Anda di halaman 1dari 21

Penyelidikan tanah di lapangan di butuhkan untuk data perancangan fondasi

bangunan-bangunan,

seperti

bangunan

gedung,

dinding

penahan

tanah,

bendungan, jalan, dermaga, dll. Bergantung pada maksud dan tujuannya,


penyelidikan dapat dilakukan dengan cara-cara : menggali lubang uji ( test pit ),
pengeboran, dan uji secara langsung di lapangan ( is-situ test ). Dari data yang
diperoleh sifat-sifat teknis tanah dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menganalisa kapasitas dukung dan penurunan.
Tuntutan ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban bangunan,
tingkat keamanan yang diinginkan, kondisi lapisan tanah, dan biaya yang tersedia
untuk penyelidikan. Oleh karena itu, untuk bangunan-bangunan sederhana atau
ringan, kadang-kadang tidak dibutuhkan penyelidikan tanah, karena kondisi tanahnya
dapat diketahui berdasarkan pengalaman setempat. Tujuan penyelidikan tanah
amtara lain:
1. menentukan kapasitas dukung tanah menurut tipe fondasi yang dipilih
2. menentukan tipe dan kedalaman fondasi
3. untuk mengetahui posisi muka air tanah
4. untuk mengetahui besarnya penurunan
5. menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau
pangkal jembatan ( abutment )
6. menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan
yang telah ada sebelumnya
7. pada proyek jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk
menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, pennetuan lokasi dan maca
bahan timbunan

II. CARA PENYELIDIKAN


Informasi kondisi tanah dasar fondasi, dapat diperoleh dengan cara menggali lubang
secara langsung di permukaan tanah yang disebut lubang uji

(test-pit), maupun

dengan cara pengeboran tanah. Penyelidikan mendetail dengan pengeboran tanah


yang diikuti dengan pengujian-pengujian di laboraturium dan atau dilapangan,
selaludilakukan untuk penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar seperti : gedung
bertingkat tinggi, jembatan, bendungan, bangunan industri, dll.
Penyelidikan tanah terdiri dari 3 tahap yaitu : pengeboran atau penggalian lubang uji,
pengambilan contoh tanah (sampling) dan pengujian contoh tanah. Pengujian contoh
tanah dapat dilakukan di laboraturium atau dilapangan.
Bergantung pada tingkat ketelitian yang dikehendaki, pengam \bilan contoh tanah
dilakukan pada setiap jarak kedalaman0,75-2 meter dengan cara menekan tabung
contoh tanah (sampler) secara hati-hati (terutama untuk contoh tak terganggu) yang
dipasang pada ujung bawah batang bor. Pada waktu pengeboran dilakukan, contoh
tanah dapat diperiksa didalam pipa bor yang ditarik keluar. Jika pada tahap ini
ditemui perubaan jenis tanah, kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya
dicatat, dan kemudian, contoh tanah tambahan diambil. Pada lapisan-lapisan yang
dianggap

penting

untuk

dikatahui

karakteristik

tanahnya,

kadang-kadang

pengambilan contoh kontinu (continous sampling) diperlukan. Bila pengeboran


dilakukan pada lapisan batuan, contoh inti batu (rock core) diambil dengan alat bor
putar (rotary drill).
Kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti. Kesalahan data muka air
tanah

dapat

mempersulit

pelaksanaan

pembangunan

fondasi

dan

dapat

mengakibatkan kesalahan analisis stabilitasnya.


III.ALAT- ALAT PENYELIDIKAN
Data hasil penyelidikan tanah dapt memberikan gambaran tentang kondisi-kondisi
lapisan pada sifat-sifat fisik tanah dalam arah vertical. Berdasarkan data ini,
perancang dituntut untuk menggabar profil lapisan tanah dengan cara inter polasi
data dari tiap-tiap lapisan yang mengandung material-material yang secara
pendekatan mempunyai sifat-sifat yang sama.
Terdapat beberapa cara penyelidikan yang berguna untuk mengetahui kondisi
lapisan tanah dan sifat-sifat teknisnya.
1. Lubang-uji (test pit)

Cara ini berguna untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dengan teliti. Lagi pula, bila
perlu dapat mengambil contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) pada
lapisan-lapisan yang dikehendaki.

