Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH 2


SURVEY DAN PEMETAAN TOPOGRAFI

Disusun oleh :

Kelompok : 3

Kelas : 1 MRK 4

1. Adika Wahyu Widarmanto (01)


2. Athallah Nujud Fahardi (05)
3. Atika Dwi N A (06)
4. Pandya Godiva (21)
5. Rizky Setya Efendy (23)
6. Syahrul Abidin (26)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D-IV
MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3


Daftar Isi

Daftar Isi……………………………………………………………………….... i
Lembar Pengesahan……………………………………………………………. i
Kata Pengantar…………………………………………………………………. i

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………......... 2
1.3 Tujuan Praktikum………………………………………………......... 2
1.4 Manfaat Praktikum………………………………………………...... 2

Bab 2 Dasar Teori


2.1 TeoriWaterpass………………………………………………............ 3
2.1.1Waterpasss……………………………………………….............. 3
a. Beda Tinggi……………………………………………............... 2
b. Konsep Dasar Penentuan Suatu Titik……………………............ 2
c. Metode Penelitian Beda Tinggi…………………………............. 2
1. Sipat Datar Terbuka……………………………………............ 2
2. Sipat Datar Tertutup……………………………………........... 2
3. Profil Memanjang (Longitudinal Section) ………………......... 2
d. Profil Melintang (Cross Section) Profil Permukaan Tanah.......... 2
e. Metode Pengukuran Profil……………………………………..... 2
f. Prosedur Penggambaran Profil…………………………………... 2
2.1.2 Alat dan Perlengkapan Pengukuran…………………………….... 7
2.1.3 Rumus……………………………………………….................... 9
2.2 Teori Total Station………………………………………………....... 10
2.2.1 Total Station………………………………………………........... 10
2.2.2 Alat dan Perlengkapan Pengukuran…………………………….... 11
2.2.3 Rumus……………………………………………….................... 14
2.3 Pemetaan Detail metode Thaceometrry …………………………….. 15
2.3.1Pengertian Metode thaceometry …………………………………. 15
2.3.2Pengukuran Jarak Langsung…………………………………….... 16
2.3.3Pengukuran Sudut ………………………………………………... 17
2.3.4Pengukuran Jarak Optis ………………………………………….. 20
2.4 Penggambaran Detail Dan Kontur …....………….……………………….. 21
2.4.1 Pengertian Garis Kontur…………...………….……………………. 21
2.4.2 Sifat Garis Kontur…………………………….…………………….. 22
2.4.3 Interval Dan Indeks Kontur………..………….……………………. 24
2.4.4 Kegunaan Garis Kontur…………....………….……………………. 25

Ilmu Ukur Tanah i

KELOMPOK 3
2.4.5 Penentuan Dan Pengukuran Titik Detail Untuk Pembuatan
Garis Kontur……………………………..………….…………………….26

Bab 3 Metedologi

3.1 Waterpass………………………………………………........................ 28
3.1.1 Waktu dan Tempat………………………………………………... 28
3.1.2 Langkah Kerja………………………………………………......... 28
3.2 Total Station………………………………………………................... 30
3.2.1 Waktu dan Tempat………………………………………………... 30
3.2.2 Langkah Kerja………………………………………………......... 30

Bab 4 Analisis

4.1 Data Hasil Pengukuran Waterpass……………………………………... 31


4.2 Data Hasil Pengukuran Total Station………………………………….. 34
4.2 Data Hasil Pengukuran Detail………………………………………….. 37

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan………………………………………………..................... 39
5.2 Saran………………………………………………............................... 39

Daftar Pustaka………………………………………………........................... 40
Lampiran……………………………………………….................................... 41

Ilmu Ukur Tanah i

KELOMPOK 3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan praktikum Ilmu Ukur Tanah 2
tentang pengukuran detail untuk Pemetaan Topografi, berlokasi di kampus
Politeknik Negeri Malang.

Kelompok :3

Kelas : 1 MRK 4

Pelaksanaan praktik : Tanggal 9 Juli s/d 13 Juli 2018

Nama anggota kelompok :

1. Adika Wahyu Widarmanto (1741320126)


2. Athallah Nujud F (1741320026)
3. Atika Dwi Nor A (1741320041)
4. Pandya Godiva (1741320142)
5. Rizky Setya Efendy (1741320108)
6. Syahrul Abidin (1741320039)

Malang, 18 April 2018

Mengetahui,

Pembimbing Ketua Kelompok

Ir. Rinto Sasongko, MT Syahrul Abidin


NIP. 1958011511988031002 NIM. 1741320039

Ilmu Ukur Tanah i

KELOMPOK 3
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur Alhamdulillah tertuju kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, dan karunia yang telah diberikan selama ini sehingga kita bisa
menyelesaikan laporan “Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2“ dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang tetap senantiasa
Istiqomah dijalan-Nya.

