Anda di halaman 1dari 23

MENEPATI JANJI

1. Pengertian Menepati Janji

Janji adalah sesuatu yang harus ditepati oleh setiap orang terhadap yang
lain, baik kepaada Allah, dan menyimak dan mentaati semua ajaran-ajarannya
maupun kepada manusia. Janji itu wajib ditepati selama bukan maksiat.
Janji adalah salah satu hutang yang harus dibayar yang berbentuk perasaan atau
batin. Janji terkadang membuat pikiran menjadi bercabang dan tidak fokus
dengan apa yang dituju, sehingga janji haruslah dikerjakan dan ditepati sesuai
dengan apa yang diinginkan. Dengan begitu orang akan merasa lega terhadap
janji mereka sendiri.

Dalam kaidah konsekuen janji adalah suatu bentuk hukum karma dari
ucapan yang dimiliki oleh seseorang kepada orang lain yang dianggap pantas
menerima janji. Sehingga janji itu adalah suatu cara dimana orang dapat terfokus
kepada suatu kegiatan atau benda yang akan diberikan kepada orang lain, namun
tidak memikirkan bagaimana mereka melakukannya dengan benar. Hal inilah
yang menjadi bagian terpenting dari janji, tindakan merupakan salah satu pelepas
dari janji yang dimiliki terhadap semua hal yang telah direncanakan.

Bahkan janji akan memberikan kebaikan dan kesenangan secara tidak


langsung bila orang melaksanakannya dengan sepenuh hati. Dalam hal ini
kegiatan apapun yang dilakukan manusia didunia ini tidak akan lepas dari janji
yang telah dibuat sejak mereka lahir. Hutang nyawa terhadap orang tuanya yang
telah membesarkannya adalah janji yang mungkin hanya bisa dibayar dengan
pengorbanan anak kepada orang tuannya. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari
janji sejak mereka lahir.

Rasulullah bersabda:

. ( )
Artinya:Berjanjilah kepadaku bahwa kamu akan mengerjakan enam perkara ini
niscaya kamu masuk surga. Berkata benar, tepatilah apabila berjanji, kerjakanlah
apabila diamanati orang, jagalah kehormatan, tundukkanlah pandanganmu dan
jangan suka memukul orang. (Hentikan lancang tanganmu).(HR. Ahmad, 101
hadits.hal:24-25)

Menepati janji ialah condongnya hati pada kebenaran, sehingga berkata


benar dan menepati janji, seseorang bisa dikatakan sudah menepati janji apabila
berjanji orang tersebut selalu menepatinya, sekalipun dengan musuh atau anak
kecil dan orang yang tidak menepati janji digolongkan orang-orang yang munafik.
sebagaimana hadits nabi:
.
: . .(
..65:4)
Artinya:Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam. Apabila berkata ia
dusta, Apabila berjanji ia ingkar, Apabila di percaya ia khianat. (Shahih Bukhori.
hal:65, juz:4)

Berkata benar, menepati janji dan apabila dipercaya tidak khianat adalah
merupakan wasiat nabi Muhammad SAW. Sebagaimana sabda nabi:
. .
.( ..133:3)
Artinya; Muadz berkata, Rasulullah bersabda kepadaku: Saya berwasiat
kepadamu supaya bertaqwa kepada Allah, jujur dalam bicara, melaksanakan
(menjaga) amanah, menepati janji, memberi salam, dan merendahkan diri
(tawadlu). (Ihya Ulumuddin. juz:3. hal:135.)

Tidak ingkar janji itu akan melahirkan sikap jujur dan orang tersebut akan
disenangi oleh semua orang bahkan Allah itu senang kepada orang tersebut.
Sebagai umat islam seharusnya sikap jujur dan menepati janji diamalkan dalam
perbuatan, tingkah laku, tatakrama, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.

