PROPOSAL
OLEH
BESTINA
1914040005
Bismillahirahmanirahim.
Segala Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan proposa ini
yang berjudul “Pemanfaatan Biji Asam Jawa Dan Biji Kelor Sebagai
Koagulan Alternatif Dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD Pada
Limbah Laundry”. Selawat dan salam kita persembahkan keharibaan junjungan
nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam
kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Proposal ini ditulis untuk memenuhi salah satu dari syarat-syarat
kurikulum pada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Serambi Mekkah. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunya
proposal ini. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan sabar mendidik dan
membesarkan saya, yang telah memberikan doa dan dukungan dengan penuh
keikhlasan dan kasih sayang.
2. Ibu Dr, Irhamni, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Serambi
Mekkah.
3. Bapak Muhaammad Nizar, ST. MT selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia
Universitas Serambi Mekkah.
4. Bapak Saisa, ST. MT selaku pembimbing pertama pada proposal penelitian ini.
5. Ibu Zulhaini Sartika, ST. MT selaku pembimbing kedua pada proposal
penilitian ini.
6. Seluruh dosen dan Staf dalam jajaran Fakultas Teknik Universitas Serambi
Mekkah.
7. Kepada kawan-kawan Teknik Kimia Universitas Serambi Mekkah yang telah
banyak membantu penulis dalam berbagai hal.
i
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan laporan ini dikemudian hari. Akhirnya hanya
kepada Allah SWT penulis berserah diri, semoga laporan ini berguna bagi
pembaca semua dan terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Bestina
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah......................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Asam Jawa .................................................................................. 5
2.1.1 Biji Asam Jawa .................................................................... 6
2.2 Kelor ............................................................................................ 8
2.2.1 Kandungan Protein Dalam Biji Kelor ................................... 11
2.2.2 Biji Kelor Sebagai Koagulan ................................................ 12
2.3 Limbah ......................................................................................... 13
2.3.1 Limbah Padat ...................................................................... 14
2.3.2 Limbah Cair ......................................................................... 14
2.3.2.1 Limbah Laundry .......................................................... 14
2.4 Koagulan ...................................................................................... 16
2.4.1 Dosis Koagulan.................................................................... 17
2.5 Koagulasi dan Flokulasi................................................................ 18
2.6 Parameter Analisa Pada Limbah Laundry ..................................... 22
2.6.1 Chemical Oxygen Demand (COD)......................................... 22
2.6.2 Biological Oxygen Demand (BOD)........................................ 22
iii
2.6.3 Total Dissolved Solids (TDS) ................................................ 22
2.6.4 Total Suspended Solids (TSS)................................................ 22
2.6.5 Turbidity (kekeruhan) ............................................................ 23
2.6.6 Derajat Keasaman (pH) ......................................................... 23
2.7 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 26
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................ 26
3.2 Subjek Penelitian .......................................................................... 26
3.3 Bahan dan Alat ............................................................................ 26
3.2.1 Bahan................................................................................... 26
3.2.2 Alat...................................................................................... 27
3.4 Variabel Penelitian ....................................................................... 27
3.4.1 Variabel Tetap...................................................................... 27
3.4.2 Variabel Berubah ................................................................. 28
3.5 Prosedur Penelitian ....................................................................... 28
3.5.1 Persiapan Bahan Baku Biokoagulan ..................................... 28
3.5.2 Pengambilan Sampel .......................................................... 28
3.5.3 Proses Koagulasi ................................................................ 28
3.6 Teknik Analisa Parameter Uji ....................................................... 29
3.6.1 Analisa pH, SNI 06-6989.11-2004........................................ 29
3.6.2 Analisa Turbidity (Kekeruhan), SNI 06-6989.24-2005.......... 29
3.6.3 Analisa COD, SNI 6989.73:2009.......................................... 30
3.6.4 Analisa BOD, SNI 6989.73:2009.......................................... 32
3.6.5 Analisa Tinggi Endapan ....................................................... 32
3.6.6 Analisa Kecepatan pengendapan........................................... 33
3.7 Alur Proses Penelitian................................................................... 34
3.8 Tabel Data Pengamatan ................................................................ 36
3.9 Jadwal Penelitian .......................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 40
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDALUHUAN
Latar Belakang
Di zaman modern saat ini, banyak usaha-usaha kecil dalam skala rumah yaitu
usaha laundry yang bermunculan. Laundry adalah suatu proses pencucian kain
dengan media utama adalah menggunakan air (H2O) dan deterjen. Fungsi air
dalam laundry adalah sebagai pelarut deterjen, media transportasi deterjen, energi,
kotoran yang larut dan pencuci yang baik. Untuk sekali proses pencucian mulai
tahap pencucian hingga tahap pembilasan yang normal dibutuhkan antara 15-22
liter air per kg mesin cuci. Misalkan mencuci kain dengan mesin cuci 25 kg maka
diperlukan sekitar 500 liter air untuk sekali cuci (Sukarman dan Hendrayanto,
2011). Dalam proses laundry, air tidak dapat menghilangkan kotoran yang tidak
larut dalam air. Air juga tidak mampu mengikat kotoran yang telah terlepas dari
kain agar tetap berada di air, sehingga tidak menempel kembali pada kain
(redeposisi). Untuk itu diperlukan bahan yang dapat membantu mengangkat
kotoran dari air dan menahan agar kotoran yang telah terpisah dari kain yaitu
berupa deterjen. Kegiatan usaha laundry ini menghasilkan limbah yang serupa
dengan limbah rumah tangga (limbah laundry) dari kegiatan mencuci yang
menggunakan sabun dan deterjen serta bahan pembersih lainnya. Sisa deterjen
yang ikut terbuang ke lingkungan perairan seperti selokan, sungai, kolam dan
danau, akan mengganggu kehidupan yang ada dalam air.