Penyelesaian laporan ini atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang setulusnya kepada:

1. Bapak Ir. Rinto Sasongko, MT selaku Dosen Pembimbing.


2. Orang tua yang selalu mendukung berupa materi dan moral.
3. Teman-teman 1MRK4 D4 MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
yang telah memberikan dukungan serta semangat untuk penyelesaian
laporan praktikum ini.
4. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan praktikum ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di
masa mendatang. Kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Malang, 18 April 2018

Penulis

Ilmu Ukur Tanah i

KELOMPOK 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan
suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan menyajikannya dalam
bentuk tertentu. Ilmu Geodesi ini berguna bagi pekerjaan perencanaan yang
membutuhkan data-data koordinat dan ketinggian titik lapangan Berdasarkan
ketelitian pengukurannya, ilmu Geodesi terbagi atas dua macam, yaitu :
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan
kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic Surveying ini digunakan
dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu
bidang lengkung (bola/ellipsoid).
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi
dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane Surveying ini digunakan
untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung
yaitu bidang datar.
Dalam praktikum ini kita memakai Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying) . Ilmu
Ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi semua
metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan bumi
dan lingkungan fisik bumi yang menganggap bumi sebagai bidang datar, sehingga
dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang telah
didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatih melakukan
pekerjaan-pekerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat
dibangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat memahami dengan baik aspek diatas.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih mahasiswa melakukan
pemetaan situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada
umumnya diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau
keperluan-keperluan lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 1


1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah:


1. Bagaimana cara menggunakan waterpass ?
2. Bagaimana mengukur titik profil dan beda tinggi permukaan tanah ?
3. Bagaimana menentukan kemiringan setiap permukaan tanah ?
4. Bagaimana cara menggunakan TS ?
5. Bagaimana mengukur titik detail dan beda tinggi menggunakan TS ?
6. Bagaimana menghitung koordinat X dan Y ?
7. Bagaimana cara menggambar kontur dari hasil pengukuran ?

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari
teori-teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan oleh praktikan di bangku
kuliah seperti poligon, alat dan penggunaannya, sampai pada pembuatan peta.

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:
Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan
detail,
Memahami cara menentukan beda tinggi,
Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,
Memahami cara menentukan tinggi patok, dan
Memahami cara mentukan kemiringan patok

1.4. MANFAAT PRAKTIKUM

Manfaatnya adalah dapat memahami ilmu pengukuran, prosedur


pelaksanaan langkah – langkah yang di lakukan. Sehingga dapat bermanfaat
ketika terjun kedunia industri proyek untuk perencanaan dan pekerjaan teknik
sipil atau keperluan rekayasa lainnya yang menggunakan peta sebagai acuannya.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 2


BAB II
DASAR TEORI

2.1 TEORI WATERPASS

2.1.1 Pengertian Waterpasss

Dalam melaksanakan suatu bangunan, baik bangunan besar, sedang


dan yang kecil sekalipun memerlukan terlebih dahulu suatu perencanaan
yang matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa
tersedia peta yang baik pula yang harus didasarkan atas hasil pengukuran
yang benar dan cara pengukuran dapat dipertanggungjawabkan.
Pengukuran-pengukuran yang dimaksud adalah ukur tanah. Ilmu ukur
tanah merupakan bagian pendahuluan dari ilmu Geodesi yang
menfokuskan pada pengukuran bentuk permukaan bumi, untuk
dipindahkan ke bidang datar.

Pengukuran Waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda


tinggi antara dua titik atau lebih. Pengukuran Waterpass ini sangat
penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan,
perencanaan ataupun untuk pekerjaan konstruksi.

a. Beda Tinggi
Beda tinggi antara dua titik adalah jarak terpendek antara dua
bidang nivo yang melintasi kedua titik tersebut. Secara teoritis, bidang
nivo adalah suatu bidang dimana pada tiap titiknya dilalui garis yang
tegak lurus terhadap arah gaya berat, karena arah gaya berat menuju
pusat bumi, maka bidang nivo tersebut merupakan bidang yang
melengkung, tertutup, melingkupi bumi dan antara bidang nivo yang satu
dengan yang lain saling tidak berpotongan sehingga tidak sejajar.

b. Konsep Dasar Penentuan Suatu Titik

Misalkan, antara dua titik A dan B diketahui (diukur) beda


tingginya sebesar “∆ℎ” sedangkan tinggi A telah diketahui elevasinya

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 3


yaitu HA, maka elevasi atau tinggi titik B dapat dihitung dengan rumus
dasar sebagai berikut:

𝐻𝐵 = 𝐻𝐴 + ∆ℎ

Apabila nilai ∆ℎ > 0, maka tinggi B lebih tinggi daripada titik A


Apabila nilai ∆ℎ < 0, maka tinggi B lebih rendah daripada titik A
Apabila nilai ∆ℎ = 0, maka tinggi B sama tinggi dengan titik A

c. Metode Penelitian Beda Tinggi


Dalam pengukuran sipat datar dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sipat Datar Terbuka

Sipat datar terbuka yaitu jenis pengukuran jarak untuk menentukan


titik-titik koordinat. Pada ujung awal sipat datar tebuka diperlukan
suatu titik tertentu dan sudut jurusan tertentu. Supaya keadaan
menjadi simetris, maka pada titik akhir dibuat titik yang tentu dan
diikatkan pada jurusan yang tentu pula.

2. Sipat Datar Tertutup


Untuk sipat datar tertutup dalam pengukuran mempunyai
prinsip langkah kerja yang sama dengan sipat datar terbuka. Pada
pengukuran sipat datar tertutup cukup diperlukan suatu titik
tertentu dan sudut yang tentu pula pada awal pengukuran.
Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ke titik awal.

Dalam profil permukaan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam:

 Profil Memanjang (Longitudinal Section)


Pengukuran profil memanjang digunakan untuk
menentukan ketinggian atau elevasi titik-titik sepanjang garis
rencana proyek sehingga dapat digambarkan irisan tegak atau
profil yang memperlihatkan variasi ketinggian (tinggi rendahya)

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 4


permukaan tanah sepanjang garis rencana proyek tersebut. Gambar
irisan tegak keadaan lapangan atau tinggi rendahnya permukaan
tanah sepanjang garis rencana proyek disebut profil memanjang.

