Oleh :
TIMOTHYANTONIO
NIM: 22118019
(Program Studi Magister Rekayasa Pertambangan)
i
STUDI TIPE ENDAPAN PORFIRI CU-AU MENGGUNAKAN ANALISIS
GEOFISIKA,GEOLOGI DAN GEOKIMIA DI DAERAH X
Oleh :
TIMOTHY ANTONIO
NIM: 22118019
(Program Studi Magister Rekayasa Pertambangan)
InstitutTeknologi Bandung
Menyetujui
Tim Pembimbing
Tanggal………………….. Tanggal……………………
..................................................... .........................................................
NIP. NIP.
ii
Kata Pengantar
Puji serta syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Usulan
Proposal yang berjudul, , sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Magister pada Program Studi Rekayasa Pertambangan ITB.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya serta penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan tugas akhir ini, khususnya
kepada :
1. Orang tua dan adik atas doa, dukungan dan kasih sayangnya yang tidak pernah
berhenti kepada penulis.
2. Pembimbing I sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis dengan penuh
kesabaran dan selalu memberikan dukungan, masukan, saran, serta arahan yang
bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan proposal ini.
3. Pembimbing II yang telah memberi masukan dan saran untuk kemajuan
penelitian penulis.
4. Teman-teman di laboratorium lingkungan tambang yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian proposal ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, demikian Laporan Usulan Proposal ini dibuat, semoga dapat dapat
menunjan penusunan tesis kedepannya.
Bandung, Tanggal-Tahun
Penulis
iii
Daftar Isi
iv
3.4 Alat Penelitian........................................................................... 26
3.5 Metode Penyajian Data.............................................................. 27
3.6 Metode Analisis Data ............................................................... 27
3.7 Diagram Alir Penelitian............................................................. 28
3.8 Jadwal Penelitian dan Rencana Biaya Peneltian........................ 31
Daftar Pustaka.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.12 Kelompok mineral alterasi berdasarkan suhu dan tekanan (Corbett
dam Leach, 2009) .......................................................................................................... 20
Gambar 2.13. Penampang skematik intrusi sub-volkanik dangkal dan asosiasi
stratovolkanonya, serta lingkungan pembentukan endapan porfiri, dan endapan
bijih epitermal sulfidasi tinggi dan sulfidasi rendah ................................................. 22
Gambar 2.14. Model ideal model mineralisasi Porfiri (Sillitoe), dan generalisasi
sinyal geofisika, distribusi logam dan jenis alterasinya ........................................... 23
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................... 25
v
Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Georadar ....................................................... 29
DAFTAR TABEL
vi
vii
Bab I Pendahuluan
1
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui efektivitas metoda geofisika (gayaberat,magnetik,induce polarization,ground
penetrating radar) dalam mendeteksi endapan dalam sistem porfiri
b. Mengetahui efektivitas metode geokimia dalam menentukan sebaran unsur mineral yang
berhubungan dengan endapan sistem porfiri.
c. Mengetahui efektivitas analisis geofisika,geokimia, dan geologi dalam mendekteksi
karakteristik endapan porfiri.
1.5 Asumsi
Asumsi pada penelitian ini adalah daerah x merupakan daerah yang terindikasi porfiri. Metode
geofisika dapat memberikan gambaran bawah permukaan dengan parameter fisik serta data
geologi sebagai kontrol untuk interpretasi data geofisika. Dari hasil interpretasi kedua data dan
analisis tersebut dapat digunakan untuk acuan pengambilan sample geokimia untuk dianalisis
sebaran mineralnya.
1.6 Hipotesis
Pada daerah X teradapat sebaran mineral pada target endapan yang mempunyai asosiasi
dengan endapan porfiri. Tipe endapan pada daerah penelitian adalah tipe endapan porfiri. Struktur
geologi daerah x memiliki asosiasi dengan endapan porfiri.
