Oleh :
FIRMAN SUPIADI
710016045
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
FIRMAN SUPIADI
NIM: 710016045
Disetujui untuk
Program Studi Teknik Pertambangan
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Mineral Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T.)
NIK : 1973 0058 NIK : 1973 0296
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
pertolongan dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan Skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini berjudul “Rancangan Teknis
Penambangan 3 Bulanan (3 Month Rolling Plan) Di Pt. Satui Terminal Umum”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.
Selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ircham, M.T. Rektor Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T. Dekan Fakultas Teknologi Mineral, Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
4. Bapak, Hidayatullah Sidiq, S.T., M.T., Dosen Pembimbing I
5. Bapak, Ir. Agustinus Isjudarto, M.T., Dosen Pembimbing II
Akhirnya, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pada umumnya,
dan khususnya ilmu pertambangan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya.
(Firman Supiadi)
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................ Vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah......................................................... 2
1.3. Batasan Masalah .............................................................. 2
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................ 2
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................... 3
3
1.6 Metode Penelitian.............................................................
BAB II DASAR TEORI............................................................. 6
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lingkungan saat itu. Sedangkan break even cost differential yaitu penentu dalam
pemilihan sistem (metode) tambang terbuka atau bawah tanah.
Faktor ekonomi kedua yang mempengaruhi pemilihan sistem penambangan
yaitu Mining Recovery adalah Sistem tambang yang dipilih adalah sistem yang bisa
memberikan mining recovery (perolehan tambang) yang maksimal. Mining
recovery adalah perbandingan antara jumlah cadangan yang bisa digali atau
ditambang (cadangan ter-tambang dari desain) dengan jumlah cadangan yang
diperkirakan (angka ini diperoleh dari eksploitasi).
1.2 Rumusan Masalah
Pada rumusan ini terdapat beberapa permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana tahapan perancangan yang akan dilakukan ?
2. Berapa kebutuhan alat dalam perancangan ?
3. Bagaimana rancangan geometri jenjang pada sequence tersebut?
1.3 Batasan Masalah
Penulis akan membuat rancangan sebuah desain tambang pada
endapan batubara secara efektif dan effisien (menguntungkan) dengan tidak
mengabaikan faktor keamanan dan penulis membatasi pembahasan hanya
pada pokok – pokok masalah yaitu :
1. Tidak membahas adan menghitung estimasi cadangan
2. Hanya membahas perencanaan tambang, perhitungan alat dan
geometri jenjang
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan penelitian ini adalah :
1. Membuat rancangan penambangan yang mampu menambangbatubara
dengan sasaran produksi 889.000 ton pertiga bulanan.
2. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan alat sesuai dengan hasil
perancangan pushback.
2
1.5 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan diperoleh beberapa manfaat, yaitu :
1. Sebagai bahan masukan atau referensi oleh pihak perusahaan dalam
penentuan rancangan 3 month planning pada penambangan.
2. Sebagai rencana tahapan perancangan dan produksi alat gali dan alat
muat serta rancangan geometri yang dapat digunakan sebagai
pembanding dari perusahaan.
1.6 Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggabungkan antara
teori dengan data-data di lapangan sehingga didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data
a. Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
perusahaan atau dengan cara pengamatan langsung di lapangan.
Adapun data yang diperoleh yaitu:
1. Lokasi dan kesampaian daerah
2. Data pengukuran topografi dengan menggunakan metode mine
surveying
3. Data desain tambang awal
4. Data pengukuran stockpile
b. Data sekunder
Data sekunder adalah jenis data langsung dari lapangan dan
tidak langsung dari sumber penelitian, akan tetapi dari buku literatur
dan referensi di perpustakaan.
3
b. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dilakukan dokumentasi dari kegiatan
pengolahan yang berhubungan dengan penelitian.
c. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung bagaimana kinerja
total station pada area penambangan.
d. Studi pustaka
Dalam penelitian yang dilakukan, digunakan buku literatur
yang mendukung data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan
penelitian ini.
3. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari
pengambilan data dilapangan di kelompokkan berdasarkan jenis dan
kegunaannya, sehingga akan terlihat apakah terjadi penyimpangan atau tidak.