 Profil Melintang (Cross Section)


Profil melintang diperlukan untuk mengetahui model
permukaan tanah atau profil lapangan pada arah tegak lurus garis
rencana atau pada arah yang membagi sudut sama besar terhadap
garis rencana proyek. Profil melintang dibuat pada titik-titik P0, P1,
P2, P3, P4, P5, P6 dan seterusnya. Titik tersebut sebagai titik pusat
profil melintang. Pada contoh jalur tersebut arah profil melintang
tegak lurus garis rencana, kecuali pada P2 yang arahnya membagi
sudut sama besar terhadap garis rencana. Setiap bagian profil
melintang dengan jarak sisi kiri plus sisi kanan relatif pendek
(kurang dari 100 meter), maka pengukurannya dapat dilakukan
bersamaan dengan profil memanjang dan menggunakan TGB,
pada posisi alat yang sama. Prosedur pengukuran, perhitungan,
dan penggambarannya sama seperti profil memanjang.
Penggambaran profil melintang biasanya skala horizontal dan
skala vertikal dibuat sama.

d. Profil Permukaan Tanah


Profil permukaan tanah adalah keadaan tinggi rendahnya atau naik
turunnya permukaan tanah sebagai model rupa bumi yang tidak teratur.
Dalam bidang rekayasa, pengukuran profil merupakan hal yang penting
dan sering dilakukan dalam kaitannya dengan penentuan bentuk
permukaan tanah secara detail, khususnya untuk aktivitas perencanaan dan
pekerjaan tanah yang meliputi perhitungan volume galian dan timbunan
tanah.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 5


e. Metode Pengukuran Profil
Garis Bidik adalah garis khayal pada teropong alat ukur tanah yang
menghubungkan pusat lensa obyektif dan lensa okuler. Tinggi garis bidik
nilainya diukur terhadap bidang referensi tinggi, sehingga dapat
didefinisikan sebagai jarak vertikal antara bidang referensi tinggi dan posisi
garis bidik pada teropong alat ukur tanah yang telah diatur posisinya dalam
keadaan mendatar.

f. Prosedur Penggambaran Profil


a. Menetapkan skala penggambaran
b. Menentukan nilai bidang persamaan
c. Jarak-jarak horizontal di gambar sesuai dengan skala horizontal dan
pada setiap titik profil dicantumkan nama dan notasi.
d. Ketinggian titik profil yang sudah dikurangi dengan elevasi bidang
persamaan digambarkan dengan garis tegak lurus bidang
persamaan sesuai dengan skala vertikal pada titik yang telah dibuat
pada point c.
e. Titik profil yang telah digambarkan ketinggiannya sesuai dengan
skala vertikal dihubungkan dengan garis lurus secara beruntun.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 6


2.1.2 ALAT DAN PERLENGKAPAN PENGUKURAN

1. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur


atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik
pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Ada banyak jenis
alat waterpass yang digunakan dalam pertukangan, tapi jenis yang
paling sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang
terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini
terdapat dua buah alat pengecek kedataran baik untuk vertikal
maupun horizontal yang terbuat dari kaca dimana didalamnya
terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat
garisan pembagi yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur
panjang.

2. Meteran gulung
Roll meter terbut dari fiberglass dengan panjang 30-50
meter dan dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak antara poligon
satu dengan poligon yang lain

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 7


3. Paku
Paku digunakan sebagai penanda poligon sipat datar
maupun profil.

4. Palu
Palu digunakan untuk menancapkan paku keedalam tanah.

5. Tripoid
Tripod berfungsi sebagai penyangga waterpass

6. 2 Rambu Ukur
Rambu ukur mempuyai bentuk penampang segi empat
panjang yang berukuran ± 3-4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300
cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 8


dan bawahnya diberi sepatu besi. Rambu ukur ini berfungsi untuk
pembacaan pengukuran tinggi tiap poligon utama secara detail.

2.1.3 RUMUS PERHITUNGAN

 Rumus mengukur beda tinggi


∆ℎ = 𝐵𝑇𝐵𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝐵𝑇𝑀𝑢𝑘𝑎
𝑓ℎ = 𝛴𝛥ℎ

 Rumus mencari koreksi elevasi


𝑑
𝛿ℎ = (−𝑓ℎ )
∑𝑑

 Rumus mencari Elevasi


𝐻 = 𝐻𝑎𝑤𝑎𝑙 + ∆ℎ + 𝛿ℎ

Keterangan :
∆ℎ = Beda tinggi (𝑚)
𝛿ℎ =Koreksi elevasi(𝑚)
𝑓ℎ = Formula (𝑚)
𝐻 = Elevasi (𝑚)
𝑑 = Jarak (𝑚)

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 9


2.2 TEORI TOTAL STATION

3.2.1 PENGERTIAN TOTAL STATION


Total Station sebenarnya sudah muncul dan berkembang cukup
lama yaitu pada tahun 1970an di dunia pengukuran (Ilmu Ukur
Tanah).
Dengan menggunakan peralatan yang baru yang serba elektronis
dan Digital, seperti Total Station dan Global Positioning System,
kesalahan-kesalahan dalam pengambilan data, dan keakuratan data
lapangan dapat dipertanggung jawabkan.Pemetaan topography
digunakan untuk berbagai keperluan, sesuai dengan tujuan dan manfaat
yang ingin diambil dari pemetaan topography ini.Global Positioning
System Type Geodetik banyak digunakan untuk Peningkatan Titik
Kerangka Dasar/Titik Ikat, sedangkan GPS type Navigasi digunakan
tracking obyek-obyek yang memerlukan ketetian dibawah 10 meter,
misalnya untuk tracking jalan, tracking Point Of Interest dan lain-lain.
Total Station adalah kombinasi Elektronik Transit Theodolite dan
Elektronik Device Mengukur Jarak (EDM). Alat ini sudah dapat
menghitung posisi sebenarnya (x, y dan z atau northing), jarak, VD
dan HD.Total Station dioperasikan dengan menggunakan tenaga dari
baterai, kelemahannya adalah harus membawa banyak baterai. Perlu
diperhitungkan dan dipersiapkan jumlah dan atau jenis baterai yang
akan digunakan. Pabrikan Total Station rata-rata sudah menggunakan
baterai lithium, akan tetapi surveyor sebagai pengguna harus menguji
lamanya baterai yang dapat digunakan dalam suatu rangkaian
pengukuran. Kondisi lapangan yang kadang jauh dari sumber listrik
mengakibatkan proses isi ulang baterai sulit dilakukan. Dari pengujian
lamanya kemampuan baterai lithium tersebut maka dapat ditentukan
berapa baterai cadangan yang harus dibawa dalam suatu kegiatan
pengukuran.