2
1. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk tahapan awal eksplorasi emas dan tembaga
2. Penelitian ini dapat melihat efektivitas metoda geofisika dalam mengidentifikasi target endapan
prospek
3. Penelitian ini dapat dijadikan acuan sebagai penentuan titik bor dan mengefisiensi biaya
eksplorasi
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Variasi medan magnet yang terukur di permukaan merupakan target dari survey magnetik
(anomali magnet). Besarnya anomal magnetik berkisar ratusan sampai ribuan nanotesla, tetapi ada
juga yang lebih besar dari 1000.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomal
ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet induksi.Medan magnet remanen
mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan, yaitu pada besar dan arah medan
magnetnya serta sangat rumit untuk diamati, karena berkaitan dengan peristiwa kemagnetan yang
dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan normal residual magnetism yang
merupakan akibat dari magnetisasi medan utama.Anomali yang di peroleh dari survei merupakan
hasil gabungan dari keduanya, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek
medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet kurang dari 25 % medan magnet
bumi (Telford, 1990). Adanya anomali magnet menyebabkan perubahan dalam medan
Batuan diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas k negatif, sehingga intensitas imbasan dalam
batuan atau mineral tersebut mengarah berlawanan dengan gaya medan magnet, seperti yang
terlihat pada Gambar 7. Contoh batuan diamagnetik antara lain : marmer, bismuth, Cu, Au.
2.2.2 Paramagnetik
Batuan atau mineral paramagnetik mempunyai kerentanan magnet positif dan akan mengecil
sesuai dengan menurunnya suhu, seperti yang terlihat pada Gambar 8. Sifat-sifat
4
paramagnetik akan timbul bila atom atau molekul suatu batuan atau mineral memiliki
momen magnet pada waktu tidak terdapat medan luar dan interaksi antara atom lemah.
Contoh batuan
2.2.3. Ferromagnetik
Atom-atom dalam bahan ferromagnetik memiliki momen magnet dan interaksi antara atom-
atom tetangganya begitu kuat sehingga momen semua atom dalam suatu daerah mengarah
sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan, seperti yang terlihat pada Gambar 9.
Contohnya : besi, cobalt dan nikel.
2.2.4. Antifferomagnetik
Suatu bahan atau material akan bersifat antifferomagnetik pada saat kemagnetan benda
ferromagnetik naik sesuai dengan kenaikan temperatur yang kemudian hilang setelah
temperatur mencapai titik Curie, seperti yang terlihat pada Gambar 10. Contohnya hematite.
5
Gambar 2.4. Spin Elektron Bahan Antiferromagnetik
2.2.5. Ferrimagnetik
Bahan-bahan dikatakan ferrimagnetik bila momen magnet pada dua daerah magnet saling
berlawanan arah satu terhadap lainnya, seperti yang terlihat pada Gambar 11. Harga k cukup
tinggi dan bergantung pada temperatur.
Metode Gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan
bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa nya (ρ = gram/cm3). Metode ini adalah
metode geofisika yang sensitif terhadap perubahan vertikal, oleh karena itu metode ini sering
digunakan untuk mempelajari kontak intrusi, batuan dasar, struktur geologi, endapan sungai
purba, lubang di dalam masa batuan, shaff terpendam dan lain-lain. Eksplorasi biasanya dilakukan
dalam bentuk lintasan penampang. Pemisahan anomali akibat rapat massa dari kedalaman berbeda
dilakukan dengan menggunakan filter matematis atau filter geofisika. Saat ini telah dikembangkan
alat gravimeter dengan ketelitian sangat tinggi (mikroGall), dengan demikian anomali kecil dapat
dianalisa. Hanya saja metode pengukuran data, harus dilakukan dengan sangat teliti untuk
mendapatkan hasil yang akurat (Sarkowi, 2009). Dalam mengidentifikasi zona endapan tembaga-
emas nilai dari metode gaya berat yang digunakan adalah densitas tinggi yang berkoralasi dengan
batuan beku yang memiliki nilai massa jenis yang besar.
6
1 2.3.1 . Potensial Gravitasi
Apabila suatu massa sangat panjang dalam arah y dan memiliki cross section seragam, bentuknya
berubah-ubah pada bidang xz. Gaya tarik gravitasi diperoleh dari sebuah potensial logaritmik
(Telford, 1990). Dimana persamaan :
Dimana :
Medan gaya tarik bumi (gravitasi) bersifat konservatif artinya usaha yang dilakukan sebuah massa
dalam suatu medan gravitasi tidak bergantung pada lintasan yang ditempuhnya, namun hanya
bergantung pada titik akhirnya saja. Jika suatu benda yang pada akhirnya kembali pada posisi
awalnya, energi yang dikeluarkannya adalah nol. Bentuk gaya gravitasi adalah vektor yang
mengarah sepanjang garis yang menghubungkan dua pusat massa. Medan konservatif
7
kemungkinan berasal dari sebuah fungsi potensial skalar U (x,y,z) disebut dengan Newtonian atau
potensial 3D (Telford et all, 1990).
