Anda di halaman 1dari 58

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH

TEKNIK SIPIL
JL.KAPTEN MUKHTAR BASRI NO.3 Telp.(061)6622400 MEDAN

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM


MEKANIKA TANAH

Oleh : Ir. ZURKIYAH, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Ridha-Nya Buku
Penuntun Praktikum Mekanika Tanah ini dapat diselesaikan. Buku ini akan
menjadi pedoman bagi Mahasiswa/i (Praktikan) dalam melaksanakan Praktikum
Mekanika Tanah di Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Materi buku ini meliputi :
1. Tata tertib pelaksanaan kegiatan praktikum Mekanika Tanah.
2. Percobaan-percobaan yang menjadi bahan kegiatan Praktikum, yakni :
A. PRAKTIKUM LAPANGAN
1. Pengujian Sondir (Dutch Cone Penetrometer)
2. Pemeriksaan Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir (Sand Cone)
3. Boring dan Sampling
4. Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
B. PRAKTIKUM LABORATORIUM
1. Pengujian Kadar Air (Water Content)
2. Pengujian Berat Jenis (Specific gravity)
3. Analisa Butiran (Grained Size Analysis)
4. Batas Konsistensi Atterberg Tanah
5. Pengujian Pemadatan
6. Pengujian CBR Laboratorium

Saya percaya bahwa pada tulisan ini masih ada kekurangan dan kekhilafan.
Oleh karena itu dengan berpegangan bahwa “tak ada gading yang tak retak”, maka
dengan kerendahan hati segala pandangan dan saran sangat dinantikan demi
kesempurnaan buku ini.
Akhir kata mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi praktikan
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil UMSU, Aamiin

Medan, Oktober 2023


Penyusun,

Ir. Zurkiyah, MT

2
TATA TERTIB PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIKUM

1. Umum.
1. Praktikum dilaksanakan ber-group.
2. Setiap Praktikan yang akan melaksanakan praktikum harus telah berada di
tempat praktek tepat pada waktu yang telah ditentukan, bagi yang terlambat
hanya dibenarkan mengikuti praktikum apabila telah mendapat persetujuan dari
Dosen/Asisten Lab. Mekanika Tanah.
3. Setiap Praktikan harus tunduk kepada peraturan-peraturan yang berlaku di
Laboratorium MekanikaTanah Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Selama kegiatan praktikum berlangsung, praktikan tidak dibenarkan :
- Memakai sandal
- Merokok
- Melakukan tindakan-tindakan yang dapat membuat keributan dan
keonaran.
5. Segala bentuk pelanggaran dapat dikenakan tindakan, dipecat dari praktikum.
6. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan harus mempelajari petunjuk
percobaan yang akan dilaksanakan, urutan-urutan pekerjaan, percobaan alat
dan sebagainya.
7. Sebelum melaksanakan praktikum di lapangan, Praktikan harus lebih dahulu
mendapat bimbingan dari Dosen/Asisten di Laboratorium.
8. Lokasi praktikum ditentukan oleh Dosen/Asisten. Lokasi yang telah ditentukan
tidak boleh ditukar oleh group praktikum tanpa persetujuan dari Dosen/Asisten.
9. Tidak dibenarkan menyentuh alat-alat yang tidak dipergunakan pada praktikum
yang bersangkutan
10. Bekerjalah berhati-hati terhadap alat yang digunakan. Kerusakan yang terjadi
pada alat-alat yang dipergunakan menjadi tanggung jawab group untuk
memperbaiki/menggantinya.
11. Apabila praktikan tidak mengikuti salah satu modul dari seluruh percobaan
tanpa persetujuan Dosen/Asisten Lab. Mekanika Tanah, maka praktikum-
praktikum yang telah diikuti oleh praktikan dianggap batal.
12. Setelah selesai praktikum, alat-alat praktikum harus dalam keadaan baik dan
dibersihkan serta diletakkan kembali ke tempat semula dengan disaksikan oleh
petugas (Dosen/Asisten Laboratorium Mekanika Tanah)

2. Asistensi dan Laporan.


1. Setelah selesai praktikum, data-data harus diasistensikan kepada Asisten
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah untuk ditanda tangani.
2. Setiap Praktikan harus mempunyai data-data tersendiri.
3. Data-data yang tidak ditanda tangani oleh Asisten, dianggap praktikumnya
batal.

3
4. Praktikum harus diasistensikan kepada Dosen/Asisten Laboratorium Mekanika
Tanah dan setelah ACC dari Asisten, harus dilaporkan kepada Kepala
Laboratorium Mekanika Tanah untuk dapat diketik.
5. Laporan harus diketik di kertas HVS ukuran A4.
6. Setelah selesai di ketik harus dilaporkan kepada Kepala Laboratorium untuk
dapat di jilid.
7. Setiap Praktikan harus menyerahkan laporan akhir nya masing-masing
(Perorangan) ke Laboratorium Mekanika Tanah (aslinya), untuk mendapatkan
nilai praktikum Mekanika Tanah.

3. Isi Laporan :
1. Judul / Kode / Jenis Praktikum.
2. Maksud / Tujuan Praktikum.
3. Alat-alat yang digunakan, berikut jumlahnya.
4. Pelaksanaan / Jalannya praktikum.
5. Hitungan, Grafik, Peta, Skets, dan lain-lain hasil percobaan.
6. Pembahasan dari teori yang dilaksanakan.
7. Kesulitan yang dihadapi sewaktu pelaksanaan praktikum.
8. Kesimpulan dengan ringkas.
9. Lampiran-lampiran.
10. Ke perpustakaan.

4
A. PRAKTIKUM LAPANGAN
1. PENGUJIAN SONDIR (DUTCH CONE PENETROMETER)
ASTM D 344I-86
SNI 2827:2008

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat pada
setiap kedalaman lapisan tanah.dengan alat sondir.
2. Untuk menentukan letak kedalaman tanah keras berupa perlawanan konus
(qc) dan perlawanan geser (fs).

B. Teori Dasar
Percobaan ini digunakan untuk menentukan daya dukung ujung (end
bearing) dan perlawanan keliling (friction/adhesion resistance) dari tanah untuk
perencanaan pondasi dan struktur geoteknik. Selain itu percobaan ini sangat
praktis untuk mengetahui dengan cepat letak kedalaman lapisan tanah keras,
bahkan dengan mengevaluasi nilai rasio gesekan (friction ratio), dapat pula
dilakukan deskripsi jenis lapisan tanah. Pada penggunaan friction sleeve
atauadhesion jacket type (bikonus), nilai konus dan hambatan lekat keduanya
dapat diukur. Hasil penyelidikan ini dinyatakan dalam bentuk grafis, nilai konus
digambar dalam kg/cm2 dan hambatan lekat (skin friction) digambar sebagai
jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan per cm keliling, yaitu dalam kg/cm.
Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang
dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan panjang.

C. Peralatan
1. Konus
Konus yang digunakan harus memenuhi persyaratan
a. Ujung konus bersudut 600 ± 50
b. Ukuran diameter konus adalah 35,7mm ± 0,4mm atau luas proyeksi konus = 10
cm2.
c. Bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3mm. Konus ganda harus
terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok untuk menahan abrasi
dari tanah.
2. Selimut (bidang) geser
Selimut (bidang) geser yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7mm ditambah dengan 0mm s.d
0,5mm;
b. Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut
geser;

5
c. Luas permukaan selimut geser adalah 150cm2 ± 3cm2
d. Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya tanah.
e. Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 µm AA ± 50 %.

3. Pipa dorong
Batang-batang yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00m;
b. Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak tertekuk
jika disondir/didorong;

a) keadaan tertekan b) keadaan terbentang


Gambar 1. Rincian Konus Ganda

c. Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter dasar
konus ganda untuk jarak minimum 0,3m di atas puncak selimut geser;
d. Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap;
e. Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan, sehingga
terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus;
f. Pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi.

6
4. Batang dalam.
Batang-batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong;
b. Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan;
c. Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong dengan
perbedaan kira-kira 0,1 mm;
d. Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat menyalurkan
perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan lain;
e. Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus ± 0,5 mm - 1,0 mm;
f. Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas untuk
mencegah korosi;
g. Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk
mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.

5. Mesin pembeban hidraulik


Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
(lihat Gambar 2 dan Gambar 3):
a. Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang
diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak pada
waktu pengujian;
b. Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik
yang dapat digerakkan naik/turun;
c. Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi
dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik
batang dalam dan pipa dorong;
d. Pada penekan hidraulik terpasang 2 buah manometer yang digunakan untuk
membaca tekanan hidraulik yang terjadi pada waktu penekanan batang dalam,
pipa dorong dan konus (tunggal atau ganda). Untuk pembacaan tekanan
rendah disarankan menggunakan manometer berkapasitas 0 Mpa s/d 2 MPa
dengan ketelitian 0,05 Mpa. Untuk pembacaan tekanan menengah digunakan
manometer berkapasitas 0 MPa s/d 5 MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan
untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas 0 MPa
s/d 25 MPa dengan ketelitian 0,1 MPa.

7
Gambar 2. Rangkaian alat penetrasi konus

Keterangan
1. Piston hidraulik, terletak di
dalam silinder hidraulik
2. Batang dalam yang
menonjol diujung kepala
pipa dorong
3. Kepala pipa dorong
4. Pipa dorong teratas
5. Kunci piston untuk memeriksa
oli
6. Kunci pengatur dengan
penampang berada di
dalam
7. Potongan kepala pipa dorong
8. Tampak atas kunci pengatur
9. Penekan hidraulik,
kedudukan menekan pipa
dorong
10. Penekan hidraulik,
kedudukan mencabut pipa
dorong

Gambar 3. Rincian penekan hidraulik

8
D. Pengujian
1. Batasan peralatan dan perlengkapan
Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi ± 5 %;
b. Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik: a). Untuk perlawanan
konus (qc) adalah 10 %;
2. Untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
a. Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan
dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidraulik;
b. Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang
memadai, dan diletakkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah
pada waktu pengujian;
c. Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2 m s/d
3 m sehingga datanya tidak bermanfaat;
d. Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker; namun di daerah
tanah lunak tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian beban
menggunakan karung-karung pasir.
3. Kalibrasi
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada
saat diperlukan, sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku.

