Anda di halaman 1dari 17

BAHAN-BAHAN KONTRUKSI YANG DI GUNAKAN DITINJAU

DARI GEOLOGI (PENGEKSPLORAN BAHAN-BAHAN


KONTRUKSI DI ACEH TAMIANG,ACEH
TIMUR,DAN LANGSA)
1. PENGANT AR
Pengeksploran bahan konstruksi dimaksudkan untuk mendapatkan gam-
baran mengenai bentuk geologi maupun kondisi lapisan tanah dan air
tanah secara keseluruhan serta mengenai bahan konstruksi yang digunakan
di Aceh Tamiang,Aceh Timur dan langsa.Untuk tujuan tersebut, diper-
lukan contoh-contoh batuan, lapisan tanah dan bentuk geologi Aceh Tami-
ang,Aceh Timur dan Langsa.
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari Bab ini, diharapkan dapat memahami dan mengetahui
kondisi geologi Aceh Tamiang,Aceh Timur dan langsa untuk tujuan pem-
ilihan bahan-bahan kontruksi yang sesuai untuk di gunakan dalam pembu-
atan kontruksi bangunan di Aceh Tamiang,Aceh Timur dan langsa.
3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan dapat :
  ·Memahami dan mengetahui bahan-bahan kontruksi yang sesuai un-
tuk pembangunan suatu kontruksi.

  ·Mengetahui contoh-contoh tanah yang sesuai yang sesuai untuk


pembangunan suatu kontruksi

  ·Mengetahui contoh-contoh batuan yang sesuai yang sesuai untuk


pembangunan suatu kontruksi

4. URAIAN MATERI
4.1. PENDAHULUAN
Dalam kegiatan konstruksi baik itu pembangunan perumahan, gedung,
jembatan, bandara, pelabuhan dan bangunan konstruksi lainnya dibutuh-
kan bahan-bahan atau material bangunan sebagai dasar pembuatan ban-
guan tersebut. Untuk medapatkan material yang berkualitas maka perlu di-
pertimbangkan kelebihan dan kekurangan atas setiap material yang akan
digunakan supaya bangunan yang akan di bangun bisa berdiri kokoh dan
terjamin kualitasnya.
Bahan Konstruksi adalah bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi
bangunan.Mengenali bahan bangunan ini juga merupakan langkah awal
seorang teknik sipil dalam mengenali macam-macam bahan serta manfaat
dari alat-alat yang dipergunakan dalam membangun sebuah kontruksi
bangunan. Adanya penelitian atau survey lapangan dapat membuat kita
mengenal lebih dalam mengenai jenis-jenis bahan bangunan, misalnya ba-
han bangunan pendukung, pengikat serta bagaimana pembuatan kayu
hingga komposisi penyusunnya yang merupakan faktor penting yang harus
dipelajari dalam membangun sebuah konstruksi bangunan serta memahami
dengan jelas apa yang dimaksud dengan kayu dan apa fungsi dari bahan
kayu tersebut.Selain itu, adapun maksud dari tujuan survey ke lapangan.
Maksud dari tujuan survey adalah kita mendapatkan informasi yang lebih
akurat dan tepat karena kita dapat melihat kegiatan – kegiatan yang ada di
lokasi survey secara langsung informasi yang lebih lengkap.
4.2 TUJUAN PENYELIDIKAN BAHAN-BAHAN KONSTRUKSI DI
LAPANGAN
Tujuan Penyelidikan bahan-bahan kontruksi antara lain :
1. Untuk mengetahui jenis tanah yang digunakan untuk suatu
konstruksi.

2. Untuk mengetahui jenis pondasi yang digunakan.

3. Untuk mengetahui bahan apa saja yang bisa digunakan


atau tidak digunakan tergantung kondisi geografis suatu
daerah.
4. Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan
dilakukan pada bangunan yang telah ada sebelumnya.