2. Bor tangan (hand auger)


Cara ini termasuk yang paling sederhana dalam pembuatan lubang dalam tanah
dengan menggunakan alat bor. Alat bor seperti pada gambar.. hanya dapat
digunakan bila tanah mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat
tetap stabil di sepanjang lubangnya. Alat ini tidak dapat digunakan pada pasir yang
terendam air. Penetrasi mata bor terbatas pada kekuatan tangan yang memutarnya,
oleh karena itu tanah harus tidak mengandung batu atau lapisan tanah keras
lainnya.bor tangan dapat menembus sampai 10m, tapi umumnya kedalaman bor
maksimum 6 sampai 8 meter. Alat ini sering digunakan dalam penyelidikan tanah
untuk proyek-proyek jalan raya , kereta api, dan lapangan terbang, dimana
kedalaman lubang yang dibutuhkan pada jalan raya hanya berkisar pada kedalaman
4m. untuk pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah kohesif, bor ulir dapat
digunakan ( GAMBAR 2.2B).

3. Bor cuci (wash boring)


Pada cara ini, pengeboran tanah dilakukan dilakukan dengan cara penyemprotan air
sambil memutar-mutar pipa selubung (casing) untuk memudahkan penetrasi ujung
mata bor gambar. Tanah yang diambil merupakan contoh terganggu (disturbed)
yang terangkut keluar bersama aliran air. Tanah yang keluar dari lubang bor
diidentifikasi secara kasar. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara kering dengan
cara mengganti ujung mata bor denga tabung contoh. Cara ini tidak mengganggu
tanah dibawah mata bor . oleh karena itu contoh tanah yang diambil memungkinkan

dalam kondisi tak terganggu (udisterbed sample). Metode bor cuci tidak dapat
digunakan jika tanah mengandung batu-batu besar.

Penyelidikan dengan pencucian (wash Probing)


Wash probing digunakan untuk mengetahui kedalaman pertemuan antara tanah
lunak dan tanah keras atau padat . caranya, air yang bertekanan tinggi disemprotkan
melalui pipa-pipa yang digerakan keatas dan kebawah pada lubang yang dilindung
pipa gambar cara ini dilakukan untuk penyelidikan tanah di pelabuhan dan
penentuan lapisan tanah dibawah lipisan sungai, yang dimaksudkan untuk
menentukan kedalaman pasir atau lanau yang terletak di atas lapisan keras atau
batu. Hal tersebut teutama digunakan dalam pekerjaan pemancangan dan
pengerukan.
3.Bor putar (rotary drill)
Penyelidikan tanah dengan menggunakan bor putar atau bor mesin gambar dapat
dilakukan pada semua jenis tanah. Alat bor putar yang digerakan dengan mesin
dapat menembus lapisan tanah keras atau bat sampai kedalaman lebih dari 40m.
alat ini dapat digunakan pada lapisan tanah keras, batu,tanah lempung dan bahkan
tanah pasir.

Pengeboran inti dilakukan jika pengeboran menembus lapisan batu. Dan bila pada
penyelidikan diinginkan untuk memperoleh contoh inti kontinu (continous core
sample) . putaran batang bor menekan ujung matan bor. Tabung inti luar berputar
bersama-sama batang bor dan manekan ke lapisan keras atau batu di bawahnya
mata bor dipasang pada ujung alat bornya. Putaran mata bor membentuk gerusan
yang berbentuk cincin. Contoh inti batu masuk kebagian mata bor dan sekaligus
masuk kedalam tabung inti dalam , yang dibuat tidak ikut berputar. Selama
pengeboran, air disirkulasikan lewat batang bor yang berlubang. Contoh bentuk mata
bor dari type double-tube core barrel, ditunjukan dalam. Gambar 2.5
Pengeboran dapat dilakukan dengan tanpa mengunakan pipa selubung

(casing).

Jika lubang cenderung akan longsor, dilakukan pengeboran dengan memasukan


kedalam lubang bor suatu cairan kental dari bahan lempung vulkanik tiksotropik dan
air. Cairan ini berfungsi menahan sisi lubang bor dan menutup pori-pori tanah yang
lolos air sekeliling lubang bor.

