Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS MANAJEMEN OPERASIONAL ALAT PEMECAH


BATU PADA UNIT PEREMUKAN STONE CRUSHER DI
PT. CALVARY ABADI KLATEN
JAWAH TENGAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk mengambil skripsi Teknik


Pertambangan Program Studi Teknik Pertambangan S1
Fakultas Teknologi Minerel
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :
Oktavian Mokodompis
NIM : 7112190020

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS MANAJEMEN OPERASIONAL ALAT PEMECAH


BATU PADA UNIT PEREMUKAN STONE CRUSHER DI
PT. CALVARY ABADI KLATEN
JAWAH TENGAH

Oleh
Oktavian Mokodompis
7112190020

Disetujui untuk
Program Studi Teknik Pertambangan FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

Yogyakarta, Juni 2021


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(A.A Inung Arie Andyano.,S.T.M.T) (Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T.)


NIK : 1973 0248 NIK : 1973 0296

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Proposal Skripsi


Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Mineral Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Pada tanggal :

Oleh : Oktavian Mokodompis/7112190020


Diterima Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mengambil Skripsi Teknik
Pertambangan
Susunan Tim Penguji :

1. A.A Inung Arie Andyano.,S.T.M.T. 1. .…………….


Ketua Tim Penguji

2. Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T. 2. ……………..


Anggota Tim Penguji

3. Anggota Tim Penguji 3.......................

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Ketua Program Studi
Mineral Teknik Pertambangan S1

(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T.)
NIK : 1973 0058 NIK : 1973 0296

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
KaruniaNya, Proposal Skripsi dengan judul “Analisis Manajemen Operasional
Alat Pemecah Batu Pada Unit Peremukan Stone Crusher Di PT. Calvary
Abadi Klaten Jawah Tengah” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengambil Skripsi
pada Program Studi Teknik Pertambangan S1 Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
Terima kasih yang sebesar – besarnya diucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Ircham, M.T, selaku Rektor Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi,M.T. selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
3. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T.,M.T. Selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan S1, Departemen Teknik, Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
4. Bapak A.A Inung Arie Andyano.,S.T.M.T. selaku Dosen Pembimbing I.
5. Bapak Bayurohman Pangacella Putra S.T., M.T.selaku Dosen Pembimbing II.
6. Semua pihak yang selalu memberikan bantuan baik secara material dan moril
dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.
Dalam penyusunan Proposal Skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan,
oleh karena itu sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang kiranya dapat
membangun. Akhir kata, semoga Tugas Akhir I ini dapat menambah wawasan
tentang ilmu pertambangan bagi para pembaca.

Yogyakarta, Juli 2021

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

PROPOSAL SKRIPSI..............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viiii

DAFTAR TABEL..............................................................................................viiiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Batasan Masalah........................................................................................2

1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................3

1.5 Metode Penelitian......................................................................................3

1.6 Manfaat Penelitian.....................................................................................4

BAB II DASAR TEORI..........................................................................................7

2.1 Rangkaian Peralatan Peremuk Batuandesit...............................................7

2.1.1 Definisi Stone Crusher Dan Bagian-Bagian Stone Crusher............7

2.1.2 Bagian-Bagian Stone Crusher..........................................................7

2.1.3 Tahapan-Tahapan Pengolahan Dalam Stone Crusher......................8

2.1.4 Alat Peremuk (jaw crusher).............................................................9

2.1.5 Penampungan Umpan Sementara (Hopper)...................................16

2.1.6 Ayakan Getar (Vibrating Screen)...................................................17

2.1.7 Ban Berjalan (Belt Conveyor)........................................................19

v
2.1.8 Kesediaan dan Penggunaan Alat....................................................22

2.1.9 Efektifitas Penggunaan Alat...........................................................24

2.2 Manajemen Operasional Alat Berat........................................................24

2.2.1 Manajemen Operasi........................................................................24

2.2.2 Manajemen Alat Berat..................................................................25

2.2.3 Pemilihan Dan Kombinasi Pengoperasian Alat Berat....................25

2.2.4 Penjadwalan....................................................................................26

BAB III JADWAL PENELITIAN.........................................................................28

3.1 RENCANA JADWAL PENILITIAN.....................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal

1.1 Diagram alir penelitian.................................................................................6


2.1 Single Toggle Jaw Crusher...........................................................................10
2.2 Mekanisme Pecahnya Batuan.......................................................................15
2.3 Ayakan Getar................................................................................................18
2.4 Penampang Sayat Sabuk Berjalan................................................................21

vii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal

2.1 Sudut Lereng Alami Material......................................................................20


2.2 Luas Penampang Melintang Material Pada Sabuk Berjalan........................21
3.1 Rencana Jadwal............................................................................................28

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dengan perkembangan pembangunan, Yogyakarta telah menjadi
pembangunan jangka panjang yang sebagian besar telah tersebar ke beberapa
daerah yang ada di daerah Istimewa Yogyakarta. Perkembanga ini telah membawa
pengaruh besar terutama dibidang infrastruktur yang merupakan sarana penujang
perkembangan suatu daerah. Pembangunan tersebut tentu saja tidak bisa terlepas
dari material seperti pasir, semen, dan juga batu kerikil.

Daerah istimewa Yogyakarta terdapat beberapa jenis batuan andesit yang


dapat dimaanfaatkan sebagai bahan utuma pengeras jalan dan pembangunan
infrastruktur seperti jembatan, gedung, lapangan terbang, terminal, perumahan dan
lain-lain. Dan batuan andesit tersebut di usahakan oleh di PT. Calvary Abadi
Indonesia dapat diolah lagi sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
yang mendapat dorongan kesejatraan masyarakat disekitarnya. Untuk dapat
memanfaatkan batuan andesit yang ada, dibutuhkan operasi pengolahan, dan
untuk mendapatkan hasil pengolahan yang memadai. Pengolahan harus dilakukan
sesuai dengan karakteristik dari batuan andesit yang ada dibutuhkan operasi
pengolahan. Dan untuk mendapatkan hasil yang memadai, pengolahan yang harus
dilakukan sesuai dengan karakteristik dari batuan andesit tersebut. Sebagai
perusahan yang bergerak dibidang kontruksi bangunan dan jalan. PT. Calvary
Abadi Indonesia membangun pabrik pemecah batu di kecamatan Jogonalan,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pabrik peremuk batuan yang ada
oprasinya merupakan suatu usah untuk menghasilkan produk batu pecah yang
hasilnya dipergunakan oleh konsumen dalam pembuatan jalan dan kontruksi
bangunan di daerah Jogonalan dan daerah lainnya.