Beberapa Total Station dilengkapi pula dengan kotak khusus


untuk pengganti baterai lithium yaitu digunakan apabila surveyor akan

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 10


menggunakan baterai jenis energizer. Baterai energizer bisa dijadikan
alternatif untuk persediaan baterai cadangan, tentunya sebelum
memutuskan memilih jenis baterai cadangan perlu menguji lamanya
baterai tersebut bisa dipakai. Sehingga baterai jenis energizer pun bisa
ditentukan jumlahnya untuk keperluan cadangan di lapangan.

2.2.2 ALAT DAN PERLENGKAPAN PENGUKURAN

a. Total Station

Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi
dalam satu unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan
processor sehingga bisa menghitung jarak datar, koordinat, dan beda
tinggi secara langsung tanpa perlu kalkulator lagi.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 11


b. Prisma Total station

Prisma total station berfungsi untuk membantu dalam pengukuran


(survey) dengan menggunakan total station . Prinsip kerja nya yaitu
memantulkan gelombang sehingga ketika total station diarahkan pada
prisma , secara langsung total station akan menampilkan data – data
informasi hasil berupa jarak , yakni jarak antara tempat yalon terhadap
titik prisma diletakkan.

c. Jalon
Jalon merupakan tongkat dengan ujung runcing, berguna
sebagai penanda titik yang akan di tembak sudutnya, jalon
merupakan pasangan alat theodolit Jalon berfungsi untuk
membantu dalam Pengantar Fakta Konsep Ringkasan Latihan
Asesmen Jalon berfungsi untuk membantu dalam pengukuran di
lapangan sebagai pelurusan dalam mengukur.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 12


d. Paku
Paku digunakan sebagai penanda poligon sipat datar
maupun profil.

e. Palu
Palu digunakan untuk menancapkan paku keedalam tanah.

f. Tripoid
Tripod berfungsi sebagai penyangga total station

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 13


2.2.3 RUMUS PERHITUNGAN

 Rumus mengukur beda tinggi


o ∆ℎ = 𝑉𝐷 + (𝑇𝐴 − 𝑇𝑇)
 Rumus mencari koordinat dan elevasi
o 𝛽 = 𝐵𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝐵𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑎
o 𝛼 = 𝛼(𝑎𝑤𝑎𝑙) + 𝛽 − 180°
o 𝑋 = 𝑋(𝑎𝑤𝑎𝑙) + 𝑑. 𝑠𝑖𝑛𝛼 + ∆𝑥
o 𝑌 = 𝑌(𝑎𝑤𝑎𝑙) + 𝑑. 𝑐𝑜𝑠𝛼 + ∆𝑦
o 𝐻 = 𝐻(𝑎𝑤𝑎𝑙) + ∆ℎ + 𝛿
Keterangan :
∆ℎ = Beda tinggi (𝑚)
𝑋 =Koordinat titik X(𝑚)
𝑌 =Koordinat titik Y(𝑚)
𝐻 = Elevasi (𝑚)
𝑑 = Jarak (𝑚)

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 14


2.3 PEMETAAN DETAIL METODE TACHEOMETRY

2.3.1 Pengertian Metode Tacheometry

Pada pengukuran titik detil kali ini, perhitungan jarak dan beda
tinggi dilakukan dengan cara tachimetri. Dengan cara tachimetri maka
beda tinggi titik-titik yang di ukur dan jarak datar dilakukan dengan cara
tidak langsung karena yang diukur adalah sudut miring atau sudut zenith
dan jarak optis.

Keterangan gambar:
DAB : jarak horisontal dari titik A ke titik B
h : sudut helling
ba : benang atas
bb : benang bawah
bt : benang tengah
tA : tinggi alat

Rumus hitungan detil dengan metode tachimetri adalah sebagai


berikut :

 Jarak dengan menggunakan rumus dAB = 100(ba-bb) cos2


 Jarak vertikal antara garis sejajar sumbu II dengan garis
sejajar bt v = dAB tan h
 Beda tinggi titik detil ∆hAB = ta + v - bt
 Tinggi titik tiap detil (nilai Z)
HB = HA + ΔhAB

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 15


Pemetaan planimetris adalah pemetaan suatu daerah yang relatif
sempit, hanya beberapa ratus sampai beberapa ribu meter persegi,
menggunakan alat ukur jarak langsung (pita ukur) dengan mengabaikan
unsur ketinggiannya. Pemetaan cara ini juga dikenal dengan pemetaan
blok atau block meeting, dengan skala besar atau sangat besar. Metode
yang digunakan dalam pemetaan planimetris adalah :

