PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
DISETUJUI UNTUK DIAJUKAN PADA SEMINAR PROPOSAL
Pembimbing I
Pembimbing II
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2. Batasan Masalah ....................................................................... 6
1.3. Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN .......................................................... 9
2.1. Kerangka Teori ......................................................................... 9
2.1.1. Kemampuan Pemecahan Masalah ................................ 9
2.1.1.1.Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah .. 9
2.1.1.2.Indikator Pemecahan Masalah .......................... 10
2.1.2. Pendekatan VAK (Visual, Auditori dan Kinestatika)... 11
2.1.2.1.Pengertian Pendekatan VAK (Visual Auditori
Kinestatika) ....................................................... 11
2.1.2.2.Karakteristik dan Prinsip Pendekatan VAK (Visual
Auditori Kinestatika) ........................................ 12
2.1.2.3.Penerapan Pendekatan VAK (Visual Auditori
Kinestatika) ....................................................... 13
2.1.2.4.Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan VAK
(Visual Auditori Kinestatika)............................ 15
2.1.3. Pendekatan Saintifik ..................................................... 15
2.1.3.1.Pengertian Pendekatan Saintifik ....................... 15
2.1.3.2.Karakteristik dan Prinsip Pendekatan Saintifik 17
2.1.3.3.Penerapan Pendekatan Saintifik........................ 18
2.1.3.4.Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik
.......................................................................... 20
2.1.4. Bangun Ruang Sisi Lengkung ...................................... 21
2.1.4.1.Tabung .............................................................. 21
2.1.4.2.Kerucut .............................................................. 23
2.1.4.3.Bola ................................................................... 25
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................. 27
2.3. Kerangka Pikir .......................................................................... 30
2.4. Hipotesis Penelitian .................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 33
iii
iv
Halaman
Tabel 2.1. Keterkaitan antara langkah-langkah pembelajaran dengan kegiatan
belajar dan maknanya ............................................................... 18
Tabel 3.1. Populasi Penelitian Kelas XI SMP IT IQRO Stabat ................ 33
Tabel 3.2. Sampel Penelitian Kelas XI SMP IT IQRO Stabat .................. 34
Tabel 3.3. Desain Penelitian Anava Dua Jalur dengan taraf 2 × 1 ........... 35
Tabel 3.4. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
.................................................................................................. 40
Tabel 3.5. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa......................................................................................... 40
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Hasil Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
.................................................................................................. 4
Gambar 2.1. Tabung dan Jaring-Jaring Tabung ............................................ 21
Gambar 2.2. Unsur-Unsur Tabung ................................................................ 22
Gambar 2.3. Kerucut dan Jaring-Jaring Kerucut ........................................... 23
Gambar 2.4. Unsur-Unsur Kerucut ............................................................... 24
Gambar 2.5. Bola dan Jaring-Jaring Bola ..................................................... 25
Gambar 2.6. Unsur-Unsur Bola ..................................................................... 26
Gambar 2.7. Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 31
Gambar 3.1. Bagan Prosedur Penelitian ........................................................ 38
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika ialah ilmu umum yang mendasari perkembangan di bidang
teknologi dan mempunyai peranan penting dalam beberapa disiplin ilmu serta
memajukan daya pikir manusia. Selain itu, matematika juga digunakan sebagai
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sarana pengembangan
kreativitas dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
kebudayaan. Untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut serta
dianggap layak sebagai pemecah masalah dan pengembang kreativitas maka
diperlukan suatu kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh
karenanya, kemampuan pemecahan masalah merupakan aspek penting yang wajib
dimiliki oleh setiap manusia.
