Oleh :
Oktavian Mokodompis
NIM : 7112190020
Oleh
Oktavian Mokodompis
7112190020
Disetujui untuk
Program Studi Teknik Pertambangan FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pada tanggal :
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Ketua Program Studi
Mineral Teknik Pertambangan S1
(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T.)
NIK : 1973 0058 NIK : 1973 0296
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
KaruniaNya, Proposal Skripsi dengan judul “Analisis Manajemen Operasional
Alat Pemecah Batu Pada Unit Peremukan Stone Crusher Di PT. Calvary
Abadi Klaten Jawah Tengah” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengambil Skripsi
pada Program Studi Teknik Pertambangan S1 Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
Terima kasih yang sebesar – besarnya diucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Ircham, M.T, selaku Rektor Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi,M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
3. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T.,M.T. Selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan S1, Departemen Teknik, Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
4. Bapak A.A Inung Arie Andyano.,S.T.M.T. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Bapak Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T.selaku Dosen Pembimbing II.
6. Semua pihak yang selalu memberikan bantuan baik secara material dan moril
dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.
Dalam penyusunan Proposal Skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan,
oleh karena itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang kiranya dapat
membangun. Akhir kata, semoga Tugas Akhir I ini dapat menambah wawasan
tentang ilmu pertambangan bagi para pembaca.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
PROPOSAL SKRIPSI..............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viiii
DAFTAR TABEL..............................................................................................viiiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
v
2.1.8 Kesediaan dan Penggunaan Alat....................................................22
2.2.4 Penjadwalan....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
setelah itu dilakukan pengayakan (screening) sehingga batuan dapat
dikelompokan sesuai dengan ukuranya. Maka pentingnya bisa menerapkan suatu
sistim manajemen yang benar dan tepat pada unit peremukan batuan (stone
crusher) guna mencapai target produksi yang telah direncanakan.
Selain mengetahi perelatan pelengkap apa saja yang digunakan untuk proses
prosuksi pemecah batu, sistem manajemen yang baik dan tempat ini juga
mengatur kombinasi peralatan agar bekerja secara efektif , efisien dan terkontrol
dengan baik, penerapan sistim manajemen yang akan ditinjau pertama-tama
adalah penetuan penjadwalan kerja, yang selajutnya setelah melalui proses
oprasional produksi akan diadakannya suatu kegiatan pemeliharan atau perawatan
komponen alat-alat dari unit stone crusher secara berkelanjutan guna menghidari
gangguan-gangguan atau kerusakan pada alat yang menyebabkan kegiatan
oprasional produksi yang sewaktu-waktu dapat berhenti serta dapat menekan
biaya oprasional dan biaya pemeliharaan yang berlebihan.
2
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sistem manajemen operasional unit peremuk batuan (stone
crusher) di PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten dengan melakukan analisis
pada data-data yang telah di peroleh.
2. Untuk menetukan apakah sistem manajemen operasional unit peremuk batuan
di PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten sudah dijalankan secara baik dan
benar serta selalu terorganisir untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistim kerja operasional unit
peremuk batuan di PT. Calvari Abadi Indonesia Klaten untuk meningkatkan
targer produktifitas sehingga dapat memenuhi target produksi
3
3. Pengambilan data
Data-data yang diambil antara lain:
a. Data Primer
Yaitu data yang diambil dengan melakukan pengambilan secara langsung
di lapangan, meliputi penjadwal kerja, pemiliharaan peratan,pengukuruan
alat setting peremuk,pangambilan contoh materian, jumlah waktu kerja
yang tersedia gangguan teknis dan gangguan non teknis.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diambil berasal dari literature penelitian terdahulu, serta
arsip-arsip penunjang yang diperoleh dari PT. Calvary Abadi Indonesia
Klaten seperti peta lokasi dan kesampaian daerah, data curah hujan,
komponen stone crusher, Spesifikasi stone crusher, efektifitas stone
crusher.
4. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari pengambilan
Bayu
data di lapangan dikelompokan berdasarkan jenis dan kegunaannya.