II.ALAT ALAT PANGAMBILAN CONTOH TANAH


Macam-macam contoh tanah yang harus diperoleh dari pengeboran bergantung
pada maksud penyelidikannya. Untuk indentifikasi serta penentuan sifat-sifat teknis
tanah, dibutuhkan contoh tanah yang mewakili. Dari sini, kemudian ditentukan nilainilai kuat geser, batas-batas Atterbeg, berat volume, kandungan karbonat, dan
kandunga material organiknya.
Contoh tanah diambil dari pengeboran dengan cara memasang tabung contoh
(sampler) pada ujung pipa bor di kedalaman yang berbeda-beda. Pada contoh tanah
yang tidak rusak susunan tanahnya atau sedikit sekali drajat ketergantungannya,
maka contoh tersebut disebut contoh tak terganggu (undisturbed sample).
Karakteristik tegangan-tegangan tanah harus diambil dari contoh tanah tak
terganggu.
Dalam praktek, sangat sulit diperoleh contoh yang benar-benar tak terganggu,
walaupun penanganan contohnya sudah sangat hati-hati. Gangguan contoh ini sering
mempengaruhi hasil-hasil pengujian laboraturium. Penyebab gannguan contoh tanah
yang diambil dengan cara pengeboran, antara lain:

1. perubahan kondisi tegangan dari tempat asal.


2. perubahan kadar air tanah dan angka pori.
3. gangguan susunan butir tanah.
4. perubahan kandungan bahan kimia.
Hvorslev (1984) menyaran dalam pengambilan contoh tanah, yang terbaik adalah
dengan cara menekan tabung dengan tidak memukulnya kedalam tanah. Selain itu,
dimensi tabung contoh harus sedemikian hingga rasio area (Ca) direduksi sampai
minimum.

Untuk memperkecil gesekan antara tanah dengan dinding bagian dalam tabung,
supaya derajat gangguan contohnya kecil, ujung tabung agak dibengkokkan kedalam
atau dilengkapi dengan alat pemotong yang diiameterdalamnya lebih kecil dari dimeter
dalam tabung contoh (Gambar 2.6a). Namun, hal ini juga menyebabkan akibat
sampingan yang berupa pengembangan contoh setelah berada didalam tabung.
Untuk klasifikasi dan untuk mempelajari karakteristik kepadatan tanah, contoh
targanggu (disturbed sample) dapat digunakan. Prinsip persyaratan contoh terganggu
adalah bahwa contoh tersebut harus mewakili kondisi lapisan tanahnya. Hasil
penyelidikan dengan bor tangan mewakili kondisi tanah dalam kondisi terganggu.
Berbagai macam tabung pengambilan contoh tanah telah dipakai hingga saat ini,
beberapa contohnya antara lain :
A.Tabung Contoh Tekanan Terbuka (Open Drive Sample)

Tabung contoh tekan terbuka terdiri dari tabung tabung baja yang dilengkapi dengan
alat pemotong pada ujungnya. Batang bor dihubungkan dengan ujung atas tabung
contoh (gambar 2.7). Diameter dalam tabung berkisar antara 100 sampai 450 mm.
Pada saat pengambilan contoh tanah, tabung contoh ditekan secara dinamis atau
statis oleh alat penekan.

Tabung contoh tipe ini cocok untuk tanah berlempung. Jika digunakan dalam
tanahgranuler (berbutir lepas), penahan inti (core catcher) yang berfungsi menahan
contoh tanah agar tertahan dalam tabung harud digunakan.
Akibat pengaruh pekerjaan pengeboran, tanah dasar lubang bor yang berupa
lempung atau lanau sensitive, akan terganggu sampai pada kedalamn tertentu. Oleh
karena itu, bila tabung tekan terbuka kedalaman terbuka ditekan, bagian atas dari
tabung tersebutakan terisi oleh tanah yang telah rusak susunannya. Selain itu, pada
waktu tabung diputar untuk memotong tanah didalam lubang bor, putaran akan
merusakkan susunan tanahnya pada bagian bawah contoh. Untuk menanggulangi
kerusakan ini, lebih baik jika digunakan tabung contoh berpiston.
B.Tabung Contoh Berpiston
Tabung contoh berdinding tipis yang cocok digunakan untuk tanah kohesifini ini,
diperkenalkan oleh Hvorslev (1949). Diameter dalam tabung bervariasi dari 50-100
mm, dan panjangnya bervariasi dari 450-750. tabung yang pendek dipakai untuk
dipakai tabung yang berdiameter kecil. Terdapat 2 tipe tabung contoh untuk tabung
berdinding tipis, yaitu tabung berpiston mengapung dan tabung berpiston tetap .
tabung contoh berpiston cocok digunakan untuk tanah-tanah yang sensitive