Limbah laundry mengandung senyawa aktif metilene blue yang sulit
terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan
terpenting pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders. Limbah cair Laundry
selain mengandung sisa deterjen juga mengandung pewangi, pelembut, dan
pemutih (Prodjosantoso dan Padmaningrum, 2011). Umumnya deterjen yang
digunakan sebagai pencuci pakaian merupakan deterjen anionic karena memiliki
daya bersih tinggi. Kedua bahan ini diindetifikasi mempunyai pengaruh langsung
dan tidak langsung terhadap kesehatan manusia dan lingkungannya.
1
2
Hingga saat ini sudah ada metode–metode untuk mengolah limbah laundry.
Berbagai metode yang tersedia untuk mengolah limbah laundry salah satunya
yaitu metode koagulasi dan flokulasi. Koagulasi merupakan proses pengolahan air
limbah dengan mendestabilisasikan partikel koloid, sedangkan flokulasi
merupakan proses lanjutan koagulasi di mana partikel yang terdestabilisasi akan
membentuk partikel yang lebih besar. Pada proses koagulasi flokulasi diperlukan
penambahan suatu zat yang membantu proses pengendapan partikel yang disebut
sebagai koagulan. Koagulan akan membentuk partikel-partikel besar yang
kemudian akan mengendap. Partikel besar ini disebut sebagai flok (Wahyuni,
2011). Metode pengolahan secara koagulasi dan flokulasi sangat efektif untuk
mengurangi konsentrasi zat yang terkandung dalam limbah (Antov dkk, 2012).
Salah satu koagulan alami yang dapat digunakan untuk menjernihkan air yaitu
serbuk biji kelor dan biji asam jawa. Bangun, dkk (2013) dalam penelitiannya
menemukan bahwa biji kelor adalah bahan alami yang dapat membersihkan
limbah cair, relatif sama efektifnya bila dilakukan dengan cara pembersihan
menggunakan bahan kimia.
Biji kelor telah dilaporkan efektif sebagai koagulan untuk menurunkan
kekeruhan pada limbah cair dan biji kelor juga tidak mengandung senyawa toksik
sehingga aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Biji kelor merupakan
alternatif koagulan organik. Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan
dua cara yaitu biji kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya
(Ndabingengesere dan Narasiah, 1998 dalam Pandia dan Amir, 2005). Zat aktif
(active agents) yang terkandung dalam biji kelor yaitu 4-alfa-4-rhamnosyloxy-
benzil-isothiocyanate. Proses koagulasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
antara lain: ukuran serbuk koagulan, waktu pengendapan, kecepatan pengadukan
dan perbandingan massa koagulan terhadap volume air limbah (Bey, 2010).
