Anda di halaman 1dari 43

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Judul Laporan : Metode Pengukuran Poligon tertutup

Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah (IUT)

Semester : I (Pertama)

Disusun oleh :

1. Astakirana Nur Hikmah (1741320177)

2. Dita Fitrianingsih (1741320085)

3. Fandi Abdullah (1741320165)

4. M. Noris Al Pratama (1741320121)

5. Mochammad Ramadhan Firdaus (1741320010)

Malang, 05 Desember 2017

Menyetujui, Penulis,
Dosen Pengajar Mata Kuliah IUT ,

Medi Efendi, ST., MMT Kelompok 3


NIP. 196408151988031002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil,

Dandung Novianto, ST., MT


NIP. 196411051990031003

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadihat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, Sehingga kami Kelompok 3 dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum ini dengan sebaik-baiknya.

Penulisan Laporan Praktikum ini merupakan salah satu Persyaratan dalam


praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah, dalam Penulisan Laporan ini Kami
merasa masih banyak kekurangan -kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi yang kami sajikan.

Untuk itu kami selaku Kelompok 3 mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak agar kami dapat lebih sempurna dalam membuat Laporan ini.
Semoga Laporan yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua .Aamiin.

Malang, 05 Desember 2017

Penulis,

Kelompok 3

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. 1


Lembar Pengesahan ........................................................................................ 2
Kata Pengantar ................................................................................................. 3
Daftar Isi .......................................................................................................... 4
Daftar Gambar ................................................................................................. 5

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 7
1.2 Tinjauan Umum ................................................................... 7
1.3 Maksud dan Tujuan .............................................................. 8
1.4 Ruang Lingkup Praktikum ................................................... 8
1.5 Alat dan Bahan ..................................................................... 9

BAB II Theodolite
2.1 Pengertian Theodolite .......................................................... 14
2.2 Macam – macam Theodolite ............................................... 17
2.3 Cara Pengoperasian .............................................................. 19

BAB III Job Sheet 1 (Metode Pengukuran Poligon tertutup)


3.1 Dasar Teori ........................................................................... 22
3.2 Tujuan .................................................................................. 25
3.3 Langkah Kerja ...................................................................... 25
3.4 Data Hasil Pengukuran ......................................................... 27

BAB IV Job Sheet 2 (Perhitungan Metode Poligon tertutup )


4.1 Dasar Teori ........................................................................... 28
4.2 Tujuan .................................................................................. 28
4.3 Perhitungan Menggunakan Sudut Horizontal ...................... 29
4.4 Perhitungan Menggunakan Sudut Vertikal .......................... 36
4.5 Data Hasil Perhitungan ........................................................ 40

BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 41
5.2 Saran ..................................................................................... 41
Dokumentasi Praktikum
Daftar Pustaka

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 4
Daftar Gambar

Gambar 1.1 (Rompi Safety)


Gambar 1.2 (Sepatu Safety)
Gambar 1.3 (Helm Safety)
Gambar 1.4 (Theodolite)
Gambar 1.5 (Tripod)
Gambar 1.6 (Rambu Ukur Yalon)
Gambar 1.7 (Tripod Yalon)
Gambar 1.8 (Roll Meter)
Gambar 1.9 (Data Board)
Gambar 1.10 (Palu)
Gambar 1.11 (Palu)
Gambar 2.1 (Contoh alat Theodolite)
Gambar 2.2 (Konstruksi pada Theodolite)
Gambar 2.3 (Sistem sumbu / poros pada Theodolite)
Gambar 2.4 (Konstruksi Theodolite Reiterasi)

Gambar 2.5 (Konstruksi Theodolite Repetisi)


Gambar 2.6 (Theodolite Elektro Optis)
Gambar 2.7 (Bagian – bagian Theodolite)
Gambar 3.1 (Contoh Poligon terbuka)

Gambar 3.2 (Contoh Poligon tertutup)

Gambar 3.3 (Contoh Poligon bercabang )

Gambar 3.4 (Contoh Poligon kombinasi)


Gambar 3.5 (Contoh (a) Sudut dalam, (b) Sudut luar)

Gambar 3.6 (Contoh sketsa gambar kerja Poligon tertutup)

Gambar 4.1 (Contoh Perhitungan kesalahan total “fβ”)