2021-08-26 06:38:57
--------------------------------------------
Data-data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan
Tulis langkah-langkah pengolahan data yg
akan kamu lakukan setelah mendapatkan
pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekandata
kembali atausekunder
primer dan diteliti sehinbgga bisa
sampai ke kesimpulan
ulang apakah kesimpulan tersebut cukup baik.
5. Kesimpulan
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Kemudian
Bayu
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian06:39:50
2021-08-26 pembahasan.
--------------------------------------------
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antaraJangan
hasil pengolahan dataskripsi orang.
mencontoh dari
Harus berbeda. Tuliskan bentuk output
dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini penelitian
merupakan yanghasil
akanakhir
kamu hasilkan
untuk direkomendasikan dari semua masalah yang dibahas.
4
2. Sebagai bahan pertimbangan kepada PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten guna
meningkatkan proses produksi sesuai yang telah direncanakan.
5
Studi Literatur
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Analisis Data:
1. Menganalisis Manajemen Kerja Alat Peremuk meliputi penjadwal kerja,
pemiliharaan peratan,pengukuruan alat setting peremuk.
2. Kurangnya pemeliharaan dan perawatan pada alat peremuk batuan (stone
Crusher).
6
BAB II
DASAR TEORI
Stone crusher plant merupakan mesin untuk memecahkan semua jenis batu
(batu kali,batu gunung, dan batubara). Stone crusher ini berfungsi untuk
memecahkan batuan alam menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan
spesifikasi (prasyratan gradasi) yang dibutuhkan pada pekerjaan crushing seprti
pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan gedung dan perumahan.
Dengan menggunakan mesin ini tentu saja pekerjaan pembangunan bisa lebih
cepat dan mempu meningkatkan taraf produktifitas. Dengan menggunakan
mesin stone crusher (pemecah batu), proses pemecah batuan yang berukuran
besar menjadi krikil akan lebih cepat dan menghemat waktu.
7
pemecah batu (crusher) jenis feeder (pengumpan) atau hopper yang
digunakan di PT. Calvari Abadi adalah vibrating grizzly feeder.
2. Unit pemecah (crushing) adalah komponen utama dari stone crusher
plant yang berfungsi untuk memecah dan mengurangi ukuran bahan
(batu) umumnya terdiri dari pemecah batu primer, skunder dan tersier
tergantung dari kombinasi peralatan agregat. Pada PT. Calvari Abadi
primeri crusher terdiri dari jenis jaw crusher yang mampu mengurangi
ukuran batu besar. Begitupun untuk ukuran sconderi crusher dan
tertiary crusher juga menggunakan jaw crusher.
3. Unit pemidah material (coveying) adalah komponen dari peralatan
pemecah batu yang berfungsi untuk memindahkan material secara
langsung dalam suatu proses dari satu unit ke unit lain atau ke stockpile.
Pada umumnya suatu unit conveyor terdiri dari komponen conveyor
belt, conveyor leg dan motor.
4. Unit pemisah atau pengayak material (sceerning) merupakan komponen
pada peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk menyaring atau
memisahkan, membetuk gradasi dan serta tidak langsung mengontrol
penyaluran material ke unit crusher selanjutnya bin atau stockpile.
Tujuan utama sreening adala untuk memindahkan oversize atau
undersize material dalam unit crusher atau untuk mendapatkan ukuran
material (batu) yang dihasilkan.
8
2. Secondery crushing merupakan peremuk tahap kedua umpan yang
dimasukan berukuran sedang biasanya berasal dari produk primery
crushing yang teleh di reduksi, umpan yang digunakan 75 mm
dengan ukuran setting antara 50-80 mm. produk terbesar yang
dihasilkan sebesar 5 mm.
1
9. Set, yaitu jarak horisontal pada throat (lubang pengeluaran).
10. Open Setting, yaitu jarak antara rahang diam dengan rahang ayun pada saat
rahang ayun bergerak ke belakang.
11. Closed Setting, yaitu jarak antara rahang diam dengan rahang ayun pada
saat rahang ayun bergerak ke depan.
12. Throw, yaitu selisih jarak pelemparan pada saat rahang membuka (open
setting) dengan pada saat rahang menutup (closed setting).
