Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perencanaan merupakan falsafah menuju kepada optimasi kondisi lingkungan
binaan baru sedemikian rupa sehingga masalah-masalah yang saling berkaitan dapat
terlihat dan dapat dipecahkan, dan hasil akhir dapat mencerminkan keinginan yang
digambarkan.
Praktikum geoteknik dan mekanika tanah merupakan salah satu unsur
penunjang dalam kegiatan pembuatan suatu bangunan dimulai kegiatan perencanaan
sampai kegiatan pelaksanaan. Berdasarkan penyelidikan geoteknik yang dilakukan
secara mendetail dan telitipada saat pelaksanaan di lapangan diharapkan diperoleh
data-data yang akurat dan dapat dipercaya sehingga akan didapatkan gambaran yang
jelas mengenai keadaan, sifat dan susunan perlapisan tanah/batuan,dalam survey
pencarian datadilapangan harus selengkap-lengkapnya agar diperoleh analisa yang
tepatdemi kemantapan perencanaan kedudukan, type dan metode pelaksanaan teknis
suatu bangunan sipil yang akan didirikan di daerah rencana proyek tersebut.
Praktikum inidilakukan guna mengetahui kondisi bawah permukaan tanah (Sub
Soil Condition) dansifat-sifat keteknikan dari tanah di lapangan yang akan
dilaksanakan serta menentukan jenis pondasi yang dibutuhkan dalam suatu
perencanaan.

I.2 Tujuan Pratikum


Maksuddari praktikum geologi teknik ini adalah untuk mengetahui karakteristik
fisik tanah, air dan tipe kedalaman yang sesuai untuk pelaksanaan teknis perencanaan
pondasi bangunan sipil yang akan didirikan di daerah rencana proyek tersebut.
Dengan adanya praktikum ini, maka dapat diharapkan bahwa suatuPerencanaan
Pembangunan Sipil tersebut dapat direncanakan secara lebih efektif dan ekonomis
serta aman sesuai dengan sifat-sifat dan klasifikasi dari lapisan tanah/batuan.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai
susunan tanah, sifat fisik, besarnya daya dukung tanah dan ketebalan tiap lapisan
tanah di lokasi rencana praktikum telah dilakukan Pekerjaan Penyelidikan Tanah

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


2

dengan Penyondiran (Dutch Cone Penetration Test/DCPT), serta pengamatan sifat


fisik tanah dan kedalaman muka air tanah di lapangan.

I.3 Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan praktikum Mekanika Tanah II yaitu pada hari Minggu
tanggal 14 Juni 2015 untuk Sondir yang dilaksanakan di Kampus III Universitas
Muhamadiyah Palangkaraya Jl. Lingkar Luar sebagai titik I dan Kampus I
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya sebagai titik II.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sondir
Sondir disebut juga Dutch Deep Sounding Apparatus, yaitu suatu alat statis
yang berasal dari Belanda.Ujung alat ini langsung ditekan ke dalam tanah.Pada ujung
rangkaian pipa sondir ditempatkan alat conus yang berujung lancip dengan
kemiringan kurang lebih 60. Pipa sondir dimasukkan ke dalam tanah dengan bantuan
mesin sondir.  Ada 2 macam metode sondir:
1.  Standard Type (Mantel conus)
Yang diukur hanya perlawanan ujung (nilai conus) yang dilakukan dengan
menekan conus ke bawah.  Seluruh tabung luar diam.Gaya yang bekerja dapat
dilihat pada manometer.
2.  Friction Sleeve (Addition Jacket Type/Biconus)
Nilai conus dan hambatan lekat keduanya diukur.Hal ini dilakukan dengan
memakai stang dalam.Mula-mula hanya conus yang ditekan ke bawah, nilai
conus diukur. Bila conus telah digerakkan sejauh 4 cm, maka dengan
sendirinya ia mengait friction sleeve. Conus beserta friction sleeve ditekan
bersama-sama sedalam 4 cm. Jadi nilai conussama dan hambatan lekat didapat
dengan mengurangkan besarnya conus dan nilai jumlah keseluruhan.
Perlawanan penetrasi conus adalah perlawanan terhadap ujung conus yang
dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan
terhadap mantel biconus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


