Anda di halaman 1dari 5

Modul Praktikum : Hand Boring

Kelompok / tahun : 2/2017


Tanggal Praktikum : 20 Agustus 2017
Lokasi : Kampus Institut Teknologi Indonesia, Tangerang, Serpong
Penanggung Jawab Modul : Erich B.
Asisten Praktikum : Ir. Dwi Brahmantyo B.M

HAND BORING
BAB I PENDAHULUAN

A. MAKSUD DAN TUJUAN

1. untuk mendapatkan keterangan tentang struktur tanah secara visual, pada lapisan tanah
dibawah yang akan menjadi pondasi.
2. Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dan terganggu untuk keperluan pendidikan
lanjut dilaboratorium

B. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

a. Auger Iwan besar (1 buah)


b. Socket (1 buah)
c. Kepala pemutar (hammer had)
d. Batang bor (5 buah @ 1 meter)
e. Stang pemutar dan batang pemutar (1 set)
f. Kunci pipa (4 buah)
g. Palu besar (1 buah)
h. Tabung contoh (5 buah)
i. Pacul (1 buah)
j. Pisau, kuas, oli, materan, tali rapia
k. Lilin untuk penutup contoh tanah dalam tabung.
l. Plastik unutk contoh tanah yang terganggu (disturbed)
m. Karung goni untuk contoh tanah permukaan (50 kg)
C. TEORI DAN RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN

Teori.

Dari hasil pengeboran dapat diketahui penggolongan tanah secara visual, walaupun
penggolongan ini merupakan perkiraan yang kasar. Dilihat dari sudut pandangan teknis,
tanah-tanah tersebut dapat digolongkan dalam beberapa macam:
1. Batu kerikil (Gravel)
2. Pasir (Sand)
3. Lanau (Silt)
4. Lempung (Clay):
a. Inorganik.

b. Organik.

Golongan batu kerikil dan pasir seringkali dikenal sebagai kelas bahan-bahan yang berbutir
kasar atau bahan-bahan tidak kohesive, sedang golongan lanau dan lempung dikenal sebagai
kelas bahan-bahan yang berbutir halus atau bahan-bahan yang kohesive.
Batu Kerikil dan Pasir.
Golongan ini terdiri dari pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butiran batu
kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, tetapi kadang-kadang pula terdiri dari satu macam
zat mineral tertentu, misalnya flint atau kwartz. Sedangkan butiran pasir hampir selalu terdiri
dari satu macam zat mineral, terutama kwartz.
Dalam beberapa hal, mungkin hanya terdapat butir-butir dari satu ukuran saja, dalam hal ini
bahan tersebut dikatakan “seragam”. Pada macam lain, mungkin terdapat ukuran-ukuran butir
yang mencakup seluruh daerah ukuran, dari ukuran batu besar sampai ke ukuran pasir-halus,
dan dalam hal ini bahan tersebut dikatakan ber”gradasi baik”.
Lempung.
Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menunjukkan sifat-sifat plastisitas dan
kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu melekat satu sama
lainnya, sedangkat plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-
rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa terjadi retakan-
retakan atau terpecah-pecah.
Lanau.
Adalah bahan yang merupakan peralihan antara lempung dan pasir halus. Kurang plastis dan
lebih mudah ditembus air dari pada lempung, serta memperhatikan sifat dilatasi yang tidak
terdapat pada lempung. Dilatasi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu
dirubah bentuknya. Juga lanau akan menunjukkan gejala untuk menjadi “quick” (“hidup”)
apabila diguncang atau digetarkan.
Untuk melakukan klasifikasi dan menyatakan dengan tepat sesuatu tanah secara visual,
semata-mata dengan hanya melihatnya, mengerjakannya, dan membentuknya kembali.
Langkah pertama untuk menyatakan suatu tanah adalah menentukkan apakah bagian terbesar
dari tanah itu masuk dalam kategori pasir dan kerikil ataukah kedalam kelompok lempung
dan lanau. Dan bila kebanyakan dari tanah itu lebih halus daripada ukuran batas pasir/lanau,
maka tanah itu termasuk kedalam kelompok lanau atau lempung, namun menentukkan
apakah lanau atau lempungnya tidak dilakukan atas dasar ukuran butirnya. Cara yang paling
baik dipakai untuk membedakan antara lanau dan lempug adalah percobaan dilatasi.
Bor Tangan (Hand Boring).

Bor tangan mempergunakan berbagai macam “auger” pada ujung bagian bawah dari serangkaian
setang-setang (rods) bor. Bagian atas dari rangkaian stang bor ini mempunyai tangkai (handle)
yang dipakai untuk memutar alat tersebut. Dalam beberapa hal sering dipakai tripod (kaki tiga)
dengan katrol dan tali yang dipakai untuk mencabut kembali stang-stang dan auger-nya dari
lubang bor tersebut. Dengan mempergunakan tripod pemboran tangan mungkin dapat mencapai
kedalam sampai 15 meter. Tanpa menggunakan tripod biasanya pemboran-tangan hanya
mencapai kedalaman 8 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam bahan-bahan
yang cukup lunak, terutama dalam lempung lunak (soft clay) sampai firm clay.
Adalah tidak mugkin untuk melakukan pemboran tangan dalam batuan lunak (soft rock) atau
dalam kerikil padat (dense gravel) dan sebagainya. Gambar menunjukkan bermacam-macam
auger yang dipakai untuk melakukan pemboran tangan. Auger type “iwan” adalah yang paling
umum.
Casing tidak biasa dipakai dalam pemboran-tangan, tetapi dapat juga dipakai bila dipandang
perlu. Misalnya unutk pemboran dalam bahan-bahan yang amat lunak atau bahan-bahan yang
lepas, yang akan mengalami keruntuhan, bila kita tidak menggunakan casing. Juga apabila muka-
air-tanah (water table) ditempat tersebut amat tinggi, kita memerlukan pemakaian casing.
Alat bor tangan sering digunakan dalam penyelidikan tanah untuk proyek-proyek jalan raya, jalan
kereta api dan lapangan terbang, dimana kedalamanan lubang yang dibutuhkan pada jalan raya
hanya berkisar pada tanah kohesif. Untuk pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah
kohesif, bor ulir dapat digunakan.