2.3.2 Pengukuran jarak langsung

Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan


dengan cara membentangkan pita ukur sepanjang garis yang akan diukur
dengan alat utama berupa pita ukur. Apabila jarak tidak dapat diukur
dengan sekali bentangan pita ukur, maka perlu dilakukan pelurusan.
Pelurusan dilakukan dengan cara membuat penggalan-penggalan pada
jarak yang akan diukur. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yakni
pengukuran pergi dan pengukuran pulang
Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan di medan mendatar
dan medan miring. Pengukuran pada medan mendatar dilakukan dengan
pelurusan terlebih dahulu. Kemudian mengukur langsung dengan
menggunakan pita ukur. Sedangkan pada medan miring perlu dilakukan
beberapa tahapan tambahan. Yang pertama adalah melakukan pelurusan
seperti pada medan mendatar. Kemudian melakukan pengukuran jarak
dengan bantuan unting-unting. Di sini pita ukur ditarik sehingga mendatar
dan batas penggal jarak yang diukur di tanah diperoleh dengan bantuan
unting-unting yang digantung dengan benang dari pita ukur yang
direntangkan.
Namun, sering kali terdapat penghalang pada jarak yang akan
diukur. Pengukuran pada jarak terhalang dapat dilakukan dengan beberapa
macam cara sebagai berikut :
a. Dengan perbandingan sisi segitiga siku-siku
b. Dengan mengukur titik tengah tali busur
c. Dengan bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 16


2.3.3 Pengukuran sudut

Salah satu alat yang didesain untuk mengukur sudut, dalam


bidang geodesi dan pengukuran tanah dikenal dengan nama theodolit.
Theodolit memiliki tiga bagian, bagian atas (teropong, lingkaran vertikal,
sumbu mendatar, klem teropong dan penggerak halus, aldehide vertikal
dan nivo, nivo teropong), bagian tengah (kaki penyangga, aldehide
horizontal, piringan horizontal, klem dan penggerak halus aldehide
horizontal, klem dan penggerak halus nimbus, nivo tabung, mikroskop
pembacaan lingkaran horizontal), dan bagian bawah (tribranch, nivo kotak,
skrup penyetel ABC, plat dasar).

Prosedur penggunaan theodolit diawali dengan pendirian


theodolit di atas statif dan melakukan sentering dan mengatur sumbu I agar
vertikal. Yang dimaksud sentering adalah bahwa sumbu I (sumbu vertikal)
theodolit segaris dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat berdiri
alat. Sentering dilakukan dengan medirikan theodolit sehingga ujung
unting-unting berada tepat di atas titik (patok). Sedangkan pengaturan
sumbu I vertikal dilakukan dengan cara mengatur posisi nivo kotak dan
nivo tabung.

Pengaturan Nivo Kotak :


1. Putar theodolit pada sumbu I hingga nivo tabung sejajar dengan
skrup penyetel A dan B . Seimbangkan gelembung nivo dengan
memutar skrup penyetel A dan B.
2. Putar theodolit pada sumbu I 1800. Apabila gelembung bergeser,
maka seimbangkan gelembung dengan skrup A dan atau B.

Pengaturan Nivo Tabung :


1. Putar theodolit pada sumbu I ±900. Apabila gelembung bergeser,
maka seimbangkan dengan skrup C.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 17


2. Putar theodolit pada sumbu I ke segala arah, apabila gelembung
bergeser, ulangi pengaturan tersebut. Apabila gelembung tidak
bergeser, maka sumbu I telah vertikal.
Setelah dilakukan pengaturan sumbu I vertikal, kemudian
teropong diarahkan pada titik yang yang akan dibidik. Pada saat
melakukan pembidikan, posisi garis bidik diarahkan pada benang yang
digunakan untuk menggantungkan unting-unting. Posisi suatu target
diketahui dengan skala yang terbaca pada bacaan piringan theodolit.
Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan cara repetisi atau reiterasi.
Cara Repetisi :

Cara ini hanya dapat dilakukan dengan alat teodolit tipe repetisi
atau teodolit yang mempunyai sumbu vertikal ganda. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :


1. Stel theodolit di titik B, buat sumbu I vertikal.
2. Bidik titik A. Dengan skrup klem dan penggerak jalus
limbus, bacaan pada titik A dapat diatur agar menjadi nol
atau angka yang lain. Catat pembacaan ini = p.
3. Matikan klem limbus dan buka klem horizontal. Bidik
teropong pada titik C.Setelah tepat, matikan klem
horizontal. Baca q, diperoleh sudut α.
4. Bawa pembacaan q ke pembidikan A pada titik C.
Dengan cara ini, akan didapatkan sudut β lagi. Bila ini
diulang n kali, maka akan diperoleh n.β kali. Pada cara
ini cukup dicatat pembacaan awal p, pembacaan kedua q,
dan pembacaan terakhir r. m merupakan berapa kali
pembacaan melewati 3600.
α = ( r – p + m.3600 ) : n
m = ( p + n ) : 3600

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 18


Cara Reiterasi :
Cara reiterasi sebenarnya mirip dengan repetisi, yaitu setelah
mengukur sudut β, pembacaan q ditambah dengan besaran sudut tertentu,
misal 300. Pembacaan ini kemudian dibawa ke A dan klem limbus
dimatikan lagi. Selanjutnya klem horizontal dibuka dan teropong
dibidikkan ke C lagi. Pekerjaan ini diulang - ulang sampai n kali.
Pengukuran sudut dilakukan dengan sistem dua seri rangkap.
Pengukuran seri rangkap adalah pengukuran sudut dengan kedudukan
posisi teropong biasa dan luar biasa dari sebuah sudut tunggal. Sedangkan
pengukuran dua seri rangkap bila mengukur target posisi biasa, biasa, luar
biasa, luar biasa. Bila jumlah seri pengukuran akan ditambah guna
meningkatkan ketelitiannya, maka penempatan posisi pembagian skala
lingkaran horizontal pada theodolit repetisi dapat diubah-ubah.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 19