4

Gambar 2.1 Rincian alat Sondir


(http://edwardpgultom.blogspot.co.id/2011/08/cara-kerja-alat-sondir-menurut-badan.html)

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


5

Gambar 2.2 Rincian Penekan Hidrolik Alat Sondir(sumber: SNI 2827:2008)


Keterangan:
1. Piston hidraulik, terletak didalam silinder hidraulik.
2. Batang dalam, yang menonjol diujung kepala pipa dorong.
3. Kepala pipa dorong.
4. Pipa dorong teratas.
5. Kunci piston, untuk memeriksa oli.
6. Kunci pengatur dengan penampang berada didalam.
7. Potongan kepala pipa dorong.
8. Tampak atas kunci pengatur.
9. Penekan hidraulik, kedudukan menekan pipa dorong.
10. Penekan hidraulik, kedudukan mencabut pipa dorong.

Keuntungan alat sondir:


1. Cukup ekonomis.
2. Apabila contoh tanah pada boring tidak bisa diambil (tanah lunak / pasir).
3. Dapat digunakan menentukan daya dukung tanah dengan baik.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


6

4. Adanya korelasi empirik semakin handal.


5. Dapat membantu menentukan posisi atau kedalaman pada pemboran.
6. Dalam prakteknya uji sondir sangat dianjurkan didampingi dengan uji
lainnya baik uji lapangan maupun uji laboratorium, sehingga hasil uji
sondir bisa diverifikasi atau dibandingkan dengan uji lainnya.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


7

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3
4
3.1 Alat dan Bahan Sondir
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah:
a. Alat sondir kekuatan sedang dengan berat 2,5 ton(kerangka lengkap)
b. Conus dan biconus
c. Pipa sondir lengkap sepanjang 1 m
d. Angkur dan baut
e. Besi kanal dan balok kayu
f. Manometer
g. Linggis
h. Kunci-kunci perlengkapan
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
a. Oli Rem
b. Solar
c. Selotip
3.2 Cara Pengujian
Mempersiapkanpengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan titik lokasi yang akan disondir.
b. Menyiapkan lubang untuk penusukankonus pertama kalinya, biasanya digali
dengan linggis sedalam sekitar 5 cm;
c. 4 buah angker dimasukkan ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat
sesuai dengan letak rangka pembebandengan jalan memutar angker searah
jarum jam dengan menggunakan batang pemutar sambil menekan angker
masuk ke dalam tanah;
d. Mesin sondir dipasang dan diatur di atas titik lokasi dalam posisi vertikal;
e. Besi-besi kanal dipasang untuk menjepit kaki sondir dan amati apakah mesin
benar-benar dalam keadaan vertikal terhadap permukaan tanah.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


8

f. Manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPadipasang untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan
manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
g. Sistem hidraulik diperiksa dengan menekan pistonhidraulik menggunakan
kunci piston, dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung
udara dalam sistem;
h. Rangka pembeban ditempatkan, sehingga penekan hidraulik berada tepat di
atasnya;
i. Balok-balok penjepit dipasang pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan
terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu
pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok penjepit;
j. Konus ganda disambung dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala
pipa dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar
8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah
dengan potongan besi berdiameter sama dengan batang dalam.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


9

3
3.1
3.2
3.3

a. Keadaan tertekan b. Keadaan terbentang


Gambar 3.1 Detail keadaan konus.
(https://untungsuprayitno.files.wordpress.com/bikonus.jpg)

3.3 Prosedur Pengujian Penetrasi Konus Sondir


Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah
sebagaiberikut:
a. Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada
kedudukan yang tepat;
b. Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga
penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong;

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


10

c. Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik
bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20
cm sesuai interval pengujian;
d. Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan
menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang
dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar 3);
e. Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus
berkisar antara10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa
dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.
3
3.4 Pembacaan Hasil Pengujian Sondir
Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:
a. Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-
kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 3) dan catat pada
formulir (Lampiran) padakolom C w;
b. Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan
batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar
3) dan catat pada formulir (Lampiran) pada kolom Tw.