terhadap gangguan, seperti lempung lunak dan lempung plastis. Kecuali itu dapat
pula digunakan dalam pengambilan contoh tanah pada lubang uji dan pengambilan
contoh tanah pada lubag bor yang dangkal.

( a ) tabung contoh berpiston mengapung (floating piston)


Alat ini terdiri dari tabung baja tipis yang kadang-kadang dilengkapi dengan alat
pemotong pada ujungnya (gambar 2.8). Tabung contoh dilengkapi dengan piston
yang tergantung oleh sebuah kabel. Pada waktu tabung dimasukan kedalam lubang
bor hingga menyentuh dasar lubang, posisi piston mula-mula terletak pada ujung
bawah tabung, agar tanah tidak masuk kedalamnya. Setelah tabung dan piston
menyentuh tanah dasar, tabung contoh ditekan kebawah sedang piston tetap
ditempatnya. Untuk pengambilan contoh, tabung harus sedikit diputar (atau alat
pemotong tambahan harus dipasang pada ujungnya). Gesekan antara contoh tanah
dan dinding tabung membuat contoh tanah tetap tinggal dalam tabungnya. Pada
tabung contoh ditarik keluar dan dilepas dari tangkai bor, kedua ujung tabung contoh
tanah yang telah berisi tanah tidak terganggu ditutup dengan lilin, dan dibawa ke
laboraturium.
( b. ) tabung contoh berpiston tetap (fixed piston)
Pada tabung contoh berpiston tetap (gambar 2.8) piston dapat diletakan pada
posisinya oleh sebuah batang baja yang memanjangsampai permukaan tanah.
Pengambilan contoh tanah dipilih pada kedalaman tertentu,

dimana diperkirakan

tanahnya tidak terganggu oleh operasi pengeboran. Saat pengam bilan contoh

tanah, piston ditahan pada posisinya dan tabung ditekan ke bawah. Dengan cara ini,
jika tanah lunak, tabung dapat ditekan ke bawah sampai kedalaman yang diinginkan
dngan tanpa memperdalam pengeboran.
( c ) tabung contoh belah (split barrel sample)
Tabung contoh terdiri dari tabung yang dapat dibelah menjadi dua bagian satu sama
lain pada waktu mengeluarkan contoh tanah (gambar 2.9) secara keseluruhan,
bagian-bagian tabung contoh tanah dari bawah keatas terdiri dari: bagian pemotong
pada ujung bawah tabung yang dapat dibelah, tabung penghubung dan bagian
kepala tabung. Untuk menahan contoh tanah tetap di tempatnya, pada bagian atas
alat pemotong diberi katup penutup. Salah satu dari jenis tabung contoh ini,
digunakan untuk pengujian penetrasi standart

(SPT).

III,PENANGANAN CONTOH TANAH


Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan contoh tanah adalah bahwa
setelah tabung contoh tanah diambil dari lubang bor, ujung-ujungnya harus
dibersihkan dan ditutup lilin. Maksudnya adalah agar contoh tanah tidak berubah
kadar airnya, dan juga unuk menahan gangguan contoh tanah yang mungkin timbul
dalam perjalanan ke laboraturium. Selain itu pada tabung contoh tanah bor, dan
kedalaman contoh. Ujung atas dan bawah tabung contoh harus ditandai dengan
benar, sehingga pada pengujian di laboraturium akan diketahui ke arah mana contoh
tanah akan dikeluarkan dari dalam tabung contoh. Contoh tanah lempung sensitive
harus dijaga dengan baik pada waktu diangkut ke laboraturium,terutama jangan
sampai terjadi getaran yang besar yang dapat merusak contoh tanah.
IV.LAPORAN HASIL PENGEBORAN

