Anda di halaman 1dari 16

SPESIFIKASI TEKNIS

PENGADAAN SUMUR BOR


A. Pekerjaan Umum/Persiapan
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemboran ini pekerjaan umum/ persiapan
meliputi :
1. Pekerjaan Pembuatan spoel bak dan pembersihan lokasi
Pada tahap pekerjaan ini meliputi :
a. Pembersihan, perataan dan pengerasan lokasi untuk posisi
tumpuan mesin bor.
b. Pembuatan bak Lumpur (spoel bak), bak control dan selokan untuk
sirkulasi Lumpur bor.
2. Akomodasi/Konsumsi dan Base Camp
Akomodasi/konsumsi dan basecamp adalah sarana makan, minum dan
transportasi pekerja serta penginapan selama pekerjaan berlangsung.
3. Pekerjaan Mobilisasi
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, dilakukan mobilisasi atau
mendatangkan peralatan dan bahan-bahan pemboran beserta
personelnya ke lokasi pemboran. Tahap mobilisasi ini dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan.
4. Barak Kerja
Pembuatan barak kerja dengan menggunakan material kayu dan
peralatan tukang sesuai dengan kebutuhan dilokasi kerja.Luas barak
kerja disesuaikan dengan jumlah material dan tenaga kerja yang akan
ditempati.
5. Persiapan Peralatan Pengeboran & material
a. Penanaman casing pengaman sedalam 1-2 m pada posisi titik bor
apabila formasi lapisan tanah paling atas yang akan dibor
merupakan lapisan formasi yang mudah runtuh.
b. Penyetelan (setting) mesin bor beserta menara (rig), penyetelan
(setting) pompa Lumpur beserta selang-selangnya.
c. Penyedian air serta pengadukan Lumpur bor untuk sirkulasi
pemboran.
6. Papan Nama Pekerjaan
Penyedia jasa harus membuat dan memasang Papan Nama
Proyek pada lokasi pekerjaan pada tempat yang telah ditentukan
atau sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
Papan Nama Proyek tersebut berukuran 90 Cm X 120 Cm, terbuat
dari bahan kayu yang tahan terhadap cuaca panas, hujan dan dicat
warna dasar putih ditanam dalam tanah dan diberi perkuatan
sebagaimana mestinya.
7. Pekerjaan Mobilisasi
Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, dilakukan mobilisasi atau
mendatangkan peralatan dan bahan-bahan pemboran beserta
Halaman5

personelnya ke lokasi pemboran. Tahap mobilisasi ini dilakukan secara


bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan.
B. Pekerjaan Pengeboran dan Pompa
1. Pemboran Pada Segala Formasi
Sistem pemboran yang diterapkan disini adalah menggunakan system bor
putar (rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down pressure) yang
dibarengi dengan sirkulasi Lumpur bor (mud flush) kedalam lubang bor.
- Pemboran temporary casing/conduktor adalah pekerjaan pemboran
tahap awal sebagai casing (pengaman) dengan kedalaman 10
meterdengan diameter temporary casing/conduktor 8 inchi.
- Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal dengan
diameter lobang kecil sampai kedalaman yang dikehendaki, diameter
pilot hole sebesar6 inchi dengan kedalaman 75 m, Selain itu juga
ditentukan dengan kemampuan atau spesifikasi mesin bor yang
digunakan.
Hal-hal yang perlu diamati dalam pekerjaan pemboran pilot hole
adalah :
Kekentalan (viskositas) Lumpur bor;
Kecepatan mata bor dalam menebus formasi lapisan tanah setiap
meternya (penetrasi waktu permeter);
Contoh gerusan (pecahan) formasi lapisan dalam setiap meternya.
Contoh (sample) pecahan formasi lapisan tanah (cutting) dimasukkan
dalam plastik kecil atau kotak sample dan masing-masing diberi nomor
sesuai dengan kedalamanya. Adapun maksud pengambilan sample
cutting adalah sebagai data pendukung hasil electrical logging untuk
menentukan posisi kedalaman sumber air (akuifer)
2. Pelebaran lobang (reaming)
Yang dimaksud dengan reaming adalah memperbesar lubang bor sesuai
dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan (screen) yang
direncanakan.
Hal-hal yang diamati dalam tahap pekerjan reaming adalah sama seperti
pada tahap pekerjaan pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting
(formasi lapisan tanah) tidak perlu diambil lagi. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah masuknya konstruksi pipa casing dan saringan (screen)
serta masuknya penyetoran kerikil pembalut (gravel pack).
Pelebaran lubang bor reaming dari diameter 6 inchimenjadi diameter 8
inchi dankedalaman 65 meter, Pelebaran lubang bordilaksanakan dengan
mengunakan reaming bit atau three cutter hole openerdengan diameter
yang sesuai dan dilengkapi dengan pilot bit sebagai alatbantu lubang
berdiameter sama dengan lubang yang dilebarkan. Hal inidimaksudkan
supaya ketegaklurusan pelebaran lubang sama dengan lubangpenuntun.