2.3.4 Pengukuran Jarak Optis
Pengukuran jarak optis merupakan pengukuran jarak secara
tidak langsung, karena dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu berupa
teropong pada alat ukur theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dapat
dilakukan karena pada teropong theodolit dilengkapi dengan garis bidik
(benang silang) dan benang stadia yang diarsir pada diafragma. Garis bidik
adalah garis khayal yang menghubungkan titik benang silang dengan
sumbu optis lensa obyektif teropong. Benang stadia terdiri dari tiga
macam, yakni benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Posisi suatu
target diketahui dengan membaca bacaan piringan vertikal theodolit dan
angka pada rambu ukur yang ditunjukkan dengan benang stadia yang
dilihat dari teropong theodolit :

D = a (ba - bb) cos2h


D = jarak detil
a = konstanta = 100
ba = benang atas
bb = benang bawah
h = bacaan vertical

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 20


2.4 PENGGAMBARAN DETAIL DAN KONTUR

2.4.1 Pengertian garis kontur

Garis kontur adalah garis khayal di lapangan yang menghubungkan


titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu
di atas peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian
yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan
garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m
terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk
memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih
lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi
slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang
permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian
serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian
vertikal garis atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk
dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar
dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya
dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan
mengalami pengecilan sesuai skala peta.

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk


melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 21


memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan
bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk
garis kontur dalam 3 dimensi

2.4.2 Sifat garis kontur


Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk
melukiskan bentuk permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena
memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk melukiskan
bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk
garis kontur dalam 3 dimensi Gambar 344. Penggambaran kontur Garis
kontur memiliki sifat sebagai berikut :
a. Berbentuk kurva tertutup.
b. Tidak bercabang.
c. Tidak berpotongan
d. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
e. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan
jalan.
f. Tidak tergambar jika melewati bangunan.
g. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah
yang terjal.
h. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang
landai
i. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta
yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur tergantung

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 22


pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval
garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta ,
jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan
dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval
garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta.
j. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap
selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4
garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih
5 garis kontur.
k. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..
l. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur
yang lebih tinggi.
m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan
punggungan gunung.
n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan
suatu lembah/jurang

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 23


2.4.3 Interval kontur dan indeks kontur
Gambar 347. Garis kontur pada curah dan punggung bukit.
Gambar 348. Garis kontur pada bukit dan cekung Interval kontur adalah
jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak
antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada suatu peta tofografi
interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala
peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang
tersajikan, interval kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah garis kontur
yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 24


2.4.4 Kegunaan garis kontur
Selain menunjukan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis
kontur juga dapat digunakan untuk:
a) Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal
sections) antara dua tempat. (Gambar 350)
b) Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan
(Gambar 351)
c) Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai
kemiringan tertentu (Gambar 352)
d) Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan
saling terlihat (Gambar 353)

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 25


2.4.4 Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis
kontur
 Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti
informasi yang tersajikan dalam peta.
 Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil
ditentukan oleh skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang
diinginkan.
 Pengukuran titik-titik detail untuk penarikan garis kontur suatu
peta dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

a. Pengukuran tidak langsung


Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi, dipilih mengikuti
pola tertentu yaitu: pola kotak-kotak (spot level) dan profil (grid) dan pola
radial. Dengan pola-pola tersebut garis kontur dapat dibuat dengan cara
interpolasi dan pengukuran titik-titik detailnya dapat dilakukan dengan
cara tachymetry pada semua medan dan dapat pula menggunakan sipat
datar memanjang ataupun sipat datar profil pada daerah yang relatif datar.
Pola radial digunakan untuk pemetaan topografi pada daerah yang
luas dan permukaan tanahnya tidak beraturan.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 26


b. Pengukuran langsung
Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan
ditentukan posisinya dalam peta dan diukur pada ketinggian tertentu. cara
pengukurannya bisa menggunakan cara tachymetry, atau kombinasi antara
sipat datar memanjang dan pengukuran polygon. Cara pengukuran
langsung lebih sulit dibanding dengan cara tidak langsung, namun ada
jenis kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara pengukuran kontur
cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasanngan tanda batas
daerah genangan

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 27


BAB III

METODOLOGI

3.1 WATERPASS

3.1.1 WAKTU DAN TEMPAT


Hari / Tanggal : Rabu, 13 Juli 2018
Jam : 08.00 WIB – 16.00 WIB
Tempat : Area Politeknik Negeri Malang

3.1.2 LANGKAH KERJA


Pesawat Waterpass (mewaterpasskan nivo)
1. Menempatkan dan menyetel pesawat waterpass.
2. Memisalkan ketiga sekrup penyetelnya sebagai A,B,dan C.
3. Mensejajarkan nivo antara penyetel A dan B, gunakan penyetel A dan B
untuk menetralkan.
4. Gunakan penyetel A, B, dan C untuk pengaturan halus agar gelembung
benar-benar tepat.
5. Menyetel nivo 180 derajat dengan poligonan sumbu 1 sumbu putar, bila
nivo tepat ditengah berarti pesawat telah berdiri sempurna.
6. Pemasangan poligon dilalukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini sesuai
dengan keingingan Anda dan jangan lupa untuk mengukur jarak anar
poligon.
7. Pasang rambu ukur dan seimbangkan dengan melihan nivo sambil
memutar sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di dalamnya
dalam kedudukan yang seimbang.
8. Rambu ukur diletakkan diatas poligon profil yang sudah dibuat dengan
kedudukan vertical dari segala arah. Arahkan waterpass ke rambu ukur.
9. Baca BA, BT, BB pada rambu muka, rambu belakang dan masing-
masing profil. Mengubah letak pesawat karena kita melakukan Double
Standing.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 28


10. Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara
seperti diatas sampai poligon terakhir.
11. Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada tabel yang tersedia.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 29


3.2 TOTAL STATION

3.2.1 WAKTU DAN TEMPAT


Hari / Tanggal : Senin-Selasa, 9-10 Juli 2018
Jam : 08.00 WIB – 16.00 WIB
Tempat : Area Politeknik Negeri Malang

3.2.2 LANGKAH KERJA


1. Dirikan tripod di atas titik dan pasang TS diatasnya kemudian kunci
dengan skrup pengunci.
2. Center pointkan TS menggunakan lensa center dan naik turunkan kaki
tripod untuk menengahkan Nivo kotak, kemudian atur skrup pengatur
nivo untuk mengatur nivo tabung.
4. Setelah center, nyalakan display TS dengan menekan tombol power
(warna merah), jika bacaan sudut belum muncul pada display kita dapat
memutar teropong 90 derajat dan bacaan sudut muncul pada display.
5. Kemudian bidik target (reflektor) hingga pas ditengah, lalu dikunci
kemudian tekan tombol MSR1/MSR2 dan ENTER (untuk mengunci
koordinat).
6. Lalu bidik target dengan memutar TS untuk pengukuran luar biasa,
kemudian tekan MSR1/MSR2.
8. Kemudian data hasil pembidikan bisa di lihat dengan cara menekan
tombol DAT.
CATATAN :
1. MSR1 digunakan untuk pembacaan 2 angka di belakang koma, sedangkan
MSR2 untuk pembacaan 3 angka di belakang koma.
2. Untuk point nomor 6 digunakan untuk pembacaan setiap titik poligon,
bukan untuk pembacaan titik detail.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 30


BAB IV

ANALISIS

4.1 Data hasil pengukuran Waterpass


Dari hasil praktik pengukuran waterpass sesuai rumus di atas didapatkan
hasil seperti tabel berikut ini:

Pada titik A Ke B terdapat stand 1 dan 2.


 Stand 1 titik A ke B
 Rambu Belakang
BA = 0.720,0.950,2,145
BT =0.618,0.869,1.960
BB =0.5170.778,1776
Dapat mengetahui jarak (d)
Jarak (d) = 100 x (BA-BB)
= 100 x (0,720- 0.517)
= 20.300 m

 Rambu Muka
BA = ,1.906
BT = 1.718
BB = 1.530
Dapat mengetahui jarak (d)
Jarak (d) = 100 x (BA-BB)
= 100 x (1.906- 1.530)
= 37.600

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 31


 Stand 2 titik A ke B
 Rambu Belakang
BA = ,0.950
BT =0.869
BB =0.778
Dapat mengetahui jarak (d)
Jarak (d) = 100 x (BA-BB)
= 100 x (0,950- 0.778)
= 17.200 m

 Rambu Muka
BA = 2,145
BT = 1.960
BB =1.776
Dapat mengetahui jarak (d)
Jarak (d) = 100 x (BA-BB)
= 100 x (2.145- 1.776)
= 36.900 m

 Jarak antar titik


Rata-rata jarak Rambu belakang stand 1 dan 2 + rata2 jarak Rambu muka
stand 1 dan 2
= ( 20.300 + 17.200) (37.600 + 36.900)
+
2 2
= 56.000 m

 ∆h
BT Rambu Belakang- BT Rambu Muka
Stand 1
= 0.618-1.718
= -1.100 m

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 32


Stand 2
= 0.869 -1.969
= -1.091 m

 Rata-rata ∆h
( −1.100 + (− 1.091))
=
2
= −1.096

 𝑓ℎ
= ∑ Rata-rata ∆h
= - 0.051 m

 Nilai Koreksi (δh)


(Jarak antar titik / ∑ jarak antar titik) x (-fh)
=( 56.000/486.35)x (-0.051)
= 0.006

 Titik Elevasi (H)


HA = 50.000 m
HB = HA (elevasi sebelum)+ Rata-rata ∆h + Nilai koreksi (δh)
= 50.000+(-1.096) +0.006
= 48.910 m

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 33


4.2 Data hasil pengukuran Total Station
Dari hasil praktik pengukuran Total Station sesuai rumus di atas didapatkan
hasil seperti tabel berikut ini:

Dari pengukuran didapat tinggi alat,tinggi target pembacaan horizontal biasa dan
luar biasa,serta Jarak.
 Derajat Bacaan horizontal biasa A.J
= 296+(9/60)+(52/3600)
= 296.164
 Derajat bacaan horizontal luar biasa A.J
=116+(11/60)+(49/3600)
=116.197
 Derajat Bacaan horizontal biasa A.B
= 128+(10/60)+(41/3600)
= 128.178
 Derajat bacaan horizontal luar biasa A.B
=308+(10/60)+(51/3600)
=308.181
 Sudut Horizontal
B = ((derajat A.B) -(derajat A.J) )+ 360 (jika sudut yang dihasilkan
negatif)

