PENDAHULUAN
1.2.Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dalam praktik ini adalah sebagai berkut :
2. Mahasiswa/i kurang menguasai dalam materi mata kuliah Ilmu Ukur Tanah
Survey dan Pemetaan. Beberapa alasan dibatasinya masalah khusus pada dua hal
diatas, maka dalam laporan praktik ini kami perlu merumuskan masalah. Maka
b. Sejauh mana lingkup tugas yang diberikan kepada peserta mahasiswa/i oleh
“Metode Stadia” yang disebut “Tachymetri” di Eropa, adalah cara yang cepat
dan efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti untuk sipat datar trigonometri,
beberapa poligon dan penentuan lokasi detail-detail fotografi.
Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan panjang yang asal-mulanya
diterapkan dalam pengukuran jarak-jarak untuk pertandingan atletik – dari sinilah
muncul kata “stadium” (“stadion”) dalam pengertian modern. Kata ini menyatakan
600 satuan Yunani (sama dengan “feet”), atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika
sekarang.
Istilah stadia sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu yang dipakai
dalam pengukuran, maupun metodenya sendiri. Pembacaan optis (stadia) dapat
dilakukan dengan transit, theodolit, alidade dan alat sipat datar.
Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetry dilakukan setelah
pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran kerangka dasar horizontal.
Pengukuran titik-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena
yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth
magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh
dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z.
Namun demikian, prinsip pengukuran tachymetri dan metodenya
memberikan konsepsi-konsepsi dasar dan sangat mungkin dipakai terus-menerus.
2.8 Topografi
Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah
besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atatu planset.
Di wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih
cepat daripada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
3.1 Pengertian
Garis kontur yaitu suatu garis yang digambarkan di atas bidang datar
melalui titik-titik dengan ketinggian yang sama terhadap suatu ketinggian tertentu
atau garis kontur yaitu garis khayal di lapangan yang menghubungkan titik-titik di
atas peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama.
Contoh nyata dari garis kontur yaitu garis pantai laut, garis pantai danau dan lain
sebagainya.
Penarikan garis kontur berdasarkan perolehan posisi titik-titik tinggi (spot
height) dari lapangan. Penarikan garis kontur didapat dengan cara perhitungan
interpolasi suatu titik dengan titik lain yang masing-masing telah diketahui
ketinggiannya. Posisi titik dengan ketinggian ketinggian tertentu yang akan dicari,
berada diantara 2 titik tinggi tersebut dan diperoleh dengan prisip perhitungan 2
buah segitiga sebangun.
Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis kontur adalah
jarak antara 2 titik tinggi diatas peta, tinggi definitif kedua titik tinggi garis kontur
yang akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur
yang melewati garis hubung antara dua titik tinggi. Posisi ini berupa jarak garis
kontur terhadap posisi titik pertama atau kedua titik titik hasil interpolasi tersebut
kemudian kita hubungkan untuk membentuk garis kontur yang kita inginkan.
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi
ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur
(contour-line).
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis
lengkung horisontal.
Gambar 3.1 Pembentukan Garis Kontur dengan membuat proyeksi tegakgaris perpotongan bidang mendatar
dengan permukaan bumi
Gambar 3.2 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Gambar 3.7 Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur.
b. Pengukuran Langsung
Titik-titik detil ditelusuri sehingga dapat ditentukan posisinya dalam peta dan
diukur pada ketinggian tertentu ketinggian garis kontur. Cara pengukurannya
bisa menggunakan cara tachymetri atau cara sipat datar memanjang dan diikuti
dengan pengukuran polygon.
Cara pengukuran langsung lebih rumit dan sulit pelaksanaannya dibanding
dengan cara tidak langsung, namun ada jenis kebutuhan tertentu yang harus
menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan
pemasangan tanda batas daerah genangan.
V = 3 A0 AN 4
r 0 r 0
r
n 1
r n
h
Ar Ar 1 . Ar 2 ………(ii) atau
2 1
V 3 A0 AN 2
r 0 r 1
r
n 1
h
Ar ......................................(iii )
2
V 2 A0 AN 2
r 0
Catatan :
Rumus (i) disebut rumus prisma dan
digunakan apabila n = genap
Rumus (ii) disebut rumus piramida dan
digunakan apabila n = ganjil
Rumus (iii) disebut rumus rata-rata awal dan akhir dan digunakan apabila n
= ganjil
Rumus untuk menghitung volume antara kontur z dan titik P adalah rumus
volume kerucut.
Z
BT
i
Z
Z BB
AB
d ? HAB
O'
i
Ta
A dABX B
Titik Nadir
BA' BT
BA' BT COSi BA
BA BT BA'
i BA - BT
( BA BT ) COSi BA' BT
BT
BA' ( BA BT ) COSi BT
i BT - BB
BB'
BT BB ' BB
BT BB ' COSi
BT BB
( BT BB ) COSi BT BB '
BB ' BT ( BT BB ) COSi
Jadi :
XB = XA + dABx * Sin AB
YB = YA + dABx * Cos AB
Catatan :
XA dan YA = Hasil pengolahan data polygon.
dABx = Hasil pengolahan data tachymetry.
AB = Hasil pembacaan sudut horizontal (azimuth) theodolite.
BT
i
O O'
Gambar 5.2 Segitiga O BT O’
O' BT
Sini O' BT d AB Sini
d AB
pada Lampiran.