13. Nip Angle, yaitu sudut yang dibentuk dari garis singgung yang dibuat
antara jaw (swing dan fixed) dengan material batu.
1
kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang
didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui
dari spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas
nyata didapatkan dengan cara pengambilan contoh produk yang dihasilkan.
Kapasitas crusher menurut Taggart:
T = 0,6 x L x S..............................................................................(2.1)
Keterangan:
T = kapasitas (ton/jam)
L = Panjang lubang penerimaan (inchi)
S = Lebar lubang pengeluaran ( inchi)
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peremukan
1. Kuat tekan batuan
Yaitu ketahanan batuan yang menerima aksi atau gaya berupa tekanan, semakin
tinggi kuat tekannya, batuan akan semakin sulit untuk diremuk, dan juga begitu
sebaliknya.
2. Lebar dari lubang pengeluaran / setting
Besar kecilnya setting alat peremuk dapat diatur dengan mengatur toggle,
dilakukan dengan mengencangkan atau mengendurkan pada setting block
sampai didapatkan lebar setting yang diinginkan.
3. Variasi dari throw
Untuk Jaw Crusher kecil selisih antara open setting dengan closed setting
(throw) sebesar 3/8 inci, sedangkan Jaw Crusher besar selisihnya sebesar 1
inchi. Pada batuan yang bersifat brittle seperti granit, andesit membutuhkan
throw yang kecil, sedangkan batuan liat seperti limestone, shale membutuhkan
throw yang besar.
4. Ukuran feed
Ukuran feed tergantung pada gape, nip angle, dengan pertimbangan bahwa
besar dari feed kurang dari 80 % gape.
5. Kapasitas produksi
1
6. Dipengaruhi oleh jumlah feed per jam, berat jenis feed dan besarnya setting
alat.
7. Reduction Ratio
Reduction Ratio adalah perbandingan antara ukuran feed dengan ukuran
produk. Menurut Currie (1973), Reduction yang baik untuk primary crushing
adalah 4
– 7, sedangkan untuk secondary crushing adalah 14 – 20 dan untuk fine crushing
adalah 50 – 100. Ada 4 macam reduction ratio, yaitu :
a. Limiting Reduction Ratio, yaitu perbandingan antara tebal/lebar feed
dengan tebal/lebar produk.
𝑡𝐹 𝑤𝐹
Dengan rumus : RL = ...........................................................(2.2)
𝑡𝑃 𝑤𝑃
= Keterangan :
RL = Nilai limiting reduction ratio
tF = Tebal material umpan (mm)
tP = Tebal material produk(mm)
wF = Lebar material umpan(mm)
wP = Lebar material produk(mm)
b. Working Reduction Ratio, yaitu perbandingan antara tebal feed (tF) yang
terbesar dengan efektif set (Se) dari crusher.
𝑡𝐹
Dengan rumus : RW .....................................................................(2.3)
𝑆𝑒
=
Se = Sc + [(So – Sc) / 2].........................................................................(2.4)
Keterangan
tF = Tebal umpan (mm)
1
0,85𝐺
𝑆𝑒 ...........
...........
...........
...........
...........
........
(2.5)
1
RA = Nilai apparent reduction ratio
Se = Setting efektif
(mm)
a.
Reduction Ratio 80 (R80), yaitu perbandingan ukuran lubang ayakan
yang dapat meloloskan 80% umpan dan produk, atau dengan kata lain
adalah perbandingan ukuran umpan pada kumulatif 80% (W 80 f)
dengan ukuran produk pada kumulatif 80% (W 80 p).
1. Energi Peremukan
Yaitu energi input yang diperlukan alat peremuk untuk mereduksi ukuran
butir material.
