Anda di halaman 1dari 37

UTS

PRATIKUM MEKANIKA TANAH

OLEH

FELICIANO RIDON SERAN FONO

21120036

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa karena atas izin dan
kehendakNya,makalah sederhana ini dapat saya rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliahMekanika Tanah. Adapun yang saya bahas dalam makalah sederhana ini mengenai
Analisis distribusi butiran, batas atteberg, klasifikasi tanah dan pemadatan.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini..
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.
Harapan saya, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi saya
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang
lain yang membacanya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. 3

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………. 6

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………... 7

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………… 8

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………8


1.2 Ruang Lingkup…………………………………………………………8
1.3 Maksud dan Tujuan……………………………………………………..8

BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM…………………………………………… 9

2.1 SONDIR MEKANIS………………………………………………….. 9

• 2.1.1Tujuan………………………………………9
• 2.1.2 Peralatan……………………………………9
• 2,1,3 Pelaksanaan/Prosedur Pengujiaan………….9
• 2,1,4 Rumus-Rumus Perhitungan………………..10
• 2,1,5 Hasil Perhitungan Sesuai Data………………11
• 2,1,6 Kesimpulan………………………………….12

2.2 CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)……………………………… 13

• 2.2.1 Tujuan……………………………………….13
• 2.2.2 Peralatan…………………………………….13
• 2.2.3 Pelaksanaan/Prosedur Pengujiaan…………..13
• 2.2.4 Rumus-Rumus Perhitungan…………………14
• 2.2.5 Hasil Perhitungan Sesuai Data………………15
• 2.2.6 Kesimpulan………………………………….15

2.3 SANDCONE……………………………………………………………………16

• 2.3.1 Tujuan……………………………………….16
• 2.3.2 Peralatan……………………………………16
• 2.3.3 Pelaksanaan/Prosedur Pengujiaan…………..16
• 2.3.4 Rumus-Rumus Perhitungan………………..17
3
• 2.3.5 Hasil Perhitungan Sesuai Data…………..18,19
• 2.3.6.Kesimpulan…………………………………19

2.4 KADAR AIR………………………………………………………. 20


2.4.1 Tujuan…………………………………….20
2.4.2 Peralatan…………………………………..20
2.4.3 Pelaksanaan/Prosedur Pengujiaan…………20
2.4.4 Rumus-Rumus Perhitungan……………….21
2.4.5 Hasil Perhitungan Sesuai Data…………….21
2.4.6 Kesimpulan………………………………..22

2.5 BATAS CAIR……………………………………………………….22

2.5.1 Tujuan………………………………………22
2.5.2 Peralatan……………………………………22
2.5.3 Pelaksanaan/Prosedur Pengujiaan…………..23
2.5.4 Rumus-Rumus Perhitungan…………………25
2.5.5 Hasil Perhitungan Sesuai Data…………..26,27
2.5.6 Kesimpulan………………………………..27

2.6 BATAS PLASTIS…………………………………………………28

2.6.1 Tujuan…………………………………….28
2.6.2 Peralatan………………………………….28
2.6.3 Pelaksanaan/Prosedur Pengujiaan……….28
2.6.4 Rumus-Rumus Perhitungan……………..30
2.6.5 Hasil perhitungan sesuai data…………….30
2.6.6 Kesimpulan ………………………………30

2.7 BATAS SUSUT ……………………………………………………31

2.7.1 tujuan ……………………………………….31


2.7.2 peralatan …………………………………..31

4
2.7.3 pelaksanaan / prosedur pengujian …………31
2.7.4 rumus –rumus perhitungan ………………..33
2.7.5 hasil perhitungan sesuai data ……………...34
2.7.6 kesimpulan …………………………………34
BAB III . PENUTUP……………………………………………..35

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..36

5
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 GRAFIK HUBUNGAN ANTAR PENETRASI KONUS DAN JUMLAH

MABATAN LEKAT………………………………………………………….12

GAMBAR 2.2 GRAFIK CBR ( CALIFORNIA BEARING RATIO ) ………………………15

GAMBAR 2.5 GRAFIK BATAS CAIR ……………………………………………………..27

6
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 DATA PENGUJIAN SONDIR MEKANIS …………………………………………11

TABEL 2.2 DATA PENGUJIAN CBR ( CALIFORNIA BEARING RATIO) …………………..15

TABEL 2.3 DATA PENGUJIAN SANE CONE ……………………………………………. 18, 19

TABEL 2.4 DATA PENGUJIAN KADAR AIR ………………………………………………….21

TABEL 2.5 DATA PENGUJIAN BATAS CAIR

TABEL 2.6 TABEL PENGUJIAN BATAS PLASTIS ………………………………………….30

TABEL 2.7 TABEL PENGUJIAN BATAS SUSUT……………………………………………..34

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan Praktikum Mekanika Tanah I merupakan salah satu persyaratan dan Kurikulum Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional, Bandung. Praktikum ini
menitik-beratkan pada penyeledikan mengenai keadaan suatu tanah yang akan digunakan sebagai tempat
berdirinya suatu bangunan. Hasilnya berupa data-data yang selanjutnya dianalisa sampai dapat ditentukan
jenis tanah sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki tanah tersebut.

1.2 Ruang Lingkup Praktikum

Penyelidikan Tanah di Lapangan mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar, peralatan yang
digunakan, prosedur percobaan dan analisa mengenai Penyondiran dan Pengambilan Sample
Tanah.Penyelidikan di Laboratorium mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar, peralatan yang
digunakan, prosedur percobaan, dan analisa mengenai Indeks Properties Tanah, Atterberg Limits, Analisa
Ukuran Butir, Sandcone Test,Dinamic Cone Penetration, Uji Sondir, Uji Permeabilitas Tanah.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan diadakannya Praktikum Mekanika Tanah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami segi teknis dan penyelidikan tanah baik di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan
mahasiswa dengan adanya praktikum ini, dapat mengaplikasikan teori-teori mengenai Mekanika Tanah
yang didapat pada saat kuliah secara langsung dan di aplikasikan dalam praktikumnya.