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 34


=(128.178-296.164 )+360
= -167.986+360
=192.014
LB = ((derajat A.B) -(derajat A.J) )+ 360 (jika sudut yang
dihasilkan negatif)
=308.181-116.197
= 191.984
 Rata-rata horizontal
(B +LB)/ 2
= (192.014+191.984)
=191.999
 Kesalahan sudut total
∑ rata2 sudut - ((jumlah titik+2)*180)
=2160.00042 - (12*180)
= 0.000416667
 Koreksi tiap sudut (Koreksi sudut horizontal)
(Kesalahan sudut total/Jumlah sudut)
=- 0.000416667/10
=- 4.2 E-05
 Sudut horizontal terkoreksi
Rata2 sudut + koreksi tiap sudut
= 191.999+(- 4.2 E-05)
= 191.999
 α J (azimuth)
= (Derajat B - Derajat Utara)+360
=(351.521 -128.178)+360
= 136.657
 α B (azimuth)
= (Sudut terkoreksi A.B - α J (azimuth))-180
=(267.803+138.657)-180
= 226.460
 Jarak rata-rata (d rata2):

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 35


Jarak HD (m) A.J Biasa = 36.417
Jarak HD (m) A.J luar Biasa = 36.416
 Rata2 Jarak AJ: 36.417m
Jarak HD (m) A.B Biasa = 54.179
Jarak HD (m) A.B Luar Biasa = 54.180
 Rata2 Jarak A.B: 54.180 m
Jarak HD (m) B.A Biasa = 54.109
Jarak HD (m) B.A Luar Biasa = 54.106
 Rata2 Jarak B.A= 54.108m
 Rata2 Jarak A.B &B.A = 54.144 m
 Dx = D sin α J
= 54.144 sin 136.657
=37.162
 Dy = D cos α J
= 54.144 cos 136.657
= -39. 376
 Koreksi Dx
= (Rata2 Jarak A.B &B.A/∑ Rata2 jarak) x (-∑ Dx)
= (54.144/484.851) x (-0.462)
= - 0.052
 Koreksi Dy
= (Rata2 Jarak A.B &B.A/∑ Rata2 jarak) x (-∑ Dy)
= (54.144/484.851) x (0.071)
= 0.008
 Kordinat
X awal = 100.000, Y awal =50.000
X A.B & B.A = X awal +Dx +Koreksi Dx
=100.000+ 37.162+(- 0.052)
= 137.110 m
Y A.B & B.A = Y awal +Dy +Koreksi Dy
=50.000+(-39. 376 ) + 0.008
= 10.632 m

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 36


4.3 Data hasil pengukuran Detail

a) Merubah menjadi degree Bacaan AH = 232O 50’ 42’’


169+ (23/ 60 ) + ( 24/ 3600 ) = 63.122

b) Mencari Azimuth:
63.122 + 224.6 = 287.582
c) Mencari ∆𝑥
Diket :
a. bacaan vertikal
90 0 26

b. Jarak datar : 12.912


12.912 x sin (radian(287.528)) = -12.309
Mencari ∆𝑦
12.912 x cos sin(radian(287.528)) = 3900
d) Mencari Koordinat titik
Xm
= -12.309+100 = 87.691
Ym
= 3900+50 = 37.691
e) Mencari Beda Tinggi
Diketahui : Tinggi Alat : 1.300
Tinggi Target : 1.232
Jarak Rerata Vertikal : -0.002

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 37


= -0.002+(1.300-1.232) = 0.66
f) Mencari Elevasi
= 0.66+50 = 50.066
59,578 / 424,924 x (-(-188,18)) = 26,3851

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 38


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini kami dapat mengambil kesimpulan, bahwa
ilmu ukur tanah ini sangat berhubungan erat dengan permukaan bumi
(topografi) maksudnya ilmu ini mempelajari penggambaran bentuk
permukaan bumi dalam suatu peta dengan segala yang ada dipermukaan
bumi tersebut.
Pengukuran data menggunakan waterpass menghasilkan data untuk
menghitung beda tinggi, azimuth, beta, elevasi dan koordinat. Pengukuran
data menggunakan total station menghasilkan data untuk menghitung beda
tinggi, elevasi, dan koordinat serta menghasilkan gambar kontur.

5.2 SARAN
Dalam perhitungan dan pengukuran data-data diperlukan prinsip-
prinsip pengukuran untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi.
Susunan dalam laporan harus mengikuti metodologi yang baik dan
pengumpulan data dari berbagai sumber.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi,
maka tugas pengukuran harus berdasarkan pada prinsip-prinsip
pengukuran, yaitu :
a. Perlu adanya pengecekan terpisah
b. Tidak adanya kesalahan-kesalahan pada pengukuran
Pada saat melakukan kegiatan praktikum usahakan agar selalu
berkonsentrasi agar data hasil pengukuran tepat dan dapat diolah dengan
baik saat pengukuran.

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 39


DAFTAR PUSTAKA

1) Sasongko, Rinto, 2017, Ilmu Ukur Tanah 1, Modul Ajar, Politeknik Negeri
Malang
2) Sasongko, Rinto, 2018, Ilmu Ukur Tanah 2, Modul Ajar, Politeknik Negeri
Malang
3) Wongsicitro, Sutomo, 1974, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Swadaya, Jakarta.
4) Mulyono, Tedjo, M. Mukhlisin. Setio Utomo. 1996, Petunjuk Praktikum
Ukur Tanah I. Pusat pengembangan Pendidikan Politeknik Bandung.
5) https://nolisindosurta2013.wordpress.com/2016/12/27/pengertian-total-
station-sejarah-dan-cara-pengoprasian-tutorial-total-station/
6) https://www.surveyorjatim.com/2016/08/definisi-dan-sejarah-survey-
pemetaan_13.html
7) https://id.wikipedia.org/wiki/Total_station
8) https://id.wikipedia.org/wiki/Waterpass

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 40


LAMPIRAN – LAMPIRAN

 DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Ilmu Ukur Tanah KELOMPOK 3 41

Anda mungkin juga menyukai