Anda di halaman 1dari 8

Menepati Janji

Saudaraku kaum Muslimin!


Jika kita menyampaikan kuliah tujuh menit jangan lupa bersyukur kepada
Allah Swt dan memujinya dengan kata yang paling baik dan dirasakan
dalam hati yang dalam, ajak pendengar untuk bersungguh supaya hati tidak
lalai. Segala puji bagi Allah sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha
Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan
di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Dan jangan sekali-kali jangan lupa untuk menyampaikan Semoga shalawat
dan salam kepada nabi Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga,
para sahabatnya dan pengikutnya.Judul kita pada kali ini adalah
menepati janji karena setiap hari disadari atau disadari tiap hari kita
tidak luput membuat janji baik kepada Allah Swt dan janji kepada
manusia. Dan jika ini dibahas tentunya memakan waktu sangat panjang
dan jika ditulis maka seakan-akan tidak akan putus-putusnya. Waktu
penyampaian kita hanya dalam kuliah tujuh menit inilah pokok bahasan
kita.
Sumpah / janji sangat melekat dalam kehidupan manusia baik dalam
hubungannya dengan Allah maupun dengan manusia lain Setiap manusia
yang telah membuat janji akan akan diminta pertanggung jawaban, baik di
dunia maupun diakhirat Allah Swt berfirman, . . . . . . . dan penuhilah
janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
(Qs Al Israa : 34)Orang yang selalu menepati janji disebut Al Amin,
berarti orang tersebut mempunyai sifat setia, jujur dan terpercaya. Setia
terhadap janji merupakan dasar-dasar terpenting bagi pembentukan pribadi
yang islami. Barangsiapa yang teguh dengan janjinya, dengan pernyataan
sumpah, atau atas nama Allah, maka ia telah berjanji kepada Allah.
Pengkhianatan terhadap janji merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan
yang telah memberi amanah kepadanya.
Janji ada dua bagian. Yaitu janji terhadap Allah Swt dan janji terhadap
manusia. Adapun janji terhadap Allah adalah melaksanakan syariatnya
serta segala janji yang diucapkan seorang Muslim kepada Tuhannya.
Adapun janji terhadap manusia adalah segala keharusan yang mesti
dipenuhi di antara manusia dalam setiap muamalah. Meskipun janji kepada
manusia tetapi mengandung janji kepada Allah
Memegang jabatan adalah memikul beban yang berat untuk memenuhi
janji / sumpah yang diucapkan karena beratnya jabatan tersebut Rasulullah
saw mengingatkan dalam suatu hadits dari Abdurrahman bin Samurah r.a.
dia berkata, Rasulullah saw bersabda, Wahai Abdurrahman bin Samurah
! Janganlah Engkau meminta jabatan (kekuasaan). Karena jika engkau
diberi jabatan karena permintaanmu, akan menjadi lebih berat (tanggung
jawabmu). Jika engkau diberi jabatan tanpa engkau pinta, engkau akan
dibantu (menjadi lebih ringan) tanggung jawabmu. Apabila engkau ingin
bersumpah dengan suatu sumpah, lihat dulu kebaikan yang dapat
diperoleh, sebaiknyalah jauihlah bersumpah, dan lakukan saja mana-
mana engkau lihat lebih baik.Menepati janji di dalam tatanan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat merupakan suatu kewajiban
dalam rangka pencapaian tujuan yaitu masyarakat yang adil, sejahtera lahir
dan bathin. Setiap pejabat negara yang telah mengucapkan sumpah / janji
dengan mengatas namakan Allah maka wajib baginya untuk menepati janji
yang telah diucapkan. Point demi point sumpah yang diucapkan dengan
lantang menirukan pengambil sumpah dengan meletakan Al Quran diatas
kepala, dan disaksikan para hadirin dan pasti juga disaksikan juga oleh
Allah Swt.