8
BAB II

PELAKSANAAN PRATIKUM

2.1 SONDIR MEKANIS

2.1.1 TUJUAN

Uji sondir dilakukan untuk mendapatkan nilai perlawanan penetrasi konus (qc),
hambatan lekat (LF), jumlah hambatan lekat (JHL) dan friction ratio (FR) pada setiap
kedalaman tanah, dan juga untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras

2.1.2 PERALATAN

1. Mesin sondir ringan dengan kapasotas 2,5 ton.

2. Pipa sondir lengkap dengan batang dalam, yaitu sebanyak 20 buah pipa sondir diameter 36 mm
dengan panjang 1 m dan 20 buah batang dalam diameter 15 mm dengan panjang 1 m.

3. 2 buah manometer, yaitu kapasitas 0 – 60 kg/cm2 dan kapasitas 0-25 kg/cm2.

4. Conus dan biconus.

5. 4 buah angker dengan perlengkapannya, kunci pipa, kunci inggris, dan kunci lainnya.

6. Alat pembersih.

7. Minyak hidrolik dan oli.

2.1.3 PELAKSANAAN PENGUJIAN

1. Bersihkan lokasi yang akan dilakukan uji sondir dari kerikil, aspal maupun rumput.
2. Pasang 4 buah angker diatas lahan yang telah di bersihkan, angker ini berfungsi sebagai penahan
mesin sondir.
3. Tempatkan mesin sondir diantara 4 buah angker yang telah terpasang pada posisi tegak lurus
vertical, kemudian letakkan besi pengunci dan pastikan mesin sondir tidak bergerak.
4. Periksa tabung pengisian minyak hidrolik, isi penuh tabung tersebut sampai bebas dari
gelembung-gelembung udara.
.5 Pasang 2 buah manometer pada posisinya.

9
6. Sambungkan pipa sondir pertama dengan biconus, kemudian pasang rangkaian pipa sondir dan
biconus tersebut pada mesin sondir.
7. Tekanlah pipa sondir kedalam tanah sampai kedalaman tertentu, umunya setiap 20 cm.
8. Tahan pipa sondir dengan kunci inggris, lakukan penekanan batang sondir sedalam 4 cm
kemudian baca manometer yang merupakan pembacaan perlawanan penetrasi konus (qc).
9. Lanjutkan penekanan sampai kedalaman 8 cm, kemudian baca manometer yang merupakan
pembacaan jumlah perlawanan (qt), yaitu jumlah perlawanan penetrasi konus dan perlawanan
gesek (friction).
10. Tekanlah pipa bersama batang sampai kedalaman berikutnya yang diukur. Pembacaan dilakukan
pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm.

Pekerjaan uji sondir di hentikan apabila pada pembacaan manometer terjadi 3 kali berturut-turut
menunjukkan nilai qc<150 kg/ cm2.

2.1.4 RUMUS- RUMUS PERHITUNGAN

( q 1−q 2) x Fc
1. If = ( setiap 1 cm)
Fm
20 x ( qt −q c ) x Fc
2. LF=20 x If =
Fm
i
3. JHL=∑ LF
n

LF
4. FR= x 100 %
qc

Dimana : Fc = Luas conus ≈ 10 cm2

Fm = Luas dari mantel/ selimut biconus

Qt = Perlawanan penetrasi conus beserta geseran (tahanan total) atau bacaan kedua
manometer

Qc = Perlawanan penetrasi conus (tahanan konus) atau bacaan pertama manometer

If = Hambatan lekat setempat setiap 1 cm

LF = Hambatan lekat setempat setiap 20 cm

JHL = Jumlah kumulatif hambatan lekat\


10
2.1.5 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA

TABEL 2.1 DATA PENGUJIAN SONDIR MEKANIS

11
GAMBAR 2.1 GRAFIK HUBUNGAN ANTAR PENETRASI KONUS DAN JUMLAH HAMBATAN LEKAT

2.1.6 KESIMPULAN

Dari Dari uji sondir (Ducth Cone Test) saya dapat menyimpulkan bahwa dititik sondir yang
dilakukan, didapatkan bahwa Jumlah Hambatn Pelekat (JHP) jauh lebih besar dibandingkan
hambatan konus.

12
2.2 CBR ( CALIFORNIA BEARING RATIO )

2.2.1 TUJUAN

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas relatif material


perkerasan jalan yang dinyatakan sebagai nilai CBR dalam %.

2.2.2 PERALATAN

1. Lawan beban berupa truk atau alat berat yang mempunyai berat lebih dari nilai CBR yang
diperkirakan

(biasanya alat berat dengan berat minimal 8 ton dapat digunakan sebagai lawan beban)

2. Stopwatch
3. Piston CBR, baik model manual maupun menggunakan motor yang dapat diatur dengan
kecepatan 1 – 1.27 mm/menit
4. Dial gage untuk pembacaan penetrasi vertikal, dengan keakuratan mencapai 0.01 mm
5. Cincin beban untuk pembacaan beban yang dikenakan pada sampel, dengan kapasitas sekitar 10 kN
(untuk
perkiraan CBR 0% - 30%) atau kapasitas sekitar 50 KN (untuk perkiraan CBR > 30%)
6. Kertas kerja.
2.2.3 PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Tentukan titik uji CBR Lapangan yang representatif.
2. Posisikan lawan beban di atas titik uji rencana.
3. Atur alat uji CBR, pastikan piston menyentuh perkerasan jalan yang akan diuji.
4. Atur cincin beban dan dial gage menunjukkan nol.
5. Catat konstanta kalibrasi dial gage (DC) yang tertulis di dial gage tersebut. Biasanya
DC = 0.01 mm/div atau DC = 0.001 inci/div. Tuliskan satuan DC dengan benar.
6. Catat konstanta kalibrasi cincin beban (LRC) yang tercantum dalam sertifikat Kalibrasinya. Satuan
LRC
biasanya adalah kg/div. Tuliskan satuan LRC dengan benar.
7. Atur kecepatan motor pada 1.27 mm/menit atau lakukan pemutaran gagang untuk
menggerakkan piston dengan kecepatan yang sama dan konstan.
8. Lakukan pembacaan cincin beban untuk setiap interval dial gage tertentu. Catat di kertas kerja.
13
9. Setelah pembacaan mencapai 0.5 inci, hentikan pengujian
10. Lakukan perhitungan, pengeplotan grafik, dan pelaporan hasil uji.