Mengingat sebuah massa 3D yang bentuknya berubah ubah seperti Gambar 4 dibawah ini :
Potensial dan percepatan gravitasi pada sebuah titik yang paling luar dapat diperoleh dengan
membagi massa kedalam elemen kecil (dm) dan
8
Dimana ρ (x,y,z) adalah rapat massa, dan r2 = x2 + y2 + z2. Maka massa m potensial totalnya adalah
:
Zona potensial Endapan mineral merupakan zona yang memiliki nilai densitas yang tinggi
yang direpresentasikan dengan nilai percepatan gravitasi yang tinggi. Nilai densitas yang tinggi
merupakan dampak dari adannya endapan mineral target berupa kuarsa yang memperbesar nilai
percepatan gravitasi yang terukur. Melihat tipe endapan mineral target pada daerah penelitian yang
berjenis epitermal low-sulfidation, maka sesar-sesar yang terdapat pada daerah penelitian
berpotensi menjadi host dari endapan mineral target. Sesar-sesar yang berpotensi mengandng
endapan mineral target didalamnya adalah sesar-sesar yang berada dalam zona yang memiliki nilai
anomali residual tinggi ( Muhaamad Hafiz, 2013).
Emas merupakan unsur kimia dengan symbol Au ( dalam bahasa latin : Aurum) dengan nomor
atom 79. Emas tergolong native element atau unsure murni , hal ini didasarkan pada sifat kimia
emas yang relative tidak reaktif sehingga logam tersebut dapat didapatkan dalam bentuk
murninya walaupun di alam keberadaannya berpadu dengan logam lain. Emas juga tergolong
dalam logam mulia mengingat memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan logam-
logam lainnya. Emas termasuk logam transisi (trivalent dan univalent) yang bersifat lunak, mudah
ditempa (malleable), mengkilap, kuning, berat , dan ductile dengan kekerasan berkisar 2.5-3.0
(dalam Skala Mohs). Berat jenis logam ini tergantung pada logam lain yang berpadu dengannya.
Berikut merupakan sifat fisik dan kimia unsure emas
9
Tabel 2.1 Tabel sifat fisik dan kimia unsur emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian menghasilkan endapan letakan (placer). Endapan emas dikategorikan menjadi
dua yaitu endapan primer dan endapan placer.
Salah satu proses pengendapan emas yaitu dengan bantuan larutan hydrothermal. Larutan
hidrotermal merupakan larutan sisa magma yang mudah bergerak yang nantinya akan membentuk
endapan logam atau mineral epigenetik (Suganda). Larutan hidrotermal naik kepermukaan melalui
zona struktur seperti patahan, rekahan, sesar, maupun kontak lihologi yng kemudia bercampur
dengan air meteoric sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat
(vein) dengan bentuk vein tergantung pada rongga yang dihasilkan struktur. Selama proses
pengendapan berlangung, juga terjadi proses alterasi pada batuan yang diterobos sehingga
10
mengalami perubahan sifat fisik maupun kimia batuan seperti perubahan warna, porositas dan
tekstur.
11
3. Epithermal, merupakan tipe endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur rendah
yaitu pada suhu 500 C sampai 3000 C dan pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist,
1985).
Keterdapatan emas dialam berupa dua tipe deposit yaitu sebagai urat dan endapan (tipe primer)
atau placer deposit. Deposit emas sebagia urat (vein) biasanya berada pada urat batuan
beku,biasanya kaya akan unsur besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Sedangkan sebagai placer
deposit, emas pyang berada pada batuan asal tererosi kemudian terangkut oleh aliran sungai
lalu terendapkan. Pengendapan tersebut dikarenakan berat jenis unsure emas yang
tinggi.Pengendapan emas sangat tergantung pada besarnya pH, H2S, oksidasi, pendidihan,
pendinginan, dan adsorbs oleh mineral lain pada lingkungan sekitarnya.