Jika terjadi penyimpangan data yang cukup tinggi maka pengambilan data
harus semakin banyak sehingga dapat diambil rata-rata yang mewakili
keadaan.
Data-data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu
kesimpulan pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekan kembali
atau diteliti ulang apakah kesimpulan tersebut cukup baik
4. Kesimpulan
Dari kesimpulan pertama didapatkan penyelesaian dari permasalahanyang
timbul dari penelitian ini
5. Diagram alir penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini ditunjukan pada (Gambar 1.1)
4
STUDY LITERATUR
METODE PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DATA
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
5
BAB II
DASAR TEORI
(Sumber: Chioronis,1987)
Gambar 2.1 Contour Mine
6
b. Area Mine
Metode area mine pada umumnya digunakan untuk menambang endapan
batubara yang memiliki kemiringan endapan relatif datar dengan daerah topografi
yang datar. Kegiatan penambangan dimulai dengan mengupas lapisan tanah
penutup dengan cara membuat suatu paritan atau selokan besar yang disebut box
cut, kemudian menimbun lapisan tanah penutup pada lokasi yang tidak ditambang
(dumping area) lihat pada (Gambar 3.2).
7
c. Strip Mine
Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan
material penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan pengambilan
batubaranya. Penambangan tipe strip mine ini biasanya dilakukan pada endapan
batubara yang mempunyai lapisan tebal dan dilakukan dengan menggunakan
beberapa bench (jenjang). Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada
endapan batubara yang lapisannya datar dekat permukaan tanah dapat dilihat pada
(Gambar 3.3).
Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobil atau alat penggalian
yang dapat membuang sendiri. Untuk pemilihan metode ini perlu diperhatikan
bahwa:
a. Bahan galian relatif mendatar
b. Bahan galian cukup kompak
c. Bahan galian tabular, berlapis
d. Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit miring
e. Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung stripping ratio, teknologi
peralatan).
8
2.2 Tahapan Penambangan
Tahapan penambangan merupakan bentuk-bentuk penambangan yang
menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk hingga
bentuk akhir pit. Pentahapan penambangan disebut juga dengan nama sequence,
push back, phase, slice dan stage.
Tujuan dari pembuatan tahapan penambangan adalah untuk
menyederhanakan seluruh volume yang ada dalam overall pit ke dalam unit-unit
penambangan yang lebih kecil, sehingga memudahkan penanganannya. Adanya
tahapan penambangan akan memudahkan perancangan tambang yang kompleks
menjadi lebih sederhana. Dalam merancang tahapan penambangan, parameter
waktu harus diperhitungkan, karena waktu merupakan parameter yang sangat
berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang (mine scheduling) untuk dapat
mengoptimalkan sasaran produksi.
Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang dengan baik akan
memberikan akses ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup
untuk operasi peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satu hal terpenting
adalah untuk memperlihatkan minimal satu jalan angkut untuk setiap pushback. Hal
tersebut dilakukan untuk memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
kemungkinan akses jalan angkut ke seluruh permukaan kerja.
Penambahan jalan angkut pada suatu pushback akan mengurangi lebar daerah
kerja di bawah lokasi jalan tersebut. Jika beberapa jalan akan dimasukkan pada
suatu pushback, lebar awal di sebelah atas harus ditambah untuk memberikan
ruangan ekstra. Perlu diperhatikan bahwa bentuk tambang di lapangan tidak akan
9
pernah sama dengan rancangan tahap-tahap penambangan (pushback design), hal
tersebut disebabkan oleh permodelan bawah permukaan tidak selalu 100% sesuai
dengan kenyataan lihat pada (Gambar 8.4).
Keterangan:
1, 2, 3, dan 4 merupakan urutan penambangan
10
Tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses ke
semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi
peralatan yang efisien.
Dengan demikian, problem perancangan tambang tiga dimensi yang amat
kompleks ini dapat disederhanakan. Selain itu, elemen waktu dapat mulai
diperhitungkan dalam rancangan ini karena urutan penambangan tiap – tiap push
back merupakan pertimbangan penting.