Begitu juga dengan pemilihan biji asam jawa (Tamarindus indica) sebagai
bahan baku pembuatan koagulan alami pada penelitian ini didasarkan pada tujuan
untuk meningkatkan nilai guna biji asam jawa yang hingga saat ini belum
termanfaatkan. Biji asam jawa sendiri terdiri dari kulit biji (20–30%) dan
endosperm (70–75%) (Kumar dan Bhattacharya, 2008 ; El-Siddig dkk, 2006). Biji
3
asam jawa dapat menjadi koagulan karena adanya kandungan protein, pati
(karbohidrat), dan tanin. Kandungan protein dan tanin pada asam jawa berperan
menjadi polielektrolit alami yang mirip dengan koagulan kimia. Polielektrolit
berfungsi untuk mempermudah terbentuknya flok. Protein sendiri dapat memiliki
muatan positif atau negatif dengan proses pengendapan pada umumnya
memanfaatkan proses tarik-menarik antar muatan. Secara umum proses koagulasi
menggunakan koagulan alami termasuk ke dalam mekanisme koagulasi particle
bridging dan charge neutralization (Andre dkk., 2015). Soetedjo dkk (2017)
dalam hasil peneltitiannya mengungkapkan bahwa asam jawa dapat digunakan
sebagai koagulan alami untuk menurunkan konsentrasi zat warna hingga 84%,
namun belum diketahui kondisi optimum untuk proses koagulasinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini akan
mengkobinasikan antara biji asam jawa dan biji kelor sebagai koagulan dan
membandingkan tingakt efesiensi biokoagulan dari biji asam jawa dan biji kelor.
Melihat kondisi tersebut, maka saya tertarik melaksanakan penelitian dengan
judul “Pemanfaatan Biji Asam Jawa Dan Biji Kelor Sebagai Koagulan
Alternatif Dalam Proses Menurunkan Kadar COD dan BOD Pada Limbah
Laundry”. Diharapkan hasil penelitian ini dapat efektif menurunkan kadar
kandungan COD dan BOD pada limbah laundry sehingga limbah yang akan
dibuang tidak mencerami lingkungan sekitarnya.
Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka perlu diadakan pembatasan
masalah penulisan pada bidang tertentu untuk menghindari penafsiran yang
berbeda terhadap masalah yang akan dibahas. Pada penelitian ini penulis
membatasi permasalahan hanya pada penurunan kadar COD dan BOD yang
terkandung dalam limbah laundry dengan menggunakan biji asam jawa dan biji
kelor sebagai koagulan alami dengan berbagai variasi ukuran, variasi waktu
kontak dan variasi dosis biji asam jawa dan biji kelor.
4
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana efesiensi penurunan kadar COD dan BOD pada limbah
laundry terhadap hasil proses koagulasi menggunakan biokogulan biji
asam jawa ?
2. Bagaimana efesiensi penurunan kadar COD dan BOD pada limbah
laundry terhadap hasil proses koagulasi menggunakan biokogulan biji
kelor ?
3. Bagaimana efektivitas kombinasi perbandingan biji kelor dan biji asam
jawa dalam pengolahan air limbah laundry ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efesiensi penurunan kadar COD dan BOD pada limbah
laundry menggunakan biokogulan biji asam jawa.
2. Mengetahui efesiensi penurunan kadar COD dan BOD pada limbah
laundry menggunakan biokogulan biji kelor.
3. Mengetahui efektivitas kombinasi perbandingan biokoagulan alami
terhadap limbah laundry.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi data yang spesifik dan
menjadi salah satu metode penyisihan maupun pengurangan kandungan zat
pencemar di limbah laundry yang efektif, efesien serta ramah lingkungan. Hasil
dari kajian diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengusaha laundry
terkhususnya di Aceh dan mengaplikasikannya serta meningkatkan informasi
dalam mengembangkan penelitian pada pengolahan limbah laundry dengan
memanfaatkan biji asam jawa dan biji kelor sebagai biokoagulan alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam Jawa
Asam Jawa merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika namun dapat
tumbuh dengan subur di Indonesia, kebanyakan digunakan sebagai pohon
peneduh jalan. Pohon Asam jawa bertangkai panjang, sekitar 117 cm dan bersirip
genap, dan bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya
berwarna coklat dan tentu saja berasa khas asam. Biasanya didalam buah polong
buah juga terdapat biji berkisar 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat
agak kehitaman. Batang pohon asam yang cukup keras dapat tumbuh menjadi
besar dan daunnya rindang (Amin dan Asni, 2009).
Asam jawa memiliki beberapa kandungan nutrisi antara lain adalah asam
apel, asam sitrat, asam anggur, asam tartarat, asam suksinat, pectin dan gula
invert. Buah Asam Jawa yang masak dalam 100 gram akan mengandung nilai
kalori sebesar 239 kal, protein 2,8 gram, lemak 0,6 gram, hidrat arang 62,5 gram,
kalsium 74 miligram, fosfor 113 miligram, zat besi 0,6 miligram, vitamin A 30 SI,
vitamin B1 0,34 miligram, vitamin C 2 miligram. Kulit biji Asam Jawa juga
mengandung phlobatannin dan bijinya mengandung albuminoid serta pati
(Muhammad dkk, 2010). Bentuk tumbuhan pohon asam jawa dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ;
5
6
Biji asam jawa juga dapat digunakan sebagai koagulan alami dalam
perbaikan kualitas air tanah yang telah dilakukan. Ekstrak biji asam jawa
mengandung polisakarida alami yang tersusun atas D-galactose, D-dlucose dan
D-xylose yang merupakan flokulan alami. Kandungan protein dan tanin pada
asam jawa berperan menjadi polielektrolit alami yang mirip dengan koagulan
kimia. Polielektrolit memiliki fungsi untuk mempermudah terbentuknya flok.