Halaman6

3. Pemasangan Pipa Sumur


3.1. Material Sumur
Material sumur yang dipasang untuk sumur bor adalah :
- Pipa Casing diameter 6" GIP (SNI PRJ. S. 12.5) = 6 m
- Pipa screen 6" low carbon
3.2. Konstruksi pipa casing dan saringan (screen)
Pemasangan/peletakan pipa casing diameter 6" GIP (SNI PRJ. S. 12.5)
dengan kedalaman 75 meter.
Pipa saringan (screen) dengan diameter pipa screen 6" (low carbon)
sesuai dengan gambar konstruksi yang direncanakandi kedalaman 60 m
dengan model screen dibagi menjadi 5 bagian interval per 4 meter
sepanjang 20 meter. peletakan konstruksi saringan (screen) harus
didasarkan atas hasil electrical logging dan analisa cutting.Selain itu juga
didasarkan atas kondisi hydrogeology daerah pemboran. Dari pemahaman
aspek-aspek hydrogeology diharapkan perencanaan sumur dalam yang
dihasilkan mampu memberikan sumur pemanfatan (life time) yang
maksimal dan kapasitas yang optimal dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan didaerah sekitar pemboran.
4. Penyetoran kerikil pembalut (Gravel Pack)
Pengadaan dan pengisian "gravel pack" uk rata sebanyak 4 m3. Maksud
dan tujuan penyetoran kerikil pembalut (gravel pack) adalah untuk
menyaring masuknya air dari formasi lapisan akuifer kedalam saringan
(screen) dan mencegah masuknya partikel kecil seperti pasir ke dalam
lubang saringan (screen). Adapun cara penyetoran kerikil pembalut
(gravel pack) adalah dibarengi dengan sirkulasi (spulling) air yang encer
supaya kerikil pembalut (gravel pack) dapat tersusun dengan sempurna
pada rongga antara konstruksi pipa casing dengan dinding lubang bor.
5. Pencucian dan pembersihan (Well Development)
Tahap pekerjaan pencucian dan pembersihan sumur dalam dilakukan
dengan maksud untuk dapat membersihkan dinding zona invasi akuifer
serta kerikil pembalut dari partikel halus, agar seluruh bukaan pori atau
celah akuifer dapat terbuka penuh sehinga ar tanah dapat mengalir
kedalam lubang saringan (screen) dengan sempurna.
Manfaat dari tahap Well Development ini adalah :
- Menghilangkan atau mengurangi penyumbatan (clogging) akuifer pada
dinding lobang bor.
- Meningkatkan porositas dan permeabilitas akuifer disekeliling sumur
dalam.
- Menstabilakan formasi lapisan pasir disekeliling saringan, sehingga
pemompaan bebas dari kandungan pasir.
Pelaksanaan tahap Well Development dilakukan dengan cara :
1) Water Jetting
Peralatan yang digunakan disebut Jetting Tool, yaitu suatu alat dari
pipa yang mempunyai 4 lobang (dozzle). Alat ini dimasukkan kedalam
sumur dalam pada tiap-tiap interval saringan secara berurutan dari
Halaman7