Gambar 4.2 (Contoh Perhitungan besar koreksi setiap sudut “∆β”)

Gambar 4.3 (Contoh Perhitungan sudut terkoreksi “βA”)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 5
Gambar 4.4 (Contoh Perhitungan Azimuth “α”)

Gambar 4.5 (Contoh Perhitungan jarak ukuran “x dan y”)

Gambar 4.6 (Contoh Perhitungan “fx dan fy”)

Gambar 4.7 (Contoh Perhitungan Koreksi jarak “𝛿”)

Gambar 4.8 (Contoh Perhitungan Koordinat titik X,Y)

Gambar 4.9 ( Sket pengukuran ∆h metode Trigonometri )


Gambar 4.10 ( Contoh perhitungan beda tinggi “∆h” trigonometri )
Gambar 4.11 (Contoh Perhitungan “Fh” Angka Kesalahan beda tinggi)

Gambar 4.12 (Contoh Perhitungan “Ᵹh” Nilai Koreksi)

Gambar 4.13 (Contoh Perhitungan “H” Elevasi titik)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelaksanaan suatu pekerjaaan konstruksi, baik bangunan gedung,


jalan, jembatan, dan konstruksi lainnya, memerlukan terlebih dahulu suatu
perencanaan yang matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik
tanpa tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus
didasarkan atas hasil pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Pengukuran-pengukuran yang dimaksud adalah ukur tanah. Ilmu ukur
tanah merupakan bahagian pendahuluan dari ilmu geodesi, yang memfokuskan
pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke
bidang datar. Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari masalah kulit bumi
yang berupa situasi atas permukaan kulit bumi, letak koordinat sebuah titik,
perbedaan ketinggian, jarak dan luas.
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud, yaitu maksud ilmiah dan maksud
praktis. Maksud ilmiah adalah menentukan permukaan bumi, sedangkan maksud
praktis membuat bayangan, yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil
permukaan.
Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk mengetahui bagaimana
bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik
lain yang diamati pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak, luas,
ketinggian, dan sudut kita dapat mengetahui keadaan dan beda tinggi titik-titik
pada permukaan tanah, serta dapat menentukan koordinat suatu titik.
Pada ilmu ukur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur yang penting. Oleh
sebab itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada
pengukuran keduanya.

1.2 Tinjauan Umum

Mata kuliah Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu matakuliah pada
Program studi Management Rekayasa Konstruksi. Substansi utama mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah adalah mengajarkan dasar-dasar ukur tanah (surveying) untuk
tujuan pemetaan.

Dalam praktikum ini bertujuan untuk dapat memahami cara-cara survei


yang tepat menurut daerah yang akan dipetakan dan ketersediaan alat pengukuran.
Materi yang diberikan adalah: dasar-dasar ukur tanah, tipe dan unit ukuran,
macam-macam teknik survei, chain surveying, compass surveying, Theodolite
profiling, dll.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 7
1.3 Maksud dan Tujuan

Dengan mengikuti praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah ini diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan ;
 Untuk mengetahui sejauh mana para mahasiswa dapat menerapkan
ilmu yang diperoleh dari dosen pengajar dengan mempraktekkannya
langsung dilapangan.
 Melatih mahasiswa agar terampil dalam pengoperasian Theodolite
serta terampil dalam pengolahan data dan penggambaran.
 Melatih kekompakkan dalam sesama anggota tim dalam melaksanakan
praktek dilapangan.
 Melatih para mahasiswa agar terampil dan mampu melakukan
pengukuran dilapangan, dan mengetahui system kerja orang lapangan.
 Untuk memperoleh gambaran dari suatu daerah tertentu, dari hasil
pengukuran melalui bidang datar dengan skala.

1.4 Ruang Lingkup Praktikum

Adapun pelaksanaan praktikum yang dilaksanakan dilapangan antara lain:


 Pengoperasian Alat Theodolite
 Penentuan titik dalam pengukuran
 Pengukuran Sudut Horizontal
 Pengukuran Sudut Vertikal
 Pengukuran Metode Poligon tertutup
 Perhitungan Poligon tertutup

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 8
1.5 Alat dan Bahan

 Rompi Safety

Rompi yang diengkapi dengan iluminator, bahan yang dapat


berpendar jika terkena cahaya. Bahan berpendar ini akan mempermudah
dalam mengenali posisi pekerja ketika berada di kegelapan. Ini sangat
berguna untuk menghindari tabrakan ketika pekerja sedang melakukan
pekerjaan dengan alat-alat berat.