2.HUKUM MENEPATI JANJI DALAM ISLAM

Hukum berjanji adalah boleh (jaiz) atau disebut juga dengan mubah. Tetapi hukum
memenuhi atau menepatinya adalah wajib. Melanggar atau tidak memenuhi janji dalah
haram dan berdosa. Berdosanya itu bukan sekadar hanya kepada orang yang kita
janjikan tetapi juga kepada Allah swt. Dasar dari wajibnya kita menunaikan janji yang
telah kita janjikan antara lain adalah:

a. Perintah Allah dalam Alquran Al-Karim, surat An-Nahl, ayat 91: Dan tepatilah
perjanjianmu apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah
itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu.
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

b. Menunaikan janji adalah ciri orang beriman, sebagaimana diungkapkan Allah dalam
surat Al-Mukminun. Salah satunya yang paling utama adalah mereka yang memelihara
amanat dan janji yang pernah diucapkannya. FirmanNya: Telah beruntunglah orang-
orang beriman, yaitu orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.
c. Ingkar janji adalah perbuatan setan untuk mengelabui manusia, maka mereka
merasakan kenikmatan manakala manusia berhasil termakan janji-janji kosongnya itu.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa, ayat 120: Syaitan itu memberikan janji-janji
kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan
itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.

d. Ingkar janji adalah sifat Bani Israil. Ingkar janji juga perintah Allah kepada Bani Israil,
namun sayangnya perintah itu dilanggarnya dan mereka dikenal sebagai umat yang
terbiasa ingkar janji. Hal itu diabadikan di dalam Al-Quran Al-Karim: Hai Bani Israil,
ingatlah akan nikmatKu yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu
kepadaKu, niscaya Aku penuhi janjiKu kepadamu dan hanya kepadaKu-lah kamu harus
takut.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa hukum menepati janji adalah wajib. Dalam ungkapan
bahasa Melayu, ada peribahasa: Sekali lancung ujian, seumur orang tidak akan percaya
lagi. Malah mengingkari janji adalah salah satu sifat orang munafik. Rasulullah bersabda:
Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia
berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah
(kepercayaan) ia mengkhianatinya. (HR Bukhari dan Muslim).

Meskipun demikian, sebagai agama yang adil selalu memperhatikan situasi dan
kemampuan seseorang, sehingga ada beberapa situasi yang merupakan pengecualian
dari hukum tersebut, antara lain adalah:

1. Karena dipaksa. Gara-gara dipaksa bisa menjadi alasan yang memperbolehkan


seorang Muslim untuk membatalkan janji yang ia buat, seperti seseorang yang ditahan
atau dicegah sehingga ia tidak bisa memenuhi janjinya, atau seseorang yang diancam
dengan hukuman yang menyakitkan.

Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah memaafkan kepada umatku dari


kesalahan yang tidak disengaja, lupa atau yang dipaksakan atasnya. (Diriwayatkan oleh
Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim dan Ibnu Majah)

2. Berjanji untuk melakukan sesuatu perbuatan yang haram atau tidak melakukan yang
hukumnya wajib. Barangsiapa yang berjanji kepada seseorang bahwa ia akan melakukan
perbuatan yang haram untuknya, atau ia tidak akan melakukan sesuatu yang hukumnya
wajib, maka diperbolehkan baginya untuk tidak memenuhi janji tersebut.
3. Betul-betul tidak mampu. Jika terjadi suatu kejadian yang tidak diduga sebelumnya
dan menimpa orang yang berjanji, seperti sakit, kematian saudaranya atau transportasi
yang bermasalah dan alasan-alasan lainnya, maka situasi tersebut mungkin bisa menjadi
alasan yang tepat apabila dia tidak bisa memenuhi janjinya, sesuai dengan firman Allah
swt: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-
Baqarah: 286) .

anji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak orangtua
yang mudah mengobral janji kepada anaknya tapi tak pernah menunaikannya. Betapa
banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah
menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berhutang namun menyelisihi
janjinya. Bahkan meminta udzur pun tidak. Padahal, Rasulullah telah banyak
memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan keras menciderai janji dengan
orang-orang kafir.

Manusia dalam hidup ini pasti ada keterikatan dan pergaulan dengan orang lain. Maka
setiap kali seorang itu mulia dalam hubungannya dengan manusia dan terpercaya dalam
pergaulannya bersama mereka, maka akan menjadi tinggi kedudukannya dan akan
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara seseorang tidak akan bisa meraih
predikat orang yang baik dan mulia pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya
dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Dan di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah
menepati janji.

Sungguh Al-Qur`an telah memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan
serta memerintahkan untuk menepatinya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya. (QS. An-Nahl: 91)

Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman:

Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai


pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra`: 34)
Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Taala kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini
mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Taala, janji hamba dengan
hamba, dan janji atas dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang
telah dijadikan sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian,
gencatan senjata, dan semisalnya.