Gambar 3.2 Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir


(https://proyeksipil.blogspot.co.id/2013/06/cara-dan-teknis-kerja-uji-sondir-cone.html)

3.5 Pengulangan Langkah-Langkah Pengujian


Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan
konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


11

maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku
baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat.
3.6 Penyelesaian Pengujian
a. Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik
kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
b. Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.

3.7 Perhitungan Sondir


1. Rumus-rumus perhitungan
Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan
berlaku hukum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk
perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah ini.
1. Perlawanan konus (q c )
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong,
dihitung dengan menggunakan persamaan:
P konus = P piston......................................................................................(3.1)
q c x A c = C w x A pi
q c = C w x A pi / A c .....................................................................(3.2)
A pi = π (D pi ) 2 / 4 .............................................................................(3.3)
Ac = π (D c ) 2 / 4 ...............................................................................(3.4)
2. Perlawanan geser (fs)
Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidanggeser
terdorong bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan:
P konus + P geser = P piston....................................................................(3.5)
3. Angka banding geser (R f )
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai
perlawanan geser lokal (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Rf = (fs / qs ) x 100 ...............................................................................(3.6)
4. Geseran total (Tf)

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


12

Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan


geser lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Tf = (fs x interval pembacaan) .............................................................(3.7)
Keterangan:
Cw :Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);
Tw :Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan
geser (kPa);
Kw :Selisih dengan (kPa);
P konus :Gaya pada ujung konus (kN);
P piston :Gaya pada piston (kN);
qc :Perlawanan konus (kPa);
fs :Perlawanan geser lokal (kPa);
Rf :Angka banding geser (%);
Tf :Geseran total (kPa);
A pi :Luas penampang piston (cm2);
D pi :Diameter piston (cm);
Ac :Luas penampang konus (cm2 );
Dc = Ds :Diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm);
As :Luas selimut geser (cm2);
Ds :Diameter selimut geser (cm);
Ls :Panjang selimut geser (cm)

3.8 Prosedur Perhitungan Sondir


Melakukan perhitungan perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs),angka
bandinggeser (Rf), dan geseran total (Tf) tanah dengan menggambarkan hasil
pengujian menurut tahapan berikut:
1. Cara perhitungan
a. Perlawanan konus (qc) dihitung bila ujung konus saja yangterdorongdengan
menggunakan persamaan (3.1) s.d (3.4).
b. Perlawanan geser (fs) lokal dihitung bila ujung konus dan
bidanggeserterdorong bersamaan dengan menggunakan persamaan (3.5) s.d
(3.8).

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


13

c. Angka banding geser (Rf) dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6).


d. Geseran total (Tf) tanah dihitung dengan menggunakan persamaan (3.7).
2. Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus
a. Grafik hubungan digambar antara variasi perlawanan konus (qc)
dengankedalaman (meter).
b. Uji sondir dengan konus ganda, digambar denganmenghubungkan
antaraperlawanan geser (f s ) dengan kedalaman dan geseran total
(Tf)dengan kedalaman.
c. Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data
perlawanan konus dan perlawanan geser, maka grafik hubungan antara
angka banding geser dengan kedalaman bisa digambarkan.
d. Grafik-grafik dari sub butir a), b) dan c) di atas, ditempatkanpadasatu
lembar gambar dengan skala kedalaman yang sama.
3.9 Laporan Uji Sondir
Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan
dalam Lampiran C, yang memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji
dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;
c) Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah
dan muka air tanah (bila memungkinkan);
d) Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang,
informasi alibrasi ujung alat dan cabang atau kedua-duanya;
e) Setiap penyimpangan pada waktu pengujian dicatat.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Penyondiran Pada Titik Pertama
Tabel 4.1 Hasil Sondir Titik Pertama
UJI PENETRASI KONUS
(ASTM D 3441 - 86)                  
                   
