Anda di halaman 1dari 4

Bab 2 Jujur dan menepati janji

1.Jujur

Seseorang disebut jujur apabila berkata apa adanya dan sesuai kenyataan. Kejujuran sangat diperlukan
dalam menjalani semua aktivitas kehidupan, karena kejujuran itulah kehidupan kita akan bahagia dan
tenteram. Seorang Siswa belajar dan menyelesaikan ulangan dengan jujur. Pedagang menjajakan dan
menakar barang dagangannya dengan jujur. Pejabat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan jujur. Seorang wasit memimpin pertandingan olahraga dengan adil dan jujur. Seorang saksi
menjawab pertanyaan hakim dan jaksa dengan jujur. Jika setiap orang memiliki sifat jujur semacam ini
maka kehidupan akan berjalan harmonis dan mendapat keberkahan dari Allah Swt.
Jika kecurangan dan dusta merajalela maka akan terjadi kehancuran dan malapetaka. Bayangkan jika
penduduk suatu negeri dihuni oleh mayoritas pendusta dan pembohong. Mereka saling memfitnah,
menjatuhkan, dan mencurangi satu sama lain. Akhirnya mereka saling curiga dan terjadi krisis
kepercayaan. Jika sudah demikian, maka kehidupan manusia akan terasa rumit, sulit dan permasalahan
menjadi tak berujung. Jika sudah demikian maka murka Allah Swt. akan segera menimpa mereka.
Wahai generasi muda Islam yang cerdas, kita harus membiasakan diri dengan sikap jujur dan menjauhi
dusta. Bagaimana cara menanamkan kejujuran dalam diri kita? Caranya adalah dengan melatih diri terus
menerus berkata benar sesuai kenyataan. Sikap terpuji tidak muncul dengan sendirinya, tetapi butuh
latihan dan pembiasaan. Oleh karena itu, cara paling efektif menanamkan kejujuran adalah dengan
berlatih jujur terus-menerus. Latihan ini harus dilakukan kapan saja dan di mana saja. Jika kita sudah
terlatih dan terbiasa jujur, maka sifat jujur ini akan melekat dalam diri kita. Lalu kapan kita bisa mulai
berlatih jujur? Jawabannya adalah sekarang. Jangan ditunda-tunda, mari mulai dari diri kita sendiri dan
mulai dari sekarang untuk berkata jujur.
Idealnya, sikap jujur harus dilatih dan dibiasakan sejak usia dini, sebab pada usia dini seorang anak akan
sangat mudah dididik dan dilatih. Orangtua memiliki peran dan tanggung jawab dalam mendidik
anakanaknya untuk bersikap jujur. Orangtua harus menjadi teladan bagi anakanaknya dalam
menerapkan kejujuran. Kejujuran seorang guru juga akan menginspirasi dan dicontoh oleh murid-
muridnya. Demikian pula dengan kalian, kejujuran yang kalian lakukan akan dilihat dan dicontoh oleh
adik adik kalian.
2.Menepati janji

Janji adalah hutang. Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Janji menurut
Kamus Bahasa Indonesia adalah perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk
berbuat. Pengertian lain menyebutkan, bahwa yang disebut dengan janji adalah pengakuan yang
mengikat diri sendiri terhadap suatu ketentuan yang harus ditepati atau dipenuhi.

Menepati janji berarti berusaha untuk memenuhi semua yang telah dijanjikan kepada orang lain di masa
yang akan datang. Orang yang menepati janji orang yang dapat memenuhi semua yang dijanjikannya.
Lawan dari menepati janji adalah ingkar janji. Menepati janji merupakan salah satu sifat terpuji yang
menunjukkan keluhuran budi manusia dan sekaligus menjadi hiasan yang dapat mengantarkannya
mencapai kesuksesan dari upaya yang dilakukan.

Menepati janji merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan setiap Muslim.

