bangunan-bangunan,
seperti
bangunan
gedung,
dinding
penahan
tanah,
(test-pit), maupun
penting
untuk
dikatahui
karakteristik
tanahnya,
kadang-kadang
dapat
mempersulit
pelaksanaan
pembangunan
fondasi
dan
dapat
Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti. Lagi pula, bila
perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada
lapisan-lapisan yang dikehendaki.
dalam kondisi tak terganggu (udisterbed sample). Metode bor cuci tidak dapat
digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.
Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila pada
penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous core
sample) . putaran batang bor menekan ujung matan bor. Tabung inti luar berputar
bersama-sama batang bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya
mata bor dipasang pada ujung alat bornya. Putaran mata bor membentuk gerusan
yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk kebagian mata bor dan sekaligus
masuk kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut berputar. Selama
pengeboran, air disirkulasikan lewat batang bor yang berlubang. Contoh bentuk mata
bor dari type double-tube core barrel, ditunjukan dalam. Gambar 2.5
Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa mengunakan pipa selubung
(casing).
Untuk memperkecil gesekan antara tanah dengan dinding bagian dalam tabung,
supaya derajat gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak dibengkokkan kedalam
atau dilengkapi dengan alat pemotong yang diiameterdalamnya lebih kecil dari dimeter
dalam tabung contoh (Gambar 2.6a). Namun, hal ini juga menyebabkan akibat
sampingan yang berupa pengembangan contoh setelah berada didalam tabung.
Untuk klasifikasi dan untuk mempelajari karakteristik kepadatan tanah, contoh
targanggu (disturbed sample) dapat digunakan. Prinsip persyaratan contoh terganggu
adalah bahwa contoh tersebut harus mewakili kondisi lapisan tanahnya. Hasil
penyelidikan dengan bor tangan mewakili kondisi tanah dalam kondisi terganggu.
Berbagai macam tabung pengambilan contoh tanah telah dipakai hingga saat ini,
beberapa contohnya antara lain :
A.Tabung Contoh Tekanan Terbuka (Open Drive Sample)
Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung tabung baja yang dilengkapi dengan
alat pemotong pada ujungnya. Batang bor dihubungkan dengan ujung atas tabung
contoh (gambar 2.7). Diameter dalam tabung berkisar antara 100 sampai 450 mm.
Pada saat pengambilan contoh tanah, tabung contoh ditekan secara dinamis atau
statis oleh alat penekan.
Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika digunakan dalam
tanahgranuler (berbutir lepas), penahan inti (core catcher) yang berfungsi menahan
contoh tanah agar tertahan dalam tabung harud digunakan.
Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang berupa
lempung atau lanau sensitive, akan terganggu sampai pada kedalamn tertentu. Oleh
karena itu, bila tabung tekan terbuka kedalaman terbuka ditekan, bagian atas dari
tabung tersebutakan terisi oleh tanah yang telah rusak susunannya. Selain itu, pada
waktu tabung diputar untuk memotong tanah didalam lubang bor, putaran akan
merusakkan susunan tanahnya pada bagian bawah contoh. Untuk menanggulangi
kerusakan ini, lebih baik jika digunakan tabung contoh berpiston.
B.Tabung Contoh Berpiston
Tabung contoh berdinding tipis yang cocok digunakan untuk tanah kohesifini ini,
diperkenalkan oleh Hvorslev (1949). Diameter dalam tabung bervariasi dari 50-100
mm, dan panjangnya bervariasi dari 450-750. tabung yang pendek dipakai untuk
dipakai tabung yang berdiameter kecil. Terdapat 2 tipe tabung contoh untuk tabung
berdinding tipis, yaitu tabung berpiston mengapung dan tabung berpiston tetap .
tabung contoh berpiston cocok digunakan untuk tanah-tanah yang sensitive
terhadap gangguan, seperti lempung lunak dan lempung plastis. Kecuali itu dapat
pula digunakan dalam pengambilan contoh tanah pada lubang uji dan pengambilan
contoh tanah pada lubag bor yang dangkal.
dimana diperkirakan
tanahnya tidak terganggu oleh operasi pengeboran. Saat pengam bilan contoh
tanah, piston ditahan pada posisinya dan tabung ditekan ke bawah. Dengan cara ini,
jika tanah lunak, tabung dapat ditekan ke bawah sampai kedalaman yang diinginkan
dngan tanpa memperdalam pengeboran.