5. Mengetahui sifat-sifat setiap jenis bahan bangunan.


6. Mampu mengembangkan bahan-bahan baru yang berkwalitas.
7. Mamp memanfaatkan bahan-bahan local yang ada di daerah kerja
tanpa mengabaikan fungsidan kwalitas.
4.3. PENGGUNAAN HASIL PENYELIDIKAN KONSTRUKSI DI
LAPANGAN
Hasil penyelidikan konstruksi di lapangan digunakan untuk :
1. Struktur Baru
a. Pemilihan jenis tanah yang digunakan
b. Untuk mengetahui muka air tanah
c. Untuk mengatasi masalah – masalah konstruksi
d. Untuk menentukan daya dukung pondasi
2. Struktur yang sudah ada
a. Penyelidikan keamanan Suatu struktur
b. Menentukan cara – cara perbaikan jika struktur tersebut tidak aman dan
mengalami penurunan berlebihan.
4.4 METODE PENYELIDIKAN TANAH YANG DIPERGUNAKAN
Metode-metode yang paling penting untuk melakukan penyelidikan tanah
untuk konstruksi adalah sebagai berikut :
1) Pemboran (drilling).
2) SumurPercobaan (TestPits).
3) Pengambilan Contoh Tanah ( Sampling ).
4) PercobaanPenetrasi (PenetrationTest).
5) Pengujianbalin-baling(VaneTest)
a. Pemboran (drilling)
Ada beberapa cara untuk membuat lubang-lubang bor (mengeborta-
nah),yang prinsip-prinsipnya sebagai berikut:
(1) Bor Tangan
Untuk bor dangkal biasanya tidak menggunakan mesin untuk menggerak-
kan mata bor, cukup dengan tangan.Bor tangan menggunakan berbagai
macam bor tanah (“auger“)pada ujung bagian bawah dari stang bor.Bagian
atas dari rangkaian stang bor ini mempunyai tangkai (handle) yang dipakai
untuk memutar alat tersebut. Biasanya dipergunakan tripod (kaki tiga)
dengan katrol dan tali, dipakai untuk mencabut kembali stang-stang dan
auger-nya dari lubang bor tersebut.
Dengan mempergunakan tripod, pemboran tangan mungkin dapat men-
capai kedalaman sampai 15 meter. Tanpa tripod biasanya pemboran tangan
hanya mencapai kedalaman 8 sampai 10 meter.Bor tangan hanya dapat dil-
akukan dalam bahan-bahan yang cukup lunak, terutama pada lempung lu-
nak (soft clay) sampai teguh (firm clay).Pemboran tangan dalam batuan lu-
nak (soft rock) atau dalam kerikil padat (dense gravel) tidak mungkin dil-
akukan
Gambar 3.1 menunjukkan bermacam-macam auger yang dipakai untuk
melakukan pemboran tangan dan auger type “Iwan” adalah yang paling
umum.
Casing bisanya tidak digunakan, kecuali dalam bahan-bahan yang amat lu-
nak atau bahan-bahan yang lepas, yang akan mengalami keruntuhan, bila
tidak menggunakan casing atau apabila muka air ditempat tersebut cukup
tinggi.
(2) Pemboran dengan Mesin (Machine drilling)
Untuk bor yang dalam, biasanya digunakan rotary drilling machine.
Kedalaman biasa
mencapai 100 meter.Motor penggerak alat bor pada umumnya terdiri dari
bagian-bagian berikut :
a) Alat yang dapat memutar stang-stang bor dengan kecepatan yang dapat
diatur, dan dapat memberikan gaya kebawah.
b) Pompa, untuk memompakan air pencuci (wash water)kebawah, melalui
bagian dalam stang bor.
c) Roda pemutar (winches) dan derrick atau tripod untuk menarik dan
menurunkan stang- stang dan alat-alat bor ke dalam lubang.
Cara pengambilan inti (core) dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Pengambilan Inti dengan alat Core Barrel