10𝑊𝑖 10𝑊𝑖
Dengan rumus :W = ..........................................................(2.6)
√𝑃 √𝐹
Keterangan :
W = Energi input yang diperlukan (Kw jam/ton)
Wi = Indeks kerja, yaitu energi yang diperlukan untuk mengecilkan 1ton
material dari ukuran tak terhingga menjadi 80 % lolos pada100 mikron
(Kw jam /ton)
F = Ukuran ayakan yang meloloskan umpan sebesar 80 % mikron
P= Ukuran ayakan yang meloloskan produk sebesar 80 % mikron
1
dipengaruhi oleh gravitasi, kekerasan material, keliatan material dan moisture
content.Oleh Currie (1973), kapasitas Jaw Crusher dinyatakan dalam rumus :
Ta = T x C x M x F x G.........................................................................(2.7)
Keterangan :
Ta = Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
T = Kapasitas alat yang terdapat dalam spesifikasi alat (ton/jam)
C = Faktor untuk kekerasan batuan untuk andesit nilainya 0,90
M = Faktor kandungan air dalam mineral, nilainya 1
F = Faktor untuk ukuran distribusi berat dari material
G = Faktor untuk bulk density
3600𝑥𝐺
Kn .........................................................................(2.8)
= 1000𝑥𝑇
Keterangan :
Kn = Kapasitas nyata peremuk rahan
(ton/jam) T = Waktu pengambilan sampel
(detik)
G = Berat sampel yang diambil (kg)
d. Mekanisme Pecahnya Batuan
Pecahnya batuan pada alat peremuk rahang yang disebabkan oleh ketahanan
material umpan lebih kecil dari pada kuat tekan yang ditimbulkan oleh alat
peremuk, sudut singgung material (nip angle), dan arah dari resultan gaya
terakhir yang mengarah ke bawah sehingga batuan tersebut pecah (Gaudin,
1939). Adapun gaya yang bekerja pada alat peremuk adalah
1. Gaya tekan merupakan gaya yang dihasilkan oleh gerakan swing jaw yang
bergerak menekan batuan.
2. Gaya gesek merupakan gaya yang bekerja pada permukaan antara fixed jaw
maupun swing jaw dengan material batuan.
3. Gaya gravitasi merupakan gaya yang bekerja pada batuan sehingga
mempengaruhi arah gerak material ke bawah (gravitasi)
1
4. Gaya menahan merupakan gaya tahan yang dimiliki batuan atas gaya yang
timbul akibat gerakan swing jaw terhadap fixed jaw.
c.
F3 (Gaya gravitasi)
merupakan gaya yang bekerja pada batuan sehingga mempengaruhi arah
gerak material batuan ke bawah (gravitasi).
d.
F4 (Gaya tahan)
merupakan gaya tahan yang dimiliki batuan atas gaya yang ditimbulkan
akibat gerakan swing jaw terhadap fixed jaw.
1
e.
R1 (Resultan awal)
merupakan resultan awal yang di hasilkan F1 terhadap F2.
f.
R2 (Resultan akhir)
Merupakan resultan akhir yang dihasilkan R1 terhadap F3.
g.
ϴ ( Nip angle )
Sudut yang dibentuk dari garis singgung yangdibuat antara jaw (swing dan
fixed) dengan material batuan. Semakin besar nip angle yang
terbentukmaka batuan tidak akan hancur, karena batuan hanya akan
meloncat-loncat ke atas saja.
1
2.1.6 Ayakan Getar (Vibrating Screen)
Ayakan getar berfungsi sebagai alat pemisah ukuran material yang bekerja
dengan getaran yang pada pengelompokan ukuran materialnya bergantung
pada ukuran lubang ayakan.
Berdasarkan bentuk, permukaan lubang ayakan (screen) terbuat dari bahan
kawat baja yang dianyam dari jenis woven wire. Bagian dari ayakan getar
antara lain excentric shaft, woven wire, square opening dan deck screen.Faktor-
faktor yang mempengaruhi lolosnya material adalah ukuran material yang
sesuai dengan lubang bukaan, ukuran rata-rata material yang menembus lubang
ayakan, sudut yang dibentuk oleh gaya bentur material, komposisi air pada
material yang diayak, letak perlapisan material pada permukaan ayakan
sebelum diayak.
Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos
lubang ayakan dengan material yang seharusnya lolos. Secara umum efisiensi
ayakan tergantung pada lamanya umpan berada di atas ayakan, jumlah lubang
bukaan yang terbuka, tebal lapisan umpan, kecocokan antara bentuk dari
lubang ayakan dengan material yang diayak.