Depth   Cw Tw Kw qc LF LF x 20 cm JHP Fr
(m)   (kg/cm ) 2
(kg/cm )
2
(Tw - Cw) (kg/cm )2
(kg/cm ) 2
(kg/cm) (kg/cm) (%)
0,00   0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,20   0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,40   0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,60   3 5 2 3,00 0,18 3,60 3,60 6,00
0,80   3 5 2 3,00 0,18 3,60 7,20 6,00
1,00   3 5 2 3,00 0,18 3,60 10,80 6,00
1,20   3 5 2 3,00 0,18 3,60 14,40 6,00
1,40   3 5 2 3,00 0,18 3,60 18,00 6,00
1,60   3 5 2 3,00 0,18 3,60 21,60 6,00
1,80   3 5 2 3,00 0,18 3,60 25,20 6,00
2,00   3 5 2 3,00 0,18 3,60 28,80 6,00
2,20   6 5 -1 6,00 -0,09 -1,80 27,00 -1,50
2,40   6 5 -1 6,00 -0,09 -1,80 25,20 -1,50
2,60   65 100 35 65,00 3,15 63,00 88,20 4,85
2,80   80 105 25 80,00 2,25 45,00 133,20 2,81
3,00   95 110 15 95,00 1,35 27,00 160,20 1,42
3,20   100 110 10 100,00 0,90 18,00 178,20 0,90
3,40   100 110 10 100,00 0,90 18,00 196,20 0,90
3,60   90 100 10 90,00 0,90 18,00 214,20 1,00
3,80   50 75 25 50,00 2,25 45,00 259,20 4,50
4,00   80 82 2 80,00 0,18 3,60 262,80 0,23
4,20   90 100 10 90,00 0,90 18,00 280,80 1,00
4,40   100 120 20 100,00 1,80 36,00 316,80 1,80
4,60   90 130 40 90,00 3,60 72,00 388,80 4,00
4,80   120 150 30 120,00 2,70 54,00 442,80 2,25
5,00   90 115 25 90,00 2,25 45,00 487,80 2,50
5,20   100 110 10 100,00 0,90 18,00 505,80 0,90
5,40   90 95 5 90,00 0,45 9,00 514,80 0,50
5,60   90 115 25 90,00 2,25 45,00 559,80 2,50
5,80   100 110 10 100,00 0,90 18,00 577,80 0,90
6,00   100 110 10 100,00 0,90 18,00 595,80 0,90
6,20   120 150 30 120,00 2,70 54,00 649,80 2,25
6,40   150 160 10 150,00 0,90 18,00 667,80 0,60
6,60   150 160 10 150,00 0,90 18,00 685,80 0,60
6,80   150 160 10 150,00 0,90 18,00 703,80 0,60

Keterangan:

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


15

Tw = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus


qc = perlawanan konus (kPa);
Kw = Tw – qc
LF = (Luas mata bor / 100) x Kw
Hambatan Pelekat = LF x 20 cm
JHP =Hasil JHP sebelumnya + hasil hambatan pelekat selanjutnya

qc [kg/cm2 ]
0 25 50 75 100 125 150
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80 JHP qc
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
2.20
2.40
2.60
2.80
3.00
3.20
3.40
3.60
3.80
Depth [m]

4.00
4.20
4.40
4.60
4.80
5.00
5.20
5.40
5.60
5.80
6.00
6.20
6.40
6.60
6.80
7.00
0 100 200 300 400 500 600 700

JHP [kg/cm]

Gambar 4.1 Grafik Hasil Sondir I


4.1.2 Penyondiran Pada Titik Kedua

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


16

Tabel 4.2 Hasil Sondir Titik Kedua


UJI PENETRASI KONUS
 
  (ASTM D 3441 - 86)    
 
                 
  LF x 20
Depth Cw Tw Kw qc LF cm JHP Fr
 
(m) (kg/cm2) (kg/cm2) (Tw - Cw) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm) (kg/cm) (%)
 