Dalam dunia pendidikan, matematika ialah suatu bidang studi yang
dipelajari oleh setiap siswa mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan
dalam mempelajarinya tidak cukup hanya memahami konsep atau prosedurnya
saja, akan tetapi banyak hal yang dapat muncul dari hasil proses pembelajaran
matematika. “Kebermaknaan dalam belajar matematika ditandai dengan kesadaran
apa yang dilakukan, apa yang dipahami dan apa yang tidak dipahami oleh peserta
didik tentang fakta, konsep, relasi, dan prosedur matematika” (Mawaddah & Hana,
2015). Menurut Afghani (2011) kebermaknaan saat belajar matematika akan
muncul pada saat kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika
memuat standar proses pembelajaran matematika, yakni pemahaman, penalaran,
komunikasi, koneksi, pemecahan masalah, dan representasi. Sinkron dengan salah
satu tujuan mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Pertama menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) yaitu siswa mempunyai
kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
Hal ini sesuai dalam National Council of Teacher of Mathematics
(NCTM) yang saya temukan dalam buku Hasratuddin, yang menyatakan “bahwa
1
2
standar matematika sekolah meliputi standar isi (mathematical content) dan standar
proses (Mathematical Processes). Standar proses meliputi pemecahan masalah
(problem solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), keterkaitan
(connections), komunikasi (communication), dan representasi (representation).
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) 2000 menyatakan
“bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika disekolah, guru harus
memperhatikan lima kemampuan matematis, yaitu 1) kemampuan pemecahan
masalah, 2) kemampuan penalaran, 3) kemampuan komunikasi, 4) kemampuan
koneksi, dan 5) kemampuan representasi.” Pemecahan masalah adalah suatu proses
yang menggunakan langkah-langkah tertentu dalam menemukan solusi suatu
masalah (Nakin, 2003). Pada lima kemampuan NCTM “kemampuan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu hasil yang ingin
dicapai sehingga harus diperhatikan oleh guru. Kemampuan pemecahan masalah
matematis merupakan kemampuan yang esensial untuk dikembangkan pada siswa
sekolah menengah. Pentingnya menguasai kemampuan pemecahan masalah
matematis di atas termuat dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang
standar isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa
memiliki kemampuan seperti mengkomunikasikan gagasan atau ide matematika
dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain untuk memperjelas
keadaan suatu masalah, memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh, serta
memiliki sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Untuk menjadi
problem solver yang handal siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir dan
pemecahan masalah yang tinggi. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan siswa untuk
memecahkan masalah dalam matematika dan dalam kehidupan sehari-hari bahkan
dalam kehidupan mereka di masa depan yang semakin kompetitif. Kemampuan
pemecahan masalah matematik dibutuhkan agar siswa mampu berpikir sistematis,
logis, dan kritis serta gigih dalam memecahkan masalah kehidupan yang
dihadapinya. Sehingga siswa yang terampil memecahkan masalah matematika
diharapkan dapat menjadi pribadi yang produktif dan pekerja keras (Hafiz F.,
2015).
3
Tidak dapat
mengidentifikasi pertanyaan
yang ditanyakan
Tidak membuat
kesimpulan akhir
Oleh sebab itu, sebagai guru yang memegang peranan penting dalam
kegiatan pembelajaran dalam hal ini harus mampu menguasai dan menerapkan
strategi, model serta pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
siswa agar dapat memunculkan dan mengasah kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dan
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.Berdasarkan penjelasan di atas,
maka guru harus menggunakan model dan pendekatan pembelajaran yang dapat
memusatkan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu
pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan pembelajaran VAK (Visual
Auditori Kinestatik) dan Saintifik.
pendekatan VAK (Visual Auditori Kinestatika) dan pendekatan saintifik pada kelas
IX SMP IT IQRO Stabat.