Gambar 1.1 (Rompi Safety)


 Sepatu

Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai oleh
seseorang ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan. Dengan
memakai sepatu Safety pekerja akan lebih leluasa bergerak hingga dapat
meningkatkan efektivitas dan hasil produksi yang diharapkan. Sepatu ini
terbuat dari kulit dipadukan dengan metal, di bagian bawahnya terbuat
dari karet yang tebal. Dengan bahan itu, pekerja akan aman dari berbagai
kecelakaan pada kakinya.

Gambar 1.2 (Sepatu Safety)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 9
 Helm Safety

Helm yang didesain untuk perlindungan kepala dari special


resisting penetration seperti terbentur dengan pipa, atap dan peluang
jatuhnya benda dari atas. Cara pemakaian yang benar akan memberi
perlindungan optimal untuk kepala. Pemakaian Helm Safety dengan cara
tepat dan benar dapat kurangi konsekuensi yang muncul ketika terjadi
beberapa hal yg tidak dikehendaki.

Gambar 1.3 (Helm Safety)

 Theodolite

Instrument/alat presisi untuk mengukur sudut di bidang horisontal


dan vertikal. Theodolites terutama digunakan untuk survei aplikasi, dan
telah diadaptasi untuk tujuan khusus dalam bidang-bidang
seperti metrologi dan teknologi peluncuran roket. Sebuah teodolit modern
terdiri dari teleskop bergerak dipasang dalam dua tegak lurus sumbu-
horizontal atau trunnion sumbu, dan sumbu vertikal. Ketika teleskop yang
menunjuk pada objek target, sudut masing-masing sumbu dapat diukur
dengan presisi yang besar, biasanya untuk detik busur.

Gambar 1.4 (Theodolite)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 10
 Tripod

Alat yang berfungsi sebagai penyangga alat ukur / surveying yang


terdiri atas tiga buah kaki berbentuk batang dengan bahan alumunium atau
bahan lainnya.

Gambar 1.5 (Tripod)

 Prism Pole Stand (Yalon)

Alat ini berwarna merah-putih dari bahan kayu atau


alumunium.yang dibulatkan dan biasanya berukuran panjang 160-200 cm.
Fungsi dari tongkat ini dalah untuk pelurusan, tongkat ini terdiri atas 4
bagian: 2 merah, 2 putih berselang seling dan setiap bagian 50 cm. Setiap
ujung tongkat kayu ini dipasang besi yang lancip agar mudah ditancapkan
kedalam tanah. Apabila tongkat tersebut tidak dapat ditancapkan, misalnya
pada jalan aspal, maka dapat digunakan bantuan tripot (standar kakitiga)
untuk menegakkannya.

Gambar 1.6 (Rambu Ukur Yalon)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 11
 Tripod Yalon

Untuk membantu dalam peletakkan Yalon pada titik di daerah


tertentu seperti aspal atau daerah yang dimana tripod dibutuhkan.

Gambar 1.7 (Tripod Yalon)


 Roll Meter

Untuk mengukur panjang atau jarak, mengukur sudut, membuat


sudut siku bahkan membuat lingkaran.

Gambar 1.8 (Roll Meter)


 Data Board

Untuk menyimpan dan menghitung data yang di dapat dari dari


pengukuran.

Gambar 1.9 (Data Board)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 12
 Palu

Berfungsi untuk menancapkan penanda titik yang akan di ukur.

Gambar 1.10 (Palu)

 Paku payung

Berfungsi sebagai alat penanda titik ukur.

Gambar 1.11 (Palu)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 13
BAB II
Theodolite

2.1. Pengertian Theodolite


Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran
sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut
berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik
lapangan serta koordinat suatu titik.