bawah keatas dengan penghantar pipa bor yang dihubungkan dengan


pompa yang dihubungkan dengan pompa tekan yang memompakan air
bersih kedalam sumur dalam.
Pada pengoperasiannya, alat ini digerakkan berputar-putar atau dengan
memutar-mutar pipa penghantarnya dan naik turun sepanjang saringan
(screen).
2) Air Lift
Pada metode air lift ini dimulai dengan pelepasan tekanan udara
kedalam sumur dalam dari tekanan kecil kemudian perlahan-lahan
diperbesar. Pekerjaan air lift ini dilakukan mulai dari interval saringan
paling atas ke bawah secara berurutan hingga ke dasar sumur dalam.
6. Pengecoran
Maksud dan tujuan dari tahap grouting ini adalah :
- Sebagai penguat (tumpuan) konstruksi pipa casing.
- Untuk menutup (mencegah) masuknya air permukaan (air atas)
kedalam pipa casing melalui saringan (screen).
7. Uji pemompaan (Pumping Test)
Maksud dan tujuan uji pemompaan (pumping test) ini adalah untuk
mengetahui kondisi akuifer dan kapasitas jenis sumur dalam, sehingga
dapat untuk memilih jenis serta kapasitas pompa ang sesuai yang akan
dipasang disumur dalam tersebut.Data-data yang dicat dalam uji
pemompaan adalah :
a. Muka air tanah awal (pizometrikawal)
b. Debit pemompaan
c. Penurunan muka air tanah selama pemompaan (draw-down)
d. Waktu sejak dimulai pemompaan
e. Kenaikan muka air tanah setelah pompa dimatikan
f. Waktu setelah pompa dimatikan
Uji pemompaan dilakukan melalui 2 tahap :
(1) Uji pemompaan bertahap (step draw-doen test)
Uji pemompaan yang dilakukan 3 step, masing-masing selama 2 jam
dengan variasi debit yang berbeda.
(2) Uji pemompaan panjang
Uji pemompaan ini umumnya dilakukan selama 2x 24 jam dengan
debit tetap.
Pada uji pemompaan ini dimbil sample air 3 kali, yaitu pada awal
pemompaan, pertengahan dan akhir pemompaan. Maksud dan tujuan
pengambilan sample air adalah untuk pemeriksaan (analisa) kualitas
air, apakah air yang dihasilkan dari sumur dalam tersebut memenuhi
standar air minum yang diizinkan.
8. Pengambilancontoh air dananalisakwalitas
Penyedia Jasa harus mengambil contoh air untuk dianalisa.
Pengambilan contoh air dilaksanakan pada menjelangberakhirnya
pemompaan uji debit tetap sebanyak 2 (dua) contoh untuk
Halaman8

setiapsumur dengan volume masing-masing tidak kurang dari 1 (satu)


