Anda di halaman 1dari 4

MERAIH KEMULIAAN BERSAMA AL QUR’AN memberikan syafa’at dan pertolongan di sisi Allah Swt.

kecuali atas seizin-


Oleh : John Supriyanto1 Nya”. Di dalam kitab-kitab riwayat, terkait dengan ayat ini dijelaskan
bahwa yang akan diizinkan oleh Allah Swt. untuk memberikan syafa’at
Di antara penyempurna kemuliaan dan keagungan bulan kepada umat manusia di yaum al-hisab nanti antara lain adalah para nabi
Ramadhan -jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain- adalah kepada masing-masing umatnya; Al Qur’an kepada para pembaca dan
bahwa pada bulan ini telah diturunkan pertama kali Al Qur’an kepada pencintanya; para penghapal al-Qur’an kepada orang-orang yang
Rasulullah Saw., merujuk kepada firman Allah Swt. dalam Qs. al- dicintainya; anak-anak yang shalih kepada para orang tuanya; para suami
Baqarah : “Syahr Ramadhan allazi unzila fihi al-Qur’an hudan linnas wa kepada istri-istrinya; bahkan harta kekayaan yang diinfakkan di jalan Allah
bayyinat min al-huda wa al-furqan ” (Bulan Ramadhan yang di dalamnya Swt. kepada mereka yang menshadaqahkannya; dan lain sebagainya.
diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari
petunjuk-petunjuk itu serta sebagai pembeda antara kebenaran dan Meraih kemuliaan bersama Al Qur’an tentunya merupakan
kebathilan). Oleh karena itu, bulan Ramadhan sebagai syahr al-Qur’an prestasi dan capaian yang luar biasa serta menjadi harapan bagi setiap
harus pula menjadi momentum evaluasi sejauhmana kita semua individu beriman. Harapan tersebut tentunya dapat diraih dengan
mencintai, mengagungkan serta mengamalkan pesan-pesan suci dalam sejauhmana usaha kita dalam memperlakukan, memuliakan dan
rangka meraih dan menggapai kemuliaan hidup bersama Al Qur’an. mengagungkan Al Qur’an dalam kehidupan kita. Dalam konteks ini,
Kemuliaan seseorang di hadapan Allah Swt. adalah sangat tergantung teladan kehidupan Rasulullah Saw. dan para sahabat ra. kiranya cukuplah
dengan bagaimana ia memuliakan Al Qur’an dan menjadikannya sebagai menjadi contoh bagi setiap pribadi beriman dalam usaha meraih
anutan dan panutan dalam setiap aspek kehidupannya. kemuliaan hidup bersama Al Qur’an, baik di dunia maupun di akhirat.
Prinsip dasar meraih kemuliaan itu adalah dengan menjadikan Al Qur’an
Di antara kemuliaan yang akan Allah Swt. berikan kepada para sebagai sumber acuan dan pedoman utama dalam kehidupan seorang
shahib al-Qur’an wa ahluhu adalah bahwa Al Qur’an akan memberikan beriman. Dalam sebuah hadits yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw.
syafa’at di pengadilan Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda : “ iqra’u al- diungkapkan : “barangsiapa yang menjadikan Al Qur’an sebagai
Qur’an fa innahu ya’ti yaum al-qiyamah syafi’an li ahlihi ” (bacalah Al imamnya, maka ia akan menuntunnya sampai ke surga; namun
Qur’an, karena sesungguhnya ia akan memberikan syafa’at kepada para barangsiapa yang memposisikan Al Qur’an di belakangnya (mengabaikan
pembacanya). Di akhirat nanti, dengan izin Allah Swt. akan ada beberapa pesan dan ajarannya), maka ia akan mendorongnya ke neraka ”.
hal yang dapat memberikan syafa’at dan pertolongan umat manusia.
“Man za allazi yasyfa’u ‘indahu illa bi iznihi ” (tidak ada yang mampu Kitab-kitab riwayat telah menggambarkan bagaimana Rasulullah
Saw. dan para sahabat ra. memberikan perhatian dan waktu yang sangat
besar untuk Al Qur’an. Selain sebagian besar para sahabat adalah para
1
Materi disampaikan dalam khutbah jum’at di Masjid Agung Sultan
Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo Palembang, Tanggal 23 April 2021 huffazh al-Qur’an yang tanpa mengenal usia, tingkat intelektualitas dan
status sosial, mereka juga senantiasa mengadakan majelis tilawah dan berdo’a dan berzikir, maka Aku akan anugerahkan kepadanya suatu yang
khatm al-Qur’an, baik di masjid, tempat-tempat umum maupun di rumah. lebih baik daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang
Hal ini mereka lakukan dalam sepanjang hidup mereka, tidak hanya pada berdo’a dan berzikir”. Selain itu, memperbanyak membaca Al Qur’an
bulan Ramadhan sebagaimana yang terjadi pada sebagian besar umat merupakan media penyembuhan dari berbagai penyakit hati. Rasulullah
Islam pada saat ini. Mereka mengimani dan meyakini bahwa Al Qur’an Saw. pernah menjelaskan bahwa : “ hati manusia –dengan berbagai
adalah bacaan terbaik pada setiap waktu dan keadaan, senang maupun penyakitnya- akan berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Seorang
susah, bahagia ataupun duka. Mereka memahami betul sabda Rasulullah sahabat bertanya, bagaimana menjadikan hati bercahaya kembali ya
Saw. bahwa : “keutamaan kalam Allah atas sekalian kalam yang ada Rasulallah? Beliau menjawab : “dengan memperbanyak membaca Al
adalah seperti keutamaan Allah atas sekalian makhlukNya ”. Kondisi ini Qur’an”. Membaca Al Qur’an merupakan ibadah yang ringan, mudah dan
mungkin akan berbeda terbalik dengan kenyataan dalam masyarakat kita murah, namun bernilai sangat mulia di sisi Allah Swt.