2.2.4 RUMUS – RUMUS PEHITUNGAN

1. Hitung penetrasi setiap bacaan dengan cara ΔL = RDD x DC, lalu


konversikan nilai yang diperoleh ke dalam satuan inci
2. Hitung beban yang bekerja dengan cara P = RLD X LRC, lalu
konversikan nilai yang diperoleh ke dalam satuan pon (lb)
3. Tabelkan semua perhitungan pada setiap bacaan
4. Plot grafik penetrasi (ΔL) vs beban (P) berdasarkan tabel hasil uji,
dengan penetrasi sebagai absis dan beban sebagai ordinat
5. Kurva penetrasi-beban yang baik adalah kurva yang berbentuk cembung ke bagian
atas. Bila kurva tidak
demikian, maka dilakukan koreksi terhadap kurva penetrasi-beban dengan cara :

• Bila kurva berbentuk cekung di bagian bawah, lalu berubah arah


menjadi cembung di bagian atas, menunjukkan bahwa bagian
permukaan sampel terganggu atau kurang baik terkompaksi
dibandingkan dengan lapisan di bawahnya. Koreksi yang dilakukan
adalah dengan menggambarkan garis lurus mulai dari bagian kurva
yang mempunyai jari-jari lengkung terbesar (daerah perubahan
dari cekung ke cembung), menuju ke absis. Titik temu absis
dengan garis baru tersebut menjadi awal yang baru (titik nol yang
baru) kurva penetrasi-beban. Jadi, kurva baru akan berbentuk
cembung ke bagian atas dengan nol absis yang baru.
6. Setelah mempunyai kurva penetrasi-beban yang baik, baca beban yang berkorelasi
dengan penetrasi 0.1 inci
dan 0.2 inci
7. Hitung nilai CBR untuk penetrasi 0.1 inci dan 0.2 inci (bila tidak dianulir) dengan cara :

𝐶𝐵𝑅 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 × 100%


𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Nilai CBR adalah nilai tertinggi yang diperoleh dari kedua nilai di atas
2.2.5 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA

14
TABEL 2.2 DATA PENGUJIAN CBR ( CALIFORNIA BEARING RATIO )

GAMBAR 2.2 GRAFIK CBR ( CALIFORNIA BEARING RATIO )


2.2.6 kesimpulan
california bearing ratio ( CBR) adalah perbandingan antara beban yang sanggup dipikul tanah
terhadapa beban standard pada tingkat penurunan tertentu . sampel disiapkan pada mold CBR
dengan memperkirakan kadar airnya mendekati kadar air optimum . kemudian nilai CBR yaitu
0,0847 % dan 0,1129 % .

15
2.3 SANE CONE
2.3.1 TUJUAN
Maksud dari pengujian ini adalah untuk menentukan kepadatan tanah dilapangan dan kepadatan
relatif tanah (%) terhadap kepadatan tanah dari hasil pengujian laboratorium (hasil pemadatan
kompakasi).
2.3.1 PERALATAN

 Kerucut pasir yang terdiri dari :


1) Botol (dari gelas atau plastik) yang nantinya akan diisi pasir
2) Kran yang dapat dibuka dan tutup
3) Corong yang berupa kerucut
4) Plat dasar
 Timbangan
1) Timbangan dengan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1,0 gram
2) Timbangan dengan kapasitas 500 kg dengan ketelitian 0,1 gram
 Alat pembantu
 Alat perlengkapan penentuan kadar air
 Pasir bersih yang kering (pasir Ottawa atau pasir kuarsa lokal yang bersih, seragam, dan bulat
ukuran butirannya serta lolos uji saringan No. 20, tetapi tertahan pada saringan No. 30.
2.3.3. PELAKSANAAN / PROSEDUR PENGUJIAN

 Persiapan pengujian
1) Berat volume pasir (γ pasir) dalam gr/ cm3
2) Keran kerucut ditutup
 Pelaksanaan pengujian
1) Isilah botol dengan pasir secukupnya. Timbanglah berat botol bersama pasir = gram
2) Persiapkan permukaan tanah yang akan diuji, sehingga diperoleh bidang rata dan datar. Letakan
plat dasar diatas tanah, buat tanda lubang plat pada tanah
3) Buat/ gali lubang pada tanah didalam batas yang telah dibuat, dengan kedalaman ± 10 cm
berbentuk cekungan. Kerjakan hati – hati dan hindarkan terganggunya tanah disekitar dinding
dasar lubang. Perlu sangat hati – hati untuk tanah yang mudah longsor (tanah non kohesif)

16
4) Kumpulkan/ masukan tanah hasil galian (jangan sampai ada yang tercecer) dalam cawan yang
telah diketahui berat = W3 (berat cawan kosong = W2 gram)
5) Dengan plat dasar diatas tanah, letakan botol pasir dengan menghadapkan kebawah ditengah plat
dasar. Buka kran dan tunggu pasir mengalir mengisi lubang dan corong, kemudian tutuplah kran
6) Tutup botol bersama corong dengan pasir yang masih dalam botol kemudian ditimbang = W4
gram
7) Ambil sebagian tanah dalam cawan dan periksa kadar airnya, misal didapat kadar air = w %.
2.3.2 RUMUS – RUMUS PERHITUNGAN
Berat pasir + corong + botol = W1
Berat isi pasir = W2
Berat pasir dalam corong = W3
Berat sisa pasir dalam botol = W4
Berat sample dalam lubang = W5