( c ) tabung contoh belah (split barrel sample)
Tabung contoh terdiri dari tabung yang dapat dibelah menjadi dua bagian satu sama
lain pada waktu mengeluarkan contoh tanah (gambar 2.9) secara keseluruhan,
bagian-bagian tabung contoh tanah dari bawah keatas terdiri dari: bagian pemotong
pada ujung bawah tabung yang dapat dibelah, tabung penghubung dan bagian
kepala tabung. Untuk menahan contoh tanah tetap di tempatnya, pada bagian atas
alat pemotong diberi katup penutup. Salah satu dari jenis tabung contoh ini,
digunakan untuk pengujian penetrasi standart
(SPT).
Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat pengawas lapangan
yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti : pergantian alat dan tipenya, kedalaman
pada waktu penggantian alat, metode penahanan lubang bor agar stabil atau
penahan tebing lubang uji.
Sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan
lapangan bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum
sedemikian sehingga batas-batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi
yang benar, menurut skala yang ditentukan.
Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam laporan hasil pengeboran (atau disebut
boring log), yang berisi antara lain:
1. Kedalaman lapisan tanah.
2. Elevasi permukaan tiik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
3. Simbol jenis tanah secara grafis.
4. Deskripsi tanah.
5. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh
terganggu atau tak terganggu.
6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan
pengeboran.
Dalam penggambaran profil lapisan tanah, lapisan tanah disajikan dalam bentuk
simbol-simbol yang digambar secara vertical. Gambar 2.10 menyajikan contoh
symbol-simbol tersebut. Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa campuran dari
jenis tanah-tanah tertentu, seperti lempung berlapis, lanau berlapis, lanau berpasir,
kerikil berlanau, dan sebagainya. Dalam kondisi ini, symbol-simbol dapat
dikombinasokan, dengan kandungan tanah yang dominan digambar lebih banyak
atau lebih tebal.
tanah
tertentu
sangat
mudah
sekali
terganggu
oleh
pengaruh
Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 2 m atau paling
sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah disepanjang kedalaman lubang
bornya. Untuk fondasi dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.
Untuk tanah berbatu, palmer dan stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar
yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30 pada ujungnya (Gambar 2.22b).
pengamatan telah menunjukan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh
kedua tipe alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relative tanah
yang sama.
Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan model
keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi keruntuhan
geser local (Local shear failure) dapat dianggap mterjadi, bila N < 5, dan keruntuhan
geser umum (general shear failure) terjadi pada nilai N >30. Untuk nilai N antara 5 dan
30, interpolasi linier dari koefisien kapasitas dulung tanah Na, Nq dan Ny dapat
dilakukan. Bila nilai-nilai kerapatan relative (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati
dengan persamaan (meyerhof, 1957).
N = 1,7 D r (14,2po + 10)
Dengan:
Dr = Kerapatan relative
po = tekanan vertical akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah
yang ditijau, atau tekanan overburden efektif.
Hubungan nilai N dengan kerapatan relative (Dr) yang diusulkan oleh Terzaghi dan
Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1
Nilai N
<4
4-10
Tidak padat
10-30
Kepadatan sedang
30-50
Padat
>50
Sangat padat
Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948) memberikan hubungan N
secara kasar dengan kuat tekan-bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.2.
kuat tekan-bebas (qu) diperoleh dari uji tekan-bebas, Cu= 0,5qu dan simbul . akan
tetapi, penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada Tabel
2.2tersebut tidak direkomendasikan. Peck, dkk. (1953) menyatkan bahwa nilai N hasil
uji SPT untuk tanah lempung hanyalah sebagai pendekatan kasar, sedang pada tanah
pasir, nilai N hasil uji SPT dapat di percaya. Untuk menentukan kuat geser tanah
lempung jenuh, lebih baik jika nilainya di peroleh dari uji geser kipas (vane shear test)
di lapangan atau dari pengujian contoh tanah tak terganggu di laboraturium.