PT. Calvary Abadi Indonesia melakaukan kegiatan peremukan andesit pada


dua unit peremuk (stone crusher), dimana material diolah dengan cara peremukan
menggunakan jaw crusher sebagai peremuk pertama, kedua dan peremuk ketiga

1
setelah itu dilakukan pengayakan (screening) sehingga batuan dapat
dikelompokan sesuai dengan ukuranya. Maka pentingnya bisa menerapkan suatu
sistim manajemen yang benar dan tepat pada unit peremukan batuan (stone
crusher) guna mencapai target produksi yang telah direncanakan.

Selain mengetahi perelatan pelengkap apa saja yang digunakan untuk proses
prosuksi pemecah batu, sistem manajemen yang baik dan tempat ini juga
mengatur kombinasi peralatan agar bekerja secara efektif , efisien dan terkontrol
dengan baik, penerapan sistim manajemen yang akan ditinjau pertama-tama
adalah penetuan penjadwalan kerja, yang selajutnya setelah melalui proses
oprasional produksi akan diadakannya suatu kegiatan pemeliharan atau perawatan
komponen alat-alat dari unit stone crusher secara berkelanjutan guna menghidari
gangguan-gangguan atau kerusakan pada alat yang menyebabkan kegiatan
oprasional produksi yang sewaktu-waktu dapat berhenti serta dapat menekan
biaya oprasional dan biaya pemeliharaan yang berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah yang dibahas adalah mengenai ketidaktepatan
manajemen alat peremuk batuan yang sewaktu-waktu dapat terjadi sehingga
oprasional alat peremuk berjalan kurang efektif . permasalahan tersebut meliputi :
1. Tidak terjadinya sinkronisasi unit alat peremuk batuan (stone crusher) yang
efisien karena adanya salah satu alat yang mengalami kerusakan atau
hambatan lainnya.
2. Jadwal kerja operator dan alat peremuk batuan (stone crusher) yang sewaktu-
waktu tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
3. Kurangnya pemeliharaan dan perawatan pada alat peremuk batuan (stone
Crusher), seperti tidak terlaksananya pengatian suku cadang pada batas waktu
yang telah ditentukan.
1.3 Batasan Masalah
Batasan dalam penulisan ini terbatas pada analisis produksi alat pemecah
batu (stone crusher), untuk sistem manajemen operasional pada unit stone crusher
di PT. Calvary Abadi Klaten.

2
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sistem manajemen operasional unit peremuk batuan (stone
crusher) di PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten dengan melakukan analisis
pada data-data yang telah di peroleh.
2. Untuk menetukan apakah sistem manajemen operasional unit peremuk batuan
di PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten sudah dijalankan secara baik dan
benar serta selalu terorganisir untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistim kerja operasional unit
peremuk batuan di PT. Calvari Abadi Indonesia Klaten untuk meningkatkan
targer produktifitas sehingga dapat memenuhi target produksi

1.5 Metode Penelitian


Bayu
Dalam melaksanakan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan
2021-08-26 06:34:31 oleh
--------------------------------------------
penulis adalah: Uraikan dengan kegiatan yg kamu
lakukan untuk penelitian ini. Jangan terlalu
1. Studi literatur umum.
Bayu
Dalam hal ini dilakukan dengan menggabukan antara2021-08-26
teori dengan data-data
06:35:52
--------------------------------------------
dilapangan, adapun bahan-bahan diperoleh dari instasiLiteratur
yang apaterkait
saja dengan
yg kamu pakai? apa yg
kmau dapat dari brosur? karya ilmiah?
penelitian ini dan perpustakaan kampus yang mana dapat berupa:
uraikan
a. literatur
b. Brosur-brosur
c. Karya-karya ilmiah dan lain-lain
2. Penelitian di Lapangan
a. Observasi lapangan dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah
Bayu
penelitian,luas serta kesampaian daerah serta mencocokan
2021-08-26 dengan
06:37:13 data-
--------------------------------------------
data yang di peroleh. Apa yg kamu observasi? data apa saja yg
kamu ambil di lapangan?
b. Pengabilan contoh dilapangan yaitu dengan mengambil contoh yang ada
Bayu
dilapangan untuk nantinya dianalisis di laboratorium.
2021-08-26 06:36:35
--------------------------------------------
c. Cek kembali perumusan masalah yaitu dengan menyesuaikan data-data
contoh apa yg kamu ambil? uji lab apa yg
kamu lakukan?
yang ada di peroleh agar apa yang telah didapat sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk masalah yang akan di pecahkan.

3
3. Pengambilan data
Data-data yang diambil antara lain:
a. Data Primer
Yaitu data yang diambil dengan melakukan pengambilan secara langsung
di lapangan, meliputi penjadwal kerja, pemiliharaan peratan,pengukuruan
alat setting peremuk,pangambilan contoh materian, jumlah waktu kerja
yang tersedia gangguan teknis dan gangguan non teknis.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diambil berasal dari literature penelitian terdahulu, serta
arsip-arsip penunjang yang diperoleh dari PT. Calvary Abadi Indonesia
Klaten seperti peta lokasi dan kesampaian daerah, data curah hujan,
komponen stone crusher, Spesifikasi stone crusher, efektifitas stone
crusher.
4. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari pengambilan
Bayu
data di lapangan dikelompokan berdasarkan jenis dan kegunaannya.
2021-08-26 06:38:57
--------------------------------------------
Data-data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan
Tulis langkah-langkah pengolahan data yg
akan kamu lakukan setelah mendapatkan
pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekandata
kembali atausekunder
primer dan diteliti sehinbgga bisa
sampai ke kesimpulan
ulang apakah kesimpulan tersebut cukup baik.
5. Kesimpulan
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara. Kemudian
Bayu
kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian06:39:50
2021-08-26 pembahasan.
--------------------------------------------
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antaraJangan
hasil pengolahan dataskripsi orang.
mencontoh dari
Harus berbeda. Tuliskan bentuk output
dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini penelitian
merupakan yanghasil
akanakhir
kamu hasilkan
untuk direkomendasikan dari semua masalah yang dibahas.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan referensi tentang bagaimana Manajemen Operasional Alat
pemecah batu pada unit peremukan Stone Crusher yang diterapkan oleh PT.
Calvary Abadi Indonesia Klaten.