W 1−W 5−W 4
1. Volume lubang V ¿
(beratisipasiryangtela h dikaliberasi)

W5
2. Berat isi tanah=
volume lubang

berat sampel lolos ayakan No . 4


3. ¿
berat sampel dalamlubang

[ ( berat isi tanah ) x α ]


4. ¿
Gs

[W 1−α ]
5. Koreksi=
[W 1−β ]

6. Berat isi tanah yang dikoreksi = berat isi tanah x koreksi

17
berat air
7. Kadar air asli = x 100 %
berat tanah kering

berat isi tanah yang dikoreksi


8. Berat isi kering material=
1+kadar air tanah asli

berat air
9. Kadar air optimum(laboratorium) = x 100 %
berat tanah kering

berat isi tanah yang dikoreksi


10. Berat isi kering=
1+ kadar tanah asli

2.3.5 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA

No Uraia I SAMPEL II
SATU
n AN
1 Massa Pasir + cone + botol (sebelum) Gram 8128 8020
2 Massa Pasir + cone + botol (sesudah) Gram 3376 3686
3 Massa pasir yang dipakai (1-2) Gram 4752 4334
4 Massa pasir dalam corong Gram 1590 1590
5 Massa pasir dalam lubang (3-4) Gram 1362 2744
6 Massa isi pasir Gram/ 1350 1350
cm33
7 Isi Lubang (5-6) cm 1812 1394
8 Massa tanah dalam lubang Gram 4448 4111
9 Massa volume basah (8/7) Gram/ 1455 2929
cm3
10 Massa volume kering 100*9/ Gram/ 2208 2563
(100+W) cm3
11 Kadar air optimum Lab % 14.5 14.5
0 0
12 Kepadatan kering max lab Gram/ 2.40 2.40
cm3
13 Kepadatan kering max lapangan (10/12) % 0920 1105
PEMERIKSAAN
KADAR AIR
a No. Cawan Gram C6 C11 C27 C28
b Massa tanah basah + cawan Gram 35.5 36.80 48.60 45.10
0
c Massa tanah kering + cawan Gram 33.2 34.00 44.90 41.70
0
d Massa cawan Gram 12.6 9.60 13.50 13.70
0
e Massa air (b-c) Gram 320 280 370 340
f Massa Tanah Kering (c-d) Gram 2960 24240 3140 2800
g Kadar air (e/f)*100 % 1117 1148 1178 1214
18
h Kadar Air Rata-Rata % 2264 2393

KALIBRASI ALAT

MENENTUKAN PASIR DALAM CORONG


No Uraia 1 Sample 2
n
1 Massa Botol + Corong Kosong M1 gram 725 725
2 Massa Botol + Corong + Pasir Sebelum M2 gram 7600 760
6140
1
6139
3 Massa Botol + Corong + Pasir Sesudah M3 gram
4 Massa Dalam Corong (M2- gram 1460 1462
M3)
5 Massa Dalam Corong Rata-Rata gram 2922

MENENTUKAN REFERENSI PASIR


No Uraia 1 Sample 2
n
1 Massa Botol + Corong M1 gram 725 725
2 Massa Botol + Corong + Pasir M2 gram 6140 613
9
3 Massa Botol + Corong + Air M4 gram 5600 560
3
4 Massa Pasir (A) (M2- gram 5415 5415
M1)
5 Massa Air (B) (M4- 4690 4689
M1)
6 Massa Isi Pasir (A/B) 1155 1155
7 Massa Isi Pasir Rata-Rata gram 2309

TABEL 2.3 DATA PENGUJIAN SANE CONE

2.3.6 KESIMPULAN

Dari pengujian Sand Cone yang telah dilakukan saya menyimpulkan bahwa , didapatkan bahwa
kadar air asli sama dengan kadar air optimum yang.

19
2.4 KADAR AIR
2.4.1 TUJUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah. Kadar air tanah adalah
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tersebut
yang dinyatakan dalam persen (%).
2.4.1 PERALATAN

1. Oven yang mampu mempertahankan suhu tetap 105°C -115°C selama 24 jam.

2. Desikator yang diisi dengan silica gel

3. Timbangan yang mempunyai keakuratan sesuai dengan ukuran sampel. Untuk tanah
kohesif disarankan menggunakan timbangan dengan akurasi 0.01 gr.

4. 3 buah wadah aluminium yang diberi tanda/nomor referensi yang berbeda-beda


dan jelas. Semua wadah harus kering, bersih dari kotoran, dan tidak berkarat.

5. Pisau dan spatula

6. Kertas kerja

2.4.2 PELAKSANAAN / PROSEDUR PENGUJIAN


1. Catat nomor referensi setiap wadah di kertas kerja.

2. Timbang 3 buah wadah kosong. Pastikan pencatatan nomor referensi


wadah tidak tertukar satu sama lain. Catat di kertas kerja – W1
3. Pemilihan sampel. Sampel harus diambil dari bagian tengah massa tanah,
bukan dari tepi, karena bagian tepi mungkin sudah mengalami pengeringan.
Jumlah sampel yang dibutuhkan bergantung kepada jenis tanah :
4. Timbang 3 buah wadah yang telah diisi sampel tanah basah.
Penimbangan ini harus dilakukan segera setelah sampel diambil. Catat di
kertas kerja - W2.

5. Masukkan sampel ke dalam oven selama 12-24 jam, dengan suhu 105°C -
115°C yang konstan, atau dengan suhu 60°C untuk jenis tanah tertentu.

20
6. Setelah kering oven, sampel didinginkan dalam desikator, untuk mencegah
terserapnya uap air yang terdapat di atmosfer. Pendinginan ini wajib
dilakukan bila kita menggunakan timbangan yang sensitif, karena aliran
udara panas di sekitar sampel dapat menyebabkan ketidakakuratan
penimbangan.
7. Timbang 3 buah sampel tanah kering beserta wadahnya. Catat di kertas
kerja - W3. Bila meragukan apakah sampel sudah benar-benar kering, maka
langkah- angkah (5), (6), dan (7) dilakukan berulang- ulang sampai
tercapai angka yang konstan dengan toleransi 0.1% dari berat kering massa
tanah tersebut.