Tampaknya upacara pengambilan sumpah begitu sederhana tetapi
mempunyai dampak yang luas. Bila para pejabat negara, para pedagang,
dan seluruh lapisan masyarakat memegang janji dengan sungguh-sungguh
maka sudah pastilah masyarakat akan memperoleh keadilan, kemakmuran,
sejahtera lahir dan bathin. Sebaliknya, jika sumpah / janji tidak
dilaksanakan maka resikonya sangat besar. Jika ada tindakan, perkataan
atau perilaku yang tidak selaras atau bertentangan dengan sumpah itulah
yang disebut pengkhinatan. Pengkhinatan terhadap janji akan merugikan
orang banyak yang akan berakibat, rakyat yang seharusnya diayomi tetapi
kenyataanya didzalimi. Rakyat yang harusnya memperoleh kemakmuran
tetapi yang muncul kesengsaraan. Uang negara yang harus dimanfaatkan
untuk kepentingan masyarakat tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi.
Dan berbagai berbentuk pengkhinatan, yang muaranya kehancuran
masyarakat bahkan kehancuran negara.
Hal yang tampak aneh di masa kini, pengkhianatan terhadap sumpah
tampaknya menjadi biasa dengan berbagai dalih dan disamar dengan
berbagai tindakan kesufian. Dzikir bersama, istighosah dilapangan dengan
cucuran air mata, dengan istilah keren tobat nasional. Tetapi ajaran Islam
telah membuat garis tegas bahwa sikap inilah yang disebut munafik.
Dalam suatu hadits dari Abdullah bin Umar dan Amr bin Ash ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda, Ada empat hal, barangsiapa yang
mempunyai keempatnya maka ia adalah orang munafik murni dan
barangsiapa yang memiliki sebagian darinya maka ia memiliki bagian
kemunafikan sebelum ia meninggalkannya, Yaitu (1) apabila ia
dipercaya ia berkhianat, (2) jika ia berbicara ia berdusta, (3) jika
berjanji ia engkar, dan (4) jika ia bermusuhan ia berbuat curang.Begitu
pentingnya kesetiaan terhadap janji dalam pembentukan masyarakat yang
islami, Islam menjelaskan tentang apa yang bakal diterima oleh orang yang
tidak setia terhadap janjinya. Orang-orang yang menggadaikan janjinya
dengan harga murah serta lebih memilih kehidupan dunia, maka ia merugi
sedangkan yang menepati janji akan beruntung baik di dunia maupun di
akhirat. Allah Swt berfirman, Dan janganlah kamu jadikan sumpah-
sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan
tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan
kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan
Allah: dan bagimu azab yang besar. Dan janganlah kamu tukar
perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah),
sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang
ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.(Qs An Nahl 94-96)Dengan
demikian jelas bahwa, pribadi Muslim yang taat itu selalu menepati janji.
Jika telah berjanji kepada manusia maka ia memegang teguh dan setia
kepada janji itu. Manakala ia melihat kerusakan dan pertentangan, iapun
dengan antusias segera memperbaiki serta mendamaikannya. Ia tak akan
menarik dari suatu kesepakatan yang pernah disepakati, terlebih jika
berkaitan dengan orang banyak.
Akhirnya harus disadari bahwa kita semua baik pembicara maupun
pendengar semuanya telah mengikat janji dan itu harus ditunaikan dengan
penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab Semoga kita selalu mendapat
tuntunan dari Allah, termasuk golongan yang menepati janji
Wallahu alam bi shawwab.
Diposkan oleh Bahrul Ulum di 05.58 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tawakkal Kepada Allah

Hampir setiap hari kita mendengar nasehat dari sahabat dan teman, bila ada orang
yang mendapatkan mendapatkan musibah / bencana. Selalu dibisikan. Ayo kuat-
kuatkan iman, tawakal ya, ingat kepada Allah Kalau nasehat ini disampaikan hati ini
menjadi kuat dan sehat dan semangat timbul lagi. Nah, kali anda saya akan uraikan
tentang tawakal kepada Allah dengan harapan anda perlu menyampaikan kepada isteri,
anak-anak anda, teman atau jamaah tempat anda shalat, meskipun tidak lebih dari
sepuluh orang, cukup tujuh menit, biar sediki, asal paham
Terlebih dahulu jangan lupa sampaikan ! Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan
ilmu sebagai sifat kesempurnaan yang paling tinggi. Aku bersaksi tiada Tuhan yang
patut disembah selain Allah, yang tiada sekutu bagi Nya dan aku bersaksi Muhammad
saw adalah hamba dan utusan Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada junjungan
kita Rasulullah Saw, juga tercurahkan kepada keluarganya, dan para sahabatnya serta
orang-orang yang mengikutinya.
Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah.