Salah satu metode untuk eksplorasi emas yaitu dengan metode Induced Polarization (IP). Metode
IP merupakan salah satu metode aktif geolistrik. Dimana pada metode aktif ini suatu arus listrik
diinjeksikan kedalam bumi atau melalui permukaan bumi kemudian diukur efek potensialnya.
Pada metode IP ini parameter yang diukur berupa tegangan polarisasi atau resistifitas batuan
sebagai fungsi frekeunsi. Untuk sifat fisika yang terlibat yaitu berupa kapasitansi listrik
(chargebility). Pada metode ini dua buah elektroda ditancapkan kedalam tanah, elektroda tersebut
berfungsi menginjeksikan arus kedalam tanah, kemudian beda potensial antara kedua elektroda
diukur. Ketika arus telah dimatikan maka akan terjadi tegangan overburden yang disebabkan
adanya polarisasi pada elektroda dan waktu peluruhannya tersebut akan diukur
12
sebagai chargebility. Untuk polarisasi sendiri dibedakan menjadi dua yaitu polarisasi membrane
dan polarisasi elektroda.
Sumber :file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016
13
Sumber : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun
Sumber : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016
14
Sumber : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016
Data- data yang diperoleh melalui survey lapangan tersebut kemudian digabungkan dengan data
topografi dan dilakukan pengolahan data dengan proses inverse menggunakan
software RES2DINV dan Surfer untuk menampilkan penampang 2D dan 3D.
15
Gambar 2.10. Hasil Inversi Penampang 3D
Sumber : file presentasi hasil Kerja Praktek di PT Aneka Tambang tahun 2016
Dengan menampilkan data-data yang sudah didapat menggunakan RES2DINV dan surfer dapat
mempermudah dalam hal memprediksi dimana letak persebaran deposit mineral emas tersebut
sehingga relative jelas dimana bisa melakukan kegiatan penambangan.
Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Teknik penggunaan
metode GPR adalah sistem Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP), dengan cara
memanfaatkan pengembalian gelombang elektromagnetik yang dipancarkan melalui permukaan
tanah dengan perantara antena (Heteren, dkk., 1998).
16
Gambar 2.11.Prinsip kerja GPR (Bahri,dkk., 2012).
Unit kontrol radar menghasilkan pulsa trigger tersinkronasi ke pengirim dan penerima elektronik
di antena. Pulsa ini mengendalikan pengirim dan penerima elektronik untuk menghasilkan sampel
gelombang dari pulsa radar yang dipantulkan. Pulsa ini akan dipancarkan oleh antena ke dalam
tanah. Pulsa ini akan mengalami atenuasi (pelemahan) dan cacat sinyal lainnya selama
perambatannya di tanah. Sinyal ini kemudian diproses oleh rangkaian penerima. Kedalaman objek
dapat diketahui dengan mengukur selang waktu antara pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam
selang waktu ini, pulsa akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antenna, (Daniel,
D.J, 2004). Jika selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang
elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman objek yang dinyatakan dalam h adalah :
17
Dimana :
Kecepatan gelombang eletromagnetik dalam medium diberikan oleh persamaan (Musset and
Khan, 1993):
Dimana :
= Kecepatan cahaya (3x108 m/s)
= Permitivitas listrik ruang hampa (8.84x10-12 F/m)
Alterasi Hidrotermal adalah pergantian mineral dan komposisi kimia yang terjadi pada batuan
ketika berinteraksi dengan fluida hidrotermala (White, 1996). Baterman menyatakan bahwa fluida
hidrotermal adalah suatu cairan atau fluida yang panas (100-1500 Celcius), yang bergerak
mendekati permukaan dengan membawa senyawa-senyawa logam maupun non-logam. Fluida ini
18
merupakan larutan sisa pembekuan magma. Fluida hidrotermal membawa berbagai unsur yang
dapat mengalami pengendapan, diantarannya unsur Na,K,Ca,Cl sebagai komponen utama serta
unsur-unsur minor seperti Mg, B, S,Sr,Co2,Cu,Pb,Sn,Pb,Mo,Ag,Au dan lain sebagainya (Guilbert
dan Park,1986).