3. Dalil Naqli dan Aqli

Dalam Al-Quran disebutkan bahwa memenuhi janji termasuk sifat orang-orang


Ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi sallallahualaihi wa sallam telah
menunjukkan akan kewajiban memenuhi janji dan sumpah setia. Serta
menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya atau tidak menepatinya.
Terkadang tidak menepati (janji dan sumpa setia) mengarah kepada kekafiran.
Sebagaimana terjadi pada Bani Israil dan lainnya. Ketika mereka melanggar janji
dan sumpah setia dengan Tuhannya. Mereka meninggalkan janji Allah berupa
keimanan, mengikuti para Rasul-Nya.

Allah berfirman,

"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan


jawabnya. SQ. Al-Isra: 34. dan penuhilah janji Allah." (QS. Al-Anam: 152)

Dan Allah berfirman ketika menyanjung para hamba-Nya orang-orang mukmin,

"(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian."
(QS ArRadu: 20)

Nash-nash dalam Kitab dan Sunnah banyak dan jelas petunjuknya akan kewajiban
memenuhi (janji) dan haramnya melanggar dan berkhianat. Semua ayat yang
ada lafaz janji dan sumpah setia menunjukkan hal itu baik secara tekstual
maupun pemahaman. Dan perilaku Nabi sallallahualaihi wa sallam dan para
shahabatnya adalah bukti nyata dalam realisasinya.

Kedua,

Allah menyebutkan manfaat besar di dunia dan akhirat jika seseorang memenuhi
janjinya, disamping manfaat nyata bagi kebaikan masyarakat yang
berkesinambungan. Di antara manfaat tersebut adalah,
-

bertakwa sekaligus sebab utama dalam menggapai ketakwaan.

Allah Taala berfirman,

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan
bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS.
Ali Imran: 76)

- Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di dunia dan


menghindari pertumpahan darah, melindungi hak para hamba, baik yang muslim
maupun kafir. Sebagaimana firmanTaala

Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di dunia dan


menghindari pertumpahan darah, melindungi hak para hamba, baik yang muslim
maupun kafir. Sebagaimana firmanTaala



( :
72)

(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan


pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap
kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Anfal: 72)

Dapat menghapus kesalahan dan memasukkan ke surga. Sebagaimana yang


kita dapatkan dalam Firman-Nya, "Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku
penuhi janji-Ku kepadamu." (QS. Al-Baqarah: 40)

Ibnu Jarir rahimahullah berkomentar, "Janji (Allah) kepada mereka, kalau mereka
melakukan hal itu, maka (Allah) akan memasukkan mereka ke surga."

Di surat Al-Maidah, Allah Subahanhu wa ta'ala menyebutkan bahwa Dia telah


mengambil janji kuat kepada Bani Israil, kemudian disebutkan balasan janji kuat
beserta balasannya. Dalam Firman-Nya, "Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-
dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang
mengalir air didalamnya sungai-sungai." (QS. Al-Maidah: 12)
Dan atsar lainnya yang dengan jelas (menyebutkan hal itu) bagi setiap orang yang
mentadaburi Kitabullah dan merenungi sunnah Rasulullah, baik dalam perkataan
maupun amalnya.

Ayat-ayat dan hadits-hadits dalam bab ini banyak, kami nasehatkan merujuk kitab
Riyadus Sholihin karangan Imam Nawawi rahimahullah. Dan kitab At-Targhib
Wa At-Tarhib karangan Imam Mundziri rahimahullah

Ketiga,

Pengkhianatan adalah lawan kata dari amanah dan memenuhi (janji). Kalau amanah
dan memenuhi janji termasuk karakter keimanan dan ketakwaan, maka khianat dan
melanggar (janji) termasuk karakter kenifakan dan kedurhakaan. Na'uzubillah.

Dari Abdullah bin Amr radhiallahuanhuma, dia berkata, Rasulullah sallallahualahi


wa sallam bersabda:








(
3178 58)

Empat (prilaku) kalau seseorang ada padanya, maka dia termasuk benar-benar
orang munafik. Kalau berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, jika
bersumpah khianat, jika bertikai, melampau batas. Barangsiapa yang terdapat salah
satu dari sifat tersebut, maka dia memiliki sifat kemunafikan sampai dia
meninggalkannya." (HR. Bukhari, 3178 dan Muslim, 58)

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu berkata, Rasulullah sallallahualahi wa sallam
bersabda,




(
1870 1370)

"Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat
Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan."
(HR. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahuanhuma dari Rasulullah sallallahualaihi wa salam


bersabda,
( 6178


1735)

"Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang berkhianat di hari kiamat.
Lalu dikatakan: Ketahuilah ini adalah pengkhianatan di fulan." (HR. Bukhari, no.
6178, dan Muslim, no. 1735)
Dampak Positif Amanah dan Menepati Janji serta Dampak Negatif
Khianat dan Ingkar Janji
1). Dampak Positf Amanah dan Menepati Janji

Amanah dan menepati janji berdampak positif bagi pelakunya dan orang lain.
Adapun dampak positifnya, antara lain sebagai berikut:

Bagi Diri Sendiri

a) Menumbuhkan kepuasab batin bagi orang yang memberi amanah


b) Terjalinnya hubungan batin yang dekat anatara pemberi amanah dengan yang
diberi amanah
c) Mengangkat derajatnya karena dapat menjaga amanah yang diberikan kepada
dirinya.
d) Mendapat pahala dari Allah Swt. Karena amanah dan menepati janji termasuk
perkara yang diwajibkan dalam islam.

Bagi Orang Lain

a) Menimbulkan kepuasan pihak lain karena amanahanya dilaksanakan dengan baik


b) Tumbuhnya rasa kepercayaan pihak lain yang member amanah dan diberi janji
c) Mendapat penilaian baik dari pihak lain karena dapat menepati amanah dan
janjinya
d) Terjalinnya hubungan persahabatn yang baik antara pemberi amanah dengan
ynag diberi amanah

2). Dampak Negatif Khianat dan Ingkar Janji

Bagi Diri Sendiri

a) Menurunkan martabat dirinya dalam pandangan orang lain (yang member


amanah atau menerima janjinya)
b) Hilangnya kepercayaan pihak lain terhadap dirinya.
c) Mendapat dosa karena khianat dan ingkar janji termasuk perkara yang dilarang
dalam islam

Bagi Orang Lain

a) Menimbulkan kekecewaan pemberi amanah atau yang menerima janji darinya.

b) Hilangnya kepercayaan pihak lain karena dikhianati dan atau diingkari

c) Rusaknya hubungan persaudaraan anatara pemberi amanah dengan penerima


amanah dan. Atau yang pernah menerima janjinya
Kata Pengantar
Assalammualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt dengan rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Amanah dan Menepati Janji .
dan kami juga berterima kasih kepada berbagai sumber yangbtelah menolong kami
untuk memperlancar membuat makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Amanah dan Menepati Janji ini. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang.

Demikianlah makalah ini kami buat. Semoga bermanfaat untuk kita semua.

Bangkinang, 21 Februari 2016

Penulis
A. Amanah

I. Pengertian amanah
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk
dilaksanakan (Q.S. 32 : 72) yang tercakup di dalamnya khilafah ilahiyah (khalifat
allah, ibad allah), khilafah takwiniah (al-taklif al-syariah) dalam kaitannya dengan
hablun min allah dan hablun min al-nas.
Dalam ajaran Al-Quran manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf).
Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang diterima
manusia harus dilaksanakan sebagai amanah.
Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab
dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujuratau dapat
dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berartipesan, perintah,
keterangan atau wejangan 1.
Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,
diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu
yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil
dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk
diambil manfaatnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah
adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu
melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun
jasa.
II. Definisi Amanah
Pengertian Definisi Amanah
Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu
yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut
memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si
pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya
dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya manusia secara individu diberi amanah berupa umur oleh Allah.
Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa umur tersebut? Apakah umur itu
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja, melaksanakan ibadah
puasa, membaca Al Quran, dan yang lainnya. Bila kita sebagai individu sudah
melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita pantas disebut
orang yang dapat dipercaya alias bisa menjalankan amanah dari-Nya. Sebaliknya
bila kita salah menggunakan amanah tersebut misalnya bermalas-malasan, tidak
mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah, maka kita boleh dianggap Allah
orang yang tidak dapat dipercaya alias tidak beramanah seperti dalam firman
Allah, yaitu:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. (QS. Al Anfal: 27)