liter. Contohair tersebut disimpan dalam botol Polyethilene yang
sebelum dipakai harusdicuci dan dibilas dengan air sumur tersebut
paling tidak sebanyak 3 (tiga) kali,kemudian diisi penuh sehingga tidak
ada udara yang tertinggal didalam, laluditutup dengan rapat. Pada
masing-masing botol/jerigen dicantumkan tanggal pengambilan
contoh air tersebut. Penyedia Jasa harus melakukan analisa kimia
terhadap salah satu dari contoh airtersebut dengan segera yaitu
dengan mengirimkan pada laboratorim yangdisetujui oleh PPK.
9. Finishing
Tahap finishing meliputi :
- Pemasangan pompa, panel listrik serta instalasi kabel-kabelnya.
- Pembuatan bak control (manhole) apabila well head posisinya
dibawah level tanah, pembuatan apron apabila well head posisinya
diatas level tanah.
- Pembuatan instalasi perpipaan, asesoris serta Well Cover.
- Pembersihan dan perapihan lokasi.
10. Laporan
Penyedia menyusun laporan akhir beserta foto dokumen pelaksanaan
pekerjaan sebanyak 2 rangkap.
C. Pekerjaan Ground Reservoir
1. Galian Tanah
- Galian tanah harus sesuai dengan gambar pelaksanaan, baik
kedalaman, lebar maupun tingginya.
- Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau humus yang
cukup dalam, maka jenis tanah tersebut harus dibuang/dibongkar
dan diadakan perbaikan struktur tanah
- Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi tanah
masih
diragukan,
Pemborongwajib
melaporkan
kepada
Pengawas/Pemberi Tugas.
2. Lantai Kerja
- Lantai kerja ground reservoir dibuat dengan ketebalan 10 cm.
- Beton dengan mutu K 125 dengan standar campuran untuk 1 m3
beton terdiri dari :
a. Portland Cement 276,000 kg
b. Pasir Beton 828 kg
c. kerikil (maksimum 30 mm) kg 1012 Koral Beton
d. Air 215 Liter
3. Pasir Urug
Pasir Urug harus terdiri dari butir - butir yang bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya.
4. Cerucuk
Halaman9

Cerucuk berdiameter 10 cm dan panjang 4 meter dipancangkan


kedalam tanah.
5. Pekerjaan Beton
5.1. Persyaratan Bahan
5.1.1. Semen Portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas
persetujuan PPK dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah
mengeras
sebagian
atau
seluruhnya
tidak
dibenarkan
dipergunakan. Penyimpanan semen Portland harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, air dengan lantai
terangkat dari tanah dan ditumpuhkan sesuai dengan syarat
penumpukan semen.
5.1.2. Pasir Beton (Aggregate halus)
Pasir harus terdiri dari butir - butir yang bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainnya dan harus memenuhi komposis
butir serta kekerasan yang dicantum dalam PBI 1971.
5.1.3. Kerikil (Aggregate kasar)
Aggregate kasar untuk pasangan beton atau beton bertulang
menggunakan batu pecah (andesit) uk. 2/3 hasil dari produksi
stone crusher/pemecah batu, aggregate kasar harus terdiri dari
butir-butir keras, tidak berpori dan berbentuk angular. Aggregate
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai,
apabila jumlah butir pipih tersebut tidak melampaui 20 %
dari berat aggregate seluruhnya. Butir-butir kasar harus bersifat
kekal, artinya tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca.
5.1.4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan
lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.
5.1.5. Besi Beton
Digunakan besi beton dengan mutu U-24 (mempunyai SNI). Besi
harus bersih dan lapisan minyak/letmak dan bebas dari cacat
seperti serpih-serpih.
5.2. Syarat-syarat pelaksanaan
5.2.1. Mutu Beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah
K-300dengan komposisi untuk 1m3 beton, adalah :
- Portland cement 413,000 kg
- Pasir Beton 681 kg
- Bahan Koral Beton/kerikil (maksimum 30 mm) 1021 kg
- Air 215 Liter
5.2.2. Pembesian

Halaman10

a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang


dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring), persyaratan harus sesuai PBI 1971.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar kontruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar
besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan
harus bebas dari papan acauan atau lantai kerja dengan
memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam
PB1-1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis
dari perencana/ Direksi Pelaksana.
5.2.3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan mesin molen
b. Takaran untuk semen, pasir dan kerikil harus disetujui terlebih
dahulu oleh PPK.
c. Selama pengadukan kekentalan beton harus diawasi dengan
jalan memeriksa slump, minimum 5 cm dan maximum 10 cm.
5.2.4. Pengecoran Beton
a. Kontraktor diawasi melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan
penulangan dan penernpatan penyangga.
b. Pengecoran Beton hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan
Pengawas Lapangan.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup
padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti
keropos
dan
sarang-sarang
kerikil/split
yang
dapat
memperlemah kontruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada
hari berikutnya maka tempat perhatian tersebut harus disetujui
oleh Pengawas Lapangan.
5.2.5. Pekerjaan Acuan/Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan
b. Acuan/Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan
perkuatan perkuatan, sehingga cukup kokoh dan menjamin tidak
berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran
dilakukan.
c. Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya harus datar
dan licin, bebas dari kotoran-kotoran serbuk gergaji, potongan
kayu tanah/lumpur dan sebagainya sebelum pengecoran
dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak
permukaan beton.
Halaman11

