Anda di halaman 1dari 5

BAB II

DASAR TEORI

A. PERCOBAAN BORING DAN SAMPLING


1. Teori Dasar
Contoh tanah asli dapat diperoleh dengan menggunakan tabung sampel (tube
sampler), tabung belah (split spoon sampler), atau pun contoh tanah berbentuk
kubus. Terdapat 2 cara pengambilan contoh tanah, yaitu melalui pembuatan sumur uji
(test pit) dan pemboran dangkal 1 tangan (shallow 1 hand boring). Tidak termasuk
dalam kegiatan ini yaitu pengambilan contoh tanah melalui pemboran dalam (deep
boring) dengan menggunakan bor mesin (boring machine).
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui keadaan lapisan tanah danjenis tanah tiap kedalaman tertentu
secara visual.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu dan terganggu pada kedalaman tertentu
untuk penyelidikan lebih lanjut di laboratorium.
3. Peralatan
a. Mata bor (posthole auger) dan pipa-pipa bor dengan panjang 1 m, yang dapat
disambung satu sama lain
b. Tabung silinder (shelby) untuk pengambilan contoh 1 sampel dengan
perlengkapannya (stick apparatus)
c. Kunci inggris dan kunci pipa
d. Kantong sampel, lilin, dll
4. Prosedur Percobaan
a. Boring :
1) Titik pengeboran harus dekat dengan lokasi penyondiran
2) Bersihkan lokasi dari rumput dan drat-drat pada stang bor
3) Pasang mata bor pada pipa (stang bor) dengan kuat
4) Tanamkan bor pada titik pengeboran yang telah ditentukan, dengan memutar
tangkai pemutar sambil memberi pemberat agar mata bor masuk ke dalam
tanah
5) Pengeboran dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm atau kira-kira mata bor
sudah penuh terisi tanah. Kemudian mata bor dicabut dan tanah dikeluarkan
untuk dideskripsikan secara visual
6) Ulangi pengeboran sampai tercapai kedalaman maksimum yang dikehendaki

7) Jika menggunakan casing, casing dibenamkan tidak boleh melebihi


permukaan tanah yang telah dibor
8) Penentuan :
- Tanah pasir ditentukan minimal 30 menit setelah boring selesai
- Tanah lanau ditentukan minimal 24 jam setelah boring selesai
- Tanah lempung ditentukan 24 jam setelah boring selesai
b. Pengambilan sampel tanah :
1) Ambil contoh tanah asli pada kedalaman yang telah ditetapkan dengan
menggunakan tabung sampel yang telah disediakan, dengan cara ditumbuk
menggunakan martil sampai tabung penuh. Tabung diperkirakan telah penuh
dengan mendengarkan bunyi tunbukan yang kedengarannya padat
2) Tabung yang telah terisi penuh dikeluarkan, kemudian pada kedua ujungnya
dicongkel kira-kira 2 cm dan tutupi dengan dengan lilin / parafin untuk
menjaga kelembapan sampel tidak berubah
3) Tabung kemudian dibari label yang dicantumkan lokasi, nomor boring,
kedalaman, dan sebagainya
5. Pengolahan Data
Dekripsi tanah hasil percobaan dijelaskan dalam format Boring Log.
6. Indeks Propertis Tanah
Indeks properties tanah perlu dimengerti bahwa tanah terdiri dari butir tanah (solid
particles), udara (void with air) dan air (water).
Kondisi di atas sering disebut bahwa tanah terdiri dari 3 fase. Tanah yang kita jumpai
di alam pada umumnya terdiri dari 3 fase yaitu butir tanah, udara, dan air.
B. SONDIR
1. Teori Dasar
Percobaan ini digunakan untuk menentukan daya dukung ujung (end bearing) dan
perlawanan kdling (fiction I adhesion resistance) dari tanah untuk perencanaan
pondasi dan struktur geoteknik. Selain itu percobaan ini sangat praktis untuk
mengetahui dengan cepat letak kedalaman lapisan tanah keras, bakkan dengan
mengevaluasi nilai rasio gesekan (friction ratio), dapat pula dilakukan deskripsi jenis
lapisan tanah. Pada penggunaan friction sleevee atau adhesion jacket type (bikonus),
nilai konus dan hambatan lekat keduanya dapat diukur. Hasi pengamatan ini
dinyatakan dalam bentuk grafis, nilai konus digambar dalam kg/cm2 dan hambatan
lekat (skin friction) digambar sebagai jumlah untuk kedalaman yang bersangkutan
per cm keliling yaitu dalam kg/cm.

Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang
dinyatakan dalam gaya persatuan luas. Hambatan lekat adalah perlawanan geser
tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan panjang.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat pada setiap
kedalaman tanah.
b. Untuk menentukan letak kedalaman tanah keras.
3. Peralatan
a. Mesin sondir
b. Stang sondir
c. Mantle sondir
d. Friction cone
e. Jangkar spiral
f. Ambang penekan
g. Peralatan penunjang
4. Prosedur Pengujian
a. Bersihkan tanah tempat percobaan dari rumput, kayu dan material lain yang
mengganggu lalu datarkan
b. Tanamkan kedua angker ke dalam tanah secara kuat dengan jarak kira-kira 1 s/d
1,5 m satu sama lain di tempat yang akan diselidiki. Letakkan mesin sondir dan
atur kedudukannya pada plat penaha sedemikian rupa sehingga vertikal terhadap
tanah
c. Berikan oli SAE 10 tabung minyak hidrolik pada mesin sondir sampai penuh,
sehingga bebas dari gelembung udara, baut penutup tangki minyak hidrolik harus
diberi lapisan pengedap
d. Friction cone / Mantle cone dipasang pada ujung pipa sondir, kemudian
hubungkan dengan mesin sondir
e. Dorong treker pada posisi lubang terpotong lalu putarlah engkol pemutar sampai
menyentuh ujung atas stang sondir. Percobaan dan pengukuran sudah siap
dilakukan
f. Tiang sondir diberi tanda setiap 20 cm dengan menggunakan spidol, gunanya
untuk mengetahui saat dilakukan pembacaan manometer
g. Engkol kembali di putar sehingga patent friction cone / mantle cone masuk
kedalam tanah. Setelah mencapai batas 12 cm (lih. Tanda spidol), engkol pemutar
diputar diputar sedikit dengan arah berlawanan. Treker ditarik ke depan dalam
posisi lubang bulat
h. Buka kran yang menuju manometer 60 kg/cm2

i. Engkol diputar kembali sehingga stang dalam akan menekan piston lalu menekan
oli di dalamnya, tekanan yang terjadi akan terbaca dalam manometer. Mantle
cone hanya akan mengukur tahanan ujung konus (qc) sedangkan friction cone
akan mengukur tahanan ujung konus dan gesekan dinding terhadap tanah
j. Tekan stang, catat angka penunjukan pertama pada jarum manometer, teruskan
penekanan sampai jarum manometer bergerak yang kedua kalinya
k. Lakukan penekanan dengan hati-hati dan amati selalu jarum manometer. Bila di
perkirakan tekanan akan melebihi kapasitas manometer, tutup kran manometer
tersebut dan kran manometer yang berkapasitas besar dibuka. Stang sondir jangan
menyentuh piston karena dapat menyebabkan kelebihan tekanan secara drastis
dan merusak menometer
l. Putar kembali engkol pemutarberlawanan arah lalu posisi treker di pindahkan
kembali menjadi posisi lubang terpotong. Lakukan penekanan kembali sejarak 20
cm berikutnya dan ulang prosedur (i) s/d (k)
m. Setelah mencapai 1 m, stang sondir perlu di tambah. Caranya terlebih dahulu
naikkan piston penekan supaya stang sondir dapat disambung. Gunakan kunci
pipa untuk mengencangkannya. Ulangi prosedur (e) s/d (l)
n. Setelah mencapai kedalaman tanah keras (tahanan konus lebih besar dari 150
kg/cm2) penyelidikan dihentikan. Stang sondir yang sudah tertanam dicabut
kembali dengan cara sebagai berikut:
Putar engkol pemutar agar piston penekan terangkat
Tarik treker pada posisi lubang penuh
Dorong treker pada posisi lubang terpotong
Putar engkol pemutar sehingga stang sondir terangkat sampai stang sondir

berikutnya terlihat
Tahan stang sondir bawah dengan kunci pipa agar rangkaiannya di bawahnya

tidak jatuh
Lepaskan stang sondir atas dengan kunci pipa yang lain
Ulangi prosedur ini pada stang sondir berikutnya
o. Percobaan sondir telah selesai dilakukan
5. Pengolahan Data
a. Hambatan lekat (qf) :
qf = (qt qc) A/B
b. Jumlah hambatan lekat :
Jqf = qf
c. Buat grafik
Perlawanan penetrasi konus (qc) terhadap kedalaman
Jumlah hambatan lekat (Jqf) terhadap kedalaman
d. Ket. :

qf = hambatan lekat (kg/cm)


qc = bacaan perlawanan penetrasi konus (bacaan kesatu) (kg/cm2)
qt = bacaan manometer nilai perlawanan total (bacaan kedua) (kg/cm2)
A = tahap pembacaan (20 cm)
luas jacket
=14,5
B = factor alat atau =
luastorak
Jqf = kumulatif dari hambatan lekat

Anda mungkin juga menyukai