Gambar 2.1 (Contoh alat Theodolite)


 Konstruksi Theodolite
Konstruksi instrument/alat theodolite ini secara mendasar dibagi menjadi 3
bagian, lihat gambar di bawah ini :

Gambar 2.2 (Konstruksi pada Theodolite)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 14
1) Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel
yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk
lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2) Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam
tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu
tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang
berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari –
jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat
alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang
menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo
tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan
angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis
dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam.
Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran
penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades senticimal yaitu satu
lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3) Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki
penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu
teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian
mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang
berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 15
 Syarat – syarat Theodolite
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :
 Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
 Sumbu Kedua harus benar – benar mendatar.
 Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

Gambar 2.3 (Sistem sumbu / poros pada Theodolite)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 16
2.2 Macam – macam Theodolite

Dari beberapa penjelasan mengenai theodolite, dikenal macam – macam


theodolite antara lain :

 Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran
mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

Gambar 2.4 (Konstruksi Theodolite Reiterasi)

 Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros
sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar
dan sekrup nonius.

Gambar 2.5 (Konstruksi Theodolite Repetisi)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 17
 Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara
theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada
pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi,
melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis
model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analog
dan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan
secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.

Gambar 2.6 (Theodolite Elektro Optis)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 18
2.3 Cara Pengoperasian

Cara kerja penyiapan alat theodolite antara lain, sebagai berikut :


a) Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan (pada tripod)
b) Tinggikan setinggi dada (menyesuaikan kondisi)
c) Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan (pada tripod)
d) Buat kaki statif (tripod) berbentuk segitiga sama sisi (usahakan)
e) Kuatkan (injak) pedal kaki statif (tripod)
f) Atur kembali ketinggian statif (tripod) sehingga tribar plat mendatar
g) Letakkan theodolite di tribar plat
h) Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
i) Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak /
vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap
di tiga sisi alat ukur tersebut.
j) Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar
mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar /
kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
k) Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah
titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
l) Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T
pada dinding.
m) Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran
dengan melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk
mengetahui nilai kesalahan index tersebut.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 19
 Bagian – bagian Theodolite
Bagian – bagian dari theodolite beserta fungsinya di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Pengarah kasar, berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu
membantu mengarahkan teropong ke target secara kasar.
2. Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak dapat
digerakkan secara vertikal.
3. Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong secara
vertikal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.
4. Tempat baterai, berjumlah 4 buah dengan jenis baterai A2.
5. Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan pesawat
agar tidak dapat diputar secara horizontal.
6. Penggerak halus lingkaran horizontal, untuk menggerakkan teropong
horizontal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.
7. Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung nivo berada
pada titik tengah.
8. Handle, untuk pegangan tangan pada alat.
9. Pengatur fokus lensa okuler, untuk fokus lensa okuler ke objek.
10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat secara
horizontal, dan dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.
11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala lingkaran vertikal
dan horizontal.
12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I berada pada
posisi vertikal.
13. Plat dasar, untuk bertumpunya pesawat theodolite.
14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan sumbu I berimpit
dengan titik berdiri pesawat atau titik tertentu di bumi.
15. Klem pengatur fokus benang, untuk memperjelas benang pada lensa.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 20
Gambar 2.7 (Bagian – bagian Theodolite)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 21
BAB III

Job Sheet 1
(Metode Pengukuran Poligon tertutup)

3.1 Dasar Teori


Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal
beberapa titik di lapangan dengan hitungan berantai, dimana titik satu dengan titik
lainnya dihubungkan secara berurutan dengan melakukan pengukuran sudut
mendatar dan jarak mendatar sehingga membentuk suatu rangkaian titik – titik.
Pengukuran poligon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik – titik di
lapangan, dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan
maupun untuk keperluan teknis. Untuk mendapatkan koordinat titik – titik pada
suatu poligon, dalam proses hitungannya menggunakan argumen sudut mendatar
di setiap titik poligon dan jarak mendatar setiap sisi poligon. Selain itu
diperlukan pula syarat agar dapat dilakukan hitungan koordinat, yaitu :
 Paling sedikit harus ada satu titik yang telah diketahui koordinatnya
pada rangkaian poligon tersebut.
 Paling sedikit harus ada satu azimuth atau sudut jurusan sisi
poligon yang telah diketahui.
Ditinjau dari model rangkaiannya, Metode poligon dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Poligon terbuka
Rangkaian titik – titik dalam arah memanjang yang mempunyai
satu titik awal dan satu titik akhir yang terpisah.
2. Poligon tertutup
Rangkaian titik – titik yang mempunyai titik awal dan titik akhir
dengan posisi yang sama atau berimpit.
3. Poligon bercabang
Gabungan poligon terbuka dengan ditandai adanya titik
simpul/persimpangan dan rangkaian titiknya mempunyai beberapa titik
ujung yang terpisah.
4. Poligon kombinasi (gabungan dari poligon terbuka, tertutup,
bercabang)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 22
Gambar 3.1 (Contoh Poligon terbuka)