d. Kontraktor
harus
memberikan
contoh-contoh
material
besi,pasir,kerikil dan semen kepada Direksi Lapangan, untuk
mendapatkan
persetujuan
sebelum
pekerjaan
dimulai.
Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi Pelaksana, akan
dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/ menerima
material yang dikirim oleh kontraktor ke Site.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan pada tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu
pekerjaan dapat terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak-dan
tidak sepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan
0,40 mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi
syaratsyarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak
terjadi penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas
kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
h. Beton dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah
pengecoran.
5.2.6. Pekerjaan Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan
dengan izin tertulis dari PPK/Konsultan Pengawas
5.2.7. Syarat-syarat Pengaman Pekerjaan
a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan pekerjaan lain.
c. Bila
terjadi
kerusakan,
kontraktor
diwajibkan
untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan,
seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus
selalu dibasahi dengan air terus selama 1 (satu) minggu atau
lebih (sesuai ketentuan dalam PBI 1971)
6. Plesteran
a. Persyaratan pemasangan
1)Plesteran dilaksanakan dalam 3 lapis sebagai berikut :
- Lapisan Kasar.
Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding, sebelum
lapisan kasar mengeras harus dibuat goresan melintang.
Lapisan ini harus dibasahi selama tidak kurang dari 24 jam
dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan sedang dipasang.
- Lapisan Sedang.
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaan yang
betulbetul rata kemudian dibuat kasar dengan mistar kayu
untuk memperoleh lekatan lapisan halus. Lapisan ini harus
tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan sampai mengering.
- Lapisan Halus.
Halaman12

Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan


sedang.Lapisan sedang harus dibasahi terlebih dahulu
sebelum dipasang lapisan halus. Lapisan ini harus benar-benar
rata dan halusmenggunakan air kapur dan semen sehingga
diperoleh permukaan yang licin/ halus, bebas dari bidang yang
kasar tanpa bekas sendok atau benda lainnya. Lapisan ini
harus dibasahi sekurang-kurangnya 2 hari.
2) Semua plesteran harus dipasang menurut tebal standart yang
dipasang pada kedua belah dinding, masing-masing adalah
1,5cm yaitu tebal total lapisan kasar + lapisan sedang + lapisan
halus untuk tiap permukaan.
3) Toleransi yang diijinkan untuk kecembungan bidang tidak boleh
melebihi 3 mm untuk jarak 2 m, setelah pekerjaan plesteran
selesai. Bila dinyatakan tidak sesuai dengan ketentuan diatas
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) lapangan maka
kontraktor wajib mengganti permukaan plesteran tersebut.
b. Persyaratan Bahan
- Semen yang dipakai harus Portland Cement sesuai PBI 712. Jenis semen dapat dipilih merek Tiga Roda, Gresik, hanya
digunakan 1 merek untuk keseluruhan pekerjaan.
- Pasir harus bersih/ sehat dan bebas dari bahan yang
merusak (minyak, alkali, asam).
- Campuran/ adukan plesteran :Plesteran Beton 1 pc : 3 psr.
7. Water Proofing
Bagian dalam dari ground reservoir dilapisi dengan water proofing
sebanyak 2 kali lapisan.
8. Intalasi Pipa
Pamasangan pipa pengantar PVC diameter 4 inchi dari sumur bor
ke ground reservoir.
D. Pekerjaan Tendon Air
1. Galian Tanah
- Galian tanah harus sesuai dengan gambar pelaksanaan, baik
kedalaman, lebar maupun tingginya.
- Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau humus yang
cukup dalam, maka jenis tanah tersebut harus dibuang/dibongkar
dan diadakan perbaikan struktur tanah
- Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi tanah
masih
diragukan,
Pemborongwajib
melaporkan
kepada
Pengawas/Pemberi Tugas.
2. Lantai Kerja
- Lantai kerja ground reservoir dibuat dengan ketebalan 5 cm.
- Beton dengan mutu K 125 dengan standar campuran untuk 1 m3
beton terdiri dari :
a. Portland Cement 276,000 kg
Halaman13