Protein sendiri dapat memiliki muatan positif atau negatif dengan proses
pengendapan pada umumnya memanfaatkan proses secara tarik-menarik antar
muatan. Secara umum proses koagulasi menggunakan koagulan alami termasuk
ke dalam mekanisme koagulasi particle bridging dan/atau charge neutralization
(Andre dkk., 2015). Pada penelitian terdahulu (Soetedjo dkk., 2017), biij asam
jawa dapat digunakan sebagai koagulan alami untuk menurunkan konsentrasi zat
warna hingga 84%, namun belum diketahui kondisi optimum untuk proses
koagulasinya.
Penelitian Angela dkk (2018) membuktikan bahwa biji asam jawa dapat
dimanfaatkan sebagai biokoagulan alami yang dapat menurunkan konsentrasi zat
warna pada limbah cair. Semakin tinggi konsentrasi zat warna pada limbah maka
dosis koagulan yang digunakan akan semakin tinggi pula. Penggunaan biji asam
jawa sebagai koagulan mampu memberikan penurunan konsentrasi tertinggi pada
pH 4,5 dan dosis koagulan 3,68 g/L dengan persentase penurunan zat warna
sebesar 94,29%.
Kelor
Tanaman kelor adalah tanaman berbunga sepanjang tahun, berwarna
putih, buahnya berbentuk segitiga dengan panjang sekitar 30 cm, tumbuh
subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan
laut (Unus, 2007). Daun kelor berbentuk sirip majemuk ganda dan beranak
daun membundar kecil-kecil. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan
dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang
tahun dengan aroma bau semerbak (Savitri dkk, 2006). Bentuk dari daun,
polong dan bungan kelor dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :
(Sumber : Savitri,
2006) Gambar 2.3. Tumbuhan Biji Kelor
Selain kandungan yang terdapat dalam biji kelor, daun kelor juga
memiliki beberapa kandungan berdasarkan beratnya kering nya, daun kelor
mengandung protein sekitar 27%, Vitamin A,Vitamin C, Kalsium (Ca), dan
besi (Fe) (Savitri, 2006). Begitu juga dengan akar kelor memiliki manfaat bagi
kesehatan. Akar kelor dapat digunakan sebagai obat penyakit dalam,misalnya
obat reumatik, epilepsy, yaitu dengan cara mengambil air rebusan akarnya
(Unus, 2007).
Unsur-unsur yang terkandung dalam biji kelor kering dan biji kelor masak
serta kandungan yang terdapat pada biji kelor dapat diketahui sebagaimana dapat
dilihat pada table 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Unsur-Unsur Biji Kelor Kering Dan Masak Serta Kandungan Biji
Kelor.
Unsur Biji Kelor Biji Kelor Masak Kandungan biji
Kering kelor
Berat Satuan Berat Satuan Jumlah %
Air 4,08 Gram 86,9 gram 22,4
Protein 38,4 Gram 2,5 gram 15,4
Protein - - 110 milligram -
Lemak 34,7 % 0,1 gram 10,1
Serat 3,5 Gram 4,8 gram 5,1
Ampas 3,2 Gram - - -
Ekstrak N 16,4 Gram - - -
Karbohidrat - - 8,5 gram -
Ca - - 30 milligram -
Fe - - 5,3 milligram -
Vitamin A - - 184 UI -
Niacin - - 0,2 milligram -
Asam Aksorbat - - 120 milligram -
I - - 1,8 milligram -
Asam Amino - - - - -
Abu - - - - -
Sukrosa - - - - 5,5
Kalsium - - - - 3,76
Kalium - - - - 1,43
Magnesium - - - - 0,96
(Sumber : Prayogo, 2006)
Limbah
Limbah adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal
dari hasil samping kegiatan suatu proses perindustrian maupun home
industry. Limbah yang dihasilkan oleh suatu industri dapat membahayakan
kesehatan manusia dan sangata berbahaya bagi lingkungan hidup. Jenis
limbah sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair.
Limbah Padat
Lestari, dkk (2010) menyatakan bahwa limbah padat yang dihasilkan
dari suatu industry memiliki kategori diantaranya yaitu limbah padat non B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) dan limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Limbah padat non B3 (Bahan Berbahaya dan beracun) merupakan
limbah yang dihasilkan dari industry seperti lumpur, boiler ash, sampah
kantor, sampah rumah tangga, spare part alat berat, sarung tangan dan
sebagainya. Sedangkan limbah padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
diantaranya seperti bahan radioaktif, bahan kimia, toner catridge, minyak dan
sebgainya.
Limbah Cair
Limbah cair merupakan limbah yang memiliki wujud cair dan dapat
terlarut dalam air , selalu berpindah dan tidak pernah diam atau diam disatu
tempat. Limbah cair yang dihasilkan dari suatu industry antara lain limbah
limbah laundry, bahan kimia, hasil pelarut, oli bekas, air berkas produksi dan
lain sebagainya (Setiawan dkk, 2014).
Limbah Laundry
Limbah laundry merupakan air sisa / air buangan dari kegiatan pencucian.
Pencucian dilakukan beberapa kali, penggunaan deterjen paling banyak dilakukan
pada pencucian pertama. Pencucian kedua hanya menggunakan deterjen yang
sedikit, sedangkan pencucian ketiga dilakukan penambahan pengharum atau
pelembut. Air pada kegiatan laundry digunakan untuk melarutkan deterjen dan
juga kotoran yang menempel di pakaian. Air limbah laundry memiliki kandungan
yang bervariasi, berasal dari komposisi deterjen, pelembut pakaian dan komposisi
kotoran dari pakaian. Komposisi yang paling dominan dari air limbah laundry
adalah kandungan dari deterjen. Menurut Sutanto (2015), air limbah deterjen
termasuk polutan bagi lingkungan karena mengandung zat ABS (Alkyl benzene
suplonate) yang tergolong keras.
Air limbah domestik merupakan air yang telah mengalami penurunan
kualitas yang disebabkan oleh aktivitas – aktivitas umum dari rumah tangga,
kantor, dan lain–lain. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan di saluran air
kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah
atau septic tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima
melalui saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat
tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin. Peraturan yang
mengatur baku mutu deterjen terdapat pada Peraturan Mentri Lingkungan Hidup
Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik ditampilkan pada Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar maksimum
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total coliform Jumlah/100 ml 3000
Debit L/orang/hari 100
(Sumber : PERMEN LH dan KEHUT RI Nomor:P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016)
Koagulan
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses
pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendap dengan sendirinya
(Sutresno, 2006). Koagulan yang biasa digunakan dalam industr pengolahan air
adalah koagulan kimia seperti tawas, polialuminimum klorida, ferri klorida, ferri
sulfat dan polymer kation (Sugiharto, 2005). Meskipun koagulan kimia lebih
efektif dari koagulan alami akan tetapi koagulan kimia dalam dosis yang tinggi
dapat menyebabkan endapan yang sulit untuk ditangani, sehingga koagulan alami
adalah salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai pengganti koagulan
kimia. Koagulan alami yang biasa digunakan pada umumnya berasal dari biji
tanaman (Eckenfelde, 2000). Biji tanaman yang tergolong dalam famili
Leguminous adalah biji asam jawa (Tamarindus indica). Menurut Rao (2005)
tannin, minyak esensial, air getahatau bahan perekat yang dikandung dalam
tanaman merupakan zat aktif yang menyebabkan proses koagulasi. Polimer alami
seperti pati, getah, perekat, alginat dan lain-lain berfungsi sebagai flokulan.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka biji asam jawa dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif bahan koagulan untuk membantu proses pengolahan air atau
limbah.
Harimbi dkk (2018) mengatakan bahwa koagulan alami mampu
menurunkan kadar COD, BOD dan TSS pad limbah cair tahu dengan
menggunakan biokoagulan biji kelor. Pada proses flokulasi-koagulasi dengan
menggunakan biokogulan menurunkan kadar COD mencapai 96 mg/L, BOD 100
mg/L dan TSS 98 mg/L dengan dosis koagulan 2000 mg/L pada pengadukan
cepat 100 Rpm.
Dosis Koagulan
Dosis koagulan merupakan jumlah bahan kimia (koagulan yang
dibutuhkan atau dilarutkan) untuk mengikat bahan pencemar yang ada di dalam
air. Dosis koagulan pada proses koagulasi air tergantung dari jenis dan
karakteistik air tersebut. Dosis koagulan yang tepat mampu mengurangi partikel
koloid pada air (Kunty, 2007). Penentuan dosis koagulan dapat mengunakan
metode jar test. Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan dosis
optimal koagulan tertentu yang sesuai dengan jenis dan kondisi air. Uji ini dapat
digunakan untuk berbagai koagulan, dimana prosedur pengujian metode jar test
adalah air yang akan diperiksa ditempatkan dalam botol atau gelas kimia dalam
kapasitas 500-1000 ml. Alat pengaduk dimasukkan pada botol atau gelas kimia
yang berisi air tersebut. Penambahan koagulan dilakukan pada masing-masing
botol atau gelas kimia dengan dosis yang bervariasi.