Laporan hasil pengeboran tanah harus dibuat jelas dan tepat pengawas lapangan
yang menangani pekerjaan selain harus selalu mencatat hal-hal kecil yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan, seperti : pergantian alat dan tipenya, kedalaman
pada waktu penggantian alat, metode penahanan lubang bor agar stabil atau
penahan tebing lubang uji.
Sesudah contoh tanah diuji di laboratorium, ditentukan klasifikasinya. Catatan
lapangan bersama dengan hasil pengujian laboratorium tersebut dirangkum
sedemikian sehingga batas-batas antara material yang berbeda diplot pada elevasi
yang benar, menurut skala yang ditentukan.
Semua hasil-hasil pengeboran dicatat dalam laporan hasil pengeboran (atau disebut
boring log), yang berisi antara lain:
1. Kedalaman lapisan tanah.
2. Elevasi permukaan tiik bor, lapisan tanah dan muka air tanah.
3. Simbol jenis tanah secara grafis.
4. Deskripsi tanah.
5. Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Disebutkan kondisi contoh
terganggu atau tak terganggu.
6. Nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama penanggung jawab pekerjaan
pengeboran.
Dalam penggambaran profil lapisan tanah, lapisan tanah disajikan dalam bentuk
simbol-simbol yang digambar secara vertical. Gambar 2.10 menyajikan contoh
symbol-simbol tersebut. Kebanyakan tanah terdiri dari beberapa campuran dari
jenis tanah-tanah tertentu, seperti lempung berlapis, lanau berlapis, lanau berpasir,
kerikil berlanau, dan sebagainya. Dalam kondisi ini, symbol-simbol dapat
dikombinasokan, dengan kandungan tanah yang dominan digambar lebih banyak
atau lebih tebal.

V.PENYELIDIKAN TANAH DILAPANGAN


Jenis-jenis

tanah

tertentu

sangat

mudah

sekali

terganggu

oleh

pengaruh

pengambilan contoh didalam tanah. Unuk menanggulanginya sering dilakukan


beberapa pengujian-pengujian tersebut antara lain :
o Uji penetrasi standart atau uji SPT (standart penetration test)
o Uji penetrasi kerucut statis (static penetration test)
o Uji beban plat (plate load test)
o Uji geser kipas atau geser baling-baling (vane shear test)
Pengujian dilapangan sangat berguna untuk mengetahui karakter tanah dalam
mendukung beban fondasi dengan tidak dipengaruhi oleh kerusakan Contoh : tanah
akibat operasi pengeboran dan penanganan, contoh. Khususnya berguna untuk
menyelidiki tanah lempung sensitive, lanau dan tanah pasir tidak padat.
Perlu diperhatikan bahwa hasil-hasil uji geser kipas dan uji penetrasi , hanya
memberikan informasi kuat geser (kekuatan) tanah saja, oleh karena itu pengujianpungujian tersebut seharusnya tidak digunakan sebagai pengganti pengeboran,
namun hanya sebagai pelengkap data hasil penyelidikan. Suatu yang tidak dapat
diidentifikasikan oleh pengujian tersebut adalah mengenai jenis tanah yang