Core barrel terdiri dari dua tabung yaitu, tabung dalam dimana terkandung
inti, tidak berputar, sedangkan tabung luar berputar, memutar pahat yang
melakukan pemboran. Air dipompakan kebawah melalui bagian dalam
dari stang bor dan mengalir terus kebawah diantara kedua tabung tsb,
lewat pahat dan kembali keatas melalui bagian luar dari barrel. Fungsi air,
mendinginkan/ sebagai pelumas pahat (bit) dan untuk mengangkut
potongan- potongan tanah keatas permukaan tanah.
b. Sumur Percobaan (Trial Pits)
Sumur-sumur percobaan atau sumur-sumur penyelidikan adalah lubang-
lubang hasil penggalian dengan tangan yang berukuran diameter kira- kira
1 sampai 11⁄2 meter. Ini dapat dilakukan, sampai kedalaman tertentu, asal-
kan kohesi bahan yang digali masih memungkinkan, dan permukaan air
tanah ditempat tersebut masih lebih dalam dari pada dasar penggalian. Da-
lam lapisan yang sangat tidak rembes air, mungkin kita dapat menggali
sampai dibawah ketinggian muka air setempat.
Keuntungan dari lubang-lubang percobaan, yaitu dapat memberikan gam-
baran yang lebih jelas tentang susunan lapisan tanah, dan juga kita dapat
mengambil contoh yang berupa potongan-potongan yang besar dari dasar
atau dinding lubang galian tersebut. guna mengetahui jenis tanah maupun
tebal dari bermacam lapisan tanah yang dijumpai, sambil dibuat catatan
yang teliti tentang lapisan-lapisan yang ada.
c. Pengambilan Contoh Tanah (Soil Sampling)
Sebagai kelanjutan dari catatan yang teliti tentang lapisan-lapisan tanah,
biasanya perlu dilakukan penyelidikan-penyelidikan lanjutan mengenai si-
fat-sifat dari lapisan tersebut, misalnya mengenai kadar airnya, kekuatan,
daya rembesan air dan sebagainya. Penyelidikan ini biasanya dilakukan di
laboratorium.
Contoh-contoh ini ada 2 (dua) macam yaitu, contoh asli (undisturbed) dan
contoh tidak asli (disturbed)
(1) Contoh Asli (Undisturbed Samples)
Contoh asli adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat-sifat asli
dari tanah yang ada padanya.Contoh ini tidak mengalami perubahan dalam
struktur, kadar air atau susunan kimia.Contoh yang benar-benar asli tid-
aklah mungkin diperoleh, akan tetapi dengan teknik pelaksanaan se-
bagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat, maka kerusakan ter-
hadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh asli dapat diambil
dengan memakai tabung-tabung contoh, core barrels, atau mengambilnya
secara langsung dengan tangan dalam bentuk bongkah-bongkah.
(2) Contoh Tidak Asli (Disturbed Samples)
Contoh tidak asli diambil tanpa dilakukan usaha-usaha untuk melindungi
struktur
asli dari tanah tersebut. Contoh ini dibawah ke laboratorium dalam tempat
tertutup sehingga kadar airnya tidak akan berubah. Contoh ini dapat dipa-
kai untuk segala penyelidikan yang
tidak memerlukan contoh asli, seperti ukuran butiran, Batas- batas Atter-
berg, pemadatan, berat jenis dan sebagainya.
d. PercobaanPenetrasi(PenetrationTest)
Dengan menekan atau memukul berbagai macam alat kedalam tanah, dan
mengukur besarnya gaya atau jumlah pukulan yang diperlukan, kita dapat
menentukan dalamnya berbagai lapisan yang berbeda, dan mendapatkan
indikasi mengenai kekuatannya. Penyelidikan semacam ini disebut perco-
baan penetrasi dan alat yang dipakai disebut penetrometer.
Karena hasil penyelidikan ini tidak memberikan keterangan-keterangan
tentang jenis tanah, maka dalam pemakaiannya sebaiknya selalu dihub-
ungkan dengan lubang bor. Penyelidikan semacam ini terutama dipakai
untuk mendapatkan keterangan pada titik-titik atau tempat- tempat diantara
lubang-lubang bor.Penetrometer dapat dibagi menjadi dua macam utama,
yaitu penetrometer statis dan penetrometer dinamis.
e. Pengujian Baling-baling (Vane Test)
Percobaan yang disebut vane test adalah suatu cara untuk mengukur
kekuatan geser setempat pada tanah yang berbutir halus, yaitu lempung
atau lanau. Alat yang dipasang pada ujung stang-stang bor ditekan supaya
masuk kedalam tanah pada dasar lubang bor. Setelah itu, vane diputar se-
hingga terjadi pergeseran pada suatu bidang tanah yang berbentuk
selinder. Untuk memutar stang ini dipergunakan suatu alat pengukur mo-
men torsi yang dipasang pada ujung atas stang-stang tersebut.
Dengan alat ukur ini kita dapat menentukan momen torsi yang bekerja
pada saat terjadi keruntuhan (failure). Dari momen torsi itu dapat diten-
tukan kekuatan geser tanah yang diperiksa, yaitu kekuatan geser “un-
drained”