Mari kita merenung sejenak peristiwa hari-hari belakangan ini, negara kita terus ditimpa
dengan berbagai bencana seperti gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung,
banjr, longsor, penyakit dan berbagai bencana yang susul menyusul. Bencana-bencana
tersebut menimbulkan korban yang besar baik nyawa manusia serta harta benda dan
berbagai duka nestapa seakan-akan tidak tersembuhkan. Satu bencana belum dapat
diatasi bencana lain muncul lagi, seakan-akan tidak habis-habisnya. Jika ada manusia
yang kurang iman maka disinilah peluang setan membelokan keyakinan.
Menghadapi bencana ini bagi orang beriman harus dapat mengambil sikap, di dalam Al
Quran iman dan tawakal selalu disebutkan secara berpasangan, Allah Swt berfirman,
......kami beriman kepada-Nya dan kepadaNyalah kami bertawakkal. (Qs Al Mulk :
29). Artinya, bertawakal salah satu tanda bagi Muslim yang kuat dalam keimanannya.
Dia meyakini setiap peristiwa adalah kehendak Allah dan sekaligus memenuhi hak
Tuhan nya, dan berupaya mengatasi kesulitan hidupnya dan menyerahkan hasilnya
sebagaimana yang dikehendaki Allah. Sebab Allah Swt lebih mengetahui kebaikan dan
manfaatnya setiap peristiwa/ musibah yang ditimpakan.
Tawakal kepada Allah berdampak luas bagi kehidupan seorang Muslim. Ia akan
senantiasa diliputi ketenangan, keamanan dan kelapangan. Terbebas dari dampak ke-
hidupan sosial, seperti kegelisahan, ketergesaan. Alam pikirnya senantiasa tenang
serta roman mukanya memancarkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan bersandar
kepada Allah, ia memiliki keyakinan bahwa Dialah yang mencegah segala bencana dan
mara bahaya, karena dia menjadi Wakilnya. Allah Swt berfirman : Barangsiapa
bertawakal kepada Allah, maka dia akan mencukupinya (Qs Ath Thalaaq: 3)Kisah
para nabi dapat menjadi pelajaran bagi kita bahwa dengan tawakal yang benar Allah
akan menolongnya. Nabi Ibrahim ketika akan dibakar oleh kaumnya dia bertawakal
kepada Allah dengan ikhlas dan menyebut Cukuplah bagi kami Allah sebaik-baik
wakil, kemudian api menjadi dingin dan ia selamat. Hal demikian juga dialami oleh nabi
Muhammad Saw beserta orang-orang beriman saat mereka menghadapi ancaman
musuh, orang-orang musyrik dan menyebut. Cukuplah bagi kami Allah sebaik-baik
wakil, Peristiwa tersebut direkam dalam Al Quran, Allah Swt berfirman : (Yaitu) orang-
orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat
luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di
antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. Maka mereka kembali
dengan ni`mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat
bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai ;
karunia yang besar (Qs Ali Imran 173-174)
Arti bertawakal kepada Alah yaitu senantiasa memohon pertolongan Nya atas
penguatan iman untuk mendapatkan kemenangan dan kemuliaan. Dimana dia hanya
menyerahkan diri serta memohon kepada Allah. Tidak memohon kepada selainnya dan
hanya takut kepadaNya. Untuk pengawasan serta penjagaan dirinya, ia bersandar
hanya kepada Allah Swt, sebab Dia Yang Maha Kuasa. Iapun menyandarkan
keamanan serta keselamatan hanya kepada Nya. Bagaimanapun seseorang tidak akan
mendapat musibah kecuali sudah ditetapkan Allah. Iapun tidak dapat menggapai suatu
manfaat kecuali yang telah ditetapkanNya.