ditembusnya secara pasti, atau perbedaan jenis tanahnya. Sebagai contoh,


pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai tanah yang diuji apakah tanah
organic atau lempung lunak, atau tanah berupa pasir tak padat atau lempung kaku,
karena yang diketahui hanya tahanan penetrasi atau kuat gesernya saja. Demikian
pula, hasil-hasil pengujian tidak dapat memberikan informasi mengenai kondisi air
tanah. Untuk itu, kekurangan-kekurangan data dapat dilengkapi dengan mengadakan
pengeboran tanah.
a.Uji Penetrasi Standar (SPT)
Uji penetrasi standar dilakukan karena sulitnya memperoleh contoh tanah tak
terganggu pada tanah granuler. Pada pengujian ini, sifat-sifat tanah ditentukan dari
pengukuran kerapatan relative secara langsung dilapangan. Pengujian untuk
mengetahui nilai kerapaatan relative yang sering digunakan adalah Uji Penetrasi
Standar atau disebut Uji SPT (Standar Penetration Test).
Uji SPT dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sewaktu melakukan pengeboran inti, jika kedalaman pengeboran telah mencapai
lapisan tanah yang akan diuji, mata bor dilepas dan diganti dengan alat yang disebut
tabung belah standar (Standar Split barrel sampler) (Gambar 2.11a). Setelah tabung
ini dipasang, bersama-sama dengan pipa bor, alat diturunkan sampai ujungnya
menumpu lapisan tanah dasar, dan kemudian dipukul dari atas. Pukulan diberikan
oleh alat pemukul yang beratnya 63,5 kg (140 pon), yang ditarik naik turun denagn
tinggi jatuh 76,2 cm (30) (Gambar 2.11c).
Nilai SPT diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Tahapan pertama, tabung belah standar dipukul sedalam 15 cm (6). Kemudian
dilanjutkan pemukulan tahap kedua sedalam 30,48 cm (12). Jumlah pukulan tahap
kedua ini, yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah standar
sedalam 30,48 cm, didevinisikan sebagai nilai-N. Pengujian yang lebih baik dilakukan
dengan menghitung pukulan pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62 cm (3 inci) atau
setiap 15 cm (6 inci). Dengan cara ini, kedalaman sembarang jenis tanahdidasar
lubang bor dapat ditaksir, dan elevasi dimana gangguan terjadi dalam usaha
menembus lapisan yang keras seperti batu, dapat dicatat.

Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5 2 m atau paling
sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan tanah disepanjang kedalaman lubang
bornya. Untuk fondasi dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.
Untuk tanah berbatu, palmer dan stuart (1957) memodifikasi tabung belah standar
yang terbuka menjadi tertutup dan meruncing 30 pada ujungnya (Gambar 2.22b).
pengamatan telah menunjukan bahwa pada umumnya nilai N yang diperoleh oleh
kedua tipe alat ini mendekati sama, untuk jenis tanah dan kerapatan relative tanah
yang sama.
Pada perancangan fondasi, nilai N dapat dipakai sebagai indikasi kemungkinan model
keruntuhan fondasi yang akan terjadi (Terzaghi dan Peck, 1948). Kondisi keruntuhan
geser local (Local shear failure) dapat dianggap mterjadi, bila N < 5, dan keruntuhan
geser umum (general shear failure) terjadi pada nilai N >30. Untuk nilai N antara 5 dan
30, interpolasi linier dari koefisien kapasitas dulung tanah Na, Nq dan Ny dapat
dilakukan. Bila nilai-nilai kerapatan relative (Dr) diketahui, nilai N dapat didekati
dengan persamaan (meyerhof, 1957).
N = 1,7 D r (14,2po + 10)
Dengan:
Dr = Kerapatan relative
po = tekanan vertical akibat beban tanah efektif pada kedalaman tanah
yang ditijau, atau tekanan overburden efektif.

Hubungan nilai N dengan kerapatan relative (Dr) yang diusulkan oleh Terzaghi dan
Peck (1948), untuk tanah pasir, disajikan dalam Tabel 2.1

Nilai N

Kerapatan relative (Dr)

<4

Sangat tidak padat

4-10

Tidak padat

10-30

Kepadatan sedang

30-50

Padat

>50

Sangat padat

Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1948) memberikan hubungan N
secara kasar dengan kuat tekan-bebas, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 2.2.
kuat tekan-bebas (qu) diperoleh dari uji tekan-bebas, Cu= 0,5qu dan simbul . akan
tetapi, penggunaan hubungan nilai N dan kuat geser tanah lempung jenuh pada Tabel
2.2tersebut tidak direkomendasikan. Peck, dkk. (1953) menyatkan bahwa nilai N hasil
uji SPT untuk tanah lempung hanyalah sebagai pendekatan kasar, sedang pada tanah
pasir, nilai N hasil uji SPT dapat di percaya. Untuk menentukan kuat geser tanah
lempung jenuh, lebih baik jika nilainya di peroleh dari uji geser kipas (vane shear test)
di lapangan atau dari pengujian contoh tanah tak terganggu di laboraturium.
Untuk menentukan kapasitas dukung izin dari hasil uji SPT, diperlukan estimasi kasar
nilai lebar fondasi (B) dari fondasi terbesar pada bangunan. Untuk fondasi dangkal, uji
SPT dilakukan pada interval 2,5 ft (76 cm) dibawah dasar fondasi, dimulai dari
kedalaman dasar fondasi (Df) sampai kedalaman Df + B (Terzaghi dan Peck, 1948).
Nilai N rata-rata sepanjang kedalaman ini akan berfungsi sebagai gambaran kasar dari
kerpatan relative pasir ang berada di bawah dasar fondasi, yang masih mempengaruhi
besar penurunan. Jika uji SPT dilakukan pada beberapa lubang pada lokasi yang
berlainan, nilai N rata-rata terkecil digunakan dalam mamperkirakan nilai kapasitas
dukung tanahnya (Terzaghi dan Peck, 1948).
Table 2.2 Hubungan nilai N, konsistensi dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung
jenuh (Terzaghi dan Peck, 1948)