pada saat ini, di mana getged dan berbagai alat komunikasi dengan
Kedua, memperbanyak mendengarkan bacaan Al Qur’an dari
segala perangkat dan aplikasinya justru lebih dominan melingkupi dan
orang lain. Al Qur’an tidak hanya memberikan dampak positif, manfaat
bahkan menguasai hampir seluruh waktu dan perhatian, tanpa mengenal
dan kebaikan bagi orang yang membacanya, namun juga mendatangkan
tempat dan suasana.
manfaat dan kebaikan kepada mereka yang mendengarkan bacaannya
Dalam kitab “at-Tibyan fi Adabi Hamalati al-Qur’an ” yang ditulis dari orang lain. Qs. al-A’raf : 207 mengisyaratkan bahwa mendengarkan
oleh Al-Imam an-Nawawi Asy-Syafi’i dijelaskan secara eksplisit tentang bacaan Al Qur’an dari orang lain dengan khusyu’ merupakan sarana
bagaimana usaha dan upaya yang harus dilakukan seorang muslim meraih rahmat Allah Swt. Rasulullah Saw. dalam banyak haditsnya
dalam rangka meraih kemuliaan bersama Al Qur’an. Pertama adalah mengungkapkan beberapa keutamaan mendengarkan bacaan Al Qur’an
dengan selalu memperbanyak membacanya, meskipun tidak mengerti arti dari orang lain. Di antaranya “ barangsiapa yang mendengarkan satu ayat
dan maksudnya. Ketika kita membaca sebuah teks yang tidak kita pahami dari kitab Allah, maka dituliskan baginya satu hasanat yang ganjaran
makna dan maksudnya, maka hal tersebut bis akita katakan sebagai pahalanya dilipatgandakan ”. Dalam hal ini, Rasulullah Saw. sendiri –yang
suatu tindakan yang redundant, mubazir dan sia-sia. Hal ini ternyata Al Qur’an diturunkan kepadanya- sangat gandrung mendengarkan bacaan
berbeda dengan membaca Al Qur’an. Meskipun tidak mengerti makna Al Qur’an dari orang lain. Ibnu Mas’ud ra. menceritakan bahwa suatu hari
dan maksudnya, membaca Al Qur’an merupakan ibadah yang sangat Rasulullah Saw. berkata kepadanya : “ Wahai Ibn Mas’ud, bacakanlah Al
mulia di sisi Allah Swt. Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa orang yang Qur’an untukku”. Ia-pun menjawab : “Duhai Rasulullah, apakah pantas
membaca satu huruf Al Qur’an akan memperoleh satu hasanat dan aku membacakannya untukmu, sedangkan Al Qur’an itu diturunkan
setiap hasanat dilipatgandakan ganjarannya menjadi sepuluh hasanat. kepadamu”. Rasulullah Saw. bersabda : “ Aku senang membacakan Al
Dalam sebuah hadits qudsi Allah Swt. berfirman bahwa : “ seorang yang Qur’an itu dari orang lain ”. Diceritakan pula bahwa suatu malam
disibukkan oleh Al Qur’an yang karena kesibukannya ia lupa untuk Rasulullah Saw. mendengarkan bacaan Al Qur’an Abu Musa al-Asy’ari
dan beliau sangat menikmatinya, sehingga hal itu berlangsung sampai majelis khatm al-Qur’an adalah mustajabnya do’a pada saat
larut malam. Saat beliau pulang ke rumahnya, istri beliau ‘Aisyah ra. mengkhatamkan Al Qur’an. “li kulli shalatin haqq, li kulli qira’atin haqq, wa
bertanya mengapa beliau pulang sudah demikian larutnya. Lalu li kulli khatmatin haqq” (bagi setiap shalat ada hak do’a yang dikabulkan,
Rasululllah Saw. menjelaskan bahwa ia sangat tertarik dengan bagi setiap bacaan Al Qur’an ada hak do’a yang dikabulkan, dan bagi
kemerduan suara Abu Musa al-Asy’ari yang membaca Al Qur’an, setiap khataman Al Qur’an ada hak do’a yang dikabulkan). Demikian
semerdu suaranya Nabi Daud as. sabda Rasulullah Saw. Menurut riwayat Imam ad-Darami dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa do’a tersebut diaminkan oleh lebih dari 4000
Ketiga, menyelenggarakan dan menghadiri majelis khatm al-
malaikat.
