GENESA MINERAL
Oleh
TIMOTHY ANTONIO
2218019
1
2018
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
1.1 Endapan Emas.............................................................................................................2
1.2 Emas..............................................................................................................................2
1.3 Mineral Emas...............................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................7
ENDAPAN PEMBAWA EMAS.............................................................................................7
2.1 Endapan Primer.....................................................................................................7
2.2 Endapan Porfiri......................................................................................................8
2.2.1 Tatanan Tektonik................................................................................................9
2.2.2 Genesa Endapan Porfiri....................................................................................9
2.2.3 Proses (Tahapan) Pembentukan......................................................................10
2.2.4 Zona Alterasi.....................................................................................................10
2.2.5 Proses Pembentukan Sekunder.......................................................................12
2.2.6 Mineralisasi Pada Endapan Porfiri................................................................12
2.2.7 Mineral Bijih & Assosiasi Mineral..................................................................13
2.3 Endapan Epitermal...............................................................................................13
2.3.1 Keberadaan Endapan Epitermal....................................................................14
2.3.2 Pembagian Model Endapan Epitermal...........................................................15
2.3.3 Mineralisasi dan Alterasi..................................................................................17
BAB III.................................................................................................................................20
PARAMETER EKSPLORASI DAN PENAMBANGAN EMAS.....................................20
3.1 Parameter Fisik Endapan..........................................................................................20
3.2 Metoda Penambangan...............................................................................................22
BAB IV..................................................................................................................................24
KETERDAPATAN LOKASI EMAS..................................................................................24
4.1 Lokasi Emas di Indonesia..........................................................................................24
BAB V...................................................................................................................................26
PENUTUP............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1.2 Emas
Emas merupakan logam mulia yang memiliki ekonomis tinggi baik bagi
individu, kelompok maupun negara. Potensi ekonomis dilihat dari adanya kegiatan
penambangan secara besar-besaran dan mencapai distribusi nasional dengan harga
jual tinggi.
Emas sebagai mineral yang terbentuk bersama-sama dengan mineral lain,
sebagai hasil dari proses magmatisme yang berasal dari dalam dapur magma-
menerobos ke atas permukaan dalam lingkungan hidrotermal.
Jenis mineral pembawa bijih emas yaitu yang mengandung logam (perak dan
tembaga ) dan non logam (urat-urat kuarsa atau karbonat) (Sukandarrumidi, 2009).
Jenis mineral endapan emas banyak ditemukan di Indonesia sebagian besar pada
endapan epitermal.
Emas native merupakan mineral emas yang paling umum ditemukan di alam.
Sedangkan elektrum, keberadaannya di alam menempati urutan kedua. Mineral-
mineral pembawa emas lainnya jarang atau bahkan langka.
Emas native mengandung perak antara 8 - 10%, tetapi biasanya kandungan tersebut
lebih tinggi, dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh
karenanya, warna emas native bervariasi dari kuning emas, kuning muda, sampai
keperak-perakan, bahkan berwarna merah oranye. Berat jenis emas native bervariasi
antara 19,3 (emas murni) sampai 15,6 tergantung pada kandungan peraknya. Bila
berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesar 6%, dan bila berat jenisnya
16,9 kandungan peraknya sebesar 13,2%.
Sementara itu elektrum adalah jenis lain dari emas native yang mengandung perak di
atas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi, warna elektrum bervariasi
antara kuning pucat sampai warna perak kekuning-kuningan. Berat jenisnyapun
bervariasi antara 15,5 - 12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1 : 1 berarti
kandungan peraknya 36%, dan bila perbandingannya 2,5 : 1 berarti kandungan
peraknya 18%.
2. Mineral Induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral-mineral yang biasanya
membentuk batuan. Emas biasanya berasosiasi dengan sulfida (mineral yang
mengandung sulfur/belerang). Pyrite merupakan mineral induk yang paling umum.
Emas ditemukan dalam pyrite sebagai emas nativ dan elektrum dalam berbagai
bentuk dan ukuran, yang tergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik
lainnya. Urutan selanjutnya Arsenopyrite, Chalcopyrite mineral sulfida lainnya
berpotensi sebagai mineral induk terhadap emas. Bila mineral sulfida tidak terdapat
dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi ( magnetit dan oksida besi
sekunder), silica dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan kerikil (endapan
plaser).