Gambar 3.2 (Contoh Poligon tertutup)

Gambar 3.3 (Contoh Poligon bercabang )

Gambar 3.4 (Contoh Poligon kombinasi)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 23
 Poligon Tertutup
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa suatu jaringan poligon
dikatakan sebagai poligon tertutup apabila posisi horizontal titik awal dan titik
akhir poligon sama atau berimpit, maka secara matematis konfigurasi poligon
tertutup dapat ditandai sebagai berikut :
1. Koordinat Awal = Koordinat Akhir
2. Azimuth Awal = Azimuth Akhir
Secara umum, ditinjau dari cara pengukuran sudutnya, poligon tertutup
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Pengukuran dengan data sudut dalam.
2. Pengukuran dengan data sudut luar.

(a) (b)
Gambar 3.5 (Contoh (a) Sudut dalam, (b) Sudut luar)

Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak
dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar
untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 24
3.2 Tujuan
Dengan mengikuti praktikum Metode pengukuran Poligon tertutup ini
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan ;
 Untuk mengetahui sejauh mana para mahasiswa dapat menerapkan
ilmu tentang Metode Poligon tertutup yang diperoleh dari dosen
pengajar dengan mempraktekkannya langsung dilapangan.
 Melatih mahasiswa agar terampil dalam pengoperasian Theodolite
serta terampil dalam metode pengukuran Poligon tertutup.
 Melatih kekompakkan dalam sesama anggota tim dalam melaksanakan
praktek dilapangan.
 Melatih para mahasiswa agar berani dalam mengambil keputusan.
 Untuk memperoleh gambaran dari suatu daerah tertentu, dari hasil
pengukuran dengan metode Poligon tertutup.

3.3 Langkah Kerja


1. Memperhatikan dan mendengarkan petunjuk serta pengarahan dari
pembimbing.
2. Menyiapkan alat – alat yang digunakan untuk praktek situasi di
lapangan.
3. Memeriksa kelengkapan dan kondisi alat yang akan digunakan di
lapangan.
4. Membuat sketsa gambar lokasi yang akan digunakan untuk situasi di
lapangan.
5. Tentukan dan tancapkan patok pada titik awal A, B dan ttik akhir
(sebelum kembali ke titik awal A) yang akan dibidik.
6. Dirikan pesawat di atas titik A dan lakukan penyetelan alat Thedolite
sampai didapat kedataran (mengikuti langkah-langkah pada Bab 2.3
tentang Cara pengoperasian Theodolite).
7. Arahkan pesawat ke arah utara catat sudut yang muncul sebagai acuan
mencari sudut azimuth dan jurusan ketika perhitungan.
8. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik B, baca dan catat
sudut horizontal dan vertikal (sudut yang terbaca merupakan sudut
biasa).
9. Dengan posisi pesawat tetap di titik B, putar pesawat 180º searah
jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan
teropong ke titik B, lakukan pembacaan sudut horizontal dan vertikal
(sudut yang terbaca merupakan sudut luar biasa).
10. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik akhir dan lakukan
pembacaan sudut horizontal dan vertikal untuk sudut biasa dan luar
biasa sama seperti ketika membaca sudut di titik B.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 25
11. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya
hingga kembali lagi ke titik awal A.
12. Lakukan pengukuran tinggi Pesawat, Rambu ukur (Yalon), dan jarak
antar titik dengan meteran.
13. Gambar sketsa hasil pengukuran.