TELAAH KEPUSTAKAAN
9
10
Aktivitas berkomunikasi,
Mengumpulka
Wawancara dgn narasumber menerapkan kemampuan
n informasi/
mengumpulkan informasi
eksperimen
melalui berbagai cara
yang dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar, dan
belajar sepanjang hayat
Mengolah informasi yang Mengembangkan sikap
sudah dikumpulkan baik jujur, teliti, disiplin, taat
terbatas dari hasil kegiatan aturan, kerja keras,
mengumpulkan/ eksperimen kemampuan menerapkan
maupun hasil dari kegiatan prosedur dan kemampuan
mengamati dan kegiatan berfikir induktif serta
Mengasosiasik
mengumpulkan informasi. deduktif dalam
an/ mengolah
Pengolahan informasi yang menyimpulkan.
informasi
dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keleluasaan dan
kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang
20
2.1.4.1.Tabung
Lingkaran 𝐿2
𝑟2 𝐴 𝐵
𝑟1
𝐷 𝐶
Lingkaran 𝐿1
Gambar 2.2. Unsur-Unsur Tabung
a. Daerah lingkaran 𝐿1 merupakan alas tabung dengan jari-jari 𝑟1.
b. Daerah lingkaran 𝐿2 merupakan alas tabung dengan jari-jari 𝑟2 .
c. Daerah persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 merupakan selimut tabung.
d. 𝑟1 dan 𝑟2 merupakan jari-jari tabung (𝑟1 = 𝑟2 = 𝑟).
e. Jarak titik pusat lingkaran 𝐿1 dengan titik pusat lingkaran 𝐿2 merupakan
tinggi tabung (𝑡).
f. 𝐴𝐵 = 𝐶𝐷 = Keliling daerah lingkaran 𝐿1 = Keliling daerah lingkaran
𝐿2 .
g. 𝐴𝐵 = 𝐵𝐶 = 𝑡.
h. Permukaan tabung terdiri atas dua daerah lingkaran dan sebuah daerah
persegi.
a. Luas Permukaan
Luas permukaan tabung ekuivalen dengan jumlahan luas bangun
penyusun dari jaring-jaring tabung. Jaring-jaring tabung terdiri atas dua
lingkaran dan satu persegi panjang (Subchan, 2018: 277). Misalkan
terdapat jari-jari tabung (𝑟) dan tinggi tabung (𝑡), maka :
23
𝐿𝑝 = 2𝜋𝑟 2 + 2𝜋𝑟 × 𝑡
𝐿𝑝 = 2𝜋𝑟(𝑟 + 𝑡)
b. Volume
Volume tabung adalah hasil perkalian dari luas alas tabung
dengan tinggi tabung atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑉 = 𝐿𝑎 × 𝑡
𝑉 = 𝜋𝑟 2 𝑡
2.1.4.2.Kerucut
Kerucut adalah bangun ruang sisi lengkung yang dapat dibentuk dari
tabung dengan mengubah tutup tabung menjadi titik. Titik tersebut biasanya
disebut dengan titik puncak. Kerucut memiliki dua sisi, yaitu satu sisi datar
dan satu sisi lengkung (Subcha, 2018: 289). Benda-benda dalam kehidupan
sehari-hari yang menyerupai kerucut adalah topi ulang tahun, topi petani, dan
cone es krim. Adapun unsur-unsur bangun kerucut, antara lain :
24
𝑠 𝑟 𝑠 𝑠
𝑡
Lingkaran 𝐿 𝑟
Juring 𝐴𝐵𝐶
Gambar 2.4. Unsur-Unsur Kerucut
a. Luas Permukaan
Luas permukaan ekuivalen dengan jumlahan semua luas bangun
penyusun dari jaring-jaring kerucut. Jaring-jaring kerucut terdiri atas satu
lingkaran dan satu selimut yang berbentuk juring (Subchan, 2018: 290).
Misalkan terdapat tabung dengan jari jari r dan tinggi t, maka:
𝐿𝑝 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 + 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐽𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝐵𝐶
𝐿𝑝 = 𝜋𝑟 2 + 𝜋𝑟𝑠
𝐿𝑝 = 𝜋𝑟(𝑟 + 𝑠)
𝐿𝑝 = 𝜋𝑟(𝑟 + √𝑟 2 + 𝑡 2 ) dengan 𝑠 = √𝑟 2 + 𝑡 2
b. Volume
25
1
Volume kerucut adalah bagian dari volume tabung dengan jari-jari
3
dan tinggi yang sama atau dapat dirumuskan sebagai berikut.