8. Lakukan perhitungan dan pelaporan hasil uji.

2.4.3 RUMUS-RUMUS PERHITUNGAN


1. Hitung berat tanah basah dengan cara W = W2 – W1 (gr)

2. Hitung berat tanah kering dengan cara Ws = W3 – W1 (gr)

3. Hitung berat air dengan cara Ww = W - Ws (gr)

4. Hitung kadar air dari setiap sampel dengan rumus 𝑤 = 𝑊𝑤 × 100%


𝑊𝑠
5. Hitung kadar air rata-rata ketiga sampel

2.4.4 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA


Kode A B
Uji
Berat Wadah, W1 (gr) 92 98
Berat tanah basah + wadah, W2 (gr) 445 468
Berat tanah kering + wadah, W3 (gr) 398 412
Berat tanah basah, W = W2 - W1 (gr) 353 370
Berat tanah kering, Ws = W3 - W1 (gr) 306 314
Berat air, Ww = W - Ws (gr) 47 36
Kadar air, w = Ww/Ws * 100% 15,3 17,8
Kadar air rata-rata, w (%) 33,1

TABEL 2.4 DATA PENGUJIAN KADAR AIR

21
2.4.5 KESIMPULAN
Dari perhitungan kadar air yang saya dpatkan dengan menggunakan rumus diatas ,
kolom A =15,3 dan B = 17,8. Kenudian dijumlahkan unruk mendapatkan nilai nilai kdar
air rata rata yang hasilny adalah 33,1 % untuk nilai kadar air .

2.5 BATAS CAIR


2.5.1 TUJUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas
cair dalam satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis,serta kemampatan dari
tanah (perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organic atau tidak.
2.5.1 PERALATAN
1. Alat Casagrande
2. Alat pembelah, baik tipe ASTM atau tipe Casagrande

3. Pelat kaca dengan ukuran sekitar 30 x 30 cm

4. Mangkuk porselen

5. Air terdestilasi

6. Jangka sorong

7. Oven yang mampu mempertahankan suhu tetap 105°C -115°C selama 24 jam

8. Desikator yang diisi dengan silica gel

9. Timbangan yang mempunyai keakuratan 0.01 gr

10. 5 buah wadah aluminium yang diberi tanda/nomor referensi yang


berbeda-beda dan jelas. Semua wadah harus kering, bersih dari kotoran,
dan tidak berkarat.

11. Pisau dan spatula

12. Kertas kerja

22
2.5.2 PELAKSANAAN / PROSEDUR PENGUJIAN

1. Catat nomor referensi setiap wadah di kertas kerja.

2. Timbang 5 buah wadah kosong. Catat di kertas kerja – W1.

3. Ambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40 sekitar 250 gr.

4. Masukkan sampel ke dalam mangkuk porselen dan tambahkan sedikit


air. Air yang ditambahkan jangan terlalu banyak, cukup untuk kira-kira
menghasilkan sekitar 50 ketukan pada alat Casagrande nanti. Aduk
tanah tersebut dengan air terdestilasi sampai berbentuk pasta di dalam
cawan porselen dan tidak boleh mengandung udara.

5. Bersihkan cawan tembaga dengan menggunakan air dan kemudian keringkan.

6. Letakkan sekitar 20 gr pasta tanah ke dalam cawan tembaga yang


terdapat di alat Casagrande. Ratakan permukaannya dengan bantuan
spatula dan ukur ketebalan tanah. Permukaan pasta tanah harus dalam
posisi horisontal dan mempunyai ketebalan 10 mm di bagian terdalam
cawan tembaga.

7. Belah pasta menggunakan alat pembelah menjadi dua bagian, sehingga


terdapat celah di tengah pasta tanah.

8. Atur alat penghitung ke posisi nol.

9. Putar gagang alat Casagrande dengan kecepatan konstan, yaitu 2 putaran per detik.

10. Lakukan terus pemutaran dengan kecepatan konstan tersebut,


sampai celah di antara pasta tanah tertutup sepanjang 13 mm.

11. Catat jumlah ketukan yang dibutuhkan untuk membuat celah tertutup sepanjang 13
mm tersebut di

kertas kerja - N.

12. Bila jumlah ketukan yang terjadi jauh di atas 50 ketukan, ini berarti
pasta tanah kurang kadar aimya. Ambil kembali tanah dari dalam cawan
tembaga, tambahkan air, dan ulangi langkah (5) sampai langkah (11).

23
13. Namun bila jumlah ketukan yang terjadi jauh di bawah 50 ketukan, ini
berarti pasta tanah terlalu banyak mengandung air. Ambil kembali tanah
dari dalam cawan tembaga, keringkan dengan mengaduk-aduknya pada
pelat kaca hingga dirasakan mencapai kadar air yang dibutuhkan. Ulangi
langkah (5) sampai langkah (11). Perhatikan bahwa lebih mudah dan
cepat menambahkan air daripada mengeringkan tanah, karena itu setiap
penambahan air harus dilakukan dengan hati-hati.

14. Bila ketukan yang diinginkan tercapai (atau mendekati), ambil sedikit pasta tanah dari
tengah-tengah

cawan tembaga, dan masukkan ke dalam wadah aluminium.

15. Timbang wadah yang telah diisi sedikit pasta tanah tersebut.
Penimbangan ini harus dilakukan segera. Catat di kertas kerja - W2.
16. Tambahkan air pada sisa tanah yang terdapat di mangkuk porselen,
dengan tujuan memperoleh kadar air yang lebih tinggi, yang juga berarti
memperoleh jumlah ketukan yang lebih sedikit.