3.Dalil naqli tentang jujur dan menepati janji


Sudahkah kalian membiasakan diri bersikap jujur? Kalian adalah calon pemimpin bangsa di masa depan.
Bangsa kita membutuhkan seorang pemimpin yang berakhlak mulia, adil, dan jujur. Seorang pemimpin
harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Oleh karena itu kalian harus berlatih dan membiasakan bersikap
jujur mulai sekarang. Perhatikan Q.S. ‘²li Imran/3:77 berikut ini:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka
dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka,
tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka
azab yang pedih”. (Q.S. ‘Ali ‘Imran/3:77)

Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang yang ingkar janji dan melanggar sumpah akan mendapat
azab yang pedih dari-Nya. Allah tidak akan menyapa dan memperhatikan mereka pada hari kiamat.
Setiap janji harus dilaksanakan karena janji adalah hutang. Jika hutang tidak ditunaikan di dunia ini maka
akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Seorang mukmin akan senantiasa menepati janji
dan tidak mudah mengucapkan sumpah.

Sumpah itu diperbolehkan, namun hendaknya dilakukan jika dalam keadaan yang memaksa dan darurat.
Dalam keadaan normal kita tidak perlu bersumpah. Semakin sering kita bersumpah di hadapan orang
lain maka akan mengurangi wibawa kita sendiri. Orang beriman memiliki sifat jujur dan dapat dipercaya.
Tidak harus bersumpah pun ucapan orang beriman semestinya juga dapat dipercaya. Jika kepercayaan
orang terhadap kita mulai menipis itu artinya iman kita mulai luntur.

Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa kejujuran akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan akan
membimbing ke surga. Bayangkan jika seluruh warga sebuah desa memiliki sikap jujur, tentu penduduk
desa tersebut akan hidup penuh kebahagiaan dan mendapat limpahan rahmat dari Allah Swt.

Mari kita menjauhi perkataan dusta dan membudayakan kejujuran. Kedustaan akan mengantarkan pada
kejahatan dan kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Satu kali seseorang berkata dusta maka ia akan
berusaha menutupi kebohongannya itu dengan kebohongan lain. Ibarat pepatah, “sepandai-pandai
menutupi bangkai, baunya tetap tercium juga” artinya sepandai apapun seseorang menutupi
kebohongannya suatu saat pasti akan ketahuan. Kebohongan akan merugikan diri sendiri dan
menyengsarakan orang lain. Sebagai sebuah contoh, seorang saksi berkata dusta di pengadilan. Hal ini
akan menyebabkan proses hukum menjadi kacau dan sesat. Hakim akan sulit memutuskan perkara
dengan adil bahkan putusan perkara bisa menyesatkan. Oleh karenanya, Islam menggolongkan
perbuatan bersaksi palsu termasuk salah satu dosa besar.

Allah Swt. memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertakwa dan berkata benar. Perhatikan
Q.S. Al Ahzab/33 : 70 berikut ini:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan
yang benar”. (Q.S Al Ahzab/33:70).

Dalam Q.S. Al Ahzab/33 : 70 tersebut Allah Swt. memerintahkan orang orang beriman untuk bertakwa
dan berkata benar. Ukuran kemuliaan seseorang bukan dilihat dari harta dan jabatannya, melainkan dari
kualitas takwanya kepada Allah Swt. Orang yang bertakwa akan bersungguhsungguh menjalankan
semua perintah Allah Swt. dan menjauhi semua larangan-Nya. Takwa juga mengandung makna takut
kepada Allah Swt. Takut di sini artinya takut berbuat salah dan dosa. Wahai anak saleh, mari kita
tingkatkan iman kepada Allah Swt. serta menyempurnakannya dengan bertakwa kepada-Nya.
Orang yang bertakwa akan selalu berkata jujur. Kejujuran ini merupakan salah satu modal untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt.