Browne (1987) dalam Cobert dan Leach (1998), menjelaskan bahwa suatu proses alterasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Tempratur
7. permeabilitas batuan
White (1996) menjelaskan bahwa pengaruh alterasi hidrotermal terhadap batuan dibagi menjadi
tiga, yaitu:
Terdapat berbagai macam pembagian jenis-jenis alterasi. Menurut klasifikasi yang dirangkum dari
analisis Meyer& Hemley (1967), Roy &Burt (1979) dalam Evans (1993), Lowell & Guilbert
(1970), tipe alterasi hidrotermal yang ditemukan pada lingkungan hidrotermal dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok yang lebih mendetail seperti gambar dibawah ini.
19
Gambar 2.12 Kelompok mineral alterasi berdasarkan suhu dan tekanan (Corbett dam Leach, 2009)
Alterasi argilik lanjut terjadi akibat leaching yang sangat intensif karena batuan dilalui oleh fluida
hidrotermal yang sangat asam (PH<4). Alterasi ini dicirikan oleh kehadiran mineral
dickite,kaolinit, alunit, pirofilit, dan kuarsa. Serisit, dan pirit juga seringkali hadir. Alterasi argilik
lanjut merupakan zona dengan urat logam dasar atau endapan pipa yang berasosiasi dengan
stockbatuan plutonik asam. Alterasi ini dapat dijumpai juga dilingkuangan mata air panas dan pada
20
endapan logam dangkal juga di lingkungan mata air panas dan pada endapan logam dangkal. Bijih
yang sering dijumpai yaitu, kovelit,digenit, pirit, dan enargit (Syafrizal,ITB).
2. Alterasi filik
Alterasi ini menyebabkan mineral feldspar dan mika pada granit berubah menjadi serisit. Mineral
penciri dalam alterasi ini adalah serisit dan kuarsa. Pirit juga seringkali hadir sebagai sulfide yang
berasosiasi dengan alterasi ini. Kuarsa sekunder hadir sebgai hasil alterasi, sedangkan kuarsa
primer tidak berubah. Zona alterasi ini berada dibawah zona argilik.
3. Alterasi argilik
Mineral penciri alterasi ini adalah kaolin dan montmotilonit sebagai hasil alterasi dari plagioklas.
Kedua mineral tersebut dapat ditemani dengan lempung yang amorf. Zona alterasi argilik
menengah dibagi menjadi zona yang dominan mengandung montmorilonit yaitu di bagian pinggir
dan yang dominan mengandung kaolin yaitu didekat zona alterasi serisitisasi. Sedangkan diluar
zona alterasi ini berupa zona alterasi propilitik sampai menuju yang paling luar adalah batuan
fresh. Alterasi ini terjadi pada kondisi asam (PH 4-6).
4. Alterasi propilitik
Alterasi propolitik merupakan alterasi yang kompleks yang dicirikan oleh kehadiran klorit, epidot,
albit, dan karbonat (kalsit, dolomit, dan ankerit).serisit, pirit dan magnetit dapat hadir dalam
jumlah minor, sedangkan zeolite dan montmotilonit dapat juga hadir namum kelimpahannya
sangat sedikit. Alterasi ini terbentuk pada pH netral hingga alkalin.
5. Silisifikasi
Alterasi silisifikasi terjadi akibat meningkatnya proporsikuarsa atau silica kriptokristalin dalam
batuan yang teralterasi. Silica tersebut dapat berasal dari larutan hidrotermal seperti pada cherthy
limestone yang dapat berasosiasi dengan endapan timbal-seng-fluorit-barit atau sebagai hasil
sampingan dari alterasi pada feldspar atau mineral lainya selam proses leaching.
6. Potasik
Zona ini dicirikan dengan kehadiran biotit sekunder dan k-feldspar sekunder, serta magnetit,
serisit, anhidrit, dan sedikit mineral sulfida (kalkopirit, bornit, pirit, dan molibdenit) yang berada
didalam veinlets dan tersebar dalam zona K-silikat. Zona potasik terbentuk pada saat awal
terbentuk tubuh interusi porfiri.