4
2. Sebagai bahan pertimbangan kepada PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten guna
meningkatkan proses produksi sesuai yang telah direncanakan.

5
Studi Literatur

Orientasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer: Data Sekunder:


JadwalKerja Pemeluharaan
Produksidan 1. Petalokasi DaerahKesampaian
Pengukuran Peremuk
Data curah hujan
Pengambilan
SettingAlat
2.
contoh 3.
Komponen
serta stone crusher
material,mulai dari umpan dan produksi hasil4.peremuk hasil ayakan
Spesifikasi stone crusher dan efektifitas stone crus
4. Jumlah waktu kerja, gangguan teknis dan gangguan non teknis
Pengolahan Data:
Data yang telahGambar 1.1 Diagram
terkumpul Alir Penelitian
baik dari studi literatur maupun dari
pengambilan data di lapangan dikelompokan berdasarkan jenis dan
kegunaannya. Data- data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan
suatu kesimpulan pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekan
kembali atau diteliti

Analisis Data:
1. Menganalisis Manajemen Kerja Alat Peremuk meliputi penjadwal kerja,
pemiliharaan peratan,pengukuruan alat setting peremuk.
2. Kurangnya pemeliharaan dan perawatan pada alat peremuk batuan (stone
Crusher).

Kesimpulan & Saran Bayu


2021-08-26 06:49:38
--------------------------------------------
Bagiaman

6
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Rangkaian Peralatan Peremuk Batu Andesit

Tidak hanya terbatas pada bahan galian logam proses pengolahan


dilakukan juga terhadap batuandesit. Proses peremukan dilakukan untuk
mendapatkan ukuran batuandesit yang dikehendaki. Proses produksi pada unit
rangkaian peremuk merupakan kegiatan yang saling terkait dari beberapa
peralatan, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki. Peralatan-peralatan yang diperlukan antara lain :

2.1.1 Defenisi Stone Crusher Dan Bagian-Bagian Stone Crusher

Stone crusher plant merupakan mesin untuk memecahkan semua jenis batu
(batu kali,batu gunung, dan batubara). Stone crusher ini berfungsi untuk
memecahkan batuan alam menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan
spesifikasi (prasyratan gradasi) yang dibutuhkan pada pekerjaan crushing seprti
pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan gedung dan perumahan.
Dengan menggunakan mesin ini tentu saja pekerjaan pembangunan bisa lebih
cepat dan mempu meningkatkan taraf produktifitas. Dengan menggunakan
mesin stone crusher (pemecah batu), proses pemecah batuan yang berukuran
besar menjadi krikil akan lebih cepat dan menghemat waktu.

2.1.2 Bagian-bagian Stone crusher


Stone crusher plant yang terdapat pada PT. Calvari Abadi terdiri dari
beberapa bagian macam unit dalam satu Lay out yang dibagi menjadi 4 unit
besar yaitu :
1. Unit Pengumpan (feeding) merupakan komponen dari peralatan
pemecah batu yang berfungdi sebagai pengatur aliran dalam pemisah
bahan-bahan dan penerima bahan baku (raw material) dari loader dan
truck. Fungsi utama feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang
masuk kedalam

7
pemecah batu (crusher) jenis feeder (pengumpan) atau hopper yang
digunakan di PT. Calvari Abadi adalah vibrating grizzly feeder.
2. Unit pemecah (crushing) adalah komponen utama dari stone crusher
plant yang berfungsi untuk memecah dan mengurangi ukuran bahan
(batu) umumnya terdiri dari pemecah batu primer, skunder dan tersier
tergantung dari kombinasi peralatan agregat. Pada PT. Calvari Abadi
primeri crusher terdiri dari jenis jaw crusher yang mampu mengurangi
ukuran batu besar. Begitupun untuk ukuran sconderi crusher dan
tertiary crusher juga menggunakan jaw crusher.
3. Unit pemidah material (coveying) adalah komponen dari peralatan
pemecah batu yang berfungsi untuk memindahkan material secara
langsung dalam suatu proses dari satu unit ke unit lain atau ke stockpile.
Pada umumnya suatu unit conveyor terdiri dari komponen conveyor
belt, conveyor leg dan motor.
4. Unit pemisah atau pengayak material (sceerning) merupakan komponen
pada peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk menyaring atau
memisahkan, membetuk gradasi dan serta tidak langsung mengontrol
penyaluran material ke unit crusher selanjutnya bin atau stockpile.
Tujuan utama sreening adala untuk memindahkan oversize atau
undersize material dalam unit crusher atau untuk mendapatkan ukuran
material (batu) yang dihasilkan.

2.1.3 Tahapan-Tahapan Pengolahan Dalam Stone Crusher

Peremuk material pada dasarnya bertujuan untuk mereduksi ukuran


material dari ukuran yang bongkah menjadi pemecah kecil. Dalam
memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan dalam dua bagian (Carrie,1973)
yaitu
1. Primary crushering peremuk tahapan pertama umpan yang digukan
biasanya berasal dari hasil penambangan dan ukuran umpan
maksimum dapat mencapai 1500 mm. dengan setting berkisar antara
100-300 mm dan umpan yang dimasukan 300 mm dengan produk
yang dihasilkan sebesar 75 mm.