Jika seorang mukmin yang bertawakal maka ketika musibah datang dia meyakini
bahwa musibah adalah bagian dari takdir yang tidak dapat ditolak dan tak dapat
digapai. Rasulullah memberi tutunan tentang ketetapan Allah, beliau bersabda ,
Ingatlah Allah, maka engkau akan menemukan Dia di depanmu. Kenali Allah pada
waktu suka, niscaya Dia akan mengenalimu pada waktu engkau dalam kesulitan. Dan
ketahuilah bahwa sesuatu yang terlepas darimu itu tidak akan pernah mengenaimu,
dan sesuatu mengenaimu tidak akan terlepas darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan
itu bersama kesabaran dan bahwa kemudahan itu bersama kesulitan dan kerumitan
bersama kelapangan.Tawakal bukan berarti diam tanpa usaha, tawakal sejati adalah
jika seseorang melakukan upaya dengan penuh kesungguhan. Lantas menyerahkan
semua perkaranya kepada Allah Swt. Dalam suatu kisah, seorang lelaki datang kepada
Rasulullah Saw, dan hendak membiarkan untanya di depan pintu masjid tanpa
mengikatnya, lantas bertanya, Wahai Rasulullah, apakah saya mesti mengikatnya
lantas bertawakal ataukah membiarkannya dan bertawakal. Nabi Saw menjawab,
Ikatlah unta itu lantas bertawakal. (HR Tarmidzi).
Untuk keselamatan kita semua ikuti anjuran hadits ini. Dari Abu Darda, Nabi saw
bersabda, ia berkata. Barangsiapa berkata setiap hari ketika memasuki waktu pagi dan
waktu sore : Hasbiyallahu la ilahaa illa huwa alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul
arsyil adzhiim. (Cukuplah Allah bagiku, tiada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku
bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki arasy yang Agung). 7 X Allah akan
mencukupinya dalam hal-hal yang menyulitkan baik urusan dunia dan akhirat.Jika anda
seorang muslim inilah sikap anda hari ini dan esok.Tawakal adalah sikap hidup muslim
yang mempunyai dampak positip dalam kehidupannya sehari-hari ia tidak pernah takut
dan gentar menghadap situasi apapun dan dimananpun.
Itulah anda dan saya .
Semoga Allah selalu memberi kekuatan iman untuk menghadapi segala macam
tantangan kehidupan
Wallahu alam bis shawab.
Diposkan oleh Bahrul Ulum di 05.44 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Lima Ujian Keimanan

www.pidato kuliah tujuh menit.com


Saudaraku kamu Muslimin!
Setiap hari kita sering mendengar orang mengatakan SAYA TELAH BERIMAN, dan
saya mempunyai keyakinan andapun pernah mengucapkannya. Tetapi persoalannya
akan lain bila pernyataan yang diucapkan tidak sesuai dengan ciri orang beriman.
Karena iman bukan sekedar kata tetapi dilanjutkan dengan tindakan nyata sesuai
dengan ciri orang beriman. Oleh karena itu harus disadari bahwa pernyataan keimanan
bukanlah masa sederhana karena ia pasti mendapat ujian. Kali ini kuliah tujuh menit
bagi orang awam akan membahas LIMA UJIAN KEIMANAN tidak apa kita
membahas secara ringkas yang penting biar sedikit asal fahamPada tempatnya kita
memulai dengan ucapan Segala puji bagi Allah yang Maha mengetahui dan Maha
Melihat hambahambaNya. Maha Suci Allah yang telah menjadikan di langit bintang-
bintang, dan menjadikan pula padanya matahari dan bulan yang bersinar. Ya, Allah
curahkanlah rahmat kepada nabi pembawa rahmat, hidayah dan nikmat yang
melimpah. Lisannya jujur dalam menyampaikan wahyu dengan ungkapan yang paling
indah. Telinganya adalah kebaikan yang menerima wahyu, lalu menyusunnya dengan
isyarat yang amat lembut dan curahkan juga rahmat kepada keluarga dan sahabatnya
serta para pengikutnya.