Efisiensi ayakan yang mendasarkan atas jumlah butiran, didefinisikan
sebagai perbandingan antara material yang lolos (fine material) dari umpan
dengan fine material yang berada dalam umpan (perbandingan material yang
benar-benar lolos dengan material yang seharusnya lolos). Efisiensi ayakan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1
3) Presentase opening terhadap total permukaan lubang ayakan.
4) Kandungan air dalam mineral yang akan diayak.
5) Sudut jatuh partikel terhadap permukaan lubang ayakan.
6) Kecepatan pengumpanan.
7) Kesempatan partikel untuk menyusun lapisan di atas ayakan getar berdasar
ukuran partikel.
8) Gerakan dari ayakan getar.
(sumber :Gaudin,
1939) Gambar 2.4 Ayakan Getar
Keterangan :
1. Top deck 4. Pring
2. Bottom deck 5. Plate
3. Eccentric
Perhitungan kapasitas teoritis ayakan yang dilakukan dengan rumus :
C = A x B x G x V x H x E x M x O x D x T x W..................................(2.12)
Dimana :
C = kapasitas teoritis ayakan getar, ton/jam
A = luas permukaan ayakan, m2
B = kapasitas basis ayakan getar setiap m2
G = bulk density factor
V = over size factor
M = moist condition factor
2
H = faktor ukuran halus material yang tidak lolos pada persen berat material
halus yang berukuran lebih kecil dari setengah ukuran lubang ayakan
E = faktor efisiensi
O = open area factor
D = deck factor
T = type of deck factor
W = wet screening factor
Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos
lubang ayakan dengan material yang seharusnya lolos. Secara umum efisiensi
ayakan tergantung pada lamanya umpan berada di atas ayakan, jumlah lubang
bukaan yang terbuka, kecepatan pengumpanan, tebal lapisan umpan kecocokan
antara bentuk dari lubang ayakan dengan material yang diayak, effisiensi (E)
ayakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐸=
𝑓− 𝑎 𝑥 100% ………………………………………………..(2.13)
𝑓 (1−𝑎)
Keterangan :
F = Fraksi undersize (lebih kecil ukuran pemisah) pada umpan
a = Fraksi undersize pada produk kasar
b = Fraksi undersize pada produk halus
f,a,b, dapat dinyatakan dalam persen (%)
Bagian-bagian utama suatu ban berjalan meliputi sabuk tak terputus, roda-
roda antar (idlers), alat penggerak (pulley), alat pengencang dan suatu konstruksi
penyangga. Sabuk atau ban dibuat dengan menyatukan beberapa jenis anyaman
kapas, nilon, rayon, kabel baja menjadi konstruksi tulangan yang memberikan
kekuatan yang perlu untuk menahan tarikan dalam sabuk. Lapisan-lapisan itu
2
ditutup dengan perekat terbuat dari karet yang kemudian menggabungkannya
menjadi struktur yang menyatu (Peurifoy, 1986).
Kapasitas teoritis sabuk berjalan sangat dipengaruhi oleh luas penampang
melintang material yang terangkut sabuk berajalan, kecepatan sabuk berjalan, dan
bobot isi material yang terangkut.
Luas penampang melintang akan tergantung pada lebar sabuk, dalamnya
cekungan sabuk, sudut lereng alam (angle of repose) material terangkut dan
sejauh mana sabuk itu mampu dimuati sampai batas kemampuannya, sedangkan
sudut lereng alami material diatas sabuk berjalan dipengaruhi oleh jenis dan
kondisi material yang diangkut.(Tabel 2.1)
Tabel 2.1. Sudut Lereng Alami Material
Sudut lereng
No alami (Derajat) Jenis dan kondisi material
1 10 Material lepas, halus, dan kering
2 20 Material lepas, diangkut dengan alat dan kondisi khusus
3 30 Material cukup kasar
(Sumber : Peurifoy, 1986)
A = K (0,9 B – 0,05)2......................................................................................(2.14)
keterangan :
A = Luas penampang melintang muatan di atas sabuk berjalan (m2)
K = Koefisien dari luas penampang melintang muatan di atas sabuk berjalan.
Harganya tergantung dari harga trough of angle () dan harga angle of
repose ().