4.5 METODE PENYELIDIKAN BATUAN YANG DI-


PERGUNAKAN
Penyelidikan Conventional Log
Penyelidikan conventional log adalah dengan mengunakan log Gamma
Ray (GR), Spontaneous Potential (SP), Resistivitas, Neutron, Densitas,
dan Sonik.Log Gamma Ray (GR) adalah metoda untuk mengukur radiasi
sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat di
dalam batuan di sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat da-
lam lapisan batuan tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium,
Radium (Harsono, 1997). Menurut Harsono (1997) log SP (Spontaneous
Potential) merupakan hasil dari pengukuran beda potensial arus searah an-
tara elektroda di dalam lubang bor dengan elektroda di permukaan.Log
neutron merupakan log yang berfungsi untuk menentukan besarnya porosi-
tas suatu batuan (Harsono, 1997). Log ini tidak mengukur porositas
sesungguhnya dari batuan, melainkan yang diukur adalah keterdapatan hi-
drogen dalam pori-pori batuan.
Tabel 1. Kegunaan Utama Open-hole Wireline Logs (Rider, 2002)

Log density adalah kurva yang menunjukkan besarnya bulk density (rb)
dari batuan

yang ditembus oleh lubang bor. Log densitas digunakan untuk mengukur
densitas semu

formasi menggunakan sumber radioaktif yang ditembakkan ke formasi


dengan

sinar gamma yang tinggi dan mengukur jumlah sinar gamma rendah yang
kembali ke
detektor.Log resistivitas atau log tahanan jenis merupakan log yang men-
gukur tahanan dari

fluida dalam pori-pori batuan terhadap aliran elektrik (Harsono, 1997).

Log sonik adalah log yang menggambarkan waktu kecepatan suara yang
dikirimkan

atau dipancarkan kedalam formasi sehingga pantulan suara yang kembali


diterima oleh

receiver. Waktu yang diperlukan gelombang suara untuk sampai ke re-


ceiver disebut interval

transit time (∆t). Besar atau kecilnya ∆t yang melalui suatu formasi
tergantung dari jenis

batuan dan besarnya porositas batuan serta isi di dalam batuan tersebut
(Harsono, 1997).
Gambar 1. Respon Log GR, Neutron, Densitas, dan Sonik pada Batuan
Granit (Rider, 2002).
Gambar 2. Kenampakan Conventional Log pada Reservoir Batuan Dasar,
Yang

Menunjukkan Secara Tidak Langsung Adanya Porositas Sekunder


Berupa Rekahan (Harvey

dkk, 2005).

Kehadiran rekahan pada formasi dapat diidentifikasi dari data well log
yaitu

1. Defleksi spektral uranium ke angka yang tinggi dapat mengindikasikan


rekahan yang

bekaitan dengan deposisi senyawa uranium yang terlarut di dalam reka-


han selama

pergerakan fluida reservoir. Teknik ini ambigu, dan ketika bekerja, akan
tidak dapat

membedakan dari adanya rekahan terbuka (Krygowski, 2003).

2. Menurut Krygowski (2003) dari log Micro resistivity (Rxo) dapat dil-
akuakan identifikasi

rekahan, pergerakan kurva yang cepat, atau hashiness, dapat menjadi se-
buah indikator dari

rekahan sebagai alat menunjukkan konduktifitas lumpur pemboran yang


mengisi rekahan

ditunjukkan dengan lapisan berkonduktivitas rendah. Lubang yang kasar


(rough) mungkin
menyebabkan kesamaan respon. Teknik ini digunakan hanya sebagai se-
buah kepingan

informasi sepanjang dengan dikombinasikan lainnya dalam menentukan


kehadiran rekahan.

Gambar 3. Respon Log Resistivitas LLD dan LLS dari Adanya Rekahan
(Rider, 2002).

3. Menurut Purwanti dkk (2003) Indikasi adanya fracture di batuan dasar


dapat diidentifikasi

dari harga anomali sonik yang mengalami peningkatan secara tajam


dibandingkan harga

sonik di lapisan atas atau bawahnya dan dari spiky resistivity.


4. Menurut Suau (1978; dalam Golf dan Racht, 1982) adanya rekahan
terdeteksi dari adanya

separasi antara LLD dan LLS

Gambar 4. Deteksi Rekahan dengan DLL-RXo (Suau, 1978; dalam Golf


dan Racht, 1982).
4.6.Hasil Survey mengenai bahan konstruksi apa saja yang digunakan
di suatu daerah
a. Aceh Tamiang
1. Ketinggian
kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sangat
bervariasi yaitu dari datar sampai bergunung. Sebagian besar
merupakan wilayah yang datar dengan kemiringan 0-2 % yaitu
sebesar 104.246 hektar (53,74) yang terdapat pada bagian pesisir
timur dan tengah wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara
wilayah yang bergunung dengan kemiringan > 40 % merupakan
jumlah yang terkecil yaitu seluas 7.464 hektar (3,85 %).

2. Tekstur Tanah
Teksur tanah di Wilayah kabupaten Aceh Tamiang adalah
sebagian besar bertekstur halus yaitu seluas 131.233.67 Ha
atau 98.99 % bertektur halus, tekstur sedang seluas 2011
Ha ( 1,04 % ) sedangkan tekstur kasar sebagian hanya ter-
dapat dibagian pesisir pantai timur dengan luas 737,14 Ha
(0.37%).

3. Jenis Tanah
Tanah yang terdapat, di Kabupaten Aceh Tamiang terdiri
dari Aluvial
sebesar 4,64 %, Hidromorfi Kelabu sebesar 42,23 `-%, Or-
ganosol dan Gley Humus sebesar 36,61 %, Podsolik Merah
Kuning sebesar 1,69 % serta Komplek Podsolik Coklat,
Latosol dan Litosol sebesar 14,83 % dari luas wilayah Ka-
bupaten Aceh Tamiang. Pada bagian pesisir timur wilayah
ini di dominasi oleh jenis tanah Aluvial dan Hidromorf Ke-
labu, sedangkan pada bagian selatan atau pegunungan di
dominasi oleh jenis tanah Komplek Podsolik Cokiat, Lato-
soi dan Litosol.

b. Aceh Timur

1. Jenis batuan
Kabupaten Aceh Timur terdiri dari beberapa jenis batuan yang sebagian
besar terdiri dari batuan sedimen dengan lapisan horizontal, yang luasnya
490.882 Ha dan hampir tersebar merata di beberapa kecamatan di wilayah
perencanaan. Jenis batuan yang ada di Kabupaten Aceh Timur antara lain
yaitu sebagai berikut :
1. Batuan endapan baru dan endapan jaman quarter seluas 241.263 Ha
yang penyebarannya hampir di semua kecamatan di Kabupaten Aceh
Timur, kecuali di Kecamatan Serbajadi dan Kecamatan Ranto Peureulak.
2. Batuan resen seluas 3.264 Ha hanya terdapat di Kecamatan Serbajadi.
3. Batuan vulkanik tersier dan quarter serta batuan beku dalam seluas
22.080 Ha terdapat di Kecamatan Serbajadi.
4. Batuan sedimen terlipat seluas 63.580 Ha terdapat di
Kecamatan Serbajadi.
2. Jenis T anah
Kabupaten Aceh Timur terdapat 7 jenis tanah yang struktur kimianya ber-
beda-beda. Jenis tanah aluvium/organosol dan gley humus terdapat pada
bagian wilayah perencanaan yang relatif rendah (datar) merupakan jenis
tanah yang dominan, yaitu seluas 266.656 Ha. Jenis tanah di Kabupaten
Aceh Timur adalah sebagai berikut :
1. Podsolik Merah Kuning, Jenis tanah ini terbentuk pada tipe iklim basah
dengan curah hujan 2.500-3.500 mm/thn tanpa bulan kering. Terletak pada
topografi bergelombang sampai berbukit-bukit pada elevasi 10-100 m dpl,
salumnya agak tebal (1-2 m) dengan warna merah hingga kuning. Reaksi
tanah sangat masam (pH 3,4-5,0) dan sangat peka terhadap erosi, mempu-
nyai tingkat kesuburan rendah. Tanah ini sangat luas. Jenis tanah ini relatif
luas dan terdapat hampir di semua kecamatan.
2. Mediteran, Tanah ini terbentuk pada iklim dengan curah hujan 800-
2.500 mm/thn.Tersebar pada elevasi 0-400 m dpl. Salumnya agak tebal (1-
2 m), erosi sedang hingga besar. Jenis tanah ini cocok untuk persawahan,
rerumputan, tegalan, dan kebun buah- buahan.
3. Organosol/Alluvial, Terbentuknya tanah ini tidak dipengaruhi iklim.
Terletak pada topografi datar sampai sedikit bergelombang di dataran ren-
dah. Warna tanah kelabu tua atau hitam. Reaksi tanah sangat masam (pH
3,5-5). Cocok untuk persawahan, ladang, tambak, palawija
dan kebun kelapa. Jenis tanah ini tersebar di semua kecamatan.
4. Latosol, Tanah ini terletak pada iklim basah dengan curah hujan 2.000-
7.000 mm/thn, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan. Terletak pada
topografi bergelombang. Salumnya dalam (1,5-10 m) dengan warna merah
coklat hingga kuning. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,5-
6,5) dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini cocok untuk per-
sawahan, tanaman palawija, sayur-mayur dan buah- buahan, kebun karet,
lada dan tegalan. Tersebar di Kecamatan Idi Rayeuk, Kecamatan Rantau
Selamat, Kecamatan Rantau Peureulak,
Kecamatan Birem Bayeun, dan Kecamatan Serbajadi.
4. Podsolik Coklat Kelabu, Tanah ini berkembang pada iklim dengan cu-
rah hujan di atas1.500 mm/thn. Tanpa bulan kering tersebar pada topografi
datar, bergelombang, landai dan berbukit pada elevasi 10- 2.000 mdpl,
berwarna kelabu, kehitaman, coklat tua hingga kekuningan. Reaksi tanah
masam hingga netral (pH 5,0-7,0). Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan
Idi Rayeuk, Kecamatan Rantau Selamat, Kecamatan Rantau Peureulak,
Kecamatan Birem Bayeun, dan Kecamatan Serba jadi.
c. Langsa

Anda mungkin juga menyukai