1
𝑉 = 𝐿𝑎 × 𝑡
3
1
𝑉 = 𝜋𝑟 2 × 𝑡
3
2.1.4.3.Bola
Bola adalah bangun ruang sisi lengkung yang dibentuk dari tak hingga
lingkaran yang memiliki jari-jari sama panjang dan berpusat pada titik yang
sama. Bola hanya memiliki satu sisi yang merupakan sisi lengkung. Bola
dapat dibentuk dengan memutar/merotasi setengah lingkaran sebesar 360°
dengan diameter sebagai sumbu rotasi (Subchan, 2018: 300). Benda dalam
kehidupan sehari-hari yang berbentuk bola adalah bola olah raga (sepak bola,
basket, voli dan lain-lain), kelereng, globe, dan lainnya. Adapun unsur-unsur
bangun bola, yaitu :
26
a. Luas Permukaan
Luas permukaan bola adalah sama dengan 4 kali luas lingkaran yang
memiliki jari-jari yang sama atau dapat dituliskan sebagai berikut :
𝐿𝑝 = 4𝜋𝑟 2
c. Volume
4
Volume bola adalah hasil kali 𝜋 dengan pangkat tiga jari-jari bola
3
tersebut atau dapat dituliskan sebagai berikut:
4
𝑉 = 3 𝜋𝑟 3
27
materi yang memuat banyak hitungan rumus, dalam hal ini materi bangun
ruang sisi lengkung kelas IX
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita temukan masalah bahwa
proses pembelajaran matematika disekolah kebanyakan masih berpola
pembelajaran dengan menggunakan model konvensional, dimana guru berperan
sebagai Teacher Centered yaitu sebagai satu-satunya pusat informasi bagi siswa.
Pembelajaran yang dilakukan di sekolah terlihat monoton dan menyebabkan siswa
mudah bosan serta tidak tertarik dalam pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu
penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dikarenakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa acuh tak acuh
terhadap pembelajaran dan siswa juga kurang terlatih dalam memecahkan
permasalahan matematika yang pada dasarnya membutuhkan startegi, rencana dan
mengevaluasi kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan permasalahannya.
Proses pembelajaran yang tidak tepat didalam kelas berdampak terhadap lemahnya
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
Berikut ini adalah bagan dari kerangka pikir pada penelitian ini :
Proses Pembelajaran
Pendekatan VAK
(Visual Auditori Pendekatan Saintifik
Kinestatika)
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa SMP IT IQRO Stabat
Tahun 2021/ 2022 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah sebagai berikut:
1 VII-A 32
2 VII-B 32
3 VIII-A 33
33
34
4 VIII-B 33
5 IX-A 33
6 IX-B 33
Jumlah 196
3.2.2. Sampel
Menurut (Ahmad & Jaya, 2021: 32) “sampel merupakan sebagian dari
jumlah serta ciri- ciri yang ada pada populasi”. Dalam mengambil sampel
memakai cara Simple Random Sampling yaitu cara dalam memperoleh sampel
yang tidak beraturan, secara random atau tidak pandang bulu (Salim, 2012: 115)
1 IX-A 33
2 IX-B 33
Jumlah 66
35
Keterangan :
Penelitian ini melibatkan dua kelas eksperimen yakni kelas VAK (Visual
Auditori Kinestatika) sebagai kelas ekperimen I serta kelas Saintifik sebagai
kelas eksperimen II, yang akan diberi perlakuan berbeda. Pada kedua kelas
36
akan diberikan materi yang sama yakni Bangun Ruang Sisi Lengkung,
kemudian kedua kelompok tersebut akan diberikan tes awal (Pre-test) dan tes
akhir (post-test) untuk memahami kemampuan pemecahan masalah matematis
yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Tahap Persiapan
Siswa
Post Test
3.4.1.2.Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menekankan pentingnya
kerjasama siswa dalam aktivitas pengumpulan data melalui observasi,
menanya, eksperimen, mengolah data atau informasi, dan
mengkomunikasikan sehingga selama pembelajaran berlangsung siswa harus
dapat mencari tahu sendiri dari berbagai sumber melalui observasi tentang hal
yang dipelajari, tidak hanya menerima informasi dan menjawab pertanyaan
dari guru saja.