Selain itu, contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam


berorganisasi. Adakah amanah di dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang
dipikul seorang pemimpin atas anggota yang dipimpinnya. Tidak lain adalah
mengajak, membimbing, dan mengarahkan anggotanya untuk berperilaku sesuai
tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak hanya sejahtera di
pertanggungjawaban baik di dunia apalagi di akhirat kelak. Seperti lazimnya
dilakukan oleh organisasi, hal tersebut direalisasikan dalam bentuk Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang merupakan wujud amanah yang
diemban oleh sang pemimpin dan jajarannya. Jadi, amanah tidaknya seseorang
pemimpin bukan dilihat dari penampilan fisik, materi atau keturunan, tetapi
lebih ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang pemimpin mampu
memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir sedemikian rupa
sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk kemaslahatan bersama
sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk kepentingan umum, bukan
kepentingan pribadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan
dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak
melaksanakan amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu :


1. Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.
Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal
yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya
seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang
merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan.
Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya,
ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka
untuk memiliki itikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang memberi
manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang baik,
menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat
memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai
kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga adalah seorang suami berlaku
adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-istri tidak menyebarkan
rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Dengan memperhatikan pendapat Ahmad Musthafa Al-Maraghi tersebut, amanah melekat
pada diri setiap manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah,
individu dan makhluk sosial.
Disamping 3 macam amanah tersebut di atas, terdapat satu macam amanah lagi
yakni Amanah terhadap lingkungan. Amanah terhadap lingkungan hidup berupa
memakmurkan dan melestarikan lingkungan (Q.S. 11 : 61), tidak berbuat kerusakan di
muka bumi (Q.S.7 :85).

III. Manfaat Amanah

Ada beberapa manfaat melaksanakan Amanah yaitu:


1)akan menjadikan pribadi yg iklas
2)mendatangkan kemudahan dari Allah SWT
3)melahirkan sikap pemimpin sejati
4)menjadikan banyak kawan banyak saudara
5)dapat mendatangkankan barakah/kemajuan
6).Disegani oleh orang lain
7).Dipercaya oleh orang lain
8).Menjadi pribadi yang berwibawa di mata orang lain
9).Mendapatkan prasangka baik orang lain
10).Terhindar dari dosa besar
11).Tidak di kucilkan
12).Lebih di percaya dari orang ain di lingkungan

IV. Dampak Positif Amanah dan Meepati Janji serta Dampak Negatif
Khinat dan Ingkar Janji
1). Dampak Positif Amanah dan Menepati Janji
- Bagi Diri Sendiri :
a) Menumbuhkan kepuasan batin bagi orang yang memberi amanah.
b) Terjalinnya hubungan batin yang dekat antara pemberi amanah dengan
yang diberi amanah.
c) Mengangkat derajatnya karena dapat menjaga amanah yang diberikan
kepada dirinya.
d) Mendapat pahala dari ALLAH swt. Karena amanah dan menepati janji
termasuk perkara yang diwajibkan dalam islam.
- Bagi orang lain :
a) Menimbulkan kepuasa pihak lain karena amanahnya dilaksanakan
dengan baik.
b) Tumbuhnya rasa kepercayaan pihak lain yang memeberi amanah dan
diberi janji.
c) Mendapat penilian baik dari pihak lain karena dapat menepati amanah
dan janji nya.
d) Terjalinnya hubungan persahabatan yang baikantara pemberi amanah
dengan yang diberi amanah.

2). Dampak Negatif Khianat dan Ingkar Janji

- Bagi Diri Sendiri

a) Menurukan martabat dirinya dalam pandangan orang lain (yang menberi


amanah atau menerima janjinya)
b) Hilangnya kepercayaan pihak lain terhadap dirinya.
c) Mendapat dosa karena khianat dan ingkar janji termasuk perkara yang
dilarang oleh islam.
- Bagi Orang Lain
a) Menimbulkan kekecewaan pemberi amanah atau yang menerima janji
darinya.
b) Hilangnya kepercayaan pihak lain karena dikhianati atau di ingkari
c) Rusaknya hubungan persaudaraan antara pemberi amanah dengan
penerima amanah atau yang pernah menerima janjinya.

V. Menampilkan Perilaku Terpuji (Akhlak Karimah) dalam Kehidupan


Remaja Sehari-hari.
a) Taaruf dan tafahum : menumbuhkankembangkan sikap bersahabt terhadap sesama
remaa; tanggap dan peduli terhadap keadaan sesama teman; memperbanyak pergaulan
dengan sesama remaja.
Taawun dan tasamuh : gemar memberikan bantuan dalam bentuk apa pun yang
mampu dilakukan; saling menghormati dan menghargai atas hak-hak orang lain;
memberi kebebasan kepada oarang lain untuk mengambil hak dunia juga di
akhirat. Oleh karena itu, menjadi pemimpin umat beragama tidaklah mudah
karena setiap kata dan tindakannya akan dimintai
b) nya.
c) Jujur dan adil : terus menerus berusaha melatih diri untuk jujur dalam segala
hal,walaupun agak merugikan diri sendiri; mencintai keadilan dan mendukung setiap
upaya menegakkan keadilan; menunjukkan sikap tidak senang terhadap segala bentuk
kecurangan.
d) Amanah dan menepati janji: berusaha menjaga diri agar dapat menunaikan secara baik
semua yang diamanatkan kepada firinya; bersikap hati-hati agar tidak mempermudah
berjanji karena dengan berjanji bearti membuka peluang untuk ingkar janji;berusaha
semaksimal mungkin untuk menepati janji apabila suatu saat terpaksa berjanji.

Amanah sebagai pengukur kemunafikan seseorang

diriwayatkan daripada abu hurairah r.a. Katanya: sesungguhnya rasulullah s.a.w. Telah
bersabda: tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, iaitu apabila bercakap dia berbohong,
apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati (riwayat bukhari,
muslim, tirmizi, nasaie dan ahmad ibnu hambal).

tiga perkara yang jika terdapat salah satu daripadanya, bererti terdapat tanda munafiq
sekalipun ia berpuasa, bersembahyang, menunaikan haji, umrah dan mengakui dirinya seorang
islam iaitu apabila bercakap ia berdusta, apabila berjanji ia memungkirinya dan apabila
diamanahkan ia mengkhianatinya (riwayat abu al-syeikh).

ada empat perkara, sesiapa yang melakukannya maka ia adalah seorang munafik yang tulen.
Sesiapa yang melakukan satu daripada empat perkara itu, maka ia mempunyai salah satu
daripada sifat munafik, hingga dia meninggalkannya. (empat sifat itu ialah) apabila dipercayai
ia khianat, apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia mungkir dan apabila bertengkar ia
mengenepi kebenaran (menegakkan benang basah) (riwayat ahmad).

Amanah sebagai syarat berimannya seseorang

tidak sempurna iman bagi orang yang tidak beramanah dan tidak diterima sembahyang orang
yang tidak bersuci dan tidak sempurna agama, orang yang tidak diterima sembahyangnya
(riwayat at-tabrani).

tidak sempurna iman bagi orang yang tidak beramanah dan tidak sempurna agama bagi orang
yang tidak menepati janji (riwayat ahmad).

tiada iman pada orang yang tidak beramanah (riwayat ahmad).

Hikmah perilaku amanah ada banyak sekali hikmah atau manfaat perilaku amanah. Beberapa
manfaat atau hikmah perilaku amanah sebagai berikut. Dipercaya orang lain. Kepercayaan
merupakan modal yang sangat berharga dalam menjalin hubungan atau berinteraksi
antarsesama manusia. Memperoleh simpati dan orang lain. Memperoleh kesuksesan hidup
dan dimudahkan oleh allah swt. Menunalkan amanah termasuk melaksanakan perintah allah
swt. Dan rasul-nya. Allah swt. Dan rasul-nya dl dalam al-quran dan hadis memerintahkan
manusia untuk menunaikan amanah, serta melarang berkhianat. Dengan demikian,
menunaikan amanah termasuk implementasi ketakwaan kepada allah swt. Allah swt. Akan
mengaruniakan kemudahan dan solusi dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Menunaikan amanah menjadi salah satu ukuran kedekatan seseorang kepada allah swt.
Pentingnya perilaku amanah dalam kehidupan pada hakikatnya segala yang kamu miliki
merupakan amanah dari allah swt. Tugas sebagai khalifah di bumi merupakan amanah yang
harus kamu laksanakan dengan baik. Kecerdasan, kekayaan, dan jabatan merupakan amanah
yang harus dimanfaatkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di akhirat kelak manusia
akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diembannya. Seorang pemimpin akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap amanah berupa kekuasaannya. Oleh karena itu, kamu
harus menjaga dan melaksanakan amanah dengan baik. Penerapan perilaku amanah dalam
kehidupan akan menumbuhkan lingkungan yang aman, damai, dan tenteram. Amanah
merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Hal ini
karena dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berperilaku jujur, tanggung jawab,
dan disiplin dalam setiap aktivitas kehidupan. Hitangnya perilaku amanah dalam kehidupan
menjadi penyebab mewabahnya korupsi, kolusi, dan monopoll dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, hilangnya perilaku amanah menyebabkan musnahnya rasa saling perceya,
tumbuhnya sikap saling mencurigai, dan beberapa sitat tercela lainnya. Sikap dan sifat tercela
tersebut menjadikan kehidupan tidak tenteram dan tidak tenang.
MAKALAH AKIDAH AHKLAK
AMANAH DAN MENEPATI JANJI