Pengadukan diatur pada kecepatan 100 rpm (rotasi per menit) selama 10-30
menit kemudian pengadukan dihentikan dan dibiarkan sampai flok yang terbentuk
mengendap (Tchobanoglous, 1991). Pengadukan pada proses koagulasi sangat
penting untuk menyebarkan bahan agar merata, meningkatkan kesempatan antar
partikel bereaksi dan menggabungkan koagulan dengan bahan pencemar dalam
air. Pada waktu flokulasi, partikel koagulan yang sangat kecil akan mengumpul
satu sama lain untuk membentuk flok yang lebih besar. Flok ini kemudian
menggumpalkan bahan yang tersuspensi menjadi flok yang lebih besar dan cepat
mengendap di bawah pengaruh grafitasi, dan akan dihilangkan dengan cara
penyaringan (Rao,2005).
Turbidity (kekeruhan)
Kekeruhan adalah pengukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix
turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity
unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid
di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi
kualitas air itu sendiri.
Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian yang terdahulu tentang pemanfaatan biji asam
jawa dan biji kelor sebagai media untuk menurunkan kadar kimia yang
terkandung dalam limbah cair dengan berbagai macam metode dan berbagai
variasi perbandingan, kececpatan pengadukan yang digunakan ditampilkan pada
Tabel 2.4 berikut :
Tabel 2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Judul
Nama Variabel Penelitian Hasil penelitian
Penelitian
Rusda Penurunan Variasi Konsentrasi Nitrit Terendah
abja, dkk Kadar Nitrat Arang Aktif Biji pada konsentrasi
DalamAir
(2020) Kelor : 9%, 12% dan 9% dimenit 10
Menggunakan
Arang Aktif 15% yaitu 3,1816 ppm
Biji Kelor Variasi Waktu Nitrit Tertinggi
Perendaman : 10 pada konsentrasi
menit, 20 menit dan 15% yaitu 1,1862
30 menit ppm
Angela Aplikasi pH : 2-7 pH : 4,5
Martina, Koagulan Biji Dosis Koagulan : 1-3 Dosis Koagulan :
Asan Jawa
dkk g/l 3,68 g/l
Dalam
(2018) Penurunan Dosis Zat Warna : 20- Dosis Zat Warna
Konsentrasi 30 ppm : 25 ppm
Zat Warna
Penurunan Zat
Drimaren
Red Pada Warna : 94,29%
Limbah
Tekstil
Sintetik Pada
Berbagai
Variasi
Operasi
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
27
28
Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan penelitian ini yaitu:
1. Seperangkat Jar test
2. Beaker glass (200 ml, 500 ml, 1000 ml)
3. Neraca analitik
4. Spatula
5. Pipet volume
6. Botol sampel
7. Stopwatch
8. Ember
9. Jerigen
10. Blender
11. Ball pipet
12. Corong sedimentasi
13. Pipet ( 25 ml dan 200 ml)
14. Labu takar (100 ml dan 1000 ml)
15. Gelas ukur
16. TDS meter
17. Seperankat alat analisa COD dan BOD
Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimenter laboratorium dengan metode analisa
kualitatif
Variabel Tetap
1. Volume air limbah : 1 liter
2. Kecepatan Pengaduk Lambat : 40 Rpm
3. Kecepatan Pengaduk Cepat : 100 Rpm
4. Ukuran Partikel Biji Kelor : 100 Mesh
5. Ukuran Partikel Asam Jawa : 100 Mesh
6. Waktu Pengendapan : 30 menit
Variabel Berubah
1. Waktu Kontak : 20, 40, 60, 80 dan 100 Menit
2. Konsentarsi Biji Kelor : 1, 3 dan 5 gr/L
3. Konsentrasi Biji Asam jawa : 1, 3 dan 5 gr/L
4. Konsentrasi Kombinasi : 1 : 1, 3 : 1 dan 1 : 3 gr/L
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan Baku Biokoagulan
Biji asam jawa dan biji kelor yang digunakan dalam penelitian ini di peroleh
dari Aceh Besar. Sebagian biji kelor dipesan didaerah lain jika tidak memenuhi
kebutuhan untuk penelitian. Biji kelor dan biji asam jawa yang sudah tua di pohon
diambil bijinya (dikupas kulit luarnya) lalu di jemur untuk proses pengeringan
secara alami, hingga di peroleh biji kelor dan biji asam yang kering. Kemudian
biji kelor dan biji asam jawa di crusher (diblender),biiji kelor dan biji asam jawa
setelah di crusher (diblender) disesuaikan kebutuhan untuk ukuran partikelnya
dengan menggunakan ayakan dengan ukuran 100 mesh untuk biji kelor dan biji
asam jawa.
Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari air limbah laudry pada salah satu industri laundry di
Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel yaitu diambil secara langsung dari
industri laundry sebelum di buang ke tempat penampungan. Sampel Limbah
laundry di ambil sebanyak 5000 mL dan ditempatkan ke dalam wadah jerigen
keudian ditutup rapat.
Proses Koagulasi
1. Tim bang 1 gram biji kelor menggunakan neraca analitik lalu dimasukkan
kedalam gelas kimia 1000 ml berisi air limbah laundry.
2. Setelah itu larutan diaduk menggunakan jar test dengan kecepatan 100
Rpm Selama 20 Menit, Lalu dikurangi kecepatan 40 Rpm selama 40
menit, 60 menit, 80 menit dan 100 menit, kemudian sampel di endapkan
selama 30 menit setiap pengendapan diukur parameter yang dianggap
perlu sesuai waktu yang di variasikan.
3. Timbang 1 gram biji asam jawa menggunakan neraca analitik lalu
dimasukan kedalam gelas kimia 1000 ml berisi air limbah laundry.
4. Selanjutnya larutan diaduk mengggunakan jar test dengan kecepatan 100
Rpm selama 20 menit, lalu dikurangi kecepatan 40 Rpm selama 40 menit,
60 menit, 80 menit dan 100 menit, kemudian sampel di endapkan selama
30 menit setiap pengendapan diukur parameter yang dianggap perlu sesuai
waktu yang divariasikan.
5. Siapkan biji kelor dan biji asam jawa dosis yang digunakan untuk
kombinasi yaitu 1 : 1 gram timbang menggunakan neraca analitik dan
ukuran partikel 100 mesh, untuk dilakukan biokoagulan hibrid.
6. Nyalakan pengadukan pada alat jar test kemudian atur kecepatan
pengadukan pada 100 Rpm selama 20 menit untuk proses koagulasi, lalu
di dikurangi kecepatan 40 Rpm selama 40 menit, 60 menit, 80 menit dan
100 menit dengan menggunakan stopwatch,
7. Kemudian dilakukan perlakuan yang sama sesuai yang divariasikan
8. Ukur pH larutan dengan menggunakan pH meter.
9. Ukur kekeruhan dengan menggunakan turbiditimeter.
10. Ukur COD
11. Ukur BOD
12. Ukur tingggi endapan.
13. Analisa TSS
14. Analisa TDS
15. Analisis pH, kekeruhan, COD dan BOD yang terjadi sehingga diperoleh
dosis optimum penggunaan biokoagulan hibrid.
𝑚𝑔
𝐵𝑂𝐷5 ( [{(𝑋0 − 𝑋5 ) − (𝐵0 − 𝐵5 ) }𝑥 (1 − 𝑃]
20 ⁄ )=
𝑙 P
𝑚𝑙 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
P=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (500 𝑚𝑙)
Keterangan :
Xo = DO sampel pada t = 0
X5 = DO sampel pada t = 5
B0 = DO blanko pada t = 0
B5 = DO blanko pada t = 5
P = Derajat pengenceran
cm 𝐴−𝐵
Kecepatan Pengendapan )=
( 𝑡
s
Dimana:
A = Tinggi endapan (cm)
B = Tinggi cairan bersih (cm)
t = waktu ( menit )
Alur Proses Penelitian
Dosis koagulan biji kelor : 1, 3 dan 5 gr/L Dosis koagulan biji asam jawa ; 1, 3 dan
5 gr/L
Analisis Parameter
Effluent
(COD, BOD, Kekeruhan, pH, TSS dan TDS)
Hasil
Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan Biji Asam Jawa Pada Pengadukan Cepat dan
Lambat
Kecepatan Pengadukan dan Waktu
Pengadukan (Rpm / Menit)
Konsentrasi Biji Asam Kecepatan Pengadukan (Rpm)
Jawa (gr/l) 100 40
Waktu Pengadukan (Menit)
20 40 60 80 100
1
3
5
Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Biokoagulan Hibrid (Biji Kelor : Biji Asam
Jawa) Pada Kecepatan Cepat dan Lambat
Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian ditampilkan pada tabel 3.2 berikut ;
Tabel 3.8. Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan September Oktober November Desember Januari
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Studi Literatur
Pengurusan surat ijin
2
penelitian
Persiapan Alat dan
3
Bahan
Pembuatan
4 Biokoagulan dan
pengambilan sampel
5 Proses Koagulasi
7 Analisa Hasil
8 Penyusunan Laporan
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahsanul H, Yeti K dan Husnul Harimah. (2018). Efektivitas Penggunaan Biji Kelor
(Moringa oleifera, Lam) Sebagai Koagulan Untuk Menurunkan Kadar TDS
dan TSS dalam Limbah Laundry. Jurnal Kependidikan Kimia, FPMIPA, IKIP
Mataram, Vol.6, No.2
Amin dan Asni., (2009). Obat Asli Indonesia. Makasar : Indonesia Press
Andre, Wardhana, I.W dan Sutrisno E. (2015). Penggunaan Tepung Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica) sebagai Biokoagulan untuk Menurunkan Kadar Fosfat
dan COD pada Air limbah Usaha Laundry. I Jurnal, Teknik Lingkungan, Vol.