0,00 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
 
0,20 10 15 5 10,00 0,45 9,00 9,00 4,50
 
0,40 10 15 5 10,00 0,45 9,00 18,00 4,50
 
0,60 5 10 5 5,00 0,45 9,00 27,00 9,00
 
0,80 3 5 2 3,00 0,18 3,60 30,60 6,00
 
1,00 5 10 5 5,00 0,45 9,00 39,60 9,00
 
1,20 3 5 2 3,00 0,18 3,60 43,20 6,00
 
1,40 5 10 5 5,00 0,45 9,00 52,20 9,00
 
1,60 5 10 5 5,00 0,45 9,00 61,20 9,00
 
1,80 5 10 5 5,00 0,45 9,00 70,20 9,00
 
2,00 10 15 5 10,00 0,45 9,00 79,20 4,50
 
2,20 3 5 2 3,00 0,18 3,60 82,80 6,00
 
2,40 160 250 90 160,00 8,10 162,00 244,80 5,06
 
2,60 180 280 100 180,00 9,00 180,00 424,80 5,00
Keterangan:
Tw = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus
Qc = perlawanan konus (kPa);
Kw = Tw – qc
LF = (Luas mata bor / 100) x Kw
Hambatan Pelekat = LF x 20 cm
JHP = Hasil JHP sebelumnya + Hasil hambatan pelekat selanjutnya

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


17

qc [kg/cm2 ]
0 18 36 54 72 90 108 126 144 162 180
0.00

0.10

0.20

0.30 JHP qc
0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

1.10

1.20

1.30

1.40

1.50
Depth [m]

1.60

1.70

1.80

1.90

2.00

2.10

2.20

2.30

2.40

2.50

2.60

2.70
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425

JHP [kg/cm]

Gambar 4.2 Grafik Hasil Sondir II

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


18

4.1.3 Perhitungan Data Penyondiran


Rumus – rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
HK (qc) = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan
konus
JK = Pembacaan manometer untuk nilai perlawanan
konus dan geser
Kw = HK (qc) – JK
LF = (Luas mata bor / 100) x Kw
Hambatan Pelekat (JHP) = LF x 20 cm
JPH = Hasil JPH sebelumnya + hasil hambatan pelekat
selanjutnya
a. Dari hasil data penyondiran yang didapat pada titik pertama dari
kedalaman 0 – 0,20 m, dengan nilai qc = 10 Kg/cm 2, dan nilai JHP =
9Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat dari
tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut termasuk
klasifikasi tanah lempung lembek, lempung kelanauan lembek.
b. Kemudian pada kedalaman 0,40 m, dengan nilai qc = 10 Kg/cm 2, dan
nilai JHP = 18 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah lempung lembek, lempung kelanauan lembek.
c. Kemudian pada kedalaman 0,60 m, dengan nilai qc = 5 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 27 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc) didapat
dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanahhumus atau lempung sangat lunak.
d. Kemudian pada kedalaman 0,80 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 30,6 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.
e. Kemudian pada kedalaman 1,00 m, dengan nilai qc = 5 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 39,6 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


19

f. Kemudian pada kedalaman 1,20 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm2, dan nilai


JHP = 43,2 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.
g. Kemudian pada kedalaman 1,40 m, dengan nilai qc = 5 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 52,2 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.
h. Kemudian pada kedalaman 1,60 m, dengan nilai qc = 5 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 61,2 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.
i. Kemudian pada kedalaman 1,80 m, dengan nilai qc = 5 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 70,2 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.
j. Kemudian pada kedalaman 2,00 m, dengan nilai qc = 10 Kg/cm 2, dan
nilai JHP = 79,2 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah lempung lembek, lempung kelanauan lembek.
k. Kemudian pada kedalaman 2,20 m, dengan nilai qc = 3 Kg/cm 2, dan nilai
JHP = 82,80 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir (qc)
didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah tersebut
termasuk klasifikasi tanah humus atau lempung sangat lunak.
l. Kemudian pada kedalaman 2,40 m, dengan nilai qc = 160 Kg/cm 2, dan
nilai JHP = 244,80 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir
(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah
tersebut termasuk klasifikasi tanah pasir padat, pasir kekerikilan padat,
pasir kasar padat, pasir kelanauan sangat padat.
m. Kemudian pada kedalaman 2,60 m, dengan nilai qc = 180 Kg/cm 2, dan
nilai JHP = 424,80 Kg/cm2. Jadi dari nilai ketahanan konus alat sondir
(qc) didapat dari tabel Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan tanah