8
2. Secondery crushing merupakan peremuk tahap kedua umpan yang
dimasukan berukuran sedang biasanya berasal dari produk primery
crushing yang teleh di reduksi, umpan yang digunakan 75 mm
dengan ukuran setting antara 50-80 mm. produk terbesar yang
dihasilkan sebesar 5 mm.

2.1.4 Alat Peremuk Rahang (Jaw Crusher)


Alat peremuk mempunyai 2 rahang (jaw), yang satu dapat digerakan
(swing) dan yang lainnya tidak dapat digerakan (fixed). Berdasarkan letak
porosnya Jaw Crusher dibagi menjadi dua, yaitu BlakeJaw Crusher dengan
letak poros di atas dan Dodge Jaw Crusher yang letak porosnya di bawah. Jenis
BlakeJaw Crusher ini masih dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu Single
ToggleBlakeJaw Crusher dan Double Toggle BlakeJaw Crusher (Gaudin,
1939).
a. Bagian-Bagian Jaw Crusher
Bagian-bagian dari Jaw Crusher antara lain :
1. Setting Block, yaitu bagian untuk mengatur agar lubang bukaan ukurannya
sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan maka jarak
fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, begitu pula
sebaliknya.
2. Toggle, yaitu bagian dari alat peremuk yang berfungsi untuk mengubah
gerakan naik turun menjadi gerakan horisontal atau maju-mundur.
3. Pitman, yaitu bagian dari alat peremuk yang berfungsi untuk merubah
gerakan berputar dari eksentrik menjadi gerakan naik turun.
4. Swing Jaw, yaitu bagian dari alat peremuk yang dapat bergerak/rahang
ayun yang berfungsi sebagai gaya tekanan pada material umpan.
5. Fixed Jaw, yaitu bagian dari alat peremuk yang tidak dapat
bergerak/rahang diam yang berfungsi sebagai memberi gaya menahan pada
material umpan.
6. Mouth, yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang penerimaan.
7. Throat, yaitu bagian paling bawah alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang pengeluaran.
9
8. Gape, yaitu jarak horisontal pada mouth (lubang penerimaan).

1
9. Set, yaitu jarak horisontal pada throat (lubang pengeluaran).
10. Open Setting, yaitu jarak antara rahang diam dengan rahang ayun pada saat
rahang ayun bergerak ke belakang.
11. Closed Setting, yaitu jarak antara rahang diam dengan rahang ayun pada
saat rahang ayun bergerak ke depan.
12. Throw, yaitu selisih jarak pelemparan pada saat rahang membuka (open
setting) dengan pada saat rahang menutup (closed setting).
13. Nip Angle, yaitu sudut yang dibentuk dari garis singgung yang dibuat
antara jaw (swing dan fixed) dengan material batu.

(sumber :Gaudin, 1939)


Gambar 2.1 Single Toggle Jaw Crusher

b. Cara Kerja Jaw Crusher


Cara kerja Jaw Crusher secara umum adalah bahan galian (batuandesit)
dimasukkan ke dalam hopper, dari hopper diteruskan ke feeder sampai batuan
masuk ke dalam rahang. Batu tersebut ditekan oleh swing jaw yang digerakkan
oleh fly wheel dan ditahan oleh fix jaw. Akibat gaya tekan yang lebih besar dari
kuat tekan batuan sehingga batuan pecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Kapasitas mesin peremuk Jaw Crusher dibedakan menjadi kapasitas desain dan

1
kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang
didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui
dari spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas
nyata didapatkan dengan cara pengambilan contoh produk yang dihasilkan.
Kapasitas crusher menurut Taggart:
T = 0,6 x L x S..............................................................................(2.1)
Keterangan:
T = kapasitas (ton/jam)
L = Panjang lubang penerimaan (inchi)
S = Lebar lubang pengeluaran ( inchi)
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peremukan
1. Kuat tekan batuan
Yaitu ketahanan batuan yang menerima aksi atau gaya berupa tekanan, semakin
tinggi kuat tekannya, batuan akan semakin sulit untuk diremuk, dan juga begitu
sebaliknya.
2. Lebar dari lubang pengeluaran / setting
Besar kecilnya setting alat peremuk dapat diatur dengan mengatur toggle,
dilakukan dengan mengencangkan atau mengendurkan pada setting block
sampai didapatkan lebar setting yang diinginkan.
3. Variasi dari throw
Untuk Jaw Crusher kecil selisih antara open setting dengan closed setting
(throw) sebesar 3/8 inci, sedangkan Jaw Crusher besar selisihnya sebesar 1
inchi. Pada batuan yang bersifat brittle seperti granit, andesit membutuhkan
throw yang kecil, sedangkan batuan liat seperti limestone, shale membutuhkan
throw yang besar.
4. Ukuran feed
Ukuran feed tergantung pada gape, nip angle, dengan pertimbangan bahwa
besar dari feed kurang dari 80 % gape.
5. Kapasitas produksi

1
6. Dipengaruhi oleh jumlah feed per jam, berat jenis feed dan besarnya setting
alat.
7. Reduction Ratio
Reduction Ratio adalah perbandingan antara ukuran feed dengan ukuran
produk. Menurut Currie (1973), Reduction yang baik untuk primary crushing
adalah 4
– 7, sedangkan untuk secondary crushing adalah 14 – 20 dan untuk fine crushing
adalah 50 – 100. Ada 4 macam reduction ratio, yaitu :
a. Limiting Reduction Ratio, yaitu perbandingan antara tebal/lebar feed
dengan tebal/lebar produk.
𝑡𝐹 𝑤𝐹
Dengan rumus : RL = ...........................................................(2.2)
𝑡𝑃 𝑤𝑃

= Keterangan :
RL = Nilai limiting reduction ratio
tF = Tebal material umpan (mm)
tP = Tebal material produk(mm)
wF = Lebar material umpan(mm)
wP = Lebar material produk(mm)

b. Working Reduction Ratio, yaitu perbandingan antara tebal feed (tF) yang
terbesar dengan efektif set (Se) dari crusher.
𝑡𝐹
Dengan rumus : RW .....................................................................(2.3)
𝑆𝑒
=
Se = Sc + [(So – Sc) / 2].........................................................................(2.4)
Keterangan
tF = Tebal umpan (mm)

Se= Setting efektif (mm)

c. Apperent Reduction Ratio, yaitu perbandingan antara efektif gape dengan


efektif set.

Dengan rumus : RA = Keterangan :

1
0,85𝐺
𝑆𝑒 ...........
...........
...........
...........
...........
........
(2.5)

1
RA = Nilai apparent reduction ratio

G = Efektif gape (mm)

Se = Setting efektif

(mm)

a.
Reduction Ratio 80 (R80), yaitu perbandingan ukuran lubang ayakan
yang dapat meloloskan 80% umpan dan produk, atau dengan kata lain
adalah perbandingan ukuran umpan pada kumulatif 80% (W 80 f)
dengan ukuran produk pada kumulatif 80% (W 80 p).

1. Energi Peremukan
Yaitu energi input yang diperlukan alat peremuk untuk mereduksi ukuran
butir material.
10𝑊𝑖 10𝑊𝑖
Dengan rumus :W = ..........................................................(2.6)
√𝑃 √𝐹

Keterangan :
W = Energi input yang diperlukan (Kw jam/ton)
Wi = Indeks kerja, yaitu energi yang diperlukan untuk mengecilkan 1ton
material dari ukuran tak terhingga menjadi 80 % lolos pada100 mikron
(Kw jam /ton)
F = Ukuran ayakan yang meloloskan umpan sebesar 80 % mikron
P= Ukuran ayakan yang meloloskan produk sebesar 80 % mikron

Menurut Gaudin (1939), energi yang dibutuhkan Jaw Crusher tergantung


dari beberapa faktor, antara lain ukuran feed, ukuran produk, kapasitas dari
mesin, bentuk dari material serta persentase dari waktu berhenti peremukan dan
berkisar antara 0,3 – 1,5 Kw jam/ton.

2. Kapasitas Jaw Crusher


Untuk menghitung kapasitas produksi dari masing-masing alat peremuk
dilakukan dengan cara melihat kapasitas maksimum (spesifikasi) alat tersebut
serta kapasitas material yang masuk ke alat tersebut (kapasitas nyata) dan

1
dipengaruhi oleh gravitasi, kekerasan material, keliatan material dan moisture
content.Oleh Currie (1973), kapasitas Jaw Crusher dinyatakan dalam rumus :
Ta = T x C x M x F x G.........................................................................(2.7)
Keterangan :
Ta = Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
T = Kapasitas alat yang terdapat dalam spesifikasi alat (ton/jam)
C = Faktor untuk kekerasan batuan untuk andesit nilainya 0,90
M = Faktor kandungan air dalam mineral, nilainya 1
F = Faktor untuk ukuran distribusi berat dari material
G = Faktor untuk bulk density

Kapasitas nyata alat peremuk rahang dinyatakan dalam rumus :

3600𝑥𝐺
Kn .........................................................................(2.8)
= 1000𝑥𝑇

Keterangan :
Kn = Kapasitas nyata peremuk rahan
(ton/jam) T = Waktu pengambilan sampel
(detik)
G = Berat sampel yang diambil (kg)
d. Mekanisme Pecahnya Batuan
Pecahnya batuan pada alat peremuk rahang yang disebabkan oleh ketahanan
material umpan lebih kecil dari pada kuat tekan yang ditimbulkan oleh alat
peremuk, sudut singgung material (nip angle), dan arah dari resultan gaya
terakhir yang mengarah ke bawah sehingga batuan tersebut pecah (Gaudin,
1939). Adapun gaya yang bekerja pada alat peremuk adalah
1. Gaya tekan merupakan gaya yang dihasilkan oleh gerakan swing jaw yang
bergerak menekan batuan.
2. Gaya gesek merupakan gaya yang bekerja pada permukaan antara fixed jaw
maupun swing jaw dengan material batuan.
3. Gaya gravitasi merupakan gaya yang bekerja pada batuan sehingga
mempengaruhi arah gerak material ke bawah (gravitasi)
1
4. Gaya menahan merupakan gaya tahan yang dimiliki batuan atas gaya yang
timbul akibat gerakan swing jaw terhadap fixed jaw.

(sumber :Gaudin, 1939)


Gambar 2.2 Mekanisme Pecahnya Batuan

Gaya yang bekerja pada unit alat peemuk ialah :


a.
F1 (Gaya tekan)
merupakan gaya tekan yang terdapat pada jaw crusher, gayaini hasilkan dari
gerakan swing jaw terhadap batuan
b.
F2 (Gaya gesek)
merupakan gaya gesek yang terjadi akibat gesekan antarapermukaan swing
jaw maupun fixed jawdengan material batuan.

c.
F3 (Gaya gravitasi)
merupakan gaya yang bekerja pada batuan sehingga mempengaruhi arah
gerak material batuan ke bawah (gravitasi).
d.
F4 (Gaya tahan)
merupakan gaya tahan yang dimiliki batuan atas gaya yang ditimbulkan
akibat gerakan swing jaw terhadap fixed jaw.

1
e.
R1 (Resultan awal)
merupakan resultan awal yang di hasilkan F1 terhadap F2.
f.
R2 (Resultan akhir)
Merupakan resultan akhir yang dihasilkan R1 terhadap F3.
g.
ϴ ( Nip angle )
Sudut yang dibentuk dari garis singgung yangdibuat antara jaw (swing dan
fixed) dengan material batuan. Semakin besar nip angle yang
terbentukmaka batuan tidak akan hancur, karena batuan hanya akan
meloncat-loncat ke atas saja.

2.1.5 Penampungan Umpan Sementara (Hopper)


Hopper merupakan salah satu alat bantu dari instalasi alat peremuk yang
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara dari material umpan,
selanjutnya material tersebut diumpankan ke alat peremuk oleh alat pengumpan
feeder). Hopper ini biasanya terbuat dari beton yang dilapisi oleh lembaran baja
pada dinding-dindingnya dengan tujuan agar terhindar dari keausan akibat
gesekan dan benturan dinding dengan material.
Kapasitas Hopper menurut Taggart (1953), dapat dihitung berdasarkan
volume trapesium yang terpancung, yaitu :
1
V h= t L atas  L bawah L atas x L bawah (2.9)

3
Keterangan :
V = Volume atau kapasitas hopper ( m3)
L atas = Luas penampang atas hopper (m2)
L atas = La x Pa
L bawah = Luas penampang bawah hopper (m2)
L bawah = Lb x Pb
t = Tinggi dari hopper (m)

1
2.1.6 Ayakan Getar (Vibrating Screen)
Ayakan getar berfungsi sebagai alat pemisah ukuran material yang bekerja
dengan getaran yang pada pengelompokan ukuran materialnya bergantung
pada ukuran lubang ayakan.
Berdasarkan bentuk, permukaan lubang ayakan (screen) terbuat dari bahan
kawat baja yang dianyam dari jenis woven wire. Bagian dari ayakan getar
antara lain excentric shaft, woven wire, square opening dan deck screen.Faktor-
faktor yang mempengaruhi lolosnya material adalah ukuran material yang
sesuai dengan lubang bukaan, ukuran rata-rata material yang menembus lubang
ayakan, sudut yang dibentuk oleh gaya bentur material, komposisi air pada
material yang diayak, letak perlapisan material pada permukaan ayakan
sebelum diayak.
Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos
lubang ayakan dengan material yang seharusnya lolos. Secara umum efisiensi
ayakan tergantung pada lamanya umpan berada di atas ayakan, jumlah lubang
bukaan yang terbuka, tebal lapisan umpan, kecocokan antara bentuk dari
lubang ayakan dengan material yang diayak.
Efisiensi ayakan yang mendasarkan atas jumlah butiran, didefinisikan
sebagai perbandingan antara material yang lolos (fine material) dari umpan
dengan fine material yang berada dalam umpan (perbandingan material yang
benar-benar lolos dengan material yang seharusnya lolos). Efisiensi ayakan
dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒌𝒂𝒏


Efisiensi = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒖𝒎𝒑𝒂𝒏 x 100 %................(2.10)
Atau,jika material oversize yang dipentingkan maka effisiensi :
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒐𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒖𝒎𝒑𝒂𝒏
Efisiensi = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒐𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊𝒛𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒌𝒂𝒏 x 100 %.................................................(2.11)

Faktor yang mempengaruhi masuknya material ke dalam lubang ayakan :


1) Ukuran lubang bukaan ayakan
2) Ukuran rata-rata material.

1
3) Presentase opening terhadap total permukaan lubang ayakan.
4) Kandungan air dalam mineral yang akan diayak.
5) Sudut jatuh partikel terhadap permukaan lubang ayakan.
6) Kecepatan pengumpanan.
7) Kesempatan partikel untuk menyusun lapisan di atas ayakan getar berdasar
ukuran partikel.
8) Gerakan dari ayakan getar.

(sumber :Gaudin,
1939) Gambar 2.4 Ayakan Getar

Keterangan :
1. Top deck 4. Pring
2. Bottom deck 5. Plate
3. Eccentric
Perhitungan kapasitas teoritis ayakan yang dilakukan dengan rumus :
C = A x B x G x V x H x E x M x O x D x T x W..................................(2.12)
Dimana :
C = kapasitas teoritis ayakan getar, ton/jam
A = luas permukaan ayakan, m2
B = kapasitas basis ayakan getar setiap m2
G = bulk density factor
V = over size factor
M = moist condition factor

2
H = faktor ukuran halus material yang tidak lolos pada persen berat material
halus yang berukuran lebih kecil dari setengah ukuran lubang ayakan
E = faktor efisiensi
O = open area factor
D = deck factor
T = type of deck factor
W = wet screening factor
Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos
lubang ayakan dengan material yang seharusnya lolos. Secara umum efisiensi
ayakan tergantung pada lamanya umpan berada di atas ayakan, jumlah lubang
bukaan yang terbuka, kecepatan pengumpanan, tebal lapisan umpan kecocokan
antara bentuk dari lubang ayakan dengan material yang diayak, effisiensi (E)
ayakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐸=
𝑓− 𝑎 𝑥 100% ………………………………………………..(2.13)
𝑓 (1−𝑎)

Keterangan :
F = Fraksi undersize (lebih kecil ukuran pemisah) pada umpan
a = Fraksi undersize pada produk kasar
b = Fraksi undersize pada produk halus
f,a,b, dapat dinyatakan dalam persen (%)

2.1.7 Ban Berjalan (Belt Conveyor)


Sistem ban berjalan digunakan secara luas dalam bidang pelaksanaan
konstruksi. Sistem ini memberikan cara paling memuaskan dan hemat untuk
menangani dan mengangkut antara lain bahan tambang. Dengan aliran material
terangkut yang terus menerus dalam kecepatan tinggi, maka ban berjalan
mempunyai kapasitas tinggi.

Bagian-bagian utama suatu ban berjalan meliputi sabuk tak terputus, roda-
roda antar (idlers), alat penggerak (pulley), alat pengencang dan suatu konstruksi
penyangga. Sabuk atau ban dibuat dengan menyatukan beberapa jenis anyaman
kapas, nilon, rayon, kabel baja menjadi konstruksi tulangan yang memberikan
kekuatan yang perlu untuk menahan tarikan dalam sabuk. Lapisan-lapisan itu

2
ditutup dengan perekat terbuat dari karet yang kemudian menggabungkannya
menjadi struktur yang menyatu (Peurifoy, 1986).
Kapasitas teoritis sabuk berjalan sangat dipengaruhi oleh luas penampang
melintang material yang terangkut sabuk berajalan, kecepatan sabuk berjalan, dan
bobot isi material yang terangkut.
Luas penampang melintang akan tergantung pada lebar sabuk, dalamnya
cekungan sabuk, sudut lereng alam (angle of repose) material terangkut dan
sejauh mana sabuk itu mampu dimuati sampai batas kemampuannya, sedangkan
sudut lereng alami material diatas sabuk berjalan dipengaruhi oleh jenis dan
kondisi material yang diangkut.(Tabel 2.1)
Tabel 2.1. Sudut Lereng Alami Material
Sudut lereng
No alami (Derajat) Jenis dan kondisi material
1 10 Material lepas, halus, dan kering
2 20 Material lepas, diangkut dengan alat dan kondisi khusus
3 30 Material cukup kasar
(Sumber : Peurifoy, 1986)

Dengan mengetahui luas penampang melintang muatan di atas sabuk


berjalan maka kapasitas teoritis dari sabuk berjalan dapat dicari dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

A = K (0,9 B – 0,05)2......................................................................................(2.14)

keterangan :
A = Luas penampang melintang muatan di atas sabuk berjalan (m2)
K = Koefisien dari luas penampang melintang muatan di atas sabuk berjalan.
Harganya tergantung dari harga trough of angle () dan harga angle of
repose ().
B = Lebar sabuk berjalan (m)
Harga koefisien luas penampang (K) melintang pada sabuk berjalan dapat
dilihat dalam dibawah ini.

2
Tabel 2.2 Luas Penampang Melintang Material Pada Sabuk Berjalan
Trough of angle () 200
Angle of repose () 100 200 300
Lebar ban berjalan(mm)
400 0,930 1,200 1,480
450 1,210 1,570 1,940
500 1,540 1,990 2,460
600 2,310 2,990 3,690
750 3,760 4,870 6,010
900 5,560 7,190 8,880
1050 7,710 9,980 12,320
1200 1,220 1,210 16,310
1400 14,100 18,230 22,510
1600 18,610 24,060 29,710
1800 23,740 30,700 37,900
2000 29,490 38,140 47,090
Constan-(K) 0,0963 0,1245 0,1538
(Sumber : Peurifoy, 1986)

(sumber : Peourifoy, 1986)

Gambar 2.5. Penampang Sayat Sabuk Berjalan

2
Kapasitas teoritis ban berjalan menurut Peurifoy (1986) dapat dihitung dengan
rumus :

Qt = 60 x A x V........................................................................................(2.15)

Keterangan :

Qt = Kapasitas ban berjalan (ton/jam)

A = Luas penampang melintang (m2)

V = Kecepatan ban berjalan (m/menit)

Sedangkan kapasitas nyata ban berjalan dapat dihitung dengan rumus :

Pengambilan sampel pada saat ban berjalan dalam kondisi berjalan


3600𝑥𝐺
K = .........................................................................................(2.16)
1000𝑥𝑇

Keterangan :

K = Kapasitas ban berjalan (ton/jam)

G = Berat material sampel (kg)

T = Waktu pengambilan sampel (detik)

Pengambilan sampel pada saat ban berjalan dalam kondisi berhenti


60𝑥𝑉𝑥𝐺
P = ...........................................................................................(2.17)
1000𝑥𝐿

Keterangan :

P = Kapasitas ban berjalan pada saat berhenti (ton/jam)


G = Berat material sampel (kg)
V = Kecepatan ban berjalan pada saat berjalan (m/menit)
L = Panjang pengambilan sampel diatas ban berjalan (meter).

2.1.8 Kesediaan dan Penggunaan Alat


Ada beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan peralataan
sesungguhnya dan efektifitas pengoperasiannya, antara lain :
1) Mechanical Availability (MA)

2
Mechanical Availability adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi peralatan
yang sesungguhnya dari alat yang dipergunakan, dari waktu yang hilang
dikarenakan kerusakan atau gangguan alat, Persamaannya adalah :
𝑊
MA = x100 %...................................................................................(2.18)
𝑊+𝑅

Keterangan :

W = Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan kepada suatu alat yang dalam
kondisi yang dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap hambatan (delay time) yang ada.

R = Jumlah jam untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu
untuk perawatan.

2) Physical Availability (PA)


Physical Availability adalah catatan ketersediaan mengenai keadaan fisik dari
alat yang sedang dipergunakan.
Persamaannya adalah :

𝑊+𝑆
PA = x 100 %...........................................................................(2.19)
𝑊+𝑅+

Keterangan :

S = Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan, akan tetapi alat tersebut
tidak dalam keadaan rusak dan siap untuk dioperasikan.

3) Use of Availability (UA)


Angka Use of Availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif
suatu alat yang sedang tidak rusak untuk dapat dimanfaatkan, Hal ini dapat
dijadikan suatu ukuran seberapa baik pengelolaan pemakaian peralatan.
Persamaannya adalah :
UA = 𝑊
𝑊+𝑆 x 100 %...................................................................(2.20)

4) Effective Utilization (Eut)

2
Effective Utilization merupakan cara untuk menunjukkan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif.
Persamaannya adalah :

𝑊
Eut= x 100 %......................................................(2.21)
𝑊+𝑅+
𝑆

Keterangan :

W =Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan kepada suatu alat yang dalam
kondisi yang dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi
pula tiap hambatan (delay time) yang ada.
R = Jumlah jam untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu
untuk perawatan.
S= Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan, akan tetapi alat tersebut
tidak dalam keadaan rusak dan siap untuk dioperasikan

2.1.9 Efektifitas Penggunaan Alat


Efektifitas penggunaan alat adalah alat peremuk yang berhubungan dengan
produksi yang dihasilkan dari peralatan tersebut. Efektifitas digunakan untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat penggunaan dan kemampuan yang
dicapai peralatan tersebut yaitu dengan membandingkan antara kapasitas yang
dicapai saat ini dengan kapasitas desainnya dan dinyatakan dalam persen.
Perhitungan efektifitas pemakaian peralatan menggunakan persamaan:

EP = kapasitas nyata
x 100 %....................................................................(2.22)
kapasitas desain

2.2 Manajemen Operasional Alat Berat.


2.2.1 Manajemen Operasi
1. Menurut Jay Helzer dan Barry Render (2005;4) manajemen operasi
adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk
barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.

2
2. Menurut pangestu subagyo (2001;1), manajemen operasi adalah
penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi dan
operasi agar dapat dilakukan secara efesien.
Jadi manajemen operasi merupakan penerapan ilmu manajemen
untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi agar dapat dilakukan
secara efesien, selain itu juga dapat menghasilkan suatu produk yang
bisa berupa barang maupun jasa. Yang mana untuk kegitan proses
produksinya yang efektif dan efisien memerlukan berbagai konsep,
peralatan serta berbagai cara untuk mengolah operasinya.