E. Cara pengujian
1. Persiapan pengujian
Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Bersihkan tanah tempat percobaan dari rumput, kayu dan material lain yang
mengganggu lalu datarkan.
b. Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali
dengan linggis sedalam ± 5 cm;
c. Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai
dengan letak rangka pembeban, letakkan mesin sondir dan atur kedudukannya
pada pelat penahan sedemikian rupa sehingga vertikal terhadap tanah.;
d. Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
e. Isikan oli SAE 10 ke tabung minyak hidrolik pada mesin sondir sampai
penuh, sehingga bebas dari gelembung udara, baut penutup tangki minyak
hidrolik harus diberi lapisan pengedap.
f. Bikonus dipasang pada ujung pipa sondir, kemudian dihubungkan dengan
mesin sondir.
g. Pasang manometer 0 MPa s/d 2 MPa dan manometer 0 MPa s/d 5 MPa untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s/d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s/d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
h. Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci
piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara

9
dalam sistem;
i. Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
j. Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar
baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat
pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian,
tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
k. Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala pipa
dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8 cm
di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan
potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.
l. Lakukan penetrasi sondir dengan memutar engkol pemutar sampai kedalaman
20 cm dan titik nol sondir harus diikat terhadap suatu titik tetap. Karenanya
pada pipa sondir terlebih dahulu ditandai setiap 20 cm.
m. Dari titik tetap, engkol diputar secara konstan, pada saat ujung konus turun ke
dalam tanah kira-kira 4 cm (diperkirakan dengan melihat batang dalam pipa
sondir kira-kira 4 cm) lakukan pembacaan manometer. Catat sebagai
pembacaan penetrasi konus (qc)
n. Penekanan selanjutnya akan menggerakkan konus beserta selubung sedalam 8
cm, bacalah manometer sebagai hasil dari jumlah perlawanan (qt) yaitu
perlawanan penetrasi konus (qc) dan hambatan lekat (qf).
o. Turunkan pipa sampai kedalaman berikutnya sesuai dengan yang telah ditandai
pada pipa sondir (biasanya dilakukan setiap kedalaman 20 cm). Lakukan
pembacaan manometer seperti prosedur percobaan diatas.
p. Percobaan dihentikan sampai ditemukannya lapisan tanah keras (tekanan
manometer tiga kali berturut-turut melebihi 150 kg/cm2. Atau kedalaman
maksimum 30 m).

2. Pembacaan hasil pengujian


Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:
a. Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4
cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran
C) pada kolom Cw
b. Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 4) dan
catat pada formulir (Lampiran C) pada kolom Tw

10
Gambar 4. Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir

F. Perhitungan
1. Perlawanan konus (qc)
Nilai perlawanan konus (qc)dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Pkonus = Ppiston (1)
qcx Ac = Cw x Api
qc = Cw x Api/Ac (2)
Api = Л (Dpi)2/4 (3)
Ac = Л (Dc)2/4 (4)
2. Perlawanan geser (fs)
Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang geser
terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan:
Pkonus + Pgeser = Ppiston (5)
(qc x Ac) + (fs
x As) = Tw x
Api (Cw x Api)
+ (fs x As) =
Tw x Api
fs = Kw x Api / As (6)
As = л Ds Ls (7)

11
Kw = (Tw - Cw) (8)
3. Angka banding geser (Rf)
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan
geser lokal (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Rf = (fs / qs) x 100 (9)

4. Geseran total (Ts)


Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser
lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Tf = (f s x interval pembacaan) (10)
dengan:
Cw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);
Tw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa);
Kw : selisih dengan (kPa);
Pkonus : gaya pada ujung konus (kN);
Ppiston : gaya pada piston (kN);
qc : perlawanan konus (kPa);
fs : perlawanan geser lokal (kPa);
Rf : angka banding geser (%);
Tf : geseran total (kPa);
Api : luas penampang piston (cm2);
Dpi : diameter piston (cm);
Ac : luas penampang konus (cm2);
Dc = Ds : diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm);
As : luas selimut geser (cm);
Ds : diameter selimut geser (cm);
Ls : panjang selimut geser (cm)

G. Pengolahan Data
1. Hambatan Lekat (qf) dihitung dengan rumus:
𝑞𝑓 = (𝑞𝑡 - 𝑞𝑐) 𝐴
𝐵
dimana:
qf = Hambatan lekat (kg/cm)
qc = Bacaan perlawanan penetrasi konus (bacaan kesatu) (Kg/cm2)
Qt = bacaan manometer nilai perlawanan total (bacaan kedua) = Kg/cm2
A = Tahap pembacaan (20 cm).
B = Faktor alat, atau

12
= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑟𝑎𝑘
= 14,5
2. Jurnlah Hambatan Lekat
Jqf = kumulatif dari hambatan lekat Jqf = ∑qf
3. Buat grafik
- Perlawanan penetrasi konus (qc) terhadap kedalaman
- Jumlah hambatan lekat (Jqf) terhadap kedalaman

13
TEST
SONDIR
Lokasi
Universitas Muhammadiyah
Tanggal
Sumatera Utara

Kelompok

Local
Kedalaman Cone Total Skin Skin Total Skin
(m) Resistant Resistant Friction Friction Skin Friction
(Cw) (Tw) (Sf) x 20/10 Friction ( Lsf )
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) ( Tsf ) (kg/cm)
(kg/cm)

14
2. PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT KONUS
PASIR (SAND CONE)
ASTM D 1556.6
SNI 2828: 2011

A. T'ujuan
Menghitung nilai kepadatan lapangan lapisan tanah atau timbunan (berat isi
kering).

B. Teori Dasar
Pemeriksaan kepadatan lapangan dengan kerucut pasir (Sand Cone) merupakan
salah satu jenis pengujian yang dilakukan dilapangan, untuk menentukan berat isi
kering (kepadatan) tanah asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan, pada
tanah kohesif maupun non kohesif.
Percobaan ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan
pemadatan dilapangan yang dinyatakan dalam derajat kepadatan (degree
ofcompaction), yaitu perbandingan antara ɣdlapangan (kerucut pasir) dengan ɣdmaks
hasil percobaan pemadatan dilaboratorium dalam persentase lapangan.

C. Peralatan
1. Botol transparan, kapasitas ± 4liter (1galon) dan corong yang dilengkapi
dengan lubang katup silinder pengatur berdiameter 12,7mm untuk saluran
pasir, dan mempunyai corong di bagian ujungnya;
2. Katup mempunyai kran yang dapat dibuka untuk mengalirkan pasir dan dapat
ditutup untuk menghentikan aliran pasir atau bila aliran pasir telah berhenti
mengalir dalam corong konus;
3. Takaran untuk menetukan berat isi pasir
4. Corong kalibrasi pasir diameter 16,51 cm.
5. Pelat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan lubang bergaris
terrgah 16,51 cm.
6. Peralatan lain seperti: palu, sendok, kuas, dan peralatan untuk menentukan
kadar air.
7. Neraca dengan kapasitas 500gram dengan ketelitian 0,1 gram.
8. Pasir bersih dan kering, tidak mengandung bahan pengikat dan lewat saringan
no.10 dan tertahan pada saringan no.200.
9. Kompor atau oven atau peralatan lainnya yang dapat
digunakan untuk mengeringkan contoh
10. Plastik atau wadah lain untuk tempat tanah hasil galian

15
Gambar 8. Alat uji kepadatan tanah dengan konus pasir

D. Prosedur percobaan
1. Pengisian pasir dalam botol alat
a. Letakkan botol alat yang masih kosong di atas permukaan yang datar, tutup
katup dan isi corong dengan pasir;
b. Buka katup dan jaga corong berisi setengahnya selama pengisian pasir. Bila
pasir berhenti mengalir ke dalam botol, tutup katup dengan kuat dan
kosongkan kelebihan pasir dalam corong ;
c. Tentukan dan catat berat botol terisi pasir (m1)
d. Letakkan pelat dasar corong pada permukaan dasar yang bersih, datar dan rata.
Balikkan botol alat terisi pasir dan dudukkan mulut corong di atas lubang pelat
dasar;
e. Buka katup corong, biarkan pasir mengalir sampai pasir berhenti mengalir ;
f. Tutup katup corong dengan segera, pindahkan botol dan tentukan berat alat
dengan sisa pasir dalam botol (m2);
g. Berat pasir yang mengisi konus dan pelat dasar dihitung dengan perbedaan
antara berat awal, m1, dan berat akhir, m2. Catat beratnya sebagai koreksi
konus (Cc)
Cc = m1 – m2 (1)
Keterangan:
m1 adalah berat botol alat terisi pasir
m2 adalah berat botol alat dan sisa pasir
h. Untuk hasil yang lebih teliti, setiap kali pengujian dapat dilakukan
penentuan koreksi konus di atas permukaan yang akan diuji.

2. Penentuan berat isi pasir (DB)


a. Ganti jumlah pasir yang terpakai dalam corong, tutup katup corong, dan

16
tentukan berat botol alat berikut pasir (m3);
b. Letakkan posisi kontainer atau takaran kalibrasi di atas permukaan yang
bersih, rata dan datar. Letakkan pelat dasar di atas takaran kalibrasi. Balikkan
botol alat dan dudukkan mulut corong pada ceruk pelat dasar;
c. Buka katup corong dan jaga sampai pasir berhenti mengalir;
d. Tutup katup corong dengan kuat, pindahkan botol alat dan tentukan berat
botol dan sisa pasir (m4);
e. Hitung berat pasir yang mengisi kontainer, corong dan pelat dasar. Nyatakan
beratnya (langkah pada 5.2.a), dan berat awal
f. Tentukan berat pasir dalam kontainer saja, dengan menghitung berat koreksi
konus dari berat total pasir dalam kontainer, corong dan pelat dasar;
g. Tentukan berat isi pasir yang dikalibrasi (faktor kalibrasi pasir). Bagi berat
pasir dalam kontainer, dengan volume kontainer yang ditentukan sesuai
dengan SNI 03-4804, dengan rumus:

𝐷𝐵 = 𝑚3- 𝑚4- 𝐶𝑐 (2)


𝑉𝑐

Keterangan:
m3 adalah berat botol alat terisi pasir; m4 adalah berat botol alat dan sisa pasir;
Cc adalah koreksi konus;
Vc adalah volume kontainer;
h. Catat berat isi ini untuk acuan pengujian berikutnya.

3. Pengujian Lapangan
a. Isi botol alat dengan pasir sesuai dengan G.1. Catat berat total (m5).
b. Siapkan permukaan pada tempat yang akan diuji sehingga pada posisi rata dan
datar.
c. Dudukkan pelat dasar di atas permukaan yang sudah disiapkan. Gali lubang di
bawah lubang pelat dasar dengan hati-hati, untuk mencegah gangguan
terhadap tanah yang akan diambil. Tanah yang mengandung bahan berbutir
perlu penggalian yang ekstra hati-hati. Masukkan tanah yang lepas-lepas
dengan hati-hati ke dalam sebuah wadah, agar tidak hilang. Selama
penggalian perlu hati-hati untuk menghindari kehilangan kadar air tanah yang
sedang diambil.
d. Letakkan botol alat di atas pelat dasar, buka katup corong. Setelah pasir
berhenti mengalir, tutup katup corong.
e. Timbang botol alat termasuk sisa pasir (m6) dan catat.
f. Timbang tanah basah yang telah diambil dari lubang uji.
g. Aduk tanah basah dengan sempurna, sisihkan sebagian sesuai Tabel 1 dan
timbang contoh uji untuk penentuan kadar air tanah.