b. Pasir Beton 828 kg


c. kerikil (maksimum 30 mm) kg 1012 Koral Beton
d. Air 215 Liter
3. Pasir Urug
Pasir Urug harus terdiri dari butir - butir yang bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainya.
4. Cerucuk
Cerucuk berdiameter 10 cm dan panjang 4 meter dipancangkan
kedalam tanah.
5. Pekerjaan Beton
5.1. Persyaratan Bahan
5.1.1. Semen Portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas
persetujuan PPK dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah
mengeras sebagian atau seluruhnya tidak dibenarkan dipergunakan.
Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban, air dengan lantai terangkat dari
tanah dan ditumpuhkan sesuai dengan syarat penumpukan semen.
5.1.2. Pasir Beton (Aggregate halus)
Pasir harus terdiri dari butir - butir yang bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainnya dan harus memenuhi komposis butir
serta kekerasan yang dicantum dalam PBI 1971.
5.1.3. Kerikil (Aggregate kasar)
Aggregate kasar untuk pasangan beton atau beton bertulang
menggunakan batu pecah (andesit) uk. 2/3 hasil dari produksi
stone crusher/pemecah batu, aggregate kasar harus terdiri dari
butir-butir keras, tidak berpori dan berbentuk angular. Aggregate
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai,
apabila jumlah butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari
berat aggregate seluruhnya. Butir-butir kasar harus bersifat kekal,
artinya tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
5.1.4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan
lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.
5.1.5. Besi Beton
Digunakan besi beton dengan mutu U-24 (mempunyai SNI). Besi
harus bersih dan lapisan minyak/letmak dan bebas dari cacat seperti
serpih-serpih.
5.2. Syarat-syarat pelaksanaan
5.2.1. Mutu Beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah
K-300dengan komposisi untuk 1m3 beton, adalah :
- Portland cement 413,000 kg
- Pasir Beton 681 kg
- Bahan Koral Beton/kerikil (maksimum 30 mm) 1021 kg
Halaman14

Air 215 Liter


5.2.2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring), persyaratan harus sesuai PBI 1971.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar kontruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus
bebas dari papan acauan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PB1-1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis
dari perencana/ Direksi Pelaksana.
5.2.3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan mesin molen
b. Takaran untuk semen, pasir dan kerikil harus disetujui terlebih
dahulu oleh PPK.
c. Selama pengadukan kekentalan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump, minimum 5 cm dan maximum 10 cm.
5.2.4. Pengecoran Beton
a. Kontraktor diawasi melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan
penulangan dan penernpatan penyangga.
b. Pengecoran Beton hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan
Pengawas Lapangan.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan
sarang-sarang kerikil/split yang dapat memperlemah kontruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhatian tersebut harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
5.2.5. Pekerjaan Acuan/Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan
b. Acuan/Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan
perkuatan, sehingga cukup kokoh dan menjamin tidak berubah
bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya harus datar dan
licin, bebas dari kotoran-kotoran serbuk gergaji, potongan kayu
tanah/lumpur dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan
harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
d. Kontraktor
harus
memberikan
contoh-contoh
material
besi,pasir,kerikil dan semen kepada Direksi Lapangan, untuk
-