1. Studi kepustakaan
Yaitu memperoleh data dari membaca dan mempelajari buku-buku
dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa, pendekatan VAK (Visual Auditori
Kinestatika) dan pendekatan saintifik.
2. Studi Lapangan
Perolehan data dari studi lapangan dilakukan dari berbagai cara,
diantaranya sebagai berikut :
a. Obsevasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung dengan mengajarkan materi
bangun ruang sisi lengkung ke kelas.
b. Wawancara
Yaitu mengadakan wawancara dengan guru mata pelajaran dan
beberapa siswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
3. Kuisioner
Yaitu cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah
dipersiapkan secara tertulis dengan menyebarkan angket dan disertai
dengan alternatif jawaban yang akan diberikan kepada responden pada
saat jam pembelajaran.
3.4.3. Kaliberasi
3.4.3.1.Validitas Tes
Validitas poin soal memakai rumus produk moment nilai kasar, yaitu:
𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁(∑ 𝑥 2 ) − (∑ 𝑥)2 }{𝑁(∑ 𝑦 2 ) − (∑ 𝑦)2 }
Keterangan :
𝑥 : Nilai poin
𝑦 : Nilai keseluruhan
𝑟𝑥𝑦 : Koefesien korelasi diantara nilai poin serta nilai keseluruhan
𝑁 : Jumlah peserta didik
43
3.4.3.2.Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes artinya ketetapan suatu tes tersebut dapat diuji kepada
subjek yang sama maka hasilnya konstan sesuai dengan kenyataan. Instrumen
yang baik ialah instrument yang dapat dengan konstan memberikan data
sesuai dengan kenyataan yang ada. Reliabilitas tes bentuk uraian dapat diukur
dengan menggunakan rumus Alpha. Reliabilitas dapat diukur dengan
menggunakan rumus dibawah ini:
𝑛 (∑ 𝜎𝑖 )2
𝑟11 = ( ) (1 − )
𝑛−1 𝜎𝑡 2
Keterangan :
𝑟11 : Reliabilitas yang dicari
𝑛 : Banyak item soal
𝜎𝑖 2 : Jumlah varians tiap item
𝜎𝑡 2 : Varians total
(∑ 𝑥 )2
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 − ( 𝑁𝑖 )
𝑆2 =
𝑛(𝑛 − 1)
Keterangan :
𝑛 : Banyaknya sampel
44
3.4.3.3.Tingkat Kesukaran
Soal yang valid merupakan soal yang tingkat kesukarannya berada
ditengah atau dengan kata lain soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak
terlalau sulit. Dalam menghitung kesukaran soal digunakan rumus berikut :
𝐵
𝑃=
𝐽𝑆
Keterangan :
𝑃 : Indikator kesukaran
𝐵 : Banyaknya nilai
𝐽𝑆 : Banyaknya nilai ideal dalam masing-masing soal (𝑛 × 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠 )
Keterangan :
𝑀1 : rata-rata skor kelompok 1
𝑀2 : rata-rata skor kelompok 2
𝑠𝑠1 : sum of square kelompok 1
𝑠𝑠2 : sum of square kelompok 2
𝑛1 : jumlah subjek/sampel kelompok 1
𝑛2 : jumlah subjek/ sampel kelompok 2
Dimana,
∑ 𝑥1 (∑ 𝑋1 )2
𝑀1 = 𝑠𝑠1 = ∑ 𝑋1 2 −
𝑛1 𝑛1
∑ 𝑥2 (∑ 𝑋2 )2
𝑀2 = 𝑠𝑠2 = ∑ 𝑋2 2 −
𝑛2 𝑛2
Apabila :
Keterangan :
50
51