Gambar 3.6 (Contoh sketsa gambar kerja Poligon tertutup)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 26
3.4 Data Hasil Pengukuran

 Data Pengukuran hari Pertama

 Sudut Horizontal Biasa dan Luar biasa

 Sudut Vertikal

 Tinggi Alat

 Tinggi Target

 Jarak mendatar

 Data Pengukuran hari Kedua

 Sudut Horizontal Biasa dan Luar biasa

 Sudut Vertikal

 Tinggi Alat

 Tinggi Target

 Jarak mendatar

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 27
BAB IV

Job Sheet 2
(Perhitungan Metode Poligon tertutup)

4.1 Dasar Teori


Dalam pelaksanaan pengukuran metode Poligon tertutup yang dilakukan
sesuai prosedur, akan menghasilkan data-data yang akan membantu dalam proses
perhitungan agar dapat diketahui sudut horizontal, sudut vertikal serta sudut
mendatar setiap titik, juga dapat diketahui koordinat setiap titik, dll yang
diperlukan dalam laporan metode pengukuran poligon tertutup.
Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna, artinya baik sudut
maupun jarak ukuran ada keterikatan geometris, sehingga dalam proses
hitungannya data ukuran tersebut harus memenuhi syarat geometris.
 Syarat geometris poligon tertutup
(∑ β) – n . 180° = 0
∑ (d . sin α) =0
∑ (d . cos α) =0
Keterangan :
(∑ β) = Jumlah sudut mendatar pada poligon tertutup
n = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai
∑ (d . sin α) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sin α
∑ (d . cos α) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cos α

4.2 Tujuan
Dengan mengikuti praktikum Penghitungan poligon tertutup ini
diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan ;
 Untuk mengetahui sejauh mana para mahasiswa dapat menerapkan
ilmu tentang perhitungan poligon tertutup yang diperoleh dari dosen
pengajar dengan mempraktekkannya dengan data-data yang diperoleh
dari praktek dilapangan.
 Melatih mahasiswa agar terampil dalam pengoperasian program
pengolah Angka.
 Melatih ketelitian mahasiswa dalam menghitung atau memasukkan
data-data pada program pengolah angka.
 Agar para mahasiswa mengerti tentang sistem penghitungan dalam
pengukuran metode poligon tertutup.
 Untuk memperoleh hasil perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan, dari hasil pengukuran dengan metode poligon tertutup
dilapangan.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 28
4.3 Perhitungan Menggunakan Sudut Horizontal
 Sudut Mendatar
Dalam perhitungan menggunakan sudut mendatar, memiliki
ketentuan sebagai berikut :
 Dalam penggunaan data ukuran sudut dalam, maka nilai n = N – 2
 Dalam penggunaan data ukuran sudut luar, maka nilai n = N + 2
Keterangan : N adalah banyaknya sudut poligon yang diukur

 Kesalahan total sudut mendatar (fβ)


Setelah dapat diketahui sudut yang dipakai sudut dalam atau luar,
serta nilai sudut mendatar masing-masing titik, maka perhitungan mencari
kesalahan total (fβ) dapat dilakukan. Untuk mencari dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
fβ = [(∑β) – n . 180°]
Keterangan :
fβ = Kesalahan total
β = Sudut mendatar
n = bilangan bulat atau angka kelipatan

Gambar 4.1 (Contoh Perhitungan kesalahan total “fβ”)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 29
 Besar nilai koreksi setiap sudut (∆β)

Jika fβ kesalahan total sudah diketahui, maka besarnya koreksi


setiap sudut mendatar ∆β, dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
−fβ
∆β =
N
Keterangan :
∆β = Besarnya koreksi setiap sudut
fβ = Nilai kesalahan total
N = Banyaknya sudut poligon yang diukur

Gambar 4.2 (Contoh Perhitungan besar koreksi setiap sudut “∆β”)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 30
 Nilai sudut terkoreksi (βA)

Jika ∆β besar koreksi setiap sudut sudah diketahui, maka nilai


sudut terkoreksi βA, dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
βA = β + ∆β
Keterangan :
βA = Sudut terkoreksi
β = Sudut mendatar
∆β = besar koreksi setiap sudut

Gambar 4.3 (Contoh Perhitungan sudut terkoreksi “βA”)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 31
 Azimuth
Dalam Perhitungan mencari azimuth/sudut jurusan setiap sisi
poligon, dapat digunakan rumus sebagai berikut :
αBC = αAB + β2 – 180°
Keterangan :
αBC = Azimuth sudut BC
αAB = Azimuth sudut AB
β2 = Sudut mendatar

Gambar 4.4 (Contoh Perhitungan Azimuth “α”)