Unit perencanaan ini, di tahap awal berusaha untuk mengaitkan hubungan
antara geometri penambangan dengan penyebaran endapan bahan galian. Dengan
mempelajari penyebaran bahan galian dan topografi, dalam banyak kasus, maka kita
akan sampai pada suatu strategi pengembangan pit secara logis dalam jangka waktu
yang relatif singkat.
b. Penaksiran Cadangan
Konsep Penaksiran Cadangan dengan Software Mine Scape 5.1
12
𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥1
Luas Segitiga = 1 | | ....................................................................................... (3.1)
2 𝑦1 𝑦2 𝑦3 𝑦1
Luas Segitiga = 1 | (x1.y2 + x2.y3 + x3.y1) – (y1.x2 + y2.x3 + y3.x1)… ....... (3.2)
2
13
d. Ultimate Pit Slope
Termasuk dalam faktor pertimbangan teknis yaitu kemiringan / batas luar
tambang yang tetap stabil dan menguntungkan. Dengan demikian, akan
berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Hal ini berarti
menentukan besar cadangan batubara yang akan ditambang (tonase) yang akan
memaksimalkan nilai bersih total dari endapan batubara tersebut.
Ultimate pit slope ini juga berpengaruh pada eksplorasi detail, tahap evaluasi
dan tahap persiapan yang didasarkan pada:
a. BESR ( Break Even Stripping Ratio ) yang diperkenankan
b. Sifat fisik dan mekanik batuan
c. Struktur geologi ( sesar, kekar, bidang perlapian, bidang geser )
d. Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan
Komponen dasar pada open pit adalah jenjang. Bagian jenjang adalah:
a. Crest dan toe
14
BH
Keterangan:
C BW: lebar jenjang
BW BH: tinggi jenjang
T : toe
: crest
: face angle
T
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Gambar 2.7 Bagian-bagian jenjang
b. Jenjang kerja (working bench)
SB
WB
Keterangan
SB : safety bench
WB : working bench
: cut (galian yang diambil)
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Gambar 2.8 Working bench dan safety bench
c. Jenjang penangkap (catch bench)
Keterangan:
CB
C: cut (material yang lepas)
15
d. Pit slope geometry
Pit slope geometry disebut juga geometri kemiringan dari front
penambangan. Face angle adalah sudut lereng jenjang tunggal. (Gambar 2.9).
C
Keterangan: TT
sudut kemiringan jenjang tunggal
C: crest
T: toe
Lower most crest
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Gambar 2.11 Overall slope angle
16
google earth dan google scateup, garmin, maupun minescape. Pada perangkat lunak
minescape dapat dilanjutkan dengan metode triangulasi membentuk tampilan3 (tiga)
dimensi.
b. Geometri Jenjang
17
- Posisi kerja dari peralatan yang sedang beroperasi dilantai yang sama.
- Lebar dari tumpukan material hasil pembongkaran.
- Pemanfaatan lahan bekas tambang
- N Kapasitas produksi yang akan dicapai
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal, dan
lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya
dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk ketiga aspek ini.
Dalam pelaksanaan penambangan, pengontrolan sudut lereng biasanya
dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) sesuai dengan desain yang
telah dibuat menggunakan bendera kecil. Lokasi lubang-lubang tembak dapat pula
menjadi pedoman. Penggalian sebaiknya dilakukan dari bagian atas material, agar
berada pada posisi kerja yang aman (untuk menghindari longsoran saat penggalian
material). Komponen dasar pada tambang terbuka adalah jenjang.
c. Kemiringan Jenjang
Pada awalnya desain pit dibuat dengan overall slope sebesar ±310 dan
kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi geoteknik dari material yang ada
dalam pit tersebut. Menurut buku Hustrulid & Kuchta (1998) sebaiknya kemiringan
lereng kurang dari 600 pada kedalaman 65m dan kurang dari 400 pada kedalaman
300m. Lihat (Gambar 2.11 ).
18
(Sumber: Hustrulid,W & Kuchta,M., 1998)
Pada umumnya pola akses material tambang dibagi menjadi dua, yaitu
pengangkutan lapisan overburden ke lokasi penimbunanan (disposal) dan
pengangkutan Batubara ke lokasi penimbunan ( Stock ROM ) ataupun langsung ke
lokasi pengolahan (crushing plant). Akses material ini memerlukan rancangan jalan
angkut.