Halaman15

mendapatkan
persetujuan
sebelum
pekerjaan
dimulai.
Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi Pelaksana, akan
dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/ menerima
material yang dikirim oleh kontraktor ke Site.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan pada tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu
pekerjaan dapat terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak-dan tidak
sepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat
syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan
datangnya hujan, harus diperhatikan.
h. Beton dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah
pengecoran.
5.2.6. Pekerjaan Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan
dengan izin tertulis dari PPK/Konsultan Pengawas
5.2.7. Syarat-syarat Pengaman Pekerjaan
a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu
dibasahi dengan air terus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai
ketentuan dalam PBI 1971)
6. Intalasi Pipa
Pemasangan pipa 1 inc dari ground resrvoir ke bak tendon, dan dari
tendon ke pipa distribusi.
7. Tangki Air
Tangki air kapasitas 5 m3.
E. Pekerjaan Bak Water Treatment
1. Galian Tanah
- Galian tanah harus sesuai dengan gambar pelaksanaan, baik
kedalaman, lebar maupun tingginya.
- Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau humus yang
cukup dalam, maka jenis tanah tersebut harus dibuang/dibongkar
dan diadakan perbaikan struktur tanah
- Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi tanah
masih
diragukan,
Pemborongwajib
melaporkan
kepada
Pengawas/Pemberi Tugas.
Halaman16

2. Lantai Kerja
- Lantai kerja ground reservoir dibuat dengan ketebalan 10 cm.
- Beton dengan mutu K 125 dengan standar campuran untuk 1 m3
beton terdiri dari :
a. Portland Cement 276,000 kg
b. Pasir Beton 828 kg
c. kerikil (maksimum 30 mm) kg 1012 Koral Beton
d. Air 215 Liter
3. Pasir Urug
Pasir Urug harus terdiri dari butir - butir yang bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainya.
4. Cerucuk
Cerucuk berdiameter 10 cm dan panjang 4 meter dipancangkan
kedalam tanah.
5. Pekerjaan Beton
5.1. Persyaratan Bahan
5.1.1. Semen Portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas
persetujuan PPK dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah
mengeras sebagian atau seluruhnya tidak dibenarkan dipergunakan.
Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban, air dengan lantai terangkat dari
tanah dan ditumpuhkan sesuai dengan syarat penumpukan semen.
5.1.2. Pasir Beton (Aggregate halus)
Pasir harus terdiri dari butir - butir yang bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sebagainnya dan harus memenuhi komposis butir
serta kekerasan yang dicantum dalam PBI 1971.
5.1.3. Kerikil (Aggregate kasar)
Aggregate kasar untuk pasangan beton atau beton bertulang
menggunakan batu pecah (andesit) uk. 2/3 hasil dari produksi
stone crusher/pemecah batu, aggregate kasar harus terdiri dari
butir-butir keras, tidak berpori dan berbentuk angular. Aggregate
kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai,
apabila jumlah butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari
berat aggregate seluruhnya. Butir-butir kasar harus bersifat kekal,
artinya tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
5.1.4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan
lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.
5.1.5. Besi Beton
Digunakan besi beton dengan mutu U-24 (mempunyai SNI). Besi
harus bersih dan lapisan minyak/letmak dan bebas dari cacat seperti
serpih-serpih.
5.2.

Syarat-syarat pelaksanaan
Halaman17

5.2.1. Mutu Beton


Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah
K-300dengan komposisi untuk 1m3 beton, adalah :
- Portland cement 413,000 kg
- Pasir Beton 681 kg
- Bahan Koral Beton/kerikil (maksimum 30 mm) 1021 kg
- Air 215 Liter
5.2.2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang
(ring), persyaratan harus sesuai PBI 1971.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan
dengan gambar kontruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus
bebas dari papan acauan atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PB1-1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis
dari perencana/ Direksi Pelaksana.
5.2.3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan mesin molen
b. Takaran untuk semen, pasir dan kerikil harus disetujui terlebih
dahulu oleh PPK.
c. Selama pengadukan kekentalan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump, minimum 5 cm dan maximum 10 cm.
5.2.4. Pengecoran Beton
a. Kontraktor diawasi melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan
ukuran-ukuran
dan
ketinggian,
pemeriksaan
penulangan dan penernpatan penyangga.
b. Pengecoran Beton hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan
Pengawas Lapangan.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus
dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan
sarang-sarang kerikil/split yang dapat memperlemah kontruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya maka tempat perhatian tersebut harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan.
5.2.5. Pekerjaan Acuan/Bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran
yang telah ditetapkan
b. Acuan/Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan
perkuatan, sehingga cukup kokoh dan menjamin tidak berubah
bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
Halaman18