4(4): 1-5
Angela Marfina, Dian Santoso E dan Jenny Novianti, M.S. (2018). Aplikasi
Koagulan Biji Asam Jawa Dalam Penurunan Konsentrasi Zat Warna
Drimaren Red Pada Limbah Tekstil Sintetik Pada Berbagai Variasi Operasi,
Jurnal Rekayasa Proses, Teknik Kimia, Universitas Katolik Parahyangan,
Vol. 12, No. 2,
Anonymous. (2007). Tannin. http://www.-fapet.ipb.ac.id/pin/Web/bab9 2. htm-13k-
Tanggal akses 12 September 2020.
Antov, M.G, Šciban, M.B dan Prodanovic J.M. (2012). Evaluation of the efficiency
of natural coagulant obtained by ultrafiltration of common bean seed extract
in water turbidity removal, Ecological Engineering, 49, Halaman 48-52
Arisandi Y. (2008). Khasiat Tanaman Obat, Jakarta : Pustaka Buku Merah
Bangun A. R, Siti Aminah, Rudi Anas Hutahaean dan M. Yusuf Ritonga, (2013),
Pengaruh Kadar Air, Dosis Dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji
Kelor Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu, Jurnal
Teknik Kimia USU, 2(1), 1-5.
Bey, H.H. (2010). All Things MoringaThe Story an Amazing Tree of Tree.
www.allthingsmoringa.com. Diakses pada tanggal 20 September 2020
Chandra, A. (2004). “Penentuan Dosis Optimum Koagulan Ferro Sulfat-kapur
Flokulan Chemifloc dan Besfloc, serta Bioflokulan Moringa Oleifera dalam
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Tesktil”, Laporan Penelitian Jurusan
Teknik Kimia,Universitas Parahyangan, Bandung.
Duke’s. (2007). Phhytochemical and Ethnobotanical databeses.
http;//www.grin.gov/cgi-bin/duke/farmacy2.pl?1039., Diakses pada tanggal 19
September 2020
Dwiriyanti. (2005).”Pengolahan Lindi Dengan Biji Moringa Oleifera, Lamk Dan
Membran Mikrofiltrasi, Makalah Seminar Kimia Lingkungan VII, Surabaya.
40
41
Sutanto, H. B., (2015). Studi Pengolahan Air Limbah Industri Laundry dengan
Biosistem Tanaman, Skripsi, FMIPA, Universitas Udayana, Denpasar.
Sutresno. (2001). “Menjernihkan Air Sungai Dengan Biji Asam”
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=105%kat_id1=151&kat_id2=-
32k-. Tanggal akses 12 September 2020.
Sutresno C.T. (2006). Teknologi penyediaan air bersih.cetakan keenam. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tchobanoglous G.F.D. (1991). Wastewater Engineering Treatment and Reuse. New
York : McGraw-Hill.
Unus,Suriawira. (2007), “Aneka Manfaat Kelor, IPB, Bogor,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0208/28/iptek/anek32.htm. Di akses
Tanggal 15 September 2020
Utami dan Anggi Rizkia. (2013), Pengolahan Limbah Cair Laundry dengan
Menggunakan Biosand Filter dan Activated Carbon, Pontianak: Jurnal Teknik
Sipil Untan,Volume 13 Nomor 1
Wahyuni, N. L. (2011)., Recovery Alumina (AL2O3) Dari Coal Fly ash (CFH)
Menjadi Pholyaluminium Chloryde (PAC), Jurnal Fluida, VII (I), 28-35.