KELOMPOK : IV (Empat)
NAMA ANGGOTA : 1. Aulia Nila Ardila
2.Devi Novrianti BR Sinuhaji
3. Mivthorina Ulfa
4. Natasya
5. Nur Izzati
6. Nur Rizki Maulida
7. Putri Layona Famella
8. Yefni Marlisa

KELAS : IX / III C

GURU PEMBIMBING :

PONDOK PESANTREN DAARUN NAHDHAH THAWALIB BANGKINANG


KAMPAR, RIAU

TAHUN AJARAN 2015/2016


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amanah ...................................................................................................

2.2 Defenisi Amanah .......................................................................................................

2.3 Manfaat Amanah .......................................................................................................

2.4 Hikmah Amanah ........................................................................................................

2.5 Pengertian Menepati Janji .........................................................................................

2.6 Hukum Menepati Janji ................................................................................................

2.7 Dalil Aqli dan Naqli Menepati Janji ............................................................................

2.8 Dampak Positif dan Negatif .......................................................................................

2.9 Ahklakul Karimah .......................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................

3.2 Implikasi ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amanah dan menepati janji adalah perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kedua ahklak ini sangat diwajibkan dalam ajaran islam. Kedua sifat ini harus dimiliki
oleh setiap orang yang berguna untuk menjalankan kehidupan yang baik

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengerian amanah
b. Apa saja manfaat amanah?
c. Apa hikmah amanah?
d. Apa saja Hukum menepati janji?
BAB II PEMBAHASAN

A. Amanah
2.1 Pengertian Amanah

Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk
dilaksanakan (Q.S. 32 : 72) yang tercakup di dalamnya khilafah ilahiyah (khalifat
allah, ibad allah), khilafah takwiniah (al-taklif al-syariah) dalam kaitannya dengan
hablun min allah dan hablun min al-nas.
Dalam ajaran Al-Quran manusia adalah makhluk yang memikul beban (mukallaf).
Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban. Setiap beban yang diterima
manusia harus dilaksanakan sebagai amanah.
Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab
dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujuratau dapat
dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berartipesan, perintah,
keterangan atau wejangan 1.
Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,
diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu
yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah segala sesuatu yang diambil
dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya untuk
diambil manfaatnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah
adalah menyampaikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu
melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain, baik berupa harga maupun
jasa.

2.2 Defenisi Amanah

Kata amanah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu
yang dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut
memberikan pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si
pemberi amanah dan si penerima amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya
dapat dijelaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya manusia secara individu diberi amanah berupa umur oleh Allah.
Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa umur tersebut? Apakah umur itu
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti bekerja, melaksanakan ibadah
puasa, membaca Al Quran, dan yang lainnya. Bila kita sebagai individu sudah
melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya, maka kita pantas disebut
orang yang dapat dipercaya alias bisa menjalankan amanah dari-Nya. Sebaliknya
bila kita salah menggunakan amanah tersebut misalnya bermalas-malasan, tidak
mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah, maka kita boleh dianggap Allah
orang yang tidak dapat dipercaya alias tidak beramanah seperti dalam firman
Allah, yaitu:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan


Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. (QS. Al Anfal: 27)

Selain itu, contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam


berorganisasi. Adakah amanah di dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang
dipikul seorang pemimpin atas anggota yang dipimpinnya. Tidak lain adalah
mengajak, membimbing, dan mengarahkan anggotanya untuk berperilaku sesuai
tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka tidak hanya sejahtera di
pertanggungjawaban baik di dunia apalagi di akhirat kelak. Seperti lazimnya
dilakukan oleh organisasi, hal tersebut direalisasikan dalam bentuk Laporan
Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang merupakan wujud amanah yang
diemban oleh sang pemimpin dan jajarannya. Jadi, amanah tidaknya seseorang
pemimpin bukan dilihat dari penampilan fisik, materi atau keturunan, tetapi
lebih ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang pemimpin mampu
memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir sedemikian rupa
sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk kemaslahatan bersama
sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk kepentingan umum, bukan
kepentingan pribadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga,
masyarakat, hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan
dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak
melaksanakan amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3 macam, yaitu :