 Jarak ukuran dalam arah Absis (fx) dan Ordinat (fy)


Dalam Perhitungan mencari jarak ukuran dalam arah Absis (fx)
dan Ordinat (fy), dapat digunakan rumus sebagai berikut :
x = d . sin α
fx = ∑x
y = d . cos α
fy = ∑y
Keterangan :
x = Arah Absis
y = Arah Ordinat
f = kesalahan
d = jarak ukuran
α = Azimuth

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 32
Gambar 4.5 (Contoh Perhitungan jarak ukuran “x dan y”)

Gambar 4.6 (Contoh Perhitungan “fx dan fy”)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 33
 Koreksi Jarak (𝛿x dan 𝛿y)

Dalam perhitungan jarak absis dan ordinat, dapat terjadi kesalahan


dalam pengambilan data, maka diperlukan perhitungan Koreksi jarak
untuk mengetahui besarnya kesalahan yang terjadi dan dapat
memperbaikinya, untuk perhitungan koreksi jarak “𝛿” dapat dengan
menggunakan rumus :
Untuk Absis X
𝑑
𝛿x = ∑𝑑 𝑥(−𝑓𝑥)

Untuk Ordinat Y
𝑑
𝛿y = ∑𝑑 𝑥(−𝑓𝑦)

Keterangan :
𝛿 = Koreksi jarak
d = jarak ukuran
f = kesalahan jarak

Gambar 4.7 (Contoh Perhitungan Koreksi jarak “𝛿”)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 34
 Koordinat
Setelah dapat kita ketahui Nilai koreksi jarak “𝛿” absis dan ordinat
masing-masing titik, secara umum untuk perhitungan Koordinat titik dapat
diketahui. Untuk mencari dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Untuk Absis X
XB = XA + d . sin α + 𝛿x
XB = XA + fx + 𝛿x
Untuk Ordinat Y
YB = YA + d . sin α + 𝛿x
YB = YA + fy + 𝛿x
Keterangan :
X,Y = Koordinat
f = jarak Absis/Ordinat
𝛿 = Koreksi jarak

Gambar 4.8 (Contoh Perhitungan Koordinat titik X,Y)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 35
4.4 Perhitungan Menggunakan Sudut Vertikal

 Beda Tinggi Metode Trigonometris


Dalam menentukan “∆h” beda tinggi dengan metode trigonometri
diperlukan data sudut vertikal ( sudut Zenith “Z” ataupun sudut miring
“M”) dan jarak mendatar (D) dimana data tersebut diperoleh dari hasil
pengukuran dilapangan.

Gambar 4.9 ( Sket pengukuran ∆h metode Trigonometri )

Jika data yang dibutuhkan sudah dipenuhi maka perhitungan beda


tinggi dapat dilakukan, dalam perhitungan dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
∆h = D tan m + (TA – TT)
Atau
∆h = D cotan z + (TA – TT)
Atau (m = (90 – z )
∆h = D tan (90 – z) + (TA – TT)
1
Atau (m = )
tan 𝑧
1
∆h =D + (TA – TT)
tan 𝑧

Keterangan :
∆h = Beda tinggi
D = jarak mendatar
z = sudut Zenith

m = sudut Miring

TA = Tinggi Alat

TT = Tinggi target bidik

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 36
Gambar 4.10 ( Contoh perhitungan beda tinggi “∆h” trigonometri )

 Koreksi Beda Tinggi


Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan
pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang
didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan. Sebelum itu Angka
kesalahan pengukuran beda tinggi, Jarak antar titik, serta Jarak
keseluruhan. Untuk mencari dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Fh = { ∑∆h (ukuran)}
Keterangan :
Fh = Angka Kesalahan
∑∆h = Jumlah beda tinggi

Gambar 4.11 (Contoh Perhitungan “Fh” Angka Kesalahan beda tinggi)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 37
𝑑
Ᵹh = (−𝐹ℎ)
∑d
Keterangan :
Ᵹh = Angka Kesalahan
d = Jarak titik
Fh = Angka Kesalahan