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer hipogen yang berukuran relatif
besar, secara spasial dan genetik berhubungan erat dengan intrusi felsik sampai
dengan intermediet. Penamaan porfiri berasal dari host rock yang umumnya
memperlihatkan tekstur porfiritik berupa kristal-kristal kasar (phenocyst) pada masa
dasar (matriks) yang halus.
- Umumnya pada Tembaga Porfiri memiliki kandungan tembaga (Cu) berkisar
< 0,4% Cu s/d >1 % Cu, dengan kandungan emas (Au) umumnya ≤ 0,4 ppm.
- Jika kandungan Au pada endapan porfiri ≥ 1 gram/ton, maka sering disebut
sebagai Gold-rich Porphyry deposits. Contoh : Grasberg, mengandung rata-
rata 1,5 gram/ton Au
2.2.1 Tatanan Tektonik
- Konduktif aliran panas pada batuan penutup berasal dari pusat intrusi.
- Pada batuan yang lebih brittle akan memungkinkan terbentuknya fractures
sebagai media konsentrasi yang produktif.
- Kristalisasi awal akan membentuk suatu sungkup (selubung) yang
equigranular, dan pada kristalisasi lanjut akan terjadi pengembangan kuantitas
larutan yang memungkinkan terdapat konsentrasi unsur pada daerah bagian
atas intrusi
- Tekanan uap akan mendekati (melebihi) tekanan & tensile stress dari selubung
sehingga mampu memecahkan selubung tersebut dan membawa mineral-
mineral melalui fluida intrusi tersebut.
- Tekanan proses intrusi akan melemah & terjadi pendinginan saat mendekati
permukaan sehingga dapat terbentuk berupa breksiasi.
- Bagian teratas dan terluar dari aliran hidrothermal membentuk mineralisasi
awal dan menyebabkan inti (core) potassik dan dikelilingi oleh alterasi
propilitik
• Inner Zone – bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida,
tapi paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar
3:1. Mineralisasi lebih banyak disseminated daripada stockwork.
• Ore Zone – berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio
py/cp sekitar 2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork
veinlet. Mineral bijih lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
• Pyrite Zone – lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit
tinggi (10-15%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan
disseminasi.
• Outer Zone – hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan
mineralisasi copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi
biasanya sub-ore grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein
epithermal).
2.2.5 Proses Pembentukan Sekunder
Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.
%
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).
Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit,
sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar,
orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides.
Dalam endapan ini adannya lapisan batas penahan fluida hidrotermal dimana
pada batuan yang penerimannya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger,
1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo),
mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan
barium (Ba) yang secara setempat terkayakan. Dalam endapan yang batuan
penerimanya vulkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-
unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam
mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana
asosiasinya dengan zona alterasi lempung.
◈ Endapan merkuri
◈ Volcanic-hosted
◈ Sediment-hosted
◈ Carbonate-hosted
◈ Vein deposits
◈ Stockwork deposits
◈ Diseminated deposits
5. Berdasarkan model genesa
◈ Closed model
◈ Carlin-type
◈ Nansatsu-type
Pada tipe sulfidasi rendah Au berasosiasi dengan sistem urat (vein) sepanjang struktur
yang utama. Alterasi biasanya menghasilkan magnetite destruction
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
BAB IV
PENUTUP
Faeyumi, M. 2012. Sebaran potensi emas epitermal di areal eksploitasi PT. Antam
unit geomin. FMIPA UI
http://psdg.bgl.esdm.go.id/publikasi_khusus/emas/psdg_emas.html
Seedorff E, Dilles JH, Proffett JM, Einaudi MT, Zurcher L, Stavast WJA, Johnson,
DA, Barton MD (2005) Porphyry deposits: characteristics and origin of hypogene
features. Econ Geol 100th Ann vol: 251–298.
Bateman, A.M. dan Jensen, M.L. 1981. Economic Mineral Deposit. New York: John
Wiley & Sons Inc.
Winarti. 2009. Studi Induced Polarization (IP) Untuk Eksplorasi Mineral Mangan di
Daerah Srati, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Seminar
nasional ke 4 Tahun 2009: Rekayasa Teknologi Industri Dan Informasi.