Berkenaan dengan ujian bagi orang beriman, Allah swt berfirman, Apakah manusia
itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-
orang yang sebelum mereka, (Qs Al Ankabuut : 2-3) Dengan pernyataan ini jelas
bagi kita setiap orang yang menyatakan beriman pasti akan diuji. Ujian ini dalam
berbagai bentuk, dan Allah Maha bijaksana memberikan ujian selaras dengan tingkat
keimanan hambanya. Makin tinggi tinggi tingkat keimanan seseorang maka makin tinggi
pula ujian yang akan diberikan Allah. Yang paling berat mendapat ujian dalah para nabi,
Dalam sebuah hadits dijelaskan, Manusia yang paling berat cobaannya ialah para
nabi, kemudian orang-orang sholeh kemudian manusia dibawahnya, lalu yang
dibawahnya. Seseorang menerima cobaan selaras dengan agamanya. Jika agamanya
kuat, maka ditambahkan cobaan untuknya.Ujian bagi orang beriman sepanjang masa
dan berlaku umum adan 5 hal yang pasti ada disekitar kita bahkan kita sendiri pernah
mengalaminya. Rasulullah saw pernah menjelaskan: Orang beriman berada pada lima
hambatan:
1. Orang beriman yang mendengkinya,
2. Orang munafiq yang membencinya,
3. Orang kafir yang memeranginya,
4. Setan yang menyesatkannya, dan
5. Hawa nafsu yang memeranginya. (HR. Abu Bakar bin Laal dari Anas ra).Hadits ini
menunjukan rintangan yang bakal dihadapi bila kita menyatakan telah beriman. Apabila
ia berhasil dalam melewati rintangan-rintangan tersebut selamatlah ia di dunia dan
akhirat. Sebaliknya apabila gagal dalam menaklukan ujian tersebut maka suramlah
masa depannya baik di dunia apalagi di akhirat.
Mari kita uraikan satu persatu bentuk ujian diatas :
1. Orang beriman tapi pendengki. Rasa dengki merupakan sebuah penyakit yang
dapat menjangkiti anak keturunan Adam. Baik ia orang yang beriman, apalagi orang
munafiq dan kafir. Orang beriman dapat terserang penyakit dengki terhadap mukmin
lainnya, biasanya dipicu oleh masalah duniawai yang sebenarnya sepele. Seperti
popularitas, harga diri, kedudukan dan masalah lain yang hanya membuat hati menjadi
kotor. Dalam hal ini Nabi saw bersabda: Dua ekor serigala yang lapar dilepas di
kandang kambing tidak berakibat fatal, manakala di bandingkan dengan kerakusan
terhadap harta dan dengki dalam diri seorang muslim. Sesungguhnya dengki benar-
benar menelan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar. (HR. Tirmidzi). Rasa
dengki memang dapat muncul dalam diri meskipin dia menyatakan orang beriman.
Namun, selama ia bisa mengingat kemudian ia luruskan hati tersebut, maka tidaklah
akan menimbulkan mudharat bagi orang lain. Jika ia berlarut-larut memelihara
perasaan negatip di dadanya, kemudian timbul rencana yang keji untuk menjatuhkan
saudara mukmin yang di benci Kemudian ia membuat gambaran negatif, memfitnah,
ghibah, menghalangi geraknya, dan mencaci maki. Semua itu akan berujung pada
hilangnya sikap toleransi, gotong royong dan cinta terhadap sesama. Maka Nabi
Muhammad saw mewanti-wanti pada umatnya: Cukuplah kejahatan manakala seorang
menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya wajib
memelihara darah, kehormatan, dan hartanya.(Hr Bukhari & Muslim)2. Orang munafik
yang membencinya. Ini merupakan sunnatullah bahwa orang munafik akan senantiasa
mengobarkan kebencian kepada orang yang tidak sepaham dengannya, dan mereka
yang konsisten dengan ajaran agamanya. Orang yang memiliki sifat seperti ini akan
selalu mengadu domba saudara muslim, hanya untuk meninggikan atau mengais
keharuman di atas penderitaan orang lain. Kita dapat melihat usaha-usaha orang
munafik dalam melakukan makar dan menyebarkan fitnah kepada Aisyah ra,
dikalangan kaum muslimin. Semua itu bertujuan untuk menjatuhkan martabat dan
merusak nama baik Rasulullah saw. Di akhir peristiwa, Allah sendiri yang menjelaskan
kedustaan orang munafiq dan menerangkan bahaya makar yang dibuat oleh orang
munafiq. Allah swt berfirman Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang amat keji itu tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, bagi
mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui sedangkan