17. Ulangi langkah (5) sampai langkah (16) untuk mendapatkan variasi jumlah ketukan
sebagai berikut:

a. Kadar air I : ± 50 ketukan

b. Kadar air II : ± 30 - 40 ketukan

c. Kadar air 111 : ± 25 - 30 ketukan

d. Kadar air IV : ± 20 - 25 ketukan

e. Kadar air V : ± 15 - 20 ketukan

18. Masukkan sampel ke dalam oven selama 12-24 jam, dengan suhu 105°C - 115°C yang
konstan.

19. Setelah kering oven, sampel didinginkan dalam desikator, untuk


mencegah terserapnya uap air yang terdapat di atmosfer.

20. Timbang 5 buah wadah berisi tanah kering. Catat di kertas kerja - W3.

21. Lakukan perhitungan, pengeplotan grafik, dan pelaporan hasil uji.

24
2.5.3 RUMUS PERHITUNGAN
1. Hitung berat tanah basah dengan cara W = W2 – W1 (gr)

2. Hitung berat tanah kering dengan cara Ws = W3 – W1 (gr)

3. Hitung berat air dengan cara Ww = W - Ws (gr)

𝑊𝑤
4. Hitung kadar air dengan rumus 𝑤 = × 100%




5. Plot grafik batas cair pada kertas grafik semi-log. Kertas grafik semi-log
adalah kertas grafik yang mempunyai ordinat dalam skala linier dan
absis dalam skala logaritma. Jumlah ketukan (N) diplot sebagai absis
(skala log) dan kadar air (w) sebagai ordinat (skala linier)

6. Tarik garis lurus yang merepresentasikan seluruh data dengan baik. Garis ini dikenal
sebagai kurva

aliran

7. Gambar garis vertikal yang merepresentasikan N = 25 ketukan, sampai memotong kurva


aliran. Lalu

gambar garis horisontal yang berkorelasi dengan N


= 25 ketukan tersebut. Nilai kadar air yang
ditunjukkan oleh garis horisontal tersebut adalah nilai

batas cair, catat di kertas kerja - wL.

8. Hitung gradien kemiringan kurva aliran dengan rumus 𝐹𝑖 = ∆𝑤 𝑁2


log( )
𝑁1
9. Bila batas plastisnya sudah diketahui, hitung indeks plastisitas dengan |p=wL-wp (%)

10. Bila kadar air tanah asli juga sudah diketahui, dapat dihitung indeks konsistensi tanah
dengan 𝐼𝑐 =

25
𝑊𝐿−𝑤
dan indeks likuiditas dengan 𝐼𝐿 = 𝑤−𝑤𝑃
𝐼𝑝 𝐼𝑃

2.5.4 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA

TABEL 2.5 DATA PENGUJIAN BATAS CAIR


Kode A B C D E
Uji
Berat Wadah, W1 (gr) 95 98 96 90 92
Berat tanah basah + wadah, W2 (gr) 429 448 438 410 425
Berat tanah kering + wadah, W3 (gr) 405 422 412 385 398
Berat tanah basah, W = W2 - W1 (gr) 334 330 342 320 333
Berat tanah kering, Ws = W3 - W1 (gr) 310 324 316 295 306
Berat air, Ww = W - Ws (gr) 24 26 26 25 27
Kadar air, w = Ww/Ws * 100% 7,74 8,02 8,22 8,47 8,82
Jumlah Ketukan, N 50 35 28 23 18
Batas Cair, wL (%) 41,27

26
GAMBAR 2.5 GRAFIK BATAS CAIR

2.5.5 KESIMPULAN

Dari pengujian pengujian batas cair saya dapat menyimpulkan bawha nilai batas
cair didapatkan dari rumus kadar air di kurangi serat air lalu di bagi berat tanah kering ,
sehigga hasil nilai batas air adalah 41,27%

27
2.6 BATAS PLASTIS
2.6.1 TUJUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas
cair dalam satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari
tanah (perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organic atau tidak.
2.6.1 PERALATAN
1. Pelat kaca dengan ukuran sekitar 30 x 30 cm

2. Air terdestilasi

3. Jangka sorong

4. Oven yang mampu mempertahankan suhu tetap 105°C -115°C selama 24 jam

5. Desikator yang diisi dengan silica gel

6. Timbangan yang mempunyai keakuratan 0.01 gr

7. 3 buah wadah aluminium yang diberi tanda/nomor referensi yang


berbeda-beda dan jelas. Semua wadah harus kering, bersih dari
kotoran, dan tidak berkarat.

8. Pisau dan spatula

9. Kertas kerja
2.6.2 PELAKSANAAN / PROSEDUR PENGUJIAN
1. Catat nomor referensi setiap wadah di kertas kerja.

2. Timbang 3 buah wadah kosong. Catat di kertas kerja – W1

3. Ambil sampel tanah sekitar 30 gr dan gulung pada telapak tangan membentuk bola.

4. Bagi bola menjadi 3 porsi.

5. Bagi lagi setiap porsi menjadi 4 bagian.

6. Gulung setiap bagian dengan tekanan tangan yang konstan sampai


berbentuk gulungan memanjang berdiameter 3 mm. Suhu tangan akan
membuat kadar air sampel berkurang.
7. Tepat pada saat gulungan mencapai diameter 3 mm, gulungan mulai

28
retak. Yang dimaksud dengan retak di sini adalah timbulnya retak
memanjang dan melintang pada gulungan, yang diakibatkan oleh
berkurangnya kadar air pada sampel, bukan akibat tekanan tangan yang
berlebihan. Kondisi ini menunjukkan kadar air tanah berada tepat pada
batas plastisnya.

8. Bila kondisi pada langkah (7) tidak tepat tercapai, maka dilakukan
penyesuaian kadar air dengan melihat kondisi sampel saat berdiameter 3 mm
:

a. Bila saat diameter 3 mm tercapai dan belum terjadi retak, berarti kadar air
sampel masih di atas

batas plastisnya. Gulung kembali tanah menjadi bola


selama beberapa saat pada telapak tangan, lalu ulangi
langkah (6) sampai kondisi pada langkah (7) tercapai.
b. Bila sebelum diameter 3 mm tercapai sudah timbul retak, berarti
kadar air sampel sudah berada di bawah batas plastisnya. Tambahkan
beberapa tetes air terdestilasi pada gulungan, lalu gulung kembali
menjadi bola selama beberapa saat pada telapak tangan. Kemudian
ulangi langkah (6) sampai kondisi pada langkah (7) tercapai.