Rumus-rumus yang digunakan.

Perbandingan Luas Tabung < 10 % 𝐷02− 𝐷12𝐷12𝑥 100% <10%

𝐷02− D1²
𝑥 100% <10%
D1²

Dimana :
D0 : diameter luar tabung
D1 : diameter dalam tabung

D. CONTOH TANAH YANG DIGUNAKAN

Contoh tanah yang digunakan terletak di sekitar laboratorium. Kondisi tanah dalam keadaan
disturbed maupun yang undisturbed.

E. DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Riana H. Pranowo L”Pedoman Praktikum Mekanika Tanah Bagian 1”, Laboratorium
Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 1986.
2. Wesley, L. D.; “Mekanika Tanah”; Badan Penerbit Pekerjaan Umum; Jakarta; 1977
3. Hary Christady Hardiyatmo; “Teknik Pondasi 1”; Penerbit Beta Offset; Yogyakarta; 2002.
BAB II PERCOBAAN
A. Persiapan Percobaan.

a. Tentukan lokasi yang akan di bor.


b. Alat-alat yang diperlukan dipersiapkan untuk dibawa ke tempat lokasi.
c. Tanah disekitar lokasi dibersihkan terhadap batu-batuan, rumput-rumputan dan humus.

B. Jalannya Percobaan.

a. Auger Iwan dipasang pada ujung sebuah batang bor dan pada ujung lainnya dipasangstang
pemutar.
b. Auger Iwan diletakkan pada titik yang akan di bor.
c. Batang bor ditekan, kemudian stang pemutar diputar pada batang pemutarnya searah
jarum jam, seperti terlihat pada Gambar 1. 5. Dengan demikian Auger Iwan akan masuk ke
dalam tanah dan akan terisi oleh tanah.
d. Bila Auger Iwan telah terisi penuh dengan tanah, maka Auger Iwan diangkat, tanah
dikeluarkan dan tanah tersebut diidentifikasikan secara visual mengenai jenis dan warnanya,
seperti terlihat pada Gambar 1. 6.
e. Auger Iwan yang bersih dari tanah dimasukkan kembali ke dalam lubang dan pekerjaan
diulangi lagi sampai kedalaman yang dikehendaki, dalam hal ini 0,5 m. Tanah diambil 5 kg
dan dimasukkan ke dalam plastik untuk contoh tanah disturbed.
f. Bila telah mencapai kedalaman 1,0 m Auger Iwan diganti dengan tabung (sample tubes)
yang sebelumnya telah diolesi dengan oli, dengan maksud agar contoh tanah tidak melekat
sehingga dapat memperkecil kerusakan tanah. selain itu juga tebal dinding tabung harus
sekecil mungkin untuk mengurangi kerusakkan tanah.
Perbandingan luas tabung < 10%.
𝐷02− D1²
𝑥 100% <10%
D1²

dimana:
D1 = diameter dalam tabung
D0 = diameter luar tabung
g. Tabung contoh dan batang bor dimasukkan kedalam lubang secara perlahan-lahan dan
usahakan masuk tegak lurus.

Pada batang bor diberi tanda kedalaman tabung yang akan dicapai sehingga kedalaman waktu
pemukulan tidak melebihi tinggi tabung (dapat mengkibatkan compaction) ataupun kurang.
Tabung ditekan dengan jalan memukul bagian dari kepala pemukul, sampai batas tanda yang
telah dibuat pada batang bor tadi. Ini berarti tabung telah penuh terisi oleh tanah undisturbed.
Tabung didiamkan beberapa saat agar terjadi lekatan tanah, setelah itu batang bor diputar 180°
h. Cabut batang bor perlahan-lahan, contoh tanah diambil kemudian kedua ujung tabung contoh
ditutup dengan lilin cair agar kedar air tanah tidak berubah. Tempelkan label dengan kedalaman
dari contoh tanah seperti terlihat pada Gambar 1. 7.
i. Tabung diganti dengan Auger Iwan kembali dan pengeboran dilanjutkan. Contoh tanah diambil
dan diidentifikasikan, seperti terlihat pada Gambar 1. 8. Demikian selanjutnya dilakukan
pengembalian contoh tanah, baik yang disturbed maupun yang undisturbed pada kedalaman yang
diinginkan. j. Pengambilan contoh tanah disturbed pada kedalaman: 0,2 m (tanah permukaan); 0,5
m; 1,0 m; 2,0 m; 3,0 m; 4,0 m; 5,0 m. Sedangkan contoh tanah undisturbed pada kedalaman: 1,0
m; 2,0 m; 3,0 m; 4,0 m; 5,0 m. Dapat dilihat pada Gambar 1. 9.
2 A. Daftar Kepustakaan.

1. Ir. Riana H. Pranowo L”Pedoman Praktikum Mekanika Tanah Bagian 1”, Laboratorium
Mekanika Tanah FSP – ITI, Serpong 1986.
2. Wesley, L. D.; “Mekanika Tanah”; Badan Penerbit Pekerjaan Umum; Jakarta; 1977
3. Hary Christady Hardiyatmo; “Teknik Pondasi 1”; Penerbit Beta Offset; Yogyakarta; 2002.

Anda mungkin juga menyukai