4.Manfaat jujur

Berikut ini manfaat bersikap jujur.

a) Jujur akan melahirkan ketenangan. Orang jujur akan tenang dan percaya diri karena tidak ada
ketakutan sedikit pun. Sebaliknya, seorang pembohong akan gelisah dan takut kebohongannya
terbongkar.

b) Orang jujur akan dicintai oleh manusia. Sudah menjadi tabiat dasar bahwa setiap manusia menyukai
kejujuran. Tanpa memandang suku, agama, dan ras, orang yang jujur pasti disukai semua manusia.

c) Jujur akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt. Setiap rejeki yang didapatkan dengan jujur, akan
mendapat berkah dari Allah Swt.
5.Manfaat menepati janji

A.Termasuk sifat orang-orang bertakwa sekaligus sebab utama dalam menggapai ketakwaan. Allah Swt
berfirman,

‫اْلُم َّتِقيَن ُيِحُّب َهَّللا َف ِإَّن َو اَّتَقٰى ِبَعْهِدِه َأْو َفٰى َم ْن َب َلٰى‬

"(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 76)

B. Akan terbebas dari tuntutan baik di dunia maupun di akhirat. Setiap janji akan diminta pertanggung
jawabannya. Allah Swt. berfirman,

‫َم ْس ُئواًل َك اَن اْلَع ْهَد ِإَّن ۖ ِباْلَعْهِد َو َأْو ُفوا‬

“Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al-Isra': 34)

C.Akan terhindar dari sifat munafik. Sebab, perilaku orang yang munafiksalah satunya adalah ingkar
janji. Rasulullah Saw. bersabda,

"Ada empat (perkara) jika terdapat pada diri seseorang, dia adalah orang munafik murni. Dan
barangsiapa yang melakukan salah satu perkara itu, maka padanya terdapat bagian dari sifatmunafik,
hingga ia meninggalkannya. Empat perkara itu adalah apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia
ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia berkhianat, dan apabila bermusuhan dia aniaya." (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai)

D. Akan meneladani sifat Allah Swt, yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, sebagaimana firman-Nya,
‫َي ْع َلُموَن اَل الَّناِس َأْك َث َر َو َٰل ِكَّن َو ْع َدُه ُهَّللا ُيْخ ِلُف اَل ۖ ِهَّللا َو ْع َد‬

“(Sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 6).

E. Dapat menjadi jalan untuk masuk Surga Firdaus. Surga Firdaus ini hanya diperuntukkan bagi orang
yang memiliki sifat-sifat baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah Swt. berfirman,

‫َر اُعوَن َو َعْهِدِه ْم َم اَن اِتِه ْم َأِل ُه ْم َو اَّلِذيَن‬

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-
Mukminun: 8)
F.Akan dipercaya orang lain. Kepercayaan adalah modal utama dalam meraih kebaikan di dunia maupun
di akhirat. Salah satu sifat Nabi Saw. yang mengantarkannya dipilih Allah Swt menjadi Nabi dan Rasul-
Nya adalah karena ia adalah orang yang tepercaya.

G.Akan digolongkan menjadi golongan Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw. bersabda, "Orang yang
merendahkan orang-orang Mukimin dan yang berjanji tetapi tidak menepati janjinya, maka mereka
bukanlah golonganku dan aku bukan dari golongan mereka." (HR. Muslim)

H.Akan terhindar dari dosa besar dan akan meraih keutamaan. Mengingkari janji antara sesama Muslim
hukumnya haram, sekalipun terhadap orang kafir, lebih-lebih terhadap sesama Muslim. Jadi, memenuhi
janji termasuk keutamaan, sedangkan mengingkarinya dosa besar.

I.Akan digolongkan sebagai orang yang berakal. Allah Swt.berfirman,

. ‫اَأْلْلَب اِبُأوُلوَي َت َذ َّك ُر ِإَّنَم ا ۚ َأْع َم ٰى ُه َو َك َم ْن اْلَح ُّق َر ِّب َك ِمْن ِإَلْي َك ُأْن ِز َل َأَّنَم ا َي ْع َلُم َأَفَم ْن‬

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar
sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,” (QS. Ar-Ra'd:
19-20)

J.Akan terjalinannya antar individu ke harmonisan yang semakin erat. Menepati janji merupakan wujud
dari memuliakan, menghargai, dan menghormati manusia.

Anda mungkin juga menyukai