Nilai N

Konsistensi

Kuat tekan bebas (qu)


(KN/m2)

<2

Sangat lunak

< 25

24

Lunak

25 50

48

Sedang

50 100

8 15

Kaku

100 200

15 30

Sangat Kaku

200 400

>30

Keras

>400

b. Uji Penetrasi Kerucut Statis


Uji penetrasi kerucut statis atau uji sondir banyak digunakan diindonesia, di samping
uji SPT. Pengujian ini sangat berguna untuk memperoleh nilai variasi kepadatan
tanah pasir yang tidak padat. Pada tanah pasir yang padat dan tanah tanah
berkerikil dan berbatu, penggunaan alat sondir menjadi tidak efektif, karena
mengalami kesulitan dalam menembus tanah. Nilai nilai tahanan kerucut statis atau
tahanan konus (q) yang diperoleh dari pengujian, dapat dikorelasikan secara
langsung dengan kapasitas dukung tanah dan penurunan pada fondasi fondasi
dangkal dan fondasi tiang.
Ujung alat ini terdiri dari kerusut baja yang mempunyai sudut kemiringan 60dan
berdiameter 35,7 mm atau mempunyai luas tampang 1000 mmbentukstematis dan
cara kerja alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.12 a. Salah atu macam alat sondir
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengukur tahanan ujung dan tahanan gesek
dari selimut silinder mata sondirnya.
Cara penggunaan alat ini, adalah dengan menekan pipa penekanan dan mata sondir
secara terpisah, melalui alat penekanan mekanis atau dengan tangan yang
memberikan gerakan kebawah. Kecepatan penekanan kira kira 10 mm/detik.
Pembacaan tahanan kerucut statis atau tahan konus dilakukan dengan melihat arloji
pengukur. Nilai q adalah besarnya tahanan kerucut dibagi dengan luas
penampangnya. Pembacaan arloji pengukur, dilakukan pada tiap tiap penetrasi
sedalam 20 cm. Tahanan ujung serta tahanan gesek selimut alat sondir dicatat. Dari
sini diperoleh grafik tahanan kerucut statis atau tahanan konus yang menyajikan
nialai ke duanya ( Gambar 2.12 b).

Karena uji kerucut statis ( sondir) tidak mengeluarkan tanah saat pengujian
berlangsung, maka jenis tanah tidak diketahui dengan pasti. Robertson dan
Campanella (1983) mengusulkan hubungtan tanah konus (q) dengan rasio gesekan
Rf, untuk mengklasifikasikan tanah secara pendekatan, seperti yang ditunjukan
dalam Gambar 2.12 b dan 2. 13. pada Gambar tersebut Rf adalah rasio gesekan
( Fricition ratio ) yang merupakan perbandingan antara gesekan selimut local, fs
( gaya gesek yang bekerja pada selimut konus dibagi dengan luas selimutnya atau
disebut gesek satuan ) dengan tahanan konus q atau rasio gesekan dinyatakan oleh
persamaan:
Rf = fs/q x100%