A.TITIK 1
𝑿𝑨 = 𝟕𝟖𝟔𝟔𝟗𝟓 ; 𝒀𝑨 = 𝟗𝟐𝟒𝟎𝟕𝟓𝟔
Jarak datar
d = ( BA – BB ) . 100 . Cos 2 i
TITIK 1
𝑑𝑎 = ( BA – BB ) . 100 . Cos 2 i
= (0,604 – 0,398) . 100 . 0,9989
= 20,5772
𝑑𝑏 = ( BA – BB ) . 100 . Cos 2 i
= (1,425 – 1,175) . 100 . 1
= 25,0000
TITIK 1
ΔHa = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (0,604 – 0,398) .100 . (0.03325) . (0,99945) – 0,5
= 1,5046
ΔHb = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (1,425 – 1,175) .100 . (-0,00126) . (1) – 1,3
= -0,0115
ΔHc = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (1,674 – 1,526) .100 . (-0,00407) . (0,99998) – 1,6
= -0,3403
ΔHd = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (0,768 – 0,634) .100 . (-0,10082) . (0,98984) – 0,7
= -0,7240
ΔHe = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (0,773 – 0,626) .100 . (-0,09946) . (0,99011) – 0,7
= -0,8349
ΔHf = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (1,374 – 1,224) .100 . (-0.10115) . (0,98977) – 1,3
= -1,4896
ΔHg = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (0,558 – 0,444) .100 . (-0,14589) . (0,97872) – 0,5
= -0,8254
ΔHh = Tinggi alat + ( BA – BB ) . 100 . Sin i . Cos i – BT
= 1,32 + (1,169 – 1,03) .100 . (-0,09363) . (0,99123) – 1,1
= -1,0757
KOORDINAT X
X = X awal + d . sin α
TITIK 1 , X awal = 786695
Xa = Xawal + d . sin α = 786695 + (20,5772 . sin (3,1833))
= 786696,1427
Xb = Xawal + d . sin α = 786695 + (25,0000 . sin (46,2833))
= 786713,0691
Xc = Xawal + d . sin α = 786695 + (14,7998 . sin (78,8444))
= 786709,5201
Xd = Xawal + d . sin α = 786695 + (13,2638 . sin (124,6556))
= 786705,9106
Xe = Xawal + d . sin α = 786695 + (14,5546 . sin (147,1444))
= 786702,8962
Xf = Xawal + d . sin α = 786695 + (14,8465 . sin (188,3528))
= 786692,8433
Xg = Xawal + d . sin α = 786695 + (11,1574 . sin (208,7778))
= 786689,6287
Xh = Xawal + d . sin α = 786695 + (13,7782 . sin (240,4833))
= 786683,0101
Xi = Xawal + d . sin α = 786695 + (10,8789 . sin (267,1139))
= 786684,1349
KOORDINAT Y
Y = Y awal + d . cos α
TITIK 1, Y awal = 9240756
Ya = Yawal + d . cos α = 9240756 + (20,5772 . cos (3,1833))
= 9240776,545
Yb = Yawal + d . cos α = 9240756 + (25,0000 . cos (46,2833))
= 9240773,277
Yc = Yawal + d . cos α = 9240756 + (14,7998 . cos (78,8444))
= 9240758,863
Yd = Yawal + d . cos α = 9240756 + (13,2638 . cos (124,6556))
= 9240748,458
Ye = Yawal + d . cos α = 9240756 + (14,5546 . cos (147,1444))
= 9240743,774
Yf = Yawal + d . cos α = 9240756 + (14,8465 . cos (188,3528))
= 9240741,311
Yg = Yawal + d . cos α = 9240756 + (11,1574 . cos (208,7778))
= 9240746,221
Yh = Yawal + d . cos α = 9240756 + (13,7782 . cos (240,4833))
= 9240749,212
Yi = Yawal + d . cos α = 9240756 + (10,8789 . cos (267,1139))
= 9240755,452
Yj = Yawal + d . cos α = 9240756 + (9,3962 . cos (285,8833))
= 9240758,572
7.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengukuran titik-titik detail
tachymetri merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktikum,
terutama dalam pemetaan daerah yang luas dan bentuknya tidak beraturan. Alat
yang digunakan untuk mengukur arah maupun mengukur jarak yaitu Theodolite
Kompas atau BTM. Pada arah-arah garis di lapangan diukur dengan jarum kompas
dan jaraknya diukur dengan benang silang diafragma pengukur jarak yang terdapat
pada teropong. Selain itu, dapat diukur pula besarnya sudut tegak sehingga jarak
mendatar dan beda tinggi dapat dihitung. Dengan cara ini titik-titik detail dapat
diukur dari titik penolong.
Besaran-besaran yang diukur :
1. Azimuth
2. Jarak (optis)
3. Sudut tegak
7.2.Saran
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam pengukuran Tachymetri masih
saja terjadi kesalahan. Maka untuk mengeliminir kesalahan tersebut sebaiknya
setiap kelompok mengikuti prosedur-prosedur yang ada (step by step). Mulai dari
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, membaca dahulu prosedur pengukuran,
prosedur pengolahan data, dan prosedur penggambaran.
Dan tidak lupa sebaiknya praktik dilakukan pada saat keadaan cuaca cerah.
Karena, bila hujan atau cuaca terlalu panas akan mudah merusak alat, dan
mengganggu proses pembacaan.