17
h. Keringkan dan timbang contoh tanah untuk menentukan kadar air tanah, sesuai
dengan SNI 03-1965, atau cara uji cepat sesuai dengan SNI 03-1965.1, ASTM
D 4959 atau ASTM D 4643. Hasil kadar air yang diperoleh menggunakan uji
cepat harus dikoreksi terhadap nilai yang diuji dengan SNI 03-1965. Hitung
kadar air tanah sampai 0,1 persen terdekat.

E. Pengolahan Data
1. Hitung volume lubang uji tanah (Vh)

𝑉𝐻 = 𝑚5- 𝑚6- 𝐶𝑐 (3)


𝐷𝐵

Keterangan:
VH adalah volume lubang uji;
m5 adalah berat awal botol alat dan pasir;
m6 adalah berat akhir botol alat dan pasir;
Cc adalah koreksi konus, dan
DB adalah berat isi pasir.
Hitung volume lubang uji sampai 1 cm terdekat.

2. Hitung berat tanah kering dari lubang uji dengan rumus sebagai berikut;

𝑀𝐷𝑆=𝑀𝑊𝑆 (4)
1+ ( 𝑤/100 )
Keterangan:
MDS adalah berat kering tanah dari lubang uji;
MWS adalah berat contoh tanah basah dari lubang uji;
w adalah persentase kadar air tanah dari lubang uji.
Hitung berat tanah kering sampai 1 gr terdekat.

3. Hitung densitas tanah kering di tempat, dengan rumus sebagai


berikut.
𝐷𝐷 = 𝑀𝐷𝑆 (5)
𝑉𝐻
Keterangan:
DD adalah kepadatan tanah kering di tempat dari lubang uji;
MDS adalah berat kering tanah dari lubang uji ;
VH adalah volume lubang uji.
Hitung kepadatan tanah sampai 1 g/cm3 terdekat.
DD= (ɣdlap)/(ɣdlab) x 100 %
dimana: harga D harus sama atau lebih besar dari 95 %

18
Formulir Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Konus Pasir (Sand Cone)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


Kelompok
Rumus dan
No Uraian Satuan Nomor Titik
Simbol
1 2
1 Koreksi Konus Pasir Cc
Berat botol + pasir gr m1
Berat botol + sisa pasir gr m2
Koreksi konus gr Cc = m1 – m2
2 Berat Isi Pasir DB
Volume container cm3 Vc
Berat botol + pasir gr m3
Berat botol + sisa pasir gr m4
Berat isi pasir gr/cm3 𝐷𝐵= 𝑚3 - 𝑚4 - 𝐶𝑐
𝑉𝑐
3 Kepadatan Tanah Kering DD
Berat botol + Pasir gr m5
Berat botol + sisa pasir gr m6
Berat tanah galian gr MWS

Volume lubang cm3 𝑉𝐻 = 𝑚5 - 𝑚6 - 𝐶c


𝐷𝐵
Kepadatan tanah basah gr/cm3 w = MWS/VH
Kepadatan tanah kering gr/cm3 d = w / (1 + w)
4 Kadar Air
Berat tanah + wadah gr m7
Berat tanah kering + wadah gr m8
Berat wadah gr m9
Berat air gr mw – m7 – m8
Berat tanah kering gr MDS = m8 – m9
Kadar air % w = mw / MDS

19
3. BORING DAN SAMPLING
ASTM D 1452-65

A. Tujuan.
i. Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah dan jenis tanah tiap kedalaman
tertentu secara visual.
ii. Pengambilan contoh tanah tak terganggu dan terganggu pada kedalaman
tertentu untuk penyelidikan lebih lanjut di laboratorium

B. Teori Dasar
Contoh tanah asli dapat diperoleh dengan menggunakan tabung sampel (tube
sampler), tabung belah (split spoon sampler), ataupun contoh tanah berbentuk
kubus (block samples). Terdapat dua cara pengambilan contoh tanah, yaitu
melalui pembuatan sumur uji (Test Pit) dan Pernboran dangkal/tangan
(Shallow/Hand Boring). Tidak termasuk dalam kegiatan ini yaitu pengambilan
contoh tanah melalui pemboran dalam (Deep Boring) dengan menggunakan bor
mesin (Boring Machine).

C. Peralatan
1. Mata bor (Posthol Auger) dan pipa-pipa bor dengan panjang satu meter yang
dapat disambung satu sama lain.
2. Tabung Silinder (Shelby) untuk pengambilan contoh/sampel dengan
perlengkapannya (Stick Apparatus).
3. Kunci Inggris, kunci pipa dan kunci-kunci bantu lainnya.
4. Hammer dengan massa 5 kg.
5. Perlengkapanlain seperti:
- stiker label
- formulir profil bor
- lilin
- kantong sample

D. Prosedur Percobaan Boring


1. Titik pengeboran harus dekat dengan lokasi penyondiran.
2. Bersihhan lokasi dari rumput-rumputan dan drad-drad pada stang bor.
3. Pasang mata bor pada pipa (stang bor) dengan kuat.
4. Tanamkan bor pada titik pengeboran yang telah ditentukan, dengan memutar
tangkai pemutar sambil memberi pemberat agar mata bor masuk ke dalam
tanah.
5. Pengeboran dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm atau kira-kira mata bor
sudah penuh terisi tanah. Kemudian mata bor dicabut dan tanah
dikeluarkan untuk dideskripsikan secara visual.
6. Ulangi pengeboran sampai tercapai kedalarnan maksimum yang dikehendaki.

20
7. Jika menggunakan casing, casing dibenamkan tidak boleh melebihi
permukaan tanah yang telah di bor.
Casing
Tanah yang telah dibor

Level tanah yang belum dibor

8.Penentuan M AT (GWT)
- Tanah pasir : ditentukan minimal 30 menit setelah boring selesai
- Lanau : 24 jarn setelah boring selesai
- Lempung : 24 jam setelah boring selesai

E. Pengambilan Sampel Tanah


1.Ambil contoh tanah asli pada kedalaman yang telah ditetapkan dengan
menggunakan tabung sampel yang telah disediakan, dengan jalan ditumbuk
dengan martil sampai tabung penuh. Tabung diperkirakan telah penuh dengan
mendengarkan bunyi tumbukan yang kedengarannya padat.
2.Tabung yang sudah terisi penuh dikeluarkan, kemudian pada kedua ujungnya
dicongkel kira-kira 2 cm dan ditutup lilin untuk menjaga agar kelembaban
sampel tidak berubah.
3.Tabung kemudian diberi label yang dicantumkan lokasi, nomor boring,
kedalaman dan sebagainya.

F. Pengolahan Data
Deskripsi tanah hasil percobaan ini dijelaskan dalam format Boring Log.

G. Indeks Properties Tanah


Pendahuluan
Untuk mempelajari indeks properties tanah perlu dimengerti bahwa
tanah terdiri dari butir tanah (solid particles), udara (void with air) dan
air (water).

S : Solid particles
A : Voids with Air
W : Water

Gambar 9. .Struktur tanah

21
Kondisi diatas sering disebut bahwa tanah terdiri dari 3 phase. Tanah
yang kita jumpai dialam pada umumnya terdiri dari 3 phase yaitu butir
tanah, udara, dan air.

Va Air (Udara)

Vv
Vt
Vw Water (Air)

Solid (Butir)
Vs

Gambar 10. Diagram Phase Tanah

22
FORMAT LAPORAN
Kelompok Lokasi
Tanggal

No Kedalaman Deskripsi

23
4. UJI CBR DI LAPANGAN DENGAN ALAT DYNAMIC CONE
PENETROMETER (DCP)

A. Maksud
Cara uji ini merupakan suatu prosedur yang cepat untuk melaksanakan evaluasi
kekuatan tanah dasar dan lapis pondasi jalan, dengan menggunakan Dynamic Cone
Penetrometer, (DCP). Cara uji ini juga merupakan cara alternatif jika pengujian CBR
lapangan tidak bisa dilakukan.
Pengujian tersebut memberikan sebuah dari kekuatan lapisan bahan sampai kedalaman
90 cm di bawah permukaan yang ada dengan tidak melakukan penggalian sampai
kedalaman pada pembacaan yang diinginkan.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi
dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan pondasi karena pengaruh
penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan
penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR.
Alat ini digunakan untuk menentukan nilai CBR sub grade (tanah dasar), suatu
sistem secara cepat dan praktis, biasa dilakukan sebagai pekerjaan quality control
pekerjaan pembuatan jalan.
Spesifikasi:
Konus : Baja yang diperkeras, diameter 20mm, sudut kemiringan 600
Palu penumbuk : Berat 8 kg, tinggi jatuh 575 mm
Mistar : 100 cm
Batang penetrasi : Diameter 16 mm.
Pengoperasian yang praktis :
Peralatan ini cukup dioperasikan oleh dua operator saja. Tanpa memerlukan
perhitungan khusus, pekerjaan quality control menjadi cepat dan efisien tanpa
mengabaikan ketepatan hasil pengukuran.
Portable
Alat ini di desain khusus agar mudah dibawa kemanapun juga. Rangkaian alat ini
dapat dibongkar pasang dengan mudah dan cepat.

B. Teori
California Bearing ratio (CBR) adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan
untuk penetrasi contoh bahan sebesar 0,1” atau 0,2” dengan beban yang ditahan batu pecah
standar pada penetrasi 0,1” atau 0,2”, yang dinyatakan dalam persen.
Berdasarkan cara mendapatkannya, CBR dapat dibagi menjadi
a. CBR laboratorium
b. CBR lapangan
c. CBR rencana titik,

C. Peralatan
Alat penetrometer konus dinamis (DCP) terdiri dari tiga bagian utama yang satu sama
lain harus disambung sehingga cukup kaku.
Bagian atas
24
a. Pemegang;
b. Batang bagian atas diameter 16 mm, tinggi-jatuh setinggi575 mm;
c. Penumbuk berbentuk silinder berlubang, berat 8 kg.
Bagian tengah
a. Batang bagian bawah, panjang 90 cm, diameter 16 mm;
b. Batang penyambung, panjang antara 40 cm sampai dengan 50 cm, diameter
16 mm dengan ulir dalam di bagian ujung yang satu dan ulir luar di ujung
lainnya;
c. Mistar berskala, panjang 1 meter, terbuat dari plat baja;
d. Landasan penumbuk
e. Konus terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di bagian ujung, diameter
20 mm, sudut 60° atau 30°;
f. Cincin pengaku.
1. Mistar ukur
2. Batang penetrasi
3. Konus
4. Landasan penumbuk
5. Stang pelurus
6. Palu penumbuk
7. Kunci pas
8. Tas terpal

Gambar 11. Penetrometer konus dinamis (DCP)

25
Gambar 12. Bagian daripenetrometer konus dinamis (DCP)

4. Prosedur Percobaan
1. Letakkan penetrometer yang telah dirakit di atas permukaan tanah yang akan
diperiksa. Letakkan alat ini sedemikian rupa sehingga dalam posisi vertikal,
penyimpangan sedikit saja menyebabkan kesalahan pengukuran yang relatif besar.
2. Baca posisi awal penunjukan mistar ukur (Xo) dalam satuan mm yang terdekat.
Penunjukan Xo tidak perlu tepat pada angka nol karena nilai Xo ini akan
26
diperhitungkan pada nilai penetrasi.
3. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang palu lepaskan sehingga
menumbuk landasan penumbuknya. Tumbukan ini menyebabkan konus menembus
tanah/lapisan sirtu di bawahnya.
4. Baca posisi penunjukan mistar ukur (X1) setelah terjadi penetrasi. Masukkan nilai
X1 ini pada blangko data kolom ke-2 (pembacaan mistar cm) dan robah menjadi mm
pada kolom 3. Bacaan baris berikutnya pada kolom 2 merupakan nilai kumulatif.
5. Hitung selisih pembacaan mistar pada kolom 3, kemudian hasilnya diisikan pada
kolom 4 (X2 – X1)
X1 = bacaan pertama
X2 = bacaab berikutnya
6. Hitung nilai CBR tiap pukulan
DCP Konus 600 : Log10(CBR) = 2.8135 - 1.313 Log10(mm/tumbukan)
DCP Konus 300 : Log10(CBR) = 1.352 - 1.125 Log10(mm/tumbukan)
7. Hitung nilai CBR titik pengamatan dengan menggunakan persamaan

𝐶𝐵𝑅𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 = {ℎ1∗3√𝐶𝐵𝑅1+ ℎ2∗3√100 𝐶𝐵𝑅2+⋯+ ℎ𝑛∗3√𝐶𝐵𝑅𝑛}3


100

Dimana:
hn = tebal tiap lapisan tanah ke n
100 = tebal total lapisan tanah (cm)
CBRn = Nilai CBR pada lapisan ke n

CBR1 h1
100 cm
CBR2 h2
CBR3 h3

27
FORMULIR PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

Kelompok Lokasi
Tanggal

Nomor Selisih
Kumulatif Angka DCP CBR ℎ ∗ 3√CBR
Pukulan Penetrasi
cm mm mm %
1 2 3 4 5 6

28
B. PRAKTIKUM LABORATORIUM
1. PENGUJIAN KADAR AIR (WATER CONTENT TEST)
ASTMD2216–71
SNI 03 1965 1990
A. Tujuan
Percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah di laboratorium yang
dapat diterapkan untuk untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya.

B. Teori Dasar
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam massa
tanah, terhadap berat butiran tanah (tanah kering) dan dinyatakan dalam persen.

C. Peralatan
1. Oven pengering yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110 ± 5) ºC.
2. Neraca /Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3. Cawan tempat benda uji.
4. Pisau perata.
5. Peralatan lain yang diperlukan

D. Prosedur Percobaan
1. Bersihkan dan timbang container atau cawan tempat benda uji W3
2. Ambil contoh tanah asli tak terganggu (undisturbed sample) atau terganggu
(disturbed sample), dan masukkan kedalam tiga buah cawan yang telah ditimbang
sebelumnya dan diberi label (contoh I , contoh II, contoh III)
3. Masukkan benda uji ke dalam cawan dan timbang beratnya W1
4. Masing-masing cawan yang telah diisi contoh tanah, ditimbang dan dicatat.

Berat sample minimum yang dioven Berat minimum sampel


Ukuran maksimum partikel (untuk dioven)
# 40 10 gr
#4 100 gr
½ inch 300 gr
1 inch 500 gr
2 inch 1000 gr

5. Keringkan benda uji dengan menggunakan oven selama ± 24 jam pada temperatur
lebih kurang 1100 C atau sampai beratnya konstan.
6. Keluarkan benda uji dan dinginkan pada temperatur ruang, kemudian cawan +
tanah kering tersebut ditimbang dan dicatat, W2.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama percobaan :
1. Untuk masing-masing contoh tanah harus dipakai cawan yang diberi label dan
tidak boleh sampai tertukar.
2. Untuk setiap benda uji harus diambil tiga sampel, sehingga kadar air dapat diambil
rata-rata.
3. Agar pengeringan dapat berjalan sempurna, maka susunan benda uji dalam oven
29
harus diatur sehingga pengeringan tidak terganggu serta saluran udara harus
terbuka.

E. Pengolahan Data
1. Kadar air tanah dapat dihitung sebagai berikut :
- Berat cawan + tanah basah = W1 gram
- Berat cawan + tanah kering = W2 gram
- Berat cawan = W3 gram
2. Ketiga data diatas diperoleh melalui percobaan.
3. Maka kadar air dapat dihitung dengan :
w = [(W1– W2)/(W2 – W3)] x100%

Formulir Pengujian Kadar Air

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LABORATORIUM MEKANIKA TANAH


SUMATERA UTARA
Kelompok

No Cawan Symbol Satuan 1 2


Berat cawan + tanah basah W1 Gr
Berat cawan + tanah kering W2 Gr
Berat cawan W3 Gr
Berat air W1 – W2 Gr
Berat tanah kering W2 – W3 Gr
Kadar air 𝑤 = (𝑊1 - w2 ) .100 %
(𝑊2 - 𝑊3)

Rata-rata

30
2. PENGUJIAN BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY TEST)
ASTMD854 06
SNI 1964 2008

A. Tujuan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis butiran tanah (Gs). Berat jenis
tanah adalah perbandingan antara berat butir-butir tanah dengan berat air destilasi di udara
dengan volume yang sama pada temperatur tertentu.
Berdasarkan nilai Gs tersebut dapat diketahui apakah contoh tanah organis atau
anorganis, dan dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan
sifatnya.

B. Teori Dasar.
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air yang
mempunyai volume sama pada suhu tertentu. Berat jenis tanah diperlukan untuk
menghitung indeks propertis tanah lainnya (misalnya: angka pori, derajat kejenuhan,
karakteristik pemampatan), dan sifat-sifat penting tanah lainnya.
Gs = ɣs / ɣw

dimana:
ɣs = Berat isi butir tanah (Kg/cm3)
ɣw = Berat isi air (Kg / cm3)
Gs = Berat Jenis tanah.
Nilai:
Gs < 2,6 = Tanah organis
Gs < 2,6 - 2,8 = Tanah anorganis
.ladi untuk tanah yang terdiri dari campuran bahan organik maupun bahan anorganik
tentu mempunyai nilai Gs yang tergantung dari komposisi campuran bahan-bahan tersebut.
Untuk perencanaan bangunan, pengetahuan tentang adanya bahan organis sangat penting,
karena tanah organis berbahaya untuk tanah bangunan.

C. Peralatan.
1. Tabung piknometer sebanyak 3 buah.
2. Ayakan (sieve) nomor 4 (4,75 mm), dan saringan nomor 10 (2 mm).
3. Neraca Ohauss dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,001 gram.
4. Oven pengering.
5. Termometer
6. Wadah tempat merendam tabung
7. Air suling dengan tabung air.
8. Palu karet

D. Prosedur percobaan.
1. Keringkan contoh tanah yang akan diuji dalam oven pengering selama ± 24 jam
2. Piknometer dicuci dan dikeringkan. Kemudian piknometer dan tutupnya ditimbang
31
dengan ketelitian 0,01 gram (W1).
3. Pecahkan contoh tanah yang telah kering dengan menggunakan palu karet, dan
saring
4. Tanah yang lolos ayakan tadi dimasukan ke dalam piknometer sekitar l/3 nya
kemudian bersama piknometer dan tutupnya ditimbang lagi(W2)
5. Kemudian ditambahkan air suling hingga 2/3 tinggi piknometer lalu diguncang-
guncang supaya gelembung udara dalam tanah keluar.
6. Panaskan piknometer beserta isinya selama ± 10menit, sehingga gelembung udara
yang terperangkap keluar seluruhnya..
7. Rendam piknometer dalam bak perendam sampai dingin atau temperaturnya tetap,
tambahkan air sampai penuh, kemudian ditimbang beratnya, yaitu berat
piknometer beserta seluruh isinya (W3). Air dalam piknometer diukur suhunya
dengan termometer (t ºC).
8. Keluarkan isi piknometer, bersihkan, kemudian isi air sampai penuhdan timbang
kembali (W4).

E. Pengolahan Data.
Pengolahan data atau perhitungan untuk percobaan berat jenis ini dilakukan
sesuai langkah-langkah berikut :
1. Berat Jenis butir-butir tanah berdasarkan temperatur air, pada suhu txº adalah :
 Berat piknometer = W1 (gram)
 Berat piknometer + tanah = W2 (gram)
 Berat piknometer + tanah + air = W3 (gram)
 Berat piknometer + air = W4 (gram)
Gs(txº)/20⁰C = (W2– W1) / [(W4– W1) - (W3– W2)]
2. Berat jenis tanah pada temperatur 27.5º C adalah :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑖𝑟 𝑃𝑎𝑑𝑎 𝑡 ℃
𝐺𝑠 (27,5°) = 𝐺𝑠 (𝑡°)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴𝑖𝑟 𝑃𝑎𝑑𝑎 27,5 ℃

32
Tabel 2: Hubungan antara kerapatan relatif air dan faktor konversi K dalam temperatur

No. Temperatur, derajat Celcius Hubungan kerapatan Faktor koreksi K


relatif air
1. 18 0,9986244 1,0004
2. 19 0,9984347 1,0002
3. 20 0,9982343 1,0000
4. 21 0,9980233 0,9998
5. 22 0,9978019 0,9996
6. 23 0,9975702 0,9993
7. 24 0,9973286 0,9991
8. 25 0,9970770 0,9989
9. 26 0,9968156 0,9986
10. 27 0,9965451 0,9983
11. 28 0,9962652 0,9980
12. 29 0,9939761 0,9977
13. 30 0,9956780 0,9974

FORMULIR PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

Nomor contoh dan kedalaman unit


Nomor piknometer
Berat piknometer + contoh W2 gr
Berat piknometer W1 gr
Berat tanah Wt gr
Temperatur T C
Berat piknometer + air + tanah T 20 W3 gr
Berat piknometer + air W4 gr
W5 = Wt + W4 gr
Isi tanah cm3
Berat jenis (Gs) 𝑊𝑡
𝑊5 - 𝑊3
Rata-rata

33
3. ANALISA BUTIRAN (GRAINED SIZE ANALYSIS)
ASTM D 2487-69

I. Analisa Saringan (Sieve Analysis)


A. Tujuan
1. Untuk mengetahui gradasi pembagian butiran dari suatu contoh tanah berbutiran
kasar.
2. Untuk mengklasifikasikan tanah
3. Untuk mengetahui koefisien keseragaman (Cu) & koefisien gradasi (Cc)

B. Teori Dasar
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai ukuran dan
bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun tanah non kohesif. Sifat
suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan distribusinya.
Untuk tanah yang berbutir kasar seperti kerikil dan pasir, sifatnya tergantung kepada
ukuran butirannya. Karena itu sering dipakai koefisien bilangan untuk menggambarkan
pembagian butirannya.
Koefisiennya adalah sebagai berikut:
Ukuran efektif = D 10
Koefisien keseragaman = D60/D10
Koefisien gradasi = (D30)2 / D10 x D60
Sehingga didalam mekanika tanah, analisa ukuran butir banyak dilakukan/dipakai
sebagai acuan untuk menglasifikasikan tanah.

C. Peralatan
1. Satuset saringan nomor 4, 10, 20, 40, 60, 100, 200 dan Pan (tadah).
2. Sieveshaker, yaitu alat pengguncang saringan mekanis.
3. Oven
4. Neraca Ohauss / timbangan
5. Sikat dan kuas, membersihkan saringan.
6. Palu karet, untuk memisahkan butiran tanah.
7. Air suling untuk mencuci tanah diatas saringan no..200

D. Prosedur Percobaan
1. Ambil contoh tanah yang telah dikeringkan selama 24 jam sebanyak 300 gram.
2. Tanah tersebut dicuci diatas saringan nomor 200 sampai air yang keluar dari
saringan menjadi bening.
3. Setelah bening, butiran yang tertahan pada saringan nomor 200 dikeringkan
kembali dalam oven selama24 jam.
4. Setelah 24 jam, contoh tanah diayak dengan satu set saringan dengan
menggunakan sieveshaker selama l5 menit.
5. Timbang butiran yang tertahan pada masing-masing saringan

34
E. Pengolahan Data
1. Berat tertahan dipcrolch dari hasil penimbangan tanah yang tertahan pada masing-
masing saringan.
2. Jumlah berat tertahan adalah kumulatif dari berat tertahan.
3. Persen tertahan = (jumlah berat tertahan / berat tanah kering) x l00%.
4. Persen lewat = 100% - % tertahan.
5. Persen lewat terhadap seluruh contoh = persen lewat.
6. Persentase kumulatif tanah yang tertingal pada saringan ke-n adalah jumlah
persentase tanah yang tertahan sampai saringan ke-n.
7. Persentase finer: l00% - persentase kumulatif.

II. Analisa Hidrometer (Hydrometer Analysis)


A. Tujuan
Untuk menentukan pembagian butiran tanah yang lolos saringan nomor 200 dan
lengkung gradasinya.

B. Teori Dasar
Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir-butir
tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel–partikel tanah
mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran,
beratnya.

C. Peralatan
1. Hidrometer.
2. Gelas ukur kapasitas 100 ml dan 1000 ml.
3. Alat penumbuk
4. Na2SO4
5. Stopwatch
6. Water Bath
7. Termometer 0-50º dengan ketelitian 0,5º C.
8. Saringan no.200 dan Pan
9. Air suling

D. Prosedur Pcrcobaan
1. Ambil contoh tanah kering yang telah dioven, ditumbuk dan diayak diatas saringan
nomor 200.
2. Tanah yang lolos saringan nomor 200 diambil sebanyak 60 gram.
3. Siapkan gelas ukur dan masukkan tanah tersebut kedalam gelas ukur dengan hati-
hati.
4. Gelas ukur yang telah berisi tanah tadi, ditambahkan dengan 115cc air suling +
10cc Na2SO4 secara perlahan-lahan.
5. Goncang gelas ukur perlahan – lahan jangan sampai tanah dalam gelas ukur
mengalami suspensi. Kemudian didiamkan selama2 4 iam
6. Setelah 24 jam, tambahkan lagi air suling hingga volumenya mencapai1000 ml.
35
7. Tutup mulut gelas ukur rapat-rapat dengan telapak tangan lalu jungkir balikkan
gelas ukur dengan hati-hati sampai campuran kelihatan merata selama lebih kurang
satu menit atau 60 kali bolak-balik.
8. Setelah merata, gerakan tersebut dihentikan gelas ukur di taruh diwaterbath.
9. Masukkan hidrometer ke dalam gelas ukur secara perlahan-lahan.
10. Pengamatan dengan hidrometer dimulai setelah hidrometer tenang didalam gelas
ukur dan pada selang waktu tertentu dilakukan pencatatan data seperti dalam tabel
yang telah tersedia. Setiap setelah pembacaan hidrometer, amati dan catat
temperatur dengan mencelupkan termometer. Dalam melakukan pengamatan harus
hati-hati, jangan sampai menimbulkan goncangan pada gelas ukur tersebut

E. Pengolahan Data
1. Rh adalah bacaan pada Hidrometer'
2. Zr diperoleh dengan melihat tabel bergantung kepada nilai Rh
3. Cari nilai K yang merrpakan fungsi dari Berat jenis dan kekentalan dan tergantung
pada teinperatur saat dilakukan pengujian
4. D diperoleh dengan rumus = D = (Zr/t) 1/2
5. Koreksi suhu (tm) diperoleh dari tabel yang tergantung pada temperatur pengujian'
6. Tentukan faktor koreksi c terhadap berat jenis butiran dari tabel.
7. Hitung harga Rh + tm
8. Hitung harga N, dengan rumus N = [(Rh+tm) xcx 100%] / Ws
9. Hitung harga N' dengan rumus N' = ( N x % lolos saringanno.200)/100'
10. Gambarkan kurva gradasinya

Formulir analisis saringan

Nomor Diameter Berat tanah % berat tanah % kumulatif % tanah yang


saringan lubang tertahan tertahan dari tanah lolos saringan
saringan (mm) saringan saringan yang tertahan
1 2 3 4 5 6

36
4. BATAS KONSISTENSI TANAH (ATTERBERG LIMIT)
ASTMD2216 – 80

I. Pemeriksaan Batas Cair (Liquid Limit Test)


ASTMD423-66
A. Tujuan
Pemeriksaan batas cair ini bertuiuan untuk menentukan kadar air sampel tanah pada
batas cair.

B. Teori Dasar
Batas cair adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara cair dan plastis.

C. Peralatan
1. Alat uji batas cair standar (Casagrande).
2. Grooving tool (Alat pembuat alur).
3. Container.
4. Palu karet.
5. Saringan nomor 40.
6. Plat kaca ukuran 30 x 30 cm2.
7. Peralatan lainnya untuk pengukuran kadar air ( oven, neraca ) .
8. Air suling dengan tabung airnya.

D. Prosedur Percobaan
Cara Biasa
1. Untuk tanah permukaan ambil tanah yang kering udara (Air Dry) remah dengan
palu karet lalu saring dengan ayakan nomor 40 sebanyak ± 100 gram.
2. Sedangkan untuk tanah undisturbed sampel dari tabung langsung diuji .
3. 'l'anah permukaan yang lolos ayakan nonior 40 ditumpuk diatas plat kaca diberi air
sedikit demi sedikit sehingga menjadi adonan atau pasta yang lembut.
4. Tanah undisturbed dari tabung sampel ditumpuk diatas pelat kaca
5. Adonan dimasukkan ke dalam mangkuk Casagrande dan ratakan permukaannya
6. Buat alur ditengah tanah yang telah diratakan tersebut dengan grooving tool
selapis demi selapis (maksimal enam kali) sehingga tanah menjadi tcrbelah dua.
7. Putar handle mangkuk casagrande dengan kecepatan konstan (2 ketuktiap detik)
sambil menghitung jumlah ketukannya dan perhatikan gerakan adonan tanah pada
mangkuk sampai merapat kira-kira l/2 inchi(13 mm).

2
cm

Sebelum Sesudah

37
8. Jika jumlah ketukannya rnelebihi 50 kali, tambahkan air dan ulangi langkah kerja
dari c. Sebaliknya apabila jumlah ketukan kurang dari 50 kali, keringkan adonan
atau aduk terus menerus diatas plat kaca kemudian ulangi dari langkah kerja. Pada
percobaan ini, banyak ketukan yang diambil adalah 15 sampai 35.
9. Diusahakan tidak menambah tanah kering pada tanah yang akan diuji.
10. Waktu pencampuran tanah 5 -20 menit.
11. Apabila adonan merapat sekitar 13 mm sesuai dengan jumlah ketukan
yang diinginkan, contoh tanah diambil dari adonan dimasukkan ke dalam
kontainer.
12. Tentukan kadar airnya.
Cara satu titik
1. Tentukan atau cari satu keadaan pengujian yang memenuhi standar ketukan 20 - 30
ketukan.
2. Tentukan kadar airnya (w)
w = (berat air/berat tanah kering) x 100%
3. Tentukan nilai (N/25)0,12 dari tabel N = jumlah ketukan

N 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
(N/25)0,1 0,97 0,97 0,98 0,99 0,99 1,00 1,00 1,00 1,01 1,01 1,02
2
4 9 5 0 5 0 5 9 4 8 2

LL = w x (N/25)0,12
E. Pengolahan Data
1. Kadar air dihitung untuk masing-masing sampel seperti pada percobaan terdahulu
(kadar air).
2. Setelah kadar air diperoleh, diplot ke kertas grafik semilog dengan jumlah ketukan
sebagai sumbu-X dan kadar air sebagai sumbu-Y.
3. Buat garis regresi linearnya
4. Kadar air pada ketukan yang ke-25 menunjukkan batas cair tanah yang diuji.

II. Batas Plastis (Plastic Limit).


ASTM D424 – 59

A. Tujuan
Percobaan berrujuan untuk menentukan kadar air tanah dalam keadaan batas plastis.

B. Teori Dasar
Batas plastis adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan diantara plastis dan
semi padat.
Hasil dari percobaan ini digabung dengan hasil pemeriksaan batas cair untuk
menghitung Indeks Plastisitasnya (PI). PI merupakan perbedaan antara batas cair dan batas
plastis suatu tanah, yang dirumuskan dengan : PI = LL-PL
dimana: PI : Plastic Index
LL : Liquid Limir (Batas cair)

38
PL : Plastic Limit (Batas Plastis)

C. Peralatan
1. Plat kaca 45 x 45 x 0.9 cm
2. Palu karet
3. Ayakan nomor 40 (0,42 mm).
4. Kontainer
5. Rol atau alat pengukur
6. Peralatan pengukuran kadar air (oven dan neraca).
7. Air suling dengan tabung airnya

D. Prosedur Percobaan
1. Untuk tanah permukaan tanah yang telah dikeringkan dalam keadaan kering udara
(AirDry), dihaluskan dengan palu karet, kemudian disaring dengan ayakan nomor
40. Untuk tanah undisturbed tanah dari tabung sampel langsung diuji.
2. Tanah permukaan yang lolos dari saringan nomor 40 kemudian diletakkan di atas
plat kaca, diberi air, diaduk sehingga membentuk seperti bola (± 8 gram).
3. Tanah undisturbed dari tabung sampel yang telah berupa adonan ditumpuk diatas
pelat kaca diaduk sehingga membentuk seperti bola (± 8 gram).
4. Setelah itu digulung dengan gulungan 80 - 90 gulungan per menit (1 gulungan : 1
kali gulungan ke depan + 1 kali gulungan kebelakang/ke posisi awal)
5. Pada saat diameter gulungan sampai 1/8 inch potong-potong bagian
gulungan menjadi 6 atau 8 bagian.
6. Lalu bagian-bagian tadi disatukan dan dibentuk lagi menjadi bola (elips) dan
kemudian digulung lagi.
7. Proses penggulungan dapat dihentikan pada saat tanah mengalami retak-retak (bisa
jadi sebelum sampai diameter 1/8 inch)
8. Gulungan yang sudah tepat kadar airnya (retak) diambil dan dimasukkan ke dalam
kontainer lalu ditimbang.
9. Kemudian masukkan ke dalam oven selama 24 jam"
10. Tentukan kadar aimya.

E. Pengolahan Data
Harga kadar air diperoleh: Kadar Air = Berat air / Berat tanah kering
Catatan:
 Jika nilai LL atau PL tidak bisa didapatkan, laporkan harga PI sebagai NP (Non
Plastic)
 Jika tanah mengandung banyak pasir maka dahulukan tes PL scbelum LL. Jika PL
tidak dapat ditentukan, laporan LL dan PL sebagaiNP.
 Jika nilai PL sama atau lebih besar dari LL laporkan PI sebagaiNP.

39
Formulir Pengujian Batas Atterberg

No Satuan Batas Cair Batas Plastis


1 Banyak pukulan
2 Nomor cawan
3 Berat cawan + tanah basah gr
4 Berat cawan + tanah kering gr
5 Berat air gr
6 Berat cawan gr
7 Berat tanah kering gr
8 Kadar air %

LL PL PI = LL - PL

III. Batas Susut (Shrinkage Limit Test)


ASTMD427_6I

A. Tujuan
Mencari kadar air tanah (ws), terhadap berat kering tanah setelah di oven, dimana
pengurangan kadar air tidak akan menyebabkan pengurangan volume massa tanah, tetapi
penambahan kadar air tanah akan menyebabkan penambahan volume massa tanah.

B. Teori Dasar
Suatu tanah akan mengalami penyusutan apabila air yang dikandungnnya secara
perlahan-lahan hilang dari dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah
akan mencapai suatu tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan
menyebabkan perubahan volume. Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana perubahan
volume suatu massa tanah berhenti didefenisikan sebagai batas susut. (shrinkage limit)

C. Peralatan.
1. Evaporating disk, Porselin
2. Spatula
3. Shrikage disk, datar, dari porselin
4. Glass, cup, Pemukaan rata
5. Plat kaca
6. Graduate cylinder 25 ml
7. Timbangan, ketelitian 0,1 gr
8. Air raksa
Persiapkan tanah yang lolos saringan No.40 sebanyak 30 gr

D. Prosedur Percobaan
1. Letakkan contoh tanah dalam cawan dan campur dengan air suling secukupnya
untuk mengisi seluruh pori-pori tanah sehingga menyerupai pasta, sehingga mudah
diisikan kedalam cawan penyusut tanpa membawa serta masuk gelembung udara.
40
Banyaknya air yang dibutuhkan supaya tanah mudah diaduk dengan consistency
yang diinginkan kira-kira sama atau sedikit tebih besar dari liquit limit. Banyaknya
air yang dibutuhkan untuk memperoleh plastic soil dengan consistency yang
diinginkan mungkin lebih besar dari wLL (kira-kira 10 % lebih besar iari wLL).
2. Bagian dalam dari cawan penyusut dilapisi tipis dengan Vaseline untuk mencegah
melekatnya tanah pada cawan. Contoh tanah yang sudah dibasahi tadi, kira-kira 1/3
volume cawan diletakkan ditengah-tengah cawan, dan tanah dibuat mengalir
kepinggir dengan cara mengetuk-ngetuk cawan penyusut diatas permukaan yang
kokoh diberi bantalan beberapa lembar kertas. Kemudian setelah tanah yang
diketuk tadi menjadi padat dan semua udara yang terdapat didalamnya terbawa
kepermukaan, tambahkan lagi l/3 tanah kedalam cawan penyusut dan lakukan hal
yang sama sampai cawan penyusut penuh.
3. Setelah diratakan dan dibersihkan, ditimbang dengan segera.
Cawan penyusut + tanah basah = A gram
Pasta tanah dibiarkan mengering diudara sehingga warna pasta tanah berubah dari
tua menjadi muda. Lalu dimasukkan kedalam oven sampai kering. Setelah kering
lalu timbang. Berat cawan + Tanah kering = B gram.
Timbang berat cawan kosong, bersih dan kering = C gram
4. Volume cawan = volume tanah basah, diukur dengan mengisi penuh cawan
penyusut dengan air raksa sampai meluap, buang kelebihan air raksa dengan
menekan kaca kuat kuat diatas cawan. Kemudian ukur dengan menggunakan gelas ukur
banyaknya air raksa yang tinggal dalam cawan penyusut sehingga didapatkan isi tanah
basah: V
5. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering dari cawan
penyusut lalu dicelupkan kedalam cawan gelas yang penuh dengan air raksa.
Caranya sbb:
- Cawan gelas diisi penuh dengan air raksa dan kelebihan air raksa dibuang
dengan menekan plat kaca diatas cawan gelas'
- Air raksa yang melekat diluar cawan gelas dibersihkan dengan benar.
- Lctakkan cawan gelas yang berisi air raksa itu kedalam cawan gelas yang lebih
besar.
- Letakkan tanah kering diatas air raksa pada cawan gelas.
- Tekan dengan hati-hati tanah kering itu kedalam air raksa dengan
menggunakan plat kaca sampai plat kaca rata dengan bibir cawan. Perhatikan
jangan sampai ada udara yang terbawa masuk kedalam air raksa.
- Air raksa yang tumpah, diukur volumenya dengan gelas ukur, sehingga didapat
Volume tanah kering = Vs

E. Pengolahan Data.
1.Kadar Air
𝑤 = 𝑤𝑤/ws x 100%

dimana : ww = (A - B) gram
ws = (B - C) gam
41
2. Shrinkage Limit:
Wsl = w – v –vs x 100%
ws
Benda uji
Benda uji tanah asli dari tabung contoh. Contoh tanah asli dari dalam tabung ujungnya
diratakan dan cincin cetak benda uji ditekan pada ujung tanah tersebut, tanah
dikeluarkan secukupnya untuk tiga benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas
dan ratakan bagian atasnya.

Formulir Pengujian Batas Susut

Nomor Percobaan Symbol Sat 1 2 3


Berat cawan gr
Berat cawan + contoh tanah gr
basah
Berat cawan + contoh tanah gr
kering
Berat air Ww gr
Berat contoh tanah basah W gr
Berat contoh tanah kering Wd gr
Volime contoh tanah basah V cm3
Volume contoh tanah kerin Vd cm3
Kadar air awal 𝑤 = ((𝑊 – 𝑊𝑑/ 𝑊𝑑)) x %
100%
Berat jenis 𝐺= 𝑊𝑑
𝑉. 𝛾𝑤. 𝑊𝑤
Rasio susut 𝑅 = 𝑊𝑑
𝑊𝑑. 𝛾𝑤
Batas susut 𝑆 = 𝑤 - ((𝑉 - 𝑉𝑑)/ 𝑊𝑑) x
100
𝑆 = (1/𝑅 . 1/ 𝐺) . 100
Perubahan volume Vc = (w – S).R
Susun linier 𝐿𝑆 = 100 1 - 3√ 100
𝑉𝐶+ 100

42
5. PENGUJIAN PEMADATAN
ASTM D 3441–86
SNI 1742 – 2008

A. Tujuan
Pemadatan tanah merupakan suatu proses mekanis untuk memperkecil pori tanah yang
akan digunakan sebagai bahan timbunan, yang bermaksud menetukan hubungan antara dan
kepadatan dalam sebuah cetakan. Tujuan pemadatan
1 Mempertinggi kekuatan tanah
2 Memperkecil pengaruh air pada tanah
3 Memperkecil compressibility dan daya rembes airnya
4 Kepadatan tanah itu mulai dari berat isi kering tanah (dry density) dantergantung
pada kadar air tanahnya (water content). Pada derajat kepadatan tinggi berarti :
5 Berat isi maksimum
6 Kadar air tanahnya (w) optimum)
7 Angka porinya (e) minimum

B. Teori Dasar
Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum
dan kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan
untuk menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.
Peralatan yang digunakan adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda uji,
timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan.
Cara uji untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
digunakan adalah uji kepadatan ringan (standard). Cara tersebut dibagi menjadi 4 cara,
yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D (Tabel 1). Cara tersebut dibagi berdasarkan sifat
tanah dan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah yang akan diuji, jika tidak
gunakan ketentuan A.
- Cara A dan cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No.4
sebesar 40% atau kurang.
Cara C dan cara D digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm
sebesar 30% atau kurang.
Beberapa istilah penting dalam percobaan pemadatan di laboratorium yaitu :
- Pemadatan (compaction) yaitu proses merapatkan butiran tanah secaramekanis,
yang menyebabkan keluarnya udara dari ruang pori,sehingga meningkatkan
kepadatan tanah
- Kadar air optimurn (optimum moisture contentOMC) yaitu kadar airdari suatu
contoh tanah, yang jika dipadatkan dengan energy pemadatan tertentu akan
menghasilkan nilai kepadatan maksimum( dry maks).
- Kepadatan kering maksimum (maximum dry density- drymaks) yaitukepadatan
kering yang dipadatkan, jika suatu contoh tanah dengankadar air optimum
dipadatkan dengan energi tertentu'
- pemadatan relatif (relative compaclion) yaitu persentase perbandinganantaray
dry yang dicapai dilapangan terhadap dry maks yang didapat dari percobaan di