B = Lebar sabuk berjalan (m)
Harga koefisien luas penampang (K) melintang pada sabuk berjalan dapat
dilihat dalam dibawah ini.
2
Tabel 2.2 Luas Penampang Melintang Material Pada Sabuk Berjalan
Trough of angle () 200
Angle of repose () 100 200 300
Lebar ban berjalan(mm)
400 0,930 1,200 1,480
450 1,210 1,570 1,940
500 1,540 1,990 2,460
600 2,310 2,990 3,690
750 3,760 4,870 6,010
900 5,560 7,190 8,880
1050 7,710 9,980 12,320
1200 1,220 1,210 16,310
1400 14,100 18,230 22,510
1600 18,610 24,060 29,710
1800 23,740 30,700 37,900
2000 29,490 38,140 47,090
Constan-(K) 0,0963 0,1245 0,1538
(Sumber : Peurifoy, 1986)
2
Kapasitas teoritis ban berjalan menurut Peurifoy (1986) dapat dihitung dengan
rumus :
Qt = 60 x A x V........................................................................................(2.15)
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
2
Mechanical Availability adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi peralatan
yang sesungguhnya dari alat yang dipergunakan, dari waktu yang hilang
dikarenakan kerusakan atau gangguan alat, Persamaannya adalah :
𝑊
MA = x100 %...................................................................................(2.18)
𝑊+𝑅
Keterangan :
W = Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan kepada suatu alat yang dalam
kondisi yang dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap hambatan (delay time) yang ada.
R = Jumlah jam untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu
untuk perawatan.
𝑊+𝑆
PA = x 100 %...........................................................................(2.19)
𝑊+𝑅+
Keterangan :
S = Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan, akan tetapi alat tersebut
tidak dalam keadaan rusak dan siap untuk dioperasikan.
2
Effective Utilization merupakan cara untuk menunjukkan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif.
Persamaannya adalah :
𝑊
Eut= x 100 %......................................................(2.21)
𝑊+𝑅+
𝑆
Keterangan :
W =Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan kepada suatu alat yang dalam
kondisi yang dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap hambatan (delay time) yang ada.
R = Jumlah jam untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu
untuk perawatan.
S= Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan, akan tetapi alat tersebut
tidak dalam keadaan rusak dan siap untuk dioperasikan
EP = kapasitas nyata
x 100 %....................................................................(2.22)
kapasitas desain
2
2. Menurut pangestu subagyo (2001;1), manajemen operasi adalah
penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi dan
operasi agar dapat dilakukan secara efesien.
Jadi manajemen operasi merupakan penerapan ilmu manajemen
untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi agar dapat dilakukan
secara efesien, selain itu juga dapat menghasilkan suatu produk yang
bisa berupa barang maupun jasa. Yang mana untuk kegitan proses
produksinya yang efektif dan efisien memerlukan berbagai konsep,
peralatan serta berbagai cara untuk mengolah operasinya.
2.2.4 Penjadwalan
Sistim pengedalian penjadwalan diperlukan untuk mengatasi perubahan-
perubahan dan penyipangan yang selalu terjadi dalam praktek pelaksaan proyek.
Perubahan dan peyimpangan tersebut dapat di sebatkan antara lain oleh :
2
1. Model asumsi dalam perencaan pelaksanan proyek yang kurang tepat,
terutama menyangkut masalah penentuan kegiatan beserta logika
ketergantungannya, durasi kegitan, metode pelaksaan, ketersedian
sumber daya dan sebagainya.
2. Perubahan-perubahan dalam spesifikasi dan persyratan-peryartan,
terutama yang meyangkut masalah teknis, jangka waktu, maupun biaya.
3. Halangan atau rintangan yang berkaitan dengan faktor lingkungan social
dan politis.
4. Bencana alam, gangguan cuaca dan masalah-masalah tak terduga lainnya.
2
BAB III
JADWAL PENELITIAN
Tahun 2021
Waktu (Minggu)
No. Kegiatan
April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi pustaka
Pengamatan
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan
Laporan
Kolokium
Sidang/Pendadaran
3
DAFTAR PUSTAKA
….. 2019, Data dari perusahaan PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten.