Anda di halaman 1dari 4

Salah satu acara keagamaan yang menjadi tradisi sebagian masyarakat Islam di Indonesia adalah

manaqiban. Secara bahasa, manaqiban berasal dari kata manaqib yang berarti riwayat hidup
orang-orang besar.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pendidikan Tasawuf oleh Muhammad Basyrul Muvid, manaqiban adalah
sebuah peringatan untuk mengenang wafatnya seorang wali legendaris, yakni Syaikh Abdul
Qadir al Jailani. Beliau wafat pada 11 Rabiul Awal, sehingga acara ini biasa diperingati setiap
tanggal 11 pada bulan Islam lainnya.

Kegiatan dalam Acara Manaqiban


Menukil laman Pemerintah Kabupaten Pati, kegiatan manaqiban secara kebudayaan hanya
dianjurkan untuk para laki-laki, baik anak-anak, pemuda, dewasa, maupun orang tua. Tidak satu
pun perempuan yang terlibat di acara ini.
Biasanya, acara ini diisi dengan membacakan manaqib Syaikh Abdul Qadir al Jailani.
Menghimpun situs NU Online, ada dua manaqib yang umum dibaca masyarakat, pertama adalah
manaqib An-Nur Al-Burhani. Kedua adalah kitab manaqib Jawahir Al-Ma‘ani yang ditulis oleh
KH Jauhari Umar dari Pasuruan.
Perbesar
Illustrasi Membaca Kitab Manaqiban. Foto: Freepik
Pembaca kitab dalam acara manaqib ini hanya dilakukan oleh seorang kiai. Sementara para
jemaah dengan khidmat mendengarkan dan secara aktif memuji Allah dengan kalimat-kalimat
yang terdapat dalam Asmaul Husna.
ADVERTISEMENT
Hal yang dibaca dalam kitab manaqib tersebut meliputi silsilah nasab Syaikh Abdul Qadir al
Jailani, sejarah hidupnya, akhlaq dan karomah-karomahnya. Disamping itu, tercantum juga doa
bersajak (nadhom) yang bermuatan pujian-pujian dan tawassul kepada Allah SWT melalui
perantara Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Tujuan Manaqiban
Dijelaskan dalam buku Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah: Studi Etnografi Tarekat Sufi Di
Indonesia oleh Emawati, Syukran Makmun dan Gunawan Anjar Sukmana, manaqiban ini
bertujuan untuk mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah SWT dengan cara memahami
kebaikan para wali yang dicintai-Nya. Sebagaimana ditulis dalam Alquran:
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َم ْن يَّرْ تَ َّد ِم ْن ُك ْم ع َْن ِد ْينِ ٖه فَ َسوْ فَ يَْأتِى هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم يُّ ِحبُّهُ ْم َويُ ِحبُّوْ ن ٗ َٓه ۙاَ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اَ ِع َّز ٍة َعلَى ْال ٰكفِ ِر ْي ۖنَ ي َُجا ِه ُدوْ نَ فِ ْي‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫َسبِي ِْل ِ َواَل يَ َخافُوْ نَ لَوْ َمةَ اَل ۤ ِٕى ٍم ٰۗذلِكَ فَضْ ُل ِ يُْؤ تِ ْي ِه َم ْن يَّ َش ۤا ۗ ُء َو ُ َو‬
‫اس ٌع َعلِ ْي ٌم‬
ADVERTISEMENT
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar)
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan
mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman,
tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (QS. Al
Maidah: 54).

Perbesar
Illustrasi Membaca Kitab Manaqiban. Foto: Freepik
Selain itu, tujuan lain dari manaqiban seperti yang dikutip dari laman Desa Ngareanak
Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal, yaitu:

 Berharap mendapat keberkahan dari pembacaan manaqib. Hal tersebut didasarkan


keyakinan bahwa Syaikh Abdul Qadir al Jailani adalah wali quthub yang sangat
istimewa, yang dapat mendatangkan berkah dalam kehidupan seseorang.
 Biasanya para jamaah membawa botol yang berisi air dan mendekatkan kepada imam
atau pemimpin acara tersebut dengan tujuan mendapat berkah dari doa-doa yang
dibacakan oleh mereka, sehingga sewaktu air itu diminum dapat menjadi air yang berkah
dan menyehatkan bagi tubuh.
 Memohon untuk kesuksesan dan berkah-berkah lain sesuai dengan kepentingan masing-
masing.
 Hubungan masyarakat sekitar menjadi semakin rukun dan semakin erat tali
persaudaraannya.

Anda mungkin juga menyukai