Rancangan jalan tambang secara umum meliputi:
1. Letak jalan keluar: Letak jalan keluar dari tambang penting diperhitungkan untuk
akses ke lokasi pembuangan overburden (disposal) atau peremuk material
(crushing plant). Topografi merupakan faktor penting yang akan menentukan
kemampuan truk untuk keluar dari pit ke medan yang curam/terjal.
2. Lebar jalan: Tergantung dari lebar alat angkut terbesar, biasanya 3,5 kali lebar lebar
truk. Lebar jalan harus memungkinkan lalu lintas untuk dua arah, ruangan untuk
truk yang akan menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan tanggul
pengaman.
3. Kemiringan jalan (grade): Jalan angkut tambang umumnya dirancang dengan
kemiringan maksimum 8 % - 10 %. Hal ini akan memberikan fleksibilitas yang
lebih besar dalam pembuatannya, serta memudahkan dalam pengaturan masuk ke
jenjang tanpa menjadi terlalu terjal di beberapa tempat.
19
4. Jalan tambang yang panjang, kemiringan 10 % adalah kemiringan maksimum yang
ideal. Tambang-tambang kecil banyak juga yang dirancang dengan kemiringan 10
%.
5. Rancangan spiral dan switchback: pada umumnya switchback dihindari sebisa
mungkin karena cenderung melambatkan lalu lintas, selain itu ban akan cepat aus
sehingga perawatan ban akan lebih besar. Pertimbangan lain ialah faktor keamanan.
Apabila ada ukuran tambang yang jauh lebih rendah dari elevasi jenjang dengan
lainnya di sekeliling pit, maka swicthback di daerah rendah ini sering lebih murah
di banding dengan membuat jalan angkut spiral mengelilingi dinding pit.
Ada beberapa geometri yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk menunjang
kelancaran kegiatan pengangkutan, yaitu :
Perumusan diatas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n), nilai 0,5
artinya adalah lebar terbesar dari alat angkut yang digunakan dari ukuran aman
masing-masing kendaraan di tepi kiri-kanan jalan.
20
(Sumber: Kaufman & Ault., 1977)
21
Keterangan:
W = Lebar jalan belokan
U = Jarak jejak roda kendaraan
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan alat angkut (m)
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang alat angkut (m)
α = Sudut penyimpangan (belok roda depan)
Fa = Lebar juntai depan
22
(Sumber: Kaufman & Ault., 1977)
Gambar 2.16 Radius Tikungan Jalan
R = Wb/sin α ....................................................................................... (3.6)
Keterangan:
R : Jari-jari lintasan roda depan (meter)
2 100.000-200.000 24
3 200.000-400.000 31
4 >400.000 39
23
batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
kemiringan. Bagian tikungan jalan diberi superelevasi dengan cara meninggikan
jalan pada sisi luar tikungan. Tujuan dibuat superelevasi pada daerah tikungan jalan
angkut yaitu untuk menghindari atau mencegah kendaraan kergelincir keluar jalan
atau terguling. Atau berguna untuk mengimbangi gaya sentrifugal (gaya mendorong
keluar) sewaktu kendaraan melintasi tikungan.
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada suatu lintasan
datar atau miring yang berbentuk lengkung seperti lingkaran, maka pada kendaraan
tersebut bekerja gaya sentrifugal yang mendorong secara radial keluar dari jalur
jalannya (lihat Gambar 3.17). Untuk mengatasi gaya sentrifugal dapat dilakukan
dengan membuat kemiringan ke arah titik pusat jari-jari tikungan.
Berdasarkan teori ankintos D.I.C. pada kondisi jalan kering, nilai superelevasi
merupakan harga maksimum yaitu 60 mm/m sedangkan pada kondisi jalanpenuh
lumpur atau licin, nilai super elevasi terbesar adalah 90 mm/m. kemiringan tikungan
tersebut tergantung tajamnya tikungan dan kecepatan maksimal kendaraan yang
diijinkan pada waktu melintasi tikungan.