1. Amanah manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang
harus dipelihara berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan
meninggalkan semua laranganNya. Termasuk di dalamnya menggunakan
semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat serta
mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya seluruh
maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang
merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan.
Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya,
ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka
untuk memiliki itikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang memberi
manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang baik,
menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat
memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai
kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga adalah seorang suami berlaku
adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan suami-istri tidak menyebarkan
rahasia pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Dengan memperhatikan pendapat Ahmad Musthafa Al-Maraghi tersebut, amanah melekat
pada diri setiap manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah,
individu dan makhluk sosial.
Disamping 3 macam amanah tersebut di atas, terdapat satu macam amanah lagi
yakni Amanah terhadap lingkungan. Amanah terhadap lingkungan hidup berupa
memakmurkan dan melestarikan lingkungan (Q.S. 11 : 61), tidak berbuat kerusakan di
muka bumi (Q.S.7 :85).

2.3 Manfaat Amanah

Ada beberapa manfaat melaksanakan Amanah yaitu:


1)akan menjadikan pribadi yg iklas
2)mendatangkan kemudahan dari Allah SWT
3)melahirkan sikap pemimpin sejati
4)menjadikan banyak kawan banyak saudara
5)dapat mendatangkankan barakah/kemajuan
6).Disegani oleh orang lain
7).Dipercaya oleh orang lain
8).Menjadi pribadi yang berwibawa di mata orang lain
9).Mendapatkan prasangka baik orang lain
10).Terhindar dari dosa besar
11).Tidak di kucilkan
12).Lebih di percaya dari orang ain di lingkungan
2.4 Hikmah Amanah

Hikmah perilaku amanah ada banyak sekali hikmah atau manfaat perilaku amanah. Beberapa
manfaat atau hikmah perilaku amanah sebagai berikut. Dipercaya orang lain. Kepercayaan
merupakan modal yang sangat berharga dalam menjalin hubungan atau berinteraksi
antarsesama manusia. Memperoleh simpati dan orang lain. Memperoleh kesuksesan hidup
dan dimudahkan oleh allah swt. Menunalkan amanah termasuk melaksanakan perintah allah
swt. Dan rasul-nya. Allah swt. Dan rasul-nya dl dalam al-quran dan hadis memerintahkan
manusia untuk menunaikan amanah, serta melarang berkhianat. Dengan demikian,
menunaikan amanah termasuk implementasi ketakwaan kepada allah swt. Allah swt. Akan
mengaruniakan kemudahan dan solusi dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Menunaikan amanah menjadi salah satu ukuran kedekatan seseorang kepada allah swt.
Pentingnya perilaku amanah dalam kehidupan pada hakikatnya segala yang kamu miliki
merupakan amanah dari allah swt. Tugas sebagai khalifah di bumi merupakan amanah yang
harus kamu laksanakan dengan baik. Kecerdasan, kekayaan, dan jabatan merupakan amanah
yang harus dimanfaatkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di akhirat kelak manusia
akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diembannya. Seorang pemimpin akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap amanah berupa kekuasaannya. Oleh karena itu, kamu
harus menjaga dan melaksanakan amanah dengan baik. Penerapan perilaku amanah dalam
kehidupan akan menumbuhkan lingkungan yang aman, damai, dan tenteram. Amanah
merupakan faktor utama terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Hal ini
karena dengan sikap amanah semua komponen bangsa akan berperilaku jujur, tanggung jawab,
dan disiplin dalam setiap aktivitas kehidupan. Hitangnya perilaku amanah dalam kehidupan
menjadi penyebab mewabahnya korupsi, kolusi, dan monopoll dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, hilangnya perilaku amanah menyebabkan musnahnya rasa saling perceya,
tumbuhnya sikap saling mencurigai, dan beberapa sitat tercela lainnya. Sikap dan sifat tercela
tersebut menjadikan kehidupan tidak tenteram dan tidak tenang.

Anda mungkin juga menyukai