Gambar 4.12 (Contoh Perhitungan “Ᵹh” Nilai Koreksi)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 38
 Elevasi titik
Setelah dapat kita ketahui Nilai koreksi “Ᵹh” beda tinggi masing-
masing titik, secara umum untuk perhitungan Elevasi titik dapat diketahui.
Untuk mencari dapat digunakan rumus sebagai berikut :
H titik = H titik sebelumnya + ∆h + Ᵹh
HB = H A + ∆h AB + Ᵹh AB
Keterangan :
H = Elevasi
∆h = Beda tinggi
Ᵹh = Nilai koreksi

Gambar 4.13 (Contoh Perhitungan “H” Elevasi titik)

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 39
4.5 Data Hasil Perhitungan

 Data Perhitungan hari Pertama

 Sudut Mendatar (β)

 Kesalahan total sudut mendatar (fβ)

 Besar nilai koreksi setiap sudut (∆β)

 Nilai sudut terkoreksi (βA)

 Azimuth (α)

 Jarak ukuran dalam arah Absis (fx) dan Ordinat (fy)

 Koreksi Jarak (𝛿x dan 𝛿y)

 Koordinat

 Beda Tinggi ∆h

 Koreksi Beda Tinggi Fh dan Ᵹh

 Elevasi titik

 Data Perhitungan hari Kedua

 Sudut Mendatar (β)

 Kesalahan total sudut mendatar (fβ)

 Besar nilai koreksi setiap sudut (∆β)

 Nilai sudut terkoreksi (βA)

 Azimuth (α)

 Jarak ukuran dalam arah Absis (fx) dan Ordinat (fy)

 Koreksi Jarak (𝛿x dan 𝛿y)

 Koordinat

 Beda Tinggi ∆h

 Koreksi Beda Tinggi Fh dan Ᵹh

 Elevasi titik

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 40
BAB V

Penutup

5.1 Kesimpulan
 Mengikuti langkah kerja yang diberikan supaya efektif dalam
pelaksanaan praktikum.
 Mengutamakan kerjasama tim, supaya praktikum dalam berjalan
lancar.
 Dalam pelaksanaan dibutuhkan ketelitian saat melakukan pengukuran
ataupun ketika perhitungan, agar resiko terjadinya kesalahan data
dapat dihindari.
 Dalam Perhitungan dapat diketahui kesalahan/koreksi data antara lain :
 Perhitungan hari Pertama
 Kesalahan total sudut mendatar (fβ) = - 0,356
 Besar nilai koreksi setiap sudut (∆β) = 0,040
 Kesalahan jarak Absis (fx) = 7,567
 Kesalahan jarak Ordinat (fy) = 4,525

 Perhitungan hari Kedua


 Kesalahan total sudut mendatar (fβ) = - 0,125
 Besar nilai koreksi setiap sudut (∆β) = 0,021
 Kesalahan jarak Absis (fx) = - 0,812
 Kesalahan jarak Ordinat (fy) = 0,982

5.2 Saran
 Tetap fokus, dan bertanya jika dirasa materi yang disampaikan Dosen
belum jelas.
 Patuhi langka kerja yang diberikan, jika dirasa ada kesalahan atau
dalam praktikum ada perbedaan segera menemuhi Dosen untuk
pemecahan masalah atau mencari solusi.
 Utamakan kepentingan Tim, demi kelancaran praktikum selalu
kordinasi dengan semua anggota jika terjadi sesuatu atau ingin
mengambil keputusan.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 41
Dokumentasi Praktikum

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 42
KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)
1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 43
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Teodolit/22/11/2017 20:35 PM

http://teknik-nya-ugm.blogspot.co.id/2011/09/jalon.html/22/11/2017 20:48 PM

https://cwienn.wordpress.com/2009/06/01/pengenalan-theodolite/

22/11/2017 21:16 PM

http://theophanyelizabeth.blogspot.co.id/2017/01/bagian-bagian-theodolite.html/
22/11/2017 22:57 PM

https://listiyonobudi.blogspot.co.id/2011/09/pengukuran-poligon-tertutup-
terikat.html/25/11/2017 20:29 PM

Sasongko, R, 2017, Ilmu Ukur Tanah 1, Modul Ajar, Jurusan Teknik Sipil,
Politeknik Negeri Malang.

KELOMPOK 3 / LAPORAN PRAKTIKUM (THEODOLITE)


1 MRK 2 / ILMU UKUR TANAH 44

Anda mungkin juga menyukai