Keterangan:
e = superelevasi
v = kecepatan kendaraan (km/jam)
24
R = radius/ jari-jari tikungan (m) f
= koefisien gesekan melintang
Besarnya angka superelevasi untuk beberapa jari-jari tikungan dengan
berbagai variasi kecepatan alat angkut dapat bermacam-macam, untuk itu penentuan
superelevasi selain dengan menggunakan rumus juga dapat dilakukan dengan
penggunaan tabel seperti ditunjukan dalam (Tabel 8.2). Pada (Tabel 8.2) terdapat
angka superelevasi yang sama untuk kecepatan dan jari-jari yangberbeda. Hal ini
disebabkan oleh nilai koefisien gesek yang berbeda untuk kombinasikecepatan dan
jari-jari tikungan, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa untuk melintasi
tikungan dengan jari-jari tikungan dan kecepatan yang berbeda, maka gaya
sentrifugal yang dialami oleh alat angkut juga akan berbeda. Untuk perencanaan,
AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai superelevasi yaitu 0,02, 0,04,
0,06, 0,08, 0,010 dan 0,012.
5. Kemiringan Jalan
Kemiringan jalan angkut (grade) merupakan suatu faktor penting yang harus
diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini
dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan
alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan.
25
Kemiringan jalan angkut (lihat Gambar 3.18) biasanya dinyatakan dalampersen
(%). Kemiringan 1% berarti jalan tersebut naik atau turun 1 m pada jarak mendatar
sejauh 100 m. Kemiringan (grade) dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai
berikut
26
(Sumber: Sulistyana, W., 2010)
27
MWS = SWDT + RCR + DOR + TW/2 + SWDS ......................................... (3.9)
Keterangan:
MWS = ruang kerja minimum dengan backhoe sebagai radius operasi (m)
SWDT = jarak aman kerja backhoe ke dinding lereng (m)
RCR = clearance radius dari backhoe (m)
DOR = radius operasi dari backhoe (m)
TW = lebar truk (m)
Keterangan:
Pm = Produksi alat muat (m3/jam)
Ctm = Waktu edar alat muat (menit)
Cb = Kapasitas bucket alat muat (m3)
Ff = Fill Factor (%)
K = Faktor koreksi (%)
28
Tabel 2.3 Fill Factor (PC78 ~ PC 1800)
Excavating Condition Ff
Easy Excavating 1,1 – 1,2
Average Excavating 1,0 – 1,1
Rather Difficult Excavating 0,8 – 0,9
Difficult Excavating 0,8 – 0,9
Keterangan:
Pa = Produksi alat angkut (LCM/jam)
Cta = Cycle Time alat angkut (menit)
Cb = Kapasitas Bucket (m3)
Ff = Fill Factor
Ek = Efisiensi kerja alat (%)
n = Jumlah isian
c. Kebutuhan Alat
Kebutuhan alat mekanis dapat dihitung menggunakan rumus:
Jumlah alat yang dibutuhkan = Target Volume ............................................. (8.12)
Produksi Alat
29
2.7 Faktor Keserasian Alat (Match Factor)
Dalam pemilihan truk kapasitas yang dipilih harusseimbang dengan alat
muatnya. Jika perbandingan kurang proporsional maka ada kemungkinan alat
pemuat ini banyak menunggu atau sebaliknya. Untuk menyatakan keserasian
(Synchronization) kerja antara alat muat dan alat angkut dapat juga dengan cara
menghitung faktor keserasian alat muat dan angkut (Match Factor) yaitu:
Na x Ctm x n
Mf = ( ) ...................................................................................... (8.13)
Nm x Cta
Keterangan:
Na = Jumlah alat angkut, (buah)
N = Jumlah alat muat (buah)
Ctm = Waktu edar (cycle time) alat muat
Cta = Waktu edar (cycle time) alat angkut
Dari persamaan diatas akan muncul tiga kemungkinan, yaitu:
1. MF < 1, artinya alat muat yang bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat
angkut bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena
menunggu alat angkut yang belum datang
2. MF = 1, artinya alat muat dan alat angkut bekerja 100%, sehingga tidak ada
waktu tunggu bagi alat muat maupun alat angkut.
3. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
2.8 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produktifitas Alat Muat dan Alat Angkut
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas alat muat dan angkut:
a. Waktu Edar
Waktu Edar (cycle Time) merupakan waktu yang diperlukan suatu alat untuk
melakukan suatu daur kerja. Semakin kecil waktu edar alat, maka produksinya akan
semakin tinggi.
1. Waktu edar alat muat
Rumus waktu edar alat muat adalah:
Ctm = t1 + t2 + t3 + t4 ........................................................................... (8.14)
Keterangan:
30
T1 = Waktu untuk menggali
T2 = Waktu untuk berputar dengan muatan
T3 = Waktu menumpahkan muatan ke dalam bak alat angkut
T4 = Waktu berputan tanpa muatan
2. Waktu edar alat angkut
Rumus waktu edar alat angkut adalah:
Cta = t1 + t2 + t3 + t4 + t5 + t6 .............................................................. (8.15)
Keterangan:
T1 = Waktu untuk mengambil posisi siap untuk dimuati (spooting)
T2 = Watu di isi muatan
T3 = Waktu mengangkut muatan
T4 = Waktu mengambil posisi untuk menumpahkan
T5 = Waktu menumpahkan
T6 = Waktu kembali kosong
b. Kondisi Tempat Kerja
Tempatkerja bukan hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian sasaran
produksi tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitas pekerja
yang berada disekitarnya. Tempat kerja yang luas akan memperkecil waktu edar
alat karena ada berbagai cukup tempat untuk ber kegiatan. Seperti keleluasaan
tempat untuk berputar, mengambil posisi sebelum melakukan pemuatan maupun
tempat untuk penimbunan.
c. Faktor Pengisian Alat Muat
Faktor pmgisian alat muat merupakan perbandingan antara volume nyata
dengan volume spesifikasi alat yang dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi
faktor pengisian maka semakin tinggi volume nyata dan alat tersebut. Hal ini akan
berhubungan dengan jumlah pengisian terhadap alat angkut.
Faktor yang mempengaruhi proses pemuatan adalah kandungan air. Ukuran
material, kelengkapan material dan keterampilan operator.
Faktor pengisian dapat ditentukan dengan rumus:
31
Keterangan:
Ff = Fill Factor / faktor pengisian bucket (%)
Vn = Volume bucket nyata (m3)
Vt = Volume teoritis bucket berdasarka spesifikasi (m3)
32
serta faktor manusianya sendiri. Meskipun demikian efektifitas penggunaan alat
dapat diusahakan semaksimal mungkin dengan cara:
a. Memperkerjakan alat dengan jumlah seminimal mungkin pada kapasitas kerja
semaksimal mungkin.
b. Memperkerjakan alat sepanjang waktu atau hari kerjanya selama alat tersebut
tidak rusak yaitu dengan men bghilangkan waktu hambatan atau menganggur
(idle time).
Selama proses penjadwalan, evaluasi pada beberapa hal sering dilakukan antara
lain yaitu tingkat produksi Batubara dan jadwal pengupasan overburden. Hal ini
untuk mengetahui ketercapaian target produksi yang telah ditentukan.
Pengambilan
data lapangan
Pengolahan
data lapangan
Penyusunan
draft
33
DAFTAR PUSTAKA
Hustrulid. W., and Kuchta, M., 2013, Open Pit Mine Planning & Design, 3rd Edition
Vol 1.Fundamentals, Balkema/Rotterdam/Brockfield.
Indonesianto, Y., 2007, Perencanaan Tambang Terbuka, Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Veteran Pembangunan, Yogyakarta.
Indonesianto, Y., 2015, Perencanaan Tambang Terbuka, Jurusan Teknik
Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta.
Kaufman, W.W., and Ault, J. C., 1977, Design of Surface Mine Haulage Roads - A
Manual. United States Department of Interior, Bureau of Mines, Pittsburgh.
Muh. Rafiq Rafsanjani 1, Djamaluddin2, Hasbi Bakri1., Estimasi Sumberdaya Bijih
Nikel Laterit Dengan Menggunakan Metode Idw Diprovinsi Sulawesi
Tenggara
34