Qur’an. Mengkhatamkan bacaan Al Qur’an dan atau menghadiri majelis
khataman Al Qur’an merupakan ibadah yang sangat dianjurkan serta Terakhir, mengkaji pesan-pesan dan kandungan Al Qur’an, baik
memiliki banyak kebaikan dan keutuaman. Dalam sebuah hadits, dilakukan secara individual maupun dengan menghadiri majelis-majelis
Rasulullah Saw. menerangkan bahwa : “ tidaklah berkumpul sekelompok pengkajian dengan tujuan akkhir aplikasi dan pengamalan.
orang di masjid-masjid untuk membaca Al Qur’an dan mempelajarinya Bagaimanapun untuk menjadikan Al Qur’an sebagai “huda” (petunjuk) dan
bersama-sama, melainkan turun kepada mereka sakinah (kedamaian), “nur” (cahaya penerang) dalam kehidupan seorang muslim tidaklah cukup
rahmat Allah menaungi mereka dan para malaikatpun mengerumuni hanya dengan membaca dan mentilawah ayat demi ayat dan surat demi
mereka, serta Allah Saw. membangga-banggakan mereka di hadapan surat dari waktu ke waktu tanpa diiringi upaya untuk memahami dan
para malaikat yang ada di sisi-Nya”. mempelajari pesan-pesan dan ajarannya. Maka dalam konteks ini,
majelis-majelis pengkajian Al Qur’an menjadi sangat penting perannya
Antusiasme dan semangat para shahabat demikian besar dalam
dan perlu ditingkatkan jumlah dan intensitasnya. Untuk mempedomani Al
melaksanakan dan menghadiri majelis khatm al-Qur’an. Anas ibn Malik ra.
Qur’an dalam setiap aspek kehidupan diperlukan upaya maksimal dengan
jika akan mengkhatamkan bacaan Al Qur’an, maka beliau mengumpulkan
mengkaji, memahami dan mempelajari serta yang terpenting adalah
seluruh anggota keluarganya dan berdo’a bersama-sama mereka.
mengamalkan ajaran-ajarannya. Ketika ‘Aisyah ditanya tentang
Bahkan beliau menunda bacaan yang hampir selesai di malam hari untuk
bagaimana akhlak Rasulullah Saw., beliau menjawab : “ kana khuluquh al-
dikhatamkan di pagi hari. Adapun Ibn ‘Abbas ra. seringkali mengutus
qur’an” (akhlak rasul adalah Al Qur’an). Artinya, Al Qur’an telah teraplikasi
orang lain untuk mengintip shahabat lain yang membaca Al Qur’an di
secara sempurna dan nyata dalam praktek kehidupan Rasulullah Saw.,
masjid Nabawi. Jika ada shahabat yang akan mengkhatamkan
sehingga qaulan wa fi’lan wa fikran wa taqriran wa hamman beliau semua
bacaannya, maka utusan itu akan menyampaikannya kepada Ibn ‘Abbas
bersumber dan bermuara dari Al Qur’an.
ra. dan beliau segera berangkat ke masjid untuk menghadiri khatm al-
Qur’an tersebut. Selain bermaksud meraih banyak kebaikan dan Bulan Ramadhan sebagai syahr al-Qur’an yang di dalamnya
keutamaan, hal lain yang mendorong semangat para shahabat terhadap diperingati peristiwa nuzul al-Qur’an, baik di masjid-masjid dan mushalla,
sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan, kantor-kantor pemerintah dan
swasta serta di berbagai tempat hendaknya menjadi momentum bagi
peningkatan nilai-nilai kecintaan, pemuliaan dan pengagungan terhadap
kitab suci Al Qur’an, serta memaksimalkan upaya dalam mengamalkan
ajaran-ajarannya. Standard minimal yang harus dilakukan sebagai wujud
nyata dari kecintaan umat Islam terhadap kitab sucinya adalah dengan
meningkatkan intensitas membacanya, mendengarkan bacaannya, gemar
melaksanakan dan menghadiri majelis khatm al-Qur’an, serta yang
terpenting mempedomani ajaran-ajarannya dan mengaplikasikannya
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian insya Allah
kita akan mampu meraih kemuliaan hidup bersama Al Qur’an, menggapai
kemuliaan dan mendapatkan keberkahan-nya di sisi Allah Saw.
(Allahumma j’alna min ahl al-qur’an, allazina hum ahluka wa
khashshatuka).

Anda mungkin juga menyukai