9. Bila kondisi pada langkah (7) tercapai, masukkan gulungan tersebut ke


dalam wadah aluminium dan lakukan hal yang sama pada 3 bagian tanah
yang iain. Ulangi langkah (6) sampai (8) untuk setiap bagian dalam porsi
yang sama.

10. Timbang wadah yang telah diisi 4 gulungan tanah. Penimbangan ini
harus dilakukan segera. Catat di kertas kerja - W2.

11. Ulangi langkah (6) sampai (10) untuk kedua porsi yang lain, sehingga terdapat 3
buah wadah

aluminium yang masing-masing berisi 4 buah gulungan tanah.

12. Masukkan sampel ke dalam oven selama 12 - 24 jam, dengan suhu 105°C - 115°C yang
konstan.

29
13. Setelah kering oven, sampel didinginkan dalam desikator, untuk
mencegah terserapnya uap air yang terdapat di atmosfer.

14. Timbang 3 buah wadah berisi gulungan tanah kering. Catat di kertas kerja - W3.

15. Lakukan perhitungan dan pelaporan hasil uji.

2.6.3 RUMUS – RUMUS PERHITUNGAN

1. Hitung berat gulungan tanah basah dengan cara W = W2 – W1 (gr)

2. Hitung berat gulungan tanah kering dengan cara Ws = W3 – W1 (gr)

3. Hitung berat air dengan cara Ww = W - Ws (gr)

4. Hitung batas plastis setiap porsi dengan rumus 𝑤 = 𝑊𝑤 × 100%


𝑃
𝑊𝑠

5. Hitung batas plastis rata-rata ketiga porsi


2.6.4 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA

Kode A B
Uji
Berat Wadah, W1 (gr) 83 82
Berat gulungan tanah basah + wadah, W2 (gr) 325 364
Berat gulungan tanah kering + wadah, W3 (gr) 312 334
Berat gulungan tanah basah, W = W2 - W1 (gr) 2422 282
Berat gulungan tanah kering, Ws = W3 - W1 (gr) 229 254
Berat air, Ww = W - Ws (gr) 13 28
Batas Plastis, wp = Ww/Ws * 100% 5,67 11,02
Batas Plastis rata-rata, wP (%) 16,69%
TABEL 2.6 DATA PENGUJIAN BATAS PLASTIS

2.6.5 KESIMPULAN
Dari pengujian batas plastis saya dapat menyimpulkan bahwa dari perhitungan nilai
batas plastis A dan B , di jumlahkan untuk mendapatkan nilai batas plastis rata –rata =
16,69 %

30
2.7 BATAS SUSUT
2.7.1 TUJUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas
cair dalam satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari
tanah (perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organic atau tidak.
2.7.1 PERALATAN
1. Cawan silinder dengan diameter sekitar 42 mm dan tinggi sekitar 12 mm

2. Gelas kaca dengan diameter sekitar 57 mm, tinggi sekitar 38 mm, dan mempunyai dasar
yang rata

3. Pelat kaca yang mempunyai 3 jarum kecil. Ukuran pelat ini harus lebih
besar daripada diameter gelas kaca, sehingga dapat menutup permukaan
gelas kaca seluruhnya

4. Mangkuk porselen dengan diameter sekitar 150 mm.

5. Air raksa, dengan jumlah yang lebih banyak daripada volume gelas kaca

6. Jangka sorong

7. Minyak pelumas

8. Oven yang mampu mempertahankan suhu tetap 105°C -115°C selama 24 jam

9. Desikator yang diisi dengan silica gel

10. Timbangan dengan keakuratan 0.01 gr

11. Pisau dan spatula

12. Kertas kerja.

2.7.2 PELAKSANAAN / PROSEDUR PENGUJIAN


1. Ukur tinggi cawan silinder (Lo), diameter dalam cawan silinder (Do), dan
timbang berat cawan
silinder (Wc), catat di kertas kerja.

2. Timbang berat mangkuk porselen, catat di kertas kerja - W D (gr). Lapisi


bagian dalam cawan silinder dengan minyak pelumas agar tanah tidak

31
lengket pada silinder.
3. Ambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40 (4.75 mm), sebanyak 40 gr.

4. Aduk tanah tersebut dengan air terdestilasi sampai berbentuk pasta di dalam
cawan porselen. Pasta dibuat dengan kadar air yang lebih tinggi daripada
batas cairnya, dan tidak boleh mengandung udara.
5. Masukkan pasta tanah tersebut ke dalam cawan silinder sampai sepertiga
tinggi cawan silinder dengan rata, dan tidak ada rongga udara yang terlihat.
Masukkan lapisan pasta selanjutnya dengan cara yang sama sampai seluruh
cawan silinder penuh.

6. Ratakan permukaan atas cawan silinder menggunakan spatula.

7. Timbang berat cawan silinder dan pasta tanah tersebut, catat di kertas kerja - WCP (gr).
8. Diamkan tanah di dalam cawan silinder selama beberapa jam (6-8 jam)
sampai warna tanah berubah menjadi lebih terang. Hal ini perlu dilakukan
sebelum tanah dimasukkan ke dalam oven untuk mengurangi kemungkinan
retak susut yang besar akibat kehilangan kadar air terlalu cepat. Dan juga
untuk menghindari hilangnya massa tanah jika pasta di dalam oven
“mendidih”.