2.2.2 Manajemen Alat Berat

Pada setiap perusahan memerukan peralatan. Begitupun pada perusahan


tambang sendiri juga membutuhkan peralatan dalam jumlah yang besar. Agar
pengguna peralatan dapat maksimal maka perlu adanya suatu proses manajemen.
Manajemen alat berat merupakan suatu metode yang mengatur
penggunaan alat-alat berat untuk memperoleh hasil yang tepat guna dan
berdayaguna dalam pelaksaan suatu proyek.
Elemen-elemen manajemen peralatan anatar lain :
1. Pemilihan dan kombinasi peralatan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan.
2. Penjadwalan kerja alat dan pemilihan peralatan

2.2.3 Pemilihan Dan Kombinasi Pengoprasian Alat Berat


Pada setiap perusahan memerlukan peratan. Begitupun pada perusahan
tambang sendiri juga membutukan peralatan dalam jumlah yang besar. Sering
dijumpai penggunaan peralatan yang lebih satu jenis, sebagai contoh dalam
mereduksi untuk mendapatkan ukuran yang spesifik sesuai dengan keinginan
maka alat berat untuk pengakutan batuan menggunakan truck, pemuatan batuan
wheel loader dan untuk pengecilan ukuran menggunakan unit stone crusher
dengan setiap bagiaannya yaitu : feeder, hopper, cruher dan screen. Adapun
contoh lainnya misalkan loading pembuatan badan jalan baru atau tracing untuk
jalan, maka di perlukan alat berat untuk land clearing seperti bulldocer
pembersihan lahan seperti
2
scrapper, alat penggali seperti excavator atau backhoe, alat pengakut seperti dump
truck dan alat pemadat seperti roller.
Untuk itu diperlukan suatu kealihan dan pemilihan peralatan yang akan
digunakan serta rencana yang untuk mengkombinasikan dari berbagai peralatan
yang digunakan agar dapat meyelesaikan pekerjaan tersebut secara efektif dan
efisien.
Dalam pemilihan tersebut meliputi pemilihan peralatan yang sesuai dengan
bidang pekerjaannya dan dengan jumlah yang tepat. Dalam pemilihan perlatan
tersebut agar mempertimbangkan produktifitas alat dan umur ekonomis peratan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan peralatan antara lain :
1. Macam atau jenis pekerjaan (pembangunan, rehabilitasi atau
pemeliharaan dan sebagainya)
2. Besar dan volume pekerjaan
3. Kondisi topografi (tanah rawa, pegunungan, daerah terisolir).
4. Sifat proyek (menyangkut waktu penyelesaiannya antara lain cepat,
sedang, bertahap dan sebagainya).
5. Biaya yang tersedia (cukup, terbatas dan sebagainya).
Setelah pemilihan alat, selajutnya dilakukan perhitungan produksi dan
waktu penyelesain dari masing-masing alat. Dari perhitungan waktu penyelesaian
alat selanjutnya dapat dibuat suatu jadwal pengoprasian alat. Apabila kita harus
menyewa alat maka diperlukan penjadwal baik, sehingga selama waktu sewa
peralatan tersebut benar-benar dapat dimanfaakan secara optimal. Penjadwalan
pekerjaan dapat disusun setelah diketahui hal-hal berikut :
1. Waktu peyelesaian.
2. Jenis dan volume pekerjaan
3. Jumlah dan jenis peralatan
4. Pola dasar operasi peralatan

2.2.4 Penjadwalan
Sistim pengedalian penjadwalan diperlukan untuk mengatasi perubahan-
perubahan dan penyipangan yang selalu terjadi dalam praktek pelaksaan proyek.
Perubahan dan peyimpangan tersebut dapat di sebatkan antara lain oleh :

2
1. Model asumsi dalam perencaan pelaksanan proyek yang kurang tepat,
terutama menyangkut masalah penentuan kegiatan beserta logika
ketergantungannya, durasi kegitan, metode pelaksaan, ketersedian
sumber daya dan sebagainya.
2. Perubahan-perubahan dalam spesifikasi dan persyratan-peryartan,
terutama yang meyangkut masalah teknis, jangka waktu, maupun biaya.
3. Halangan atau rintangan yang berkaitan dengan faktor lingkungan social
dan politis.
4. Bencana alam, gangguan cuaca dan masalah-masalah tak terduga lainnya.

2
BAB III
JADWAL PENELITIAN

3.1 RENCANA JADWAL PENILITIAN


Kegiatan penelitian ini akan dilakukan pada waktu yang telahdirencanakan,
lokasi kegiatan penelitian yang diminati oleh mahasiswa, yaitu :

Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian Tugas Akhir II/ Skripsi.

Tahun 2021

Waktu (Minggu)
No. Kegiatan
April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi pustaka
Pengamatan
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan
Laporan
Kolokium
Sidang/Pendadaran

3
DAFTAR PUSTAKA

Currie John M. 1973, Unit Operasi in Mineral Processing, CSM Press,


Columbia.

Gaudin M.A, 1939, Conveying, Crushing, Washing and Screening


Machinery, Moscow, Rusia.

Partanto P. 1990, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik


Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

Peurifoy R.L. Ledbetter W.B. 1998, Perencanaan, Peralatan, dan


Metode Konstruksi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Pryor E.J. 1983, Mineral Processing, 3 rd Edition, Applied Science


Publisher, New York.

Taggart, AF, 1953, “Handbook Of Mineral Dressing”, Jhon


Willey and Son, Inc, New York, London and Sidney.

Wills B.A.1979, Mineral Processing Technology, 1 st Edition,


Pargamon Press, New York.

Winanto A.P.H. 2008, Diktat Praktikum Pengolahan Bahan Galian,


Laboratorium Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

….. 2019, Data dari perusahaan PT. Calvary Abadi Indonesia Klaten.

Anda mungkin juga menyukai