43
Iaboratorium.
- Garis kejenuhan (saturation/zero air void line-ZAVL) yaitu garis
yangmenunjukkan hubungim antara lory dan kadar air (w) untuk tanahdalam
keadaanjenuh.
C. Peralatan
1. Cetakan;
Cetakan harus dari logam berdinding teguh dan dibuat sesuai dengan ukuran dan
kapasitas yang sesuai di bawah ini (Gambar 1 dan Gambar 2). Cetakan harus
dilengkapi dengan leher sambung yang dibuat dari bahan yang sama dengan cetakan,
dengan tinggi kurang lebih 60 mm. Cetakan dan leher sambung harus dipasang
kuatkuat pada keping alas yang dibuat dari bahan yang sama dan dapat dilepaskan.
a. Sebuah cetakan diameter 101,60 mm mempunyai kapasitas 943 cmdengan
diameter dalam 101,60 mm 0,41 mm dan tinggi 116,43 mm 0,13 mm
(Gambar 1).
b. Sebuah cetakan diameter 152,40 mm mempunyai kapasitas 2124 21 cmdengan
diameter dalam 152,40 mm 0,66 mm dan tinggi 116,43 mm 0,13 mm
(Gambar 2)
c. Cetakan yang telah aus karena dipergunakan terus menerus, sehingga tidak
memenuhi syarat toleransi pembuatan di atas, masih dapat dipergunakan
apabilatoleransi-toleransi yang dilampaui tidak lebih dari 50% dan volume
cetakan dikalibrasi sesuai SNI 03-4804-1998, yang kemudian digunakan dalam
perhitungan.
2. Alat penumbuk;
a. Alat penumbuk tangan (manual). Penumbuk dari logam dengan massa
2,495 kg 0,009 kgdan mempunyai permukaan berbentuk bundar dan rata,
diameter 50,80 mm 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak
boleh kurang dari 50,42 mm. Penumbuk harus dilengkapi dengan selubung
yang dapat mengatur jatuh bebas setinggi 305 mm 2 mm di atas permukaan
tanah yang akan dipadatkan. Selubung harus mempunyai paling sedikit 4 buah
lubang udara berdiameter tidak kurang dari 9,50 mm dengan poros tegak lurus
satu sama lain berjarak 19,00 mm dari kedua ujung. Selubung harus cukup
longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak terganggu.
b. Alat penumbuk mekanis. Alat penumbuk mekanis dari logam, dilengkapi alat
pengontrol tinggi jatuh bebas 305 mm ± 2 mm di atas permukaan tanah yang
akan dipadatkan dan dapat menyebarkan tumbukan secara merata di atas
permukaan tanah. Alat penumbuk harus mempunyai massa 2,495 kg 0,009
kgdan mempunyai permukaan tumbuk berbentuk bundar dan rata, berdiameter
50,80 mm 0,25 mm. Akibat pemakaian, diameter penumbuk tidak boleh
kurang dari 50,42 mm. Alat penumbuk mekanis harus dikalibrasi sesuai
ASTM D 2168.
c. Alat penumbuk yang digunakan harus berpenampang bulat dengan diameter
50,80 mm. Penampang berbentuk sektor dapat juga digunakan apabila luasnya
sama dengan alat penumbuk yang berpenampang bulat dan harus dinyatakan di
dalam laporan.
44
3. Alat pengeluar benda uji (extruder). Terdiri dari sebuah dongkrak, pengungkit,
rangka, atau alat lain yang sesuai.
4. Timbangan. Tiga buah timbangan masing-masing berkapasitas 11,5 kg dengan
ketelitian 1 gram, kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan kapasitas 311
gram dengan ketelitan 0,01gram.
5. Oven pengering. Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur sampai 1100C
± 50C untuk mengeringkan contoh tanah basah.
6. Pisau perata. Dibuat dari baja yang kaku dengan panjang minimum 25 cm. Salah
satu sisi memanjang pisau perata harus tajam dan sisi lainnya datar. Batas toleransi
pisau perata yang dihitung pada kelurusan sisi memanjang tidak boleh melebihi
0,1% dari panjang.
7. Saringan. Saringan 50 mm, saringan 19 mm dan saringan No.4 (4,75 mm), sesuai
persyaratan SNI 07-6866-2002.
8. Alat pencampur. Terdiri dari baki, sendok pengaduk, sekop, spatula dan alat-alat
bantu lainnya atau alat pencampur mekanik yang sesuai untuk mencampur contoh
tanah dan air secara merata.
9. Cawan,dibuat dari bahan tahan karat dan massanya tidak akan berubah akibat
pemanasan dan pendinginan yang berulang kali. Cawan harus dilengkapi penutup
yang dapat dipasang dengan rapat untuk mencegah hilangnya air dari benda uji
sebelum penentuan massa awal dan untuk mencegah penyerapan air dari udara
terbuka setelah pengeringan dan sebelum penentuan massa akhir.

D. Prosedur Percobaan
1. Ditetapkan 4 pilihan cara uji yaitu cara A, cara B, cara C dan cara D, sebagai
berikut;
Tabel 3: Cara uji kepadatan ringan untuk tanah
Uraian Cara A Cara B Cara C Cara D
Diameter cetakan (mm) 101,60 152,40 101,60 152,40
Tinggi cetakan (mm) 116,43 116,43 116,43 116,43
3
Volume cetakan (cm ) 943 2124 943 2124
Massa penumbuk (kg) 2,5 2,5 2,5 2,5
Tinggi jatuh penumbuk (mm) 305 305 305 305
Jumlah lapis 3 3 3 3
Jumlah tumbukan per lapis 25 56 25 56
Bahan lolos saringan No. 4 No. 4 19,00 mm 19,00
(4,75 (4,75 (3/4”) mm
mm) mm) (3/4”)

2. Masing-masing cara tersebut di atas dibagi lagi berdasarkan sifat tanah, sebagai
berikut:
a. butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air. Contoh
tanah semacam ini adalah jenis contoh tanah berbutir kasar yang bersifat keras;
b. butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air. Butiran

45
contoh tanah yang mudah pecah umumnya jenis tanah berbutir kasar yang
bersifat lunak (seperti batu pasir dan batu kapur) dan lanau, sedangkan contoh
tanah yang tidak mudah menyerap air adalah jenis tanah berbutir halus
(lempung).
3. Cara yang digunakan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan tanah yang akan
diuji. Jika tidak, gunakan ketentuan cara A.
4. Cara A atau cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No.4
(4,75 mm) sebesar 40% atau kurang dan cara C atau cara D digunakan untuk
campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm sebesar 30% atau kurang. Bahan
yang tertahan saringan-saringan tersebut harus dinyatakan sebagai butiran kasar.
5. Jika contoh tanah yang diuji mengandung butiran kasar sebesar 5% atau lebih dan
hasil uji kepadatannya digunakan untuk pengontrolan kepadatan hasil pekerjaan
pemadatan di lapangan, koreksi harus dibuat berdasarkan SNI 03-1976-1990,
untuk membandingkan kepadatan lapangan dengan kepadatan contoh yang
dipadatkan di laboratorium.
Cara A
1. Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur
diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
2. Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg
yang diletakkan pada dasar yang stabil.
3. Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
4. Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3 lapis
dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-
kira 125 mm. Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit
melebihi 1/3 dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan
sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau
rata. Padatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di
dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk dengan massa 2,5 kg
yang dijatuhkan secara bebas dari ketinggian 305 mm di atas permukaan
contoh uji tersebut sebanyak 25 kali.
b. lakukan pemadatan untuk lapis 2 dan lapis 3 dengan cara yang sama seperti
untuk lapis 1.
5. Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan
ratakan permukaannya menggunakan pisau perata, sehingga betul-betul rata
dengan permukaan cetakan.
6. Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1 gram (B2).
7. Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat
pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian
yang sama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu
bagian untuk pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990.
46
8. Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan
campurkan dengan sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya
sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji
pertama, kemudian diaduk sampai merata.
9. Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir beberapa kali sampai
massa benda uji berkurang atau tetap.

Cara B
Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam cara A, kecuali cetakan yang
digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.

Cara C
1. Timbang massa cetakan dan keping alas dengan ketelitian 1 gram (B1) serta ukur
diameter dalam dan tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
2. Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan
ditempatkan pada landasan dari beton dengan massa tidak kurang dari 100 kg
yang diletakkan pada dasar yang stabil.
3. Ambil contoh uji yang akan dipadatkan, tuangkan ke dalam baki dan aduk
sampai merata.
4. Padatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3 lapis
dengan ketebalan yang sama sehingga ketebalan total setelah dipadatkan kira-
kira 125 mm. Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. untuk lapis 1, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah yang sedikit
melebihi 1/3dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan ditekan
sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar tidak lepas atau
rata. Padatkan secaramerata pada seluruh bagian permukaan contoh uji di
dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk massa 2,5 kg yang
dijatuhkan secara bebas dariketinggian 305 mm di atas permukaan contoh uji
tersebut sebanyak 25 kali;
b. lakukan pemadatan untuk lapis 2 dan lapis 3 dengan cara yang sama seperti
untuk lapis 1.
5. Lepaskan leher sambung, potong kelebihan contoh uji yang telah dipadatkan dan
ratakan permukaannya, sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
6. Timbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya dengan
ketelitian 1gram (B2).
7. Buka keping alas dan keluarkan benda uji dari dalam cetakan menggunakan alat
pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara vertikal menjadi 2 bagian
yangsama, kemudian ambil sejumlah contoh yang mewakili dari salah satu
bagian untuk pengujian kadar air, sesuai SNI 03-1965-1990.
8. Pecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 19,0 mm dan 90%
gumpalan tanah lolos saringan No.4 (4,75 mm), kemudian campurkan dengan
sisa contoh uji di dalam baki. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya
meningkat 1% sampai dengan 3% dari kadar air benda uji pertama, kemudian
diaduk sampai merata.
47
9. Ulangi langkah-langkah seperti yang diuraikan dalam butir a sampai dengan h di
atas beberapa kali sampai massa benda uji berkurang atau tetap.

Cara D
Lakukan cara pengerjaan seperti yang diuraikan dalam (cara C), kecuali cetakan yang
digunakan berdiameter 152,40 mm dan jumlah tumbukan per lapis 56 kali.

E. Perhitungan
1. Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut:
𝛾2 − 𝛾1
𝛾=
𝛾
dengan pengertian:
: adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3
B1 : adalah massa cetakan dan keping alas, dinyatakan dalam gram;
B2 : adalah massa cetakan, keping alas dan benda uji, dinyatakan dalam gram;
V : adalah volume benda uji atau volume cetakan, dinyatakan dalam cm3
2. Hitung kadar air benda uji dengan rumus sebagai berikut:
𝛾−𝛾
𝛾= 𝛾 100%
𝛾−𝛾
dengan pengertian:
w : adalah kadar air, dinyatakan dalam %;
A : adalah massa cawan dan benda uji basah, dinyatakan dalam gram;
B : adalah massa cawan dan benda uji kering, dinyatakan dalam gram;
C : adalah massa cawan, dinyatakan dalam gram.

3. Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut:

48
𝛾
𝛾𝛾 = 𝛾 100%
(100 + 𝛾)
dengan pengertian:
𝛾d :adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3
𝛾 : adalah kepadatan basah, dinyatakan dalam gram/cm3
w : adalah kadar air, dinyatakan dalam %.
4. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% (ZAV) dengan rumus
sebagai berikut:
𝛾𝛾. 𝛾𝛾
𝛾𝛾 = 𝛾 100%
(100 + 𝛾𝛾. 𝛾)
dengan pengertian:
𝛾d : adalah kepadatan kering, dinyatakan dalam gram/cm3
Gs : adalah berat jenis tanah;
𝛾w : adalah kapadatan air, dinyatakan dalam gram/cm3
w : adalah kadar air, dinyatakan dalam %.
5. Gambar grafih hubungan antara berai isi kering dengan kadar air
6. Hitung berat isi kering maksimum berdasarkan gambar grafik
7. Gambar grafik berat isi kering derajat kejenuhan 100% yaitu kondisi Zero Air Void
(ZAV)

49
Gambar 13. Cetakan silinder dan keping alas (diameter 101,60 mm)

50
Gambar 14. Cetakan silinder dan keping alas (diameter 152,40 mm

51
Gambar 15. Cara melakukan penumbukan pada cetakan berdiameter 102 mm (4 inci) untuk
satu lapisan, sebanyak 25 tumbukan

Gambar 16. Palu penumbuk

52
Formulir Pengujian Pemadatan

Kelompok Lokasi
Tanggal

Persiapan Contoh Uji


Massa tanah basah (gr)
Kadar air awal (%)
Penambahan air (%)
Penambahan air (cc)

Kepadatan :
Massa tanah basah + gr
cetakan
Massa cetakan gr
Massa tanah basah gr
Isi cetakan cm3
Kepadatan basah,  gr/cm3
Kepadatan kering d gr/cm3

Kadar Air
No. cawan gr
Massa tanah basah + cawan gr
Massa tanah kering + cawan gr
Massa air gr
Massa cawan gr
Massa tanah kering gr
Kadar air %

53
6. PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
ASTM D 1883-87
AASHTO T 193-99

A. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan CBR tanah dasar dancampuran
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar air tertentu.

B. Teori Dasar
Percobaan ini bersifat empiris, yaitu mengukur tahanan geser tanah pada kondisi kadar
air dan kepadatan tertentu, untuk menentukan nilai kekuatan (daya dukung) relatif tanah
dasar atau bahan - bahan lain yang dipakai untuk perkerasanyang dinyatakan dalamnilai
CBR.
Nilai CBR (California Bearing Ratio) adalah perbandingan antar beban penetrasi dari
bahan tetentu terhadap beban standar, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu,
dan dinyatakan dalam persen (%).

C. Peralatan
1. CBR Test berkapasitassekurang-kurangnya5 ton.
2. Cetakan logam berbentuk silinder dengan diameter dalam 152,4 ± 0,66 mm (6"
±0,0026") dengan tinggi 177,80± 0,46 mm (7" ± 0,005") Cetakan harus dilengkapi
dengan leher sambungan dengantinggi 50,8 (2,0") dan keping lubang tidak lebih
dari 1.59 rnm (1/16") .
3. Piringan pemisah dari logam (spacer disk) dengan diameter 150,80 ± 0,80
mm(515/16’) dan tebal 61,37 ± 0,25 mm (2,416").
4. Alat penumbuk sesuai dengan Cara Pemeriksaan Pemadatan.
5. Peralatan pengukur pengembangan. Terdiri dari keping pengembangan dengan
tangkai/batang yang dapat diatur, dan sebuah kaki tiga (tripot) untuk dudukan
arloji ukur pengembangan. Keping pengembangan harus dibuat dari logam dengan
diameter (149,20 ± 1,60) mm dan dibuat berlubang banyak dengan diameter
lubang 1,60 mm. Kaki tiga yang digunakan untuk dudukan arloji ukur
pengembangandipasang pada permukaan cetakan atau jika diperlukan, pada
permukaan leher sambung
6. Arloji ukur, dua arloji ukur, masing-masing harus berkapasitas 25 mm dengan
ketelitianpembacaan sampai 0,02 mm;
7. Keping beban dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan lubang
berdiameter ± 54,00 mm di tengah-tengahnya atau berupa keping terpisah (belah).
Diameter keping beban (149,20 ± 1,60) mm dengan massa setiap keping (2,27 ±
0,04) kg
8. Piston penetrasi dari logam, berpenampang bundar (lingkaran) dengan diameter
(49,63 ± 0,13) mm, luas penampang 1935 mm2 (3 inci2) dan panjang tidak kurang
dari 102 mm,
9. Peralatan pembebanan tekan yang mampu memberikan peningkatan beban yang
seragam pada kecepatan penetrasi piston ke dalam benda uji sebesar 1,27
54
mm/menit. Kapasitas peralatan tekan ini harus melebihi kapasitas kekuatan
material yang diuji;
10. Bak perendam yang sesuai untuk mempertahankan tinggi air 25 mm di atas
permukaan benda uji;
11. Oven pengering yang dilengkapi pengatur suhu, mampu mempertah ankan suhu
(110 ± 5) °C untuk mengeringkan contoh basah;
12. Cawan kadar air
13. Peralatan bantu, peralatan bantu seperti bak pencampur (baki), sendok pengaduk,
pisau pemotong, alat per ata (straightedge), kertas filter dan timbangan..

Gambar 17. Tipikal alat uji penetrasi CBR laboratorium

D. Pelaksanaan
1. Persiapan Benda Uji
a Menumbuk contoh tanah dari lapangan lalu menyaringnya.
b Mencampur contoh tanah dari lapangan dengan air sampel kadar air optimum
(dari percobaan proctor ).
c Mengaduk campuran hingga homogen.
d Memasukkan tanah yang telah homogen ke dalam mould kira-kira 1/5 bagian
lalu ditumbuk 56 kali.
e Menambah 1/5 bagian lalu ditumbuk 56 kali.
f Menambah 1/5 bagian lagi sampai mould terisi penuh dan ditumbuk 56 kali.
55
g Contoh tanah yang berada di mould diratakan permukaannya sesuai dengan
volume mould.
h Menimbang mould yang berisi tanah tersebut
i Siap melakukan percobaan CBR.

2. Pemerikaan CBR
a meletakkan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5
kg atau sesuai dengan beban perkerasan.
b Pertama, keping pemberat 2,27 kg diletakkan untuk mencegah mengembangnya
permukaan benda uji pada bagian lubang keping pemberat. Pemberat
selanjutnya dipasang setelah torak disetuhkan pada benda uji.
c Kemudian torak penetrasi diatur pada permukaan benda uji sehingga arloji
beban menunjukan beban permukaan sebesar 4,5 kg. Pembebanan permukaan
ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh sempurna antara torak dengan
permukaan benda uji, kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur
penetrasi di nolkan.
d Pembebanan diberikan dengan teratur, sehingga kecepatan penetrasi mendekati
kecepatan 1,27 mm/menit.
e Mencatat pembebanan pada penetrasi 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; 2,5; 3,0 ; 3,5 ; 4,0 ;
5,0 ; 6,0 ; 7,0 ; 8,0 ; 9,0 ; 10,0 mm.
f Mencatat beban maksimum dan penetrasi bila pembebanan maksimum terjadi
sebelum penetrsi 2,5 mm.
g Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25,4 mm.

E. Perhitungan
1. Pengembangan (swell) ialah perbandingan antara perubahan tinggi selama
perendaman terhadap tinggi benda uji semula, dinyatakan dalam persen.
2. Hitung pembebanan dalam kg atau lb, dan gambarkan grafik beban terhadap
penetrasi. Pada beberapa kejadian permulaan, terdapat keadaan kurva beban
cekung akibat dari tidak keteraturan permukaan atau sebab-sebab lain.
3. Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada penetrasi
2,54 mm atau 0,1” dan 50,8 mm atau 0,2” hitung harga CBR dengan cara
membagi beban yang terjadi masing-masing dengan beban standar 70,31 kg/cm2
atau 1000psi dan 105,47 kg/cm2atau 1500 psi dan kalikan masing-masing dengan
100. Umumnya harga CBR diambil pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”. Bila harga
yang didapat pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”, percobaan tersebut harus diulangi.
Apabila percobaan ulangan ini masing tetap menghasilkan nilai CBR pada
penetrasi 5,08 mm atau 0,2” lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 2,54 mm
atau 0,1”, maka harga CBR diambil pada penetrasi 5,08 mm atau 0,2”. Bila beban
maksimum dicapai pada penetrasi sebelum 5,08 mm atau 0,2” maka harga CBR
diambil dari beban maksimum tersebut dan dibagi dengan beban standar yang
sesuai.
Hitung pembebanan dalam (lb/in2) dan gambarkan grafik terhadap bebanpenetrasi.
56
Pada beberapa keadaan permulaan dari kurva beban cekung akibat dari ketidakteraturan
permukaan atau sebab lain. Dalam keadaan ini titik nolnya harus dikoreksi dengan cara
penggeseran.
Pencarian angka konversi untuk untuk 1b/in2,misal :
Pembacaadialbeban = 70 Kg = 0,7 N
Diameter torak = 49,63mm
Luas torak = ¼ (49,63)2 = 19,35mm2 atau 3 inch2

Bacaan beban pada grafik


CBR pada penurunan 0.1” (2.54 mm) : atau
Luas Torak x 1000 psi
CBR pada penurunan 0.1” (2.54 mm) : Bacaan beban pada grafik

Luas Torak x 70,31 kg/𝛾𝛾 2


Bacaan beban pada grafik
CBR pada penurunan 0.2'(5.08 mm): atau
Luas Torak x 1500 psi
CBR pada penurunan 0.1” (2.54 mm) : Bacaan beban pada grafik
Luas Torak x 105,47 kg/𝛾𝛾 2

57
Formulir Isian Pengujian CBR Laboratorium
Pengembangan, kalibrasi arloji ukur = mm
Tanggal Densitas, No. Cetakan …… Sebelum Sesudah
direndam direndam
Jam
Massa benda uji + cetakan, g
Pembacaan, dev
Massa cetakan, g
Perubahan, dev
Pengembangan, % Massa benda uji basah, g
Isi cetakan, cm3
Densitas basah (), g/cm3
Densitas kering (d), g/cm3

Waktu Penetrasi Pembacaan Beban penetrasi =


(menit) arloji ukur pembacaan arloji ukur
beban beban x k
mm in devisi KN Lb
0 0 0
¼ 0,32 0,0125
½ 0,64 0,025
1 1,27 0,050
1½ 1,91 0,075
2 2,54 0,10
3 0,15 0,15
4 5,08 0,20
6 7,62 0,30
8 10,16 0,40
10 12,70 0,50

Beban
Sebelum Sesudah
Kadar air
direndam direndam
No. cawan
Massa tanah basah + cawan, g
Massa tanah kering + cawan, g
Massa a i r, g
Massa cawan, g
Massa tanah kering, g
Kadar air (w), %

Nilai CBR, %
2,54 mm 0,10 in
…… ……
x 100 x 100
13,35 3000
= …… = ……
5,08 mm 0,20 in
…… ……
x 100 x 100
4500 20,02 Penetrasi
= …… = …… si

58

Anda mungkin juga menyukai