Untuk menentukan kapasitas dukung izin dari hasil uji SPT, diperlukan estimasi kasar
nilai lebar fondasi (B) dari fondasi terbesar pada bangunan. Untuk fondasi dangkal, uji
SPT dilakukan pada interval 2,5 ft (76 cm) dibawah dasar fondasi, dimulai dari
kedalaman dasar fondasi (Df) sampai kedalaman Df + B (Terzaghi dan Peck, 1948).
Nilai N rata-rata sepanjang kedalaman ini akan berfungsi sebagai gambaran kasar dari
kerpatan relative pasir ang berada di bawah dasar fondasi, yang masih mempengaruhi
besar penurunan. Jika uji SPT dilakukan pada beberapa lubang pada lokasi yang
berlainan, nilai N rata-rata terkecil digunakan dalam mamperkirakan nilai kapasitas
dukung tanahnya (Terzaghi dan Peck, 1948).
Table 2.2 Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung
jenuh (Terzaghi dan Peck, 1948)
Nilai N
Konsistensi
<2
Sangat lunak
< 25
24
Lunak
25 50
48
Sedang
50 100
8 15
Kaku
100 200
15 30
Sangat Kaku
200 400
>30
Keras
>400
Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan
Campanella (1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q) dengan rasio gesekan
Rf, untuk mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, seperti yang ditunjukan
dalam Gambar 2.12 b dan 2. 13. pada Gambar tersebut Rf adalah rasio gesekan
( Fricition ratio ) yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs
( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau
disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q atau rasio gesekan dinyatakan oleh
persamaan:
Rf = fs/q x100%
Beberapa macam alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif.
Salah satunya adalah, alat uji geser kipas atau geser baling baling (vane shear test).
Salah satu macam alatnya terdiri dari kipas baja seinggi 10 cm dan diameter 5 cm
yang berpotongan saling tegak lurus (Gambar 2.15a). dalam peraktek, terdapat
beberpa ukuran kipas yang bisa digunakan.
Pada saat melakukan pengujian, alat ini di pasang pada ujung bor, kipas berserta
tangkainya ditekan ke dalam tanah, kemudian di putar dengan kecepatan 6 sampai
12 per menit. Besarnya torsi (tenga puntiran) yang di butuh kan untuk memutar
kipas diukur karena tanah tergeser menurut bentuk silinder vertical yang terjadi di
pinggir baling-baling, tahanan geser tanah dapat dihitung, jika dimesi baling-baling
dan gaya puntiran diketahui.untuk kipas berbentuk segi empat, kuat geser tanah
lempung jenuh, dihitung dengan persamaan:1
Pengukuran dilakukan sepanjang kedalaman tanah yang diselidiki, pada jarak
interval kira-kira 30 cm. bila pengukuran dilakukan dengan pembuatan lubang dari
alat bor, kipas ditancapkan paling sedikit berjarak 3 kali diameter lubang bor diukur
dari dasar lubangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki tanah yang benar-benar
tak terganggu oleh operasi pengeboran. Kuat geser tanah yang telah berubah
susunan tanahnya (remoulded) dapat pula dilakukan dengan pengukuran torsi
minimum yang dibutuhkan untuk memutar baling-baling secara cepat dan kontinu.
Studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang
diperoleh dari uji geser kipas di lapangan terlalu besar (Aman,dkk., 1975). Hal ini
disebabkan oleh zona geser yang terjadi saat tanah geser,lebih besar dari bidang
runtuh tanahnya (Gambar 2.15b). perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam
dan kohesi tanah. Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser
yang diperoleh dari uji geser kipas di lapangan, sebagai berikut :
Su (nyata) = Su (lapangan)
(2.7)
Dengan:
Su = cu = kohesi tak terdrainasi (kohesi undrained).
Su (nyata) = Kuat geser tak terdrainasi yang digunakan dalam perancangan.
Su (lapangan) = kuat geser tak terdrainasi yang diperoleh dari uji geser kipas
dilapangan.
= factor kohesi yang ditunjukkan pada Gambar 2.16.