kamu tidak mengetahui. (An-Nuur: 19). Sekarang aksi mereka lebih beragam, dalam
rangka memukul mundur orang beriman. Maka Nabi saw sekali-kali tidak pernah
memberikan amanah kepada orang munafiq, bila hal itu berhubungan dengan hajat
hidup kaum muslimin. Petunjuk diberikan Rasulullah Saw untuk mengidentifikasi
apakah seseorang termasuk orang yang munafik atau tidak : Empat perkara manakala
seseorang memilikinya berati munafiq murni. Dan barang siapa yang memiliki salah
satunya, berati memiliki ciri-ciri munafiq sampai dia melepaskannya. Empat per-kara itu;
(1) apabila berkata dusta, (2) apabila berjanji ingkar, (3) apabila mengadakan perjanjian
melanggar dan (4) apabila berbantah melampaui batas. (HR. Ahmad).3. Orang kafir
yang memerangi. Orang kafir adalah mereka yang di luar Islam, sebagian besar
mereka senantiasa membenci dan memerangi orang beriman. Mereka menciptakan
kesan yang jelek pada Islam, sebagaiman pemuatan karikatur Nabi Muhammad saw
yang berisi penghinaan dan penistaan terhadap Nabi Muhammad saw. Ini adalah
sebuah bentuk kesengajaan, untuk memancing kemarahan dan menyakiti hati kaum
muslimin. Bagaimana peperangan yang mereka gelar melalui perang budaya dan
pemikiran (Ghazul fiker) sampai perang ekonomi dan militer (invasi). Sejarah telah
mencatat ba-gaimana bentuk peperangan mereka, mulai dari masa Rasulullah saw,
masa perang salib, masa Daulah Usmani (pemerintahan Islam terakhir) di Turki bahkan
sampai sekarang. Kasus-kasus penghancuran sebuah pemerintahan Islam terakhir di
Turki, penyerobotan tanah air bangsa Palestina, invasi ke Irak, penyerangan ke
Afghanistan, Bosnia, Khasmir, Cechnya, kasus Maluku, Poso, semua adalah wujud
permusuhan orang kafir terhadap orang muslim.
4. Godaan Syaitan Menyesatkan. Kita ketahui bersama bahwa syaitan adalah musuh
utama yang telah menyatakan gencatan senjata pertama kali di syurga. Namun sangat
disayangkan banyak dari kaum muslimin malah menjadikan syaithan menjadi patner
hidup dengan meminta bantuan lewat jasa dukun, tukang ramal dll. Mereka lupa atau
menutup diri dari sebuah firman Allah yang menggambarkan bentuk permusuhan
mereka (Iblis): Iblis menjawab, Beri tangguh saya sampai waktu dibangkitkan.
Allah berfirman, Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.
Iblis menjawab, Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-
benar akan (meng-halang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Qs. Al-
Araaf: 14-16). Seorang alim berkata: Jalan Syaithan menyelinap kedalam hati manusia
melalui sikap marah, keinginan (angan-angan), tergesa-gesa, dengki, bakhil, sombong,
dan buruk sangka. Maka hendaknya orang beriman mewaspadainya.
5. Hawa Nafsu yang selalu memerangi. Nafsu adalah sesuatu yang cenderung
mengarah kepada keburukan, kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Allah. Nafsu
dalam diri adalah sesuatu yang lebih sulit untuk dikendalikan, maka sudah menjadi
kewajiban kaum muslimin untuk menjaga nafsunya agar selalu berada pada arah yang
diridhoi Allah. Nafsu jika tidak terkendali akan merusak iman dan bahkan dapat
menghilangkan iman yang telah ada. Rasulullah saw pernah menasehati seorang
pemuda untuk mengendalikan nafsunya. Sebuah hadits Abdullah bin Mas'ud r.a:
diriwayatkan dari Al-qamah r.a katanya: Aku pernah berjalan-jalan di Mina bersama
Abdullah r.a. yang pernah mendengar disabdakan oleh Rasulullah saw kepada kami:
Wahai golongan pemuda! Barangsiapa di antara kamu yang telah mempunyai
kemampuan yaitu lahir dan batin untuk menikah, maka hendaklah dia menikah.
Sesungguhnya pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga
kehormatan. Maka barangsiapa yang tidak berkemampuan, hendaklah dia
berpuasa karena puasa itu dapat mengawal yaitu benteng nafsu.Demikianlah 5
ujian yang hampir tiap hari menguji kita baik secara lahir dan bathin. Jika anda dapat
memahami kemudian dapat melaksanakan dan jangan lupa sampaikan kepada
keluarga dan teman dekat. Anda selamat, lingkungan kita selamat dan semuanya kita
selamat.
Berbahagialah kita semua. Wallahu alamu Showab

Anda mungkin juga menyukai