c. Acuan harus rapat dan tidak bocor, permukaannya harus datar dan
licin, bebas dari kotoran-kotoran serbuk gergaji, potongan kayu
tanah/lumpur dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan
harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
d. Kontraktor
harus
memberikan
contoh-contoh
material
besi,pasir,kerikil dan semen kepada Direksi Lapangan, untuk
mendapatkan
persetujuan
sebelum
pekerjaan
dimulai.
Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Direksi Pelaksana, akan
dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/ menerima
material yang dikirim oleh kontraktor ke Site.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan pada tempat
penyimpanan yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu
pekerjaan dapat terjamin sesuai persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak-dan tidak
sepuh seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40
mm. Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat
syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun 1971).
g. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, sehingga tidak terjadi
penguapan cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan
datangnya hujan, harus diperhatikan.
h. Beton dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah
pengecoran.
5.2.6. Pekerjaan Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan
dengan izin tertulis dari PPK/Konsultan Pengawas
5.2.7. Syarat-syarat Pengaman Pekerjaan
a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu
dibasahi dengan air terus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai
ketentuan dalam PBI 1971)
6. Plesteran
a. Persyaratan pemasangan
1)Plesteran dilaksanakan dalam 3 lapis sebagai berikut :
- Lapisan Kasar.
Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding, sebelum
lapisan kasar mengeras harus dibuat goresan melintang.
Lapisan ini harus dibasahi selama tidak kurang dari 24 jam
dan dibiarkan jenuh sebelum lapisan sedang dipasang.
- Lapisan Sedang.

Halaman19

Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaan yang


betulbetul rata kemudian dibuat kasar dengan mistar kayu
untuk memperoleh lekatan lapisan halus. Lapisan ini harus
tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan sampai mengering.
- Lapisan Halus.
Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan
sedang.Lapisan sedang harus dibasahi terlebih dahulu
sebelum dipasang lapisan halus. Lapisan ini harus benar-benar
rata dan halusmenggunakan air kapur dan semen sehingga
diperoleh permukaan yang licin/ halus, bebas dari bidang yang
kasar tanpa bekas sendok atau benda lainnya. Lapisan ini
harus dibasahi sekurang-kurangnya 2 hari.
2) Semua plesteran harus dipasang menurut tebal standart yang
dipasang pada kedua belah dinding, masing-masing adalah
1,5cm yaitu tebal total lapisan kasar + lapisan sedang + lapisan
halus untuk tiap permukaan.
3) Toleransi yang diijinkan untuk kecembungan bidang tidak boleh
melebihi 3 mm untuk jarak 2 m, setelah pekerjaan plesteran
selesai. Bila dinyatakan tidak sesuai dengan ketentuan diatas
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) lapangan maka
kontraktor wajib mengganti permukaan plesteran tersebut.
b. Persyaratan Bahan
- Semen yang dipakai harus Portland Cement sesuai PBI 71-2.
Jenis semen dapat dipilih merek Tiga Roda, Gresik, hanya
digunakan 1 merek untuk keseluruhan pekerjaan.
- Pasir harus bersih/ sehat dan bebas dari bahan yang merusak
(minyak, alkali, asam).
- Campuran/ adukan plesteran :Plesteran Beton 1 pc : 3 psr.
7. Water Proofing
Bagian dalam dari bak water treatmen dilapisi dengan water proofing
sebanyak 2 kali lapisan.
8. Intalasi Pipa
Pipa memompakan dari bak water treatmen ke bak reseroir,
menggunaka pipa 2 Inc (AW)
9. Pompa
Pompa dengan daya dorong minimum 50 meter dan debit minimum
30 liter/menit.

Halaman20

Anda mungkin juga menyukai