9. Masukkan tanah ke dalam oven selama 12-24 jam.

10. Dinginkan sampel dalam desikator.

11. Timbang tanah kering bersama cawan, catat dalam kertas kerja - Wcs (gr).

12. Keluarkan tanah kering dari cawan silinder, dan perhatikan apakah
kondisi tanah utuh/terbelah. Bila tanah terbelah/rusak berat, ulangi
langkah (2) sampai langkah (11).

13. Letakkan gelas kaca di dalam mangkuk porselen.

14. Isi gelas kaca dengan air raksa sampai penuh dan tumpah sedikit ke dalam mangkuk
porselen.

15. Ratakan air raksa dengan bantuan pelat kaca.


16. Kembalikan air raksa yang tumpah ke dalam mangkuk porselen pada tempatnya.

32
17. Letakkan kembali gelas kaca berisi air raksa ke dalam mangkuk
porselen.

18. Letakkan tanah kering di atas air raksa (yang akan mengapung).

19. . Tekan pelat kaca berjarum di atas sampel dengan


hati-hati, hingga sampel tenggelam ke dalam air raksa
seluruhnya. Lakukan sampai pelat kaca berjarum
menempel pada bibir gelas kaca. Dalam proses ini,
sebagian air raksa akan tumpah ke dalam mangkuk
porselen.

20. Timbang mangkuk porselen berisi air raksa, catat di kertas kerja -
WDM (gr).

21. Lakukan perhitungan dan pelaporan hasil uji.


2.7.3 RUMUS – RUMUS PERHITUNGAN

1. Menghitung kadar air alami (w)


2. Menghitung berat air raksa

Berat air raksa = (berat air raksa + dish kaca) – berat dish kaca
= (Ws – W1) .....................................gram
3. Menghitung volume tanah basah

Volume tanah basah = Volume cawan .........................cm3


4. Menghitung volume tanah kering

berat air raksa


Volume tanah kering=
BJ air raksa (13,6)
5. Menghitung Batas Susut (SL)

( volume tanah basah−volume tanah kering )


SL=w− x 100 %
berat tanahkering

33
2.7.4 HASIL PERHITUNGAN SESUAI DATA

Tinggi cawan silinder, L0 (cm) 1.27


Diameter cawan silinder, D0 (cm) 1.44
Barat cawan silinder, Wc (gr) 12.50
Berat mangkuk porselen, WD (gr) 18.00
Berat cawan silinder + pasta tanah , Wcp (gr) 49.00
Berat cawan silinder + tanah kering, Wcs (gr) 38.00
Berat mangkuk porselen + air raksa, WDM (gr) 28.00
Berat tanah basah, W = Wcp - Wc (gr) 36,5
Berat tanah kering, Ws = Wcs - Wc (gr) 25,5
Berat air, Ww = W - Ws (gr) 11
Berat air raksa, WM = WDM - WD (gr) 10
Volume tanah basah, V0 = 1/4πD02 x L0 (cm3) 2,054
Volume tanah kering, Vf = Wm/13.5 (cm3) 0,74
Kadar air , w = Ww/Ws x 100% 43,13
Batas susut, Ws = w - ((V0 - Vf)γw/Ws)*100% 44,307
Rasio susut, SR = Ws/γw*Vf 18,87

TABEL 2.7 DATA PERNGUJIAN BATAS SUSUT

2.7.5 KESIMPULAN
Dari pengujian batas susut saya dapat menyimpulkan bahwa dari perhitungan
batas susut , menggunakan rumus ws= w-(vo-vf) yw/ ws* 100% , maka hasil dari
perhitungan tersebut adalah 4,307%

BAB III

PENUTUP
34
3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengujian pratikum mekanika tanah dari pengujian
sondir mekanis, CBR , sand cone , kadar air , batas cair , batas plastis , batas susut

Dalam mekanika tanah menckup semua bahan dan lempung sampai batu yang besar .
tanah di defiisikan sebagai material yang terdiri dari aggregate atau butisan materil yang padat
yang terikat secara kimia satu sama lain dan dari bahan organic yang tealah melapuk .dalam hasil
perhitungan sondir mekanis telah dilakukan kedalaman ( MT ) nilai konus dan jumlah
hambatan . dan hasil perhitungan CBR adalah nilai tertinggi yang telah di peroleh dari ked au
nilai . hasil perhitungan sane cone untk menentukan kepadatan tanah di lapangan dan dpadatan
ralatif tanah . hasil perhitungan kadaar air dengan menggunakan rumus di atas untuk kolom A =
15,3 dan B =17,7 kemudian dijumlahan dalam kolom A dan B unruk mendapatkan nilai . hasil
perhitungan nilai batas cair dengn menggunakan rumus kadar air dikurangi berat air lal berat
tanah kering . dari perhitungan batas plastis A dan B kemudian di jumlahkan untuk
mendapatakan nilai bats plastis , hasil perhitungan batas susut menggunakan rumus ws=w-( vo –
vf) yw/ws )* 100 kemudian akan di dapatkan hasilnya .

3.2 SARAN

Ada beberapa saran yang saya sarankan berdasarkan proses dan hasil pratikum di
antaranya :

a. Diperlukan konfirmasi dan petunjuk yang lebih jelas berkaitan dengan tata cara
ataupun hal-hal yang berkaitan dengan pratikum mekanika tanah , supaya tidak
terjadi kesalahan pada saat pelaksanaan pratikum dan juga

b. Agar kegiatan pembelajaran pratikum Mekanika Tanah ini berjalan dengan baik
maka kita harus diimbangi dengan kegiatan praktik, agar teori yang telah
dipelajari dapat dipahami seutuhnya ketika kami di lapangan nanti.dan pada saaat
di lapangan untuk melakukan praktek jangan bercanda dan focus dengan apa yang
telah di berikan untuk melakukan praktek di lapangan .

35
DAFTAR PUSTAKA

https://sg.docworkspace.com/d/sIEam-b1lm_flhAY

https://id.scribd.com/doc/270228340/Laporan-Praktikum-Mekanika-Tanah

https://sg.docworkspace.com/d/sINem-b1llvjlhAY

36
37

Anda mungkin juga menyukai