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


20

tersebut termasuk klasifikasi tanah pasir padat, pasir kekerikilan padat,


pasir kasar padat, pasir kelanauan sangat padat.
Tabel 4.3 Konsistensi Tanah Menurut qc
qc ( kg/cm² ) Konsistensi
<6 Very soft
6 – 12 Soft
12 – 24 Medium
24 – 45 Stiff
45 – 75 Very stiff
> 75 Hard
(Sumber: Begemann, 1965)

Tabel 4.4 Klasifikasi Tanah Terhadap Nilai qc dan Lf


Hasil sondir ( kg/cm² )
Klasifikasi
qc Lf
0 - 6 0.15 – 0.40 Humus, lempung sangat lunak
0.20 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas
6 - 10
0.20 – 0.60 Lempung lembek, lempung kelanauan lembek
0.10 Kerikil lepas
0.10 – 0.40 Pasir lepas
10 - 30
0.40 – 0.80 Lempung atau lempung kelanauan
0.80 – 2.00 Lempung agak kenyal
1.50 Pasir kelanauan, pasir agak padat
30 - 60
1.00 – 3.00 Lempung atau lempung kelanauan kenyal
1.00 Kerikil kepasiran lepas
Pasir padat, pasir kelanauan atau lempung padat
60 - 150 1.00 – 3.00
dan kerikil kelempungan
3.00 Lempung kerikil kenyal
Pasir padat, pasir kekerikilan padat, pasir kasar
150 - 300 1.00 – 2.00
padat, pasir kelanauan sangat padat

BAB V
Laporan Praktikum Mekanika Tanah II
21

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil sondir secara umum, keadaan lapisan tanah diinterprestasikan
sebagai berikut:
5.1 Nilai Konsistensi Tanah
No Kedalaman (m) Nilai qc ( kg/cm² ) Konsistensi
0,00-0,40 10 Soft
0,60 5 Very Soft
S-II
0,80-1,20 5-3 Very Soft
1,40-1,60 5 Very Soft
1,80 5 Very Soft
2,00 10 Soft
2,20 3 Very Soft
2,40-2,60 160-180 Hard

Besarnya nilai QC yang bervariasi, dan Jumlah Hambatan Lekat yaitu:


Untuk Pekerjaan Penyondiran:
1. S-1 Besarnya Nilai Qc berkisar antara 180 kg/cm2
2. Kedalaman 2,60 m
3. Dengan besarnya Jumlah Hambatan Lekat ( JHP ) =424,00 kg/cm2
4. Berdasarkan dari hasil akhir Qc dari pekerjaan penyondiran diperkirakan
merupakan Lapisan Pasir Padat (Lihat Tabel Klasifikasi Tanah Terhadap
Nilai Qc). Dari Hasil Pengujian menunjukan lapisan tanah didaerah ini
adalah Soft - Very Soft - Hard.
Melihat dari keadaan lapis tanah berdasar hasil penyelidikan pada titik I
dimana pada kedalaman 6,80 m, terdapat tanah pasir padat maka disarankan
bangunan menggunakan pondasi dalam (Deep Foundation). Sedangkan, keadaan
lapisan tanah pada titik II pada kedalaman 2,60 m sudah terdapat tanah pasir padat
dan disarankan bangunan mengunakan pondasi dangkal (Shallow Foundation) yang
terdiri dari pondasi telapak dan pondasi menerus.

5.2 Saran

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II


22

Sebaiknya pada waktu praktikum perlu disiapkan sarana dan prasarana


agar mempermudah pelaksanaan praktikum dan tiap – tiap anggota kelompok
bekerja sesuai tugasnya yang telah ditunjukkan.Kurangnya penjelasan
praktikum membuat peserta praktikum bingung dalam pelaksanaan dan
pengolahan data sondir.

Laporan Praktikum Mekanika Tanah II

Anda mungkin juga menyukai