c. Uji Beban Pelat


Uji beban pelat (plate lood test ) sangat cocok untuk penyediaan tanah timbunan atau
tanah yang mengandung banyak kerikil atau batuan, dimana uji-uji lapanga yang
sulit dilaksanakan.
Pelat beban berupa pelat besi berbentuk lingkaran atau bujursangkar dengan
diameter yang bervariasi dari 30 cm atau lebih besa lagi. Dimensi pelat tergantung
dar ketelitian hasil pengujian yang dikehendaki. Pada prinsipnya, bila ukuran pelat
menedekati atau sama dengan lebar pondasi sebenarnya, maka semakin teliti hasil
yang diperoleh. Pelat diletakan pada dasar pondasi rencana dengna lebar lubang
paling sedikit 4 kali lebar pelat yang digunakan ( Gambar 2.14). Pengamatan besar
beban dan penurunan terjadi dilakukan sampai tanah mengalami keruntuhan atau
pengujian dihentikan bila tekanannya mencapai kira- kira 2 kali kapasitas dukungan
pondasi yang dirancang. Penambahan beban yang diterapkan, kira kira 0,1 kali nilai
estimasi kapasitas dukungan tanah.
Bentuk dan ukuran pelat pengujian bervariasi tergantung dari tujuan pengujian.
Kapasitas dukungan ultimit yan gdiperoleh dapat digunakan langsung, jika ukuran
pelat beban sama dengan ukuran pondasi yang akan digunakan. Untuk itu, kapasitas
ujung izin dihitung dengan cara membagi kapasitas dukung ultimit dengan factor
aman. Jika penurunan merupakan kriteria yang dijadikan pedoman dalam penentuan
kapasitas dukung , kapasitas beban yang menyebabkan terlampauinya persyaratan
penurunan yang perlu diperhatikan.

d. Uji kipas di Lapangan

Beberapa macam alat telah digunakan untuk mengukur tahanan geser tanah kohesif.
Salah satunya adalah, alat uji geser kipas atau geser baling baling (vane shear test).
Salah satu macam alatnya terdiri dari kipas baja seinggi 10 cm dan diameter 5 cm
yang berpotongan saling tegak lurus (Gambar 2.15a). dalam peraktek, terdapat
beberpa ukuran kipas yang bisa digunakan.
Pada saat melakukan pengujian, alat ini di pasang pada ujung bor, kipas berserta
tangkainya ditekan ke dalam tanah, kemudian di putar dengan kecepatan 6 sampai
12 per menit. Besarnya torsi (tenga puntiran) yang di butuh kan untuk memutar
kipas diukur karena tanah tergeser menurut bentuk silinder vertical yang terjadi di
pinggir baling-baling, tahanan geser tanah dapat dihitung, jika dimesi baling-baling
dan gaya puntiran diketahui.untuk kipas berbentuk segi empat, kuat geser tanah
lempung jenuh, dihitung dengan persamaan:1
Pengukuran dilakukan sepanjang kedalaman tanah yang diselidiki, pada jarak
interval kira-kira 30 cm. bila pengukuran dilakukan dengan pembuatan lubang dari
alat bor, kipas ditancapkan paling sedikit berjarak 3 kali diameter lubang bor diukur
dari dasar lubangnya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki tanah yang benar-benar
tak terganggu oleh operasi pengeboran. Kuat geser tanah yang telah berubah
susunan tanahnya (remoulded) dapat pula dilakukan dengan pengukuran torsi
minimum yang dibutuhkan untuk memutar baling-baling secara cepat dan kontinu.

Studi yang mendetail telah membuktikan bahwa kuat geser tanah lempung yang
diperoleh dari uji geser kipas di lapangan terlalu besar (Aman,dkk., 1975). Hal ini
disebabkan oleh zona geser yang terjadi saat tanah geser,lebih besar dari bidang
runtuh tanahnya (Gambar 2.15b). perluasan bidang runtuh, tergantung dari macam
dan kohesi tanah. Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser dari kuat geser
yang diperoleh dari uji geser kipas di lapangan, sebagai berikut :
Su (nyata) = Su (lapangan)

(2.7)

Dengan:
Su = cu = kohesi tak terdrainasi (kohesi undrained).
Su (nyata) = Kuat geser tak terdrainasi yang digunakan dalam perancangan.
Su (lapangan) = kuat geser tak terdrainasi yang diperoleh dari uji geser kipas
dilapangan.
= factor kohesi yang ditunjukkan pada Gambar 2.16.

Anda mungkin juga menyukai