Dalam eksplorasi mineral Emas dan Tembaga, ada banyak sekali metode geofisika yang dapat
digunakan bergantung pada jenis mineralisasi yang membentuk cadangan tersebut. Dalam istilah
21
pertambangan emas, ada beberapa tipe mineralisasi yang membentuk cadangan emas atau mineral
lain dan masing-masing mempunyai karakeristik yang berbeda-beda bergantung dari jenis batuan
asal, terobosan batuan, alterasi dan lain-lain. Jenis-jenis cadangan emas yang kita kenal antara lain:
Epithermal, Tipe Carlin, Porfiri, Skarn dan lain-lain.
Gambar 2.13. Penampang skematik intrusi sub-volkanik dangkal dan asosiasi stratovolkanonya,
serta lingkungan pembentukan endapan porfiri, dan endapan bijih epitermal sulfidasi tinggi dan
sulfidasi rendah
Untuk mengidentifikasi sebuah cadangan porfiri seperti ini, seorang ahli geofisika dan ahli geologi
harus dapat menentukan metode geofisika apa yang cocok untuk diaplikasikan. Jenis mineralisasi,
jenis batuan dan tipe alterasi adalah parameter yang sangat penting untuk penentuan metode
geofisika yang akan digunakan. Kesalahan penentuan aplikasi metode geofisika akan
22
mengakibatkan kerugian yang cukup besar karena data yang akan dihasilkan tidak akan berguna
banyak dan terkadang malah membuat kesalahan dalam interpretasi.
Gambar 2.14. Model ideal model mineralisasi Porfiri (Sillitoe), dan generalisasi sinyal geofisika,
distribusi logam dan jenis alterasinya.
Dalam identifikasi model porfiri ada beberapa point yang penting yang perlu dicatat sebagai
referensi dalam penentuan metode geofisika seperti: Mineralisasi biasanya berasosiasi
dengan alterasi potassic, mineral magnetit dan kalkopirit yang terdapat dalam bijih dan lain-lain.
Dari point-point tersebut dapat ditentukan metode yang cocok untuk diaplikasikan seperti:
23
BAB III Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan pada daerah x lokasi tambang emas tembaga dengan bentuk endapan
porfiri
Pengambilan data geofisika dan sample tanah serta batuan lapangan dilakukan pada bulan
Juni-September 2019
1. Data Magnetik
Data yang diperoleh adalah intensitas magnetic (rover dan base), variasi harian dengan
skala pengukuran regional
2. Data Gayaberat
Data Magnetik yang diperoleh adalah skala bacaan, tinggi alat, waktu pengukuran, elevasi,
dan data topografi kualitatif
3. Data Geolistrik
Data yang diperoleh adalah data nilai resistivitas dan chargerbility serta data topografi
kualitatif
4. Data GPR
Data yang diperoleh adalah data time series dan data konstanta dielektrik
Sample tanah sesuai dengan hasil pengukuran geofisika yang berpontesi untuk diambil
sampel berdasarkan nilai suseptibilas,densitas serta resistivitas tinggi yang akan diambil.
24
6. Data Geologi
Data geologi yang diperoleh adalah peta geologi regional, data formasi geologi, data
struktur geologi serta sample batuan secara megaskopis
Bor
Plastik Sample
Kompas Brunton
Microsoft Office
Geosoft Oasis Montaj
Global Positioning System ( GPS)
Gravimeter, Magnetometer, Ares, GPR
Global Mapper 12
ArcGis
Google Earth
Data yang akan disajikan berupa bentuk penampang 2D dan 3D, ilustrasi, peta 2D, peta
ilustrasi, peta DEM, peta Topography, sebaran alterasi, korelasi data geofisika dengan geokimia
dan dengan geologi serta grafik sebaran unsur mineral.
25
Data sebaran unsur mineral : Analisis menggunakan XRF
26
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alir Pengolah Gravity Gambar 3.3 Diagram Alir Pengolahan Magnet
27
Gambar 3.4 Diagram Alir Pengolahan Geolistrik
28
Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Georadar
29
3.8 Rancangan Penelitian
Waktu yang dibutuhkan adalah 2 tahun dengan tahun pertama melakukan masa studi secara
keseluruhan lalu 6 bulan belajar literature bahan secara spesifik yaitu emas, 3 bulan melakukan
pengolahan data dan hasi analisis yang telah di interpretasi, 1 bulan melakukan penulisan dan 1
bulan menjalani seminar dan dibulan terakhir sidang akhir.
30