan di hilir groundsill lalu didapat sketsa pola kedalaman gerusan
lokal yang terjadi..

Cara pengolahan data dengan surfer adalah sebagai berikut :

1. pengumpulan data koordinat x dan y dengan grid

2. pengumpulan data z koordinat untuk elevaasi gerusan dengan


menggunakan point gauge

3. setelah data terkumpul kemudian data x, y, dan z tersebut di input kedalah


surfer

4. Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan surfer dengan tahapan


sebagai berikut:

a. Membuka perangkat lunak surfer


b. pilih menu Grids, kemudian akan muncul banyak menu di
bawahnya, di bagian paling kiri pilih Grid Data
c. Setelah di klik, akan muncul pilihan Open Data seperti di bawah
ini, pilih file yang akan digrid. Pada contoh ini, akan digunakan file
berjenis excel

d. Klik 2x pada file yang akan digrid, atau tekan Open. Khusus file


excel, akan muncul pilihan sheet mana yang akan digrid

e. Pilih sheet yang akan di grid, dan akan muncul dialog control
gridding. Disini terdapat berbagai pilihan settingan pada proses grid
yang akan dilakukan. Pertama dipilih dulu data koordinat x,
koordinat y, dan nilai yang akan di gridding

f. Pada pilihan x, y, z. x adalah kolom yang akan dijadikan koordinat


x, y adalah kolom yang akan dijadikan koordinat y, dan z adalah
nilai yang dikontur. Jika tidak yakin ada dimana kolom yang
diinginkan, bisa dilihat dengan menekan View Data. Akan muncul
kotak dialog yang menunjukkan data yang akan digrid.
g. Untuk Mencoba menggrid data elevasi. Koordinat x ada di kolom
C, koordinat y di kolom D, dan z nya ada di kolom H. Klik close
atau tanda silang di pojok kiri, maka View Data akan tertutup dan
kembali ke dialog sebelumnya. Setelah itu baru diganti, x: dengan
kolom C, y: dengan kolom D, dan z: dengan kolom H. Kira-kira
jadi seperti ini hasilnya.

h. Nilai di masing-masing bagian sudah terisi, sekarang bisa


dilanjutkan proses griddingnya. Selanjutnya pilih jenis algoritma
gridding yang akan digunakan
i. Ukuran grid, jarak antar titik, bisa diatur pada bagian Output Grid
Geometry.

j. X direction menunjukkan data pada arah X, sedangkan Y


direction menunjukkan data pada arah y. Batas area grid dapat di
batasi pada bagian Minimun dan Maximum. Kerapatan kontur
dapat diatur pada bagian Spacing dan of Nodes. Misalnya, jika
menginginkan data dengan jarak 5 meter Spacing nya dapat diisi
dengan nilai 5. Semakin rapat grid atau kontur yang dibuat, maka
semakin lama juga proses pembuatannya, karena semakin banyak
data yang harus dihitung.

k. Setelah selesai, save file hasil gridding pada bagian Output Grid.


Pilih icon folder di bagian kanan, maka akan muncul dialog untuk
memberi nama file dan menentukan lokasi dimana file akan
disimpan.

l. Beri nama file yang diinginkan, kemudian klik Save. Window akan


tertutup dan kembali ke kotak dialog sebelumnya. Jika tidak diberi
nama, file hasil gridding akan diberi nama sesuai dengan nama file
inputnya.

m. Klik OK, dan proses gridding akan dimulai. Setelah selesai, akan
muncul window report gridding. Window tersebut dapa langsung
ditutup, dan jika muncul pilihan untuk menyimpannya pilih no.
n. Untuk menampilkan hasil griddinya, pilih menu Home, kemudian
pilih Contour.
o. Kemudian muncul window baru, dan pilih file kontur atau grid
yang akan ditampilkan.

p. Setelah itu akan muncul gambar kontur seperti di bawah ini


q. Tampilan peta konturnya masih hitam polos. Ada banyak pilhan
untuk mengatur tampilan peta kontur, akan dibahas pada artikel
yang lain
3.7 Alur Penelitian

Tahapan dan alur dari penelitian ini disajikan dalam bagan berikut.

Mulai

Pengadaan Alat
dan Bahan

Persiapan Alat dan


Bahan

Alat Bahan

Kalibrasi Alat Sieve Analysis Pasir


TIDAK

OK

Setting Alat Pembuatan Model Ambang

Running Aliran

Analisis Data

Simpulan Penelitian

Selesai

Gambar 3.10 Diagram Alur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai