OTITIS EKSTERNA
Oleh :
Helni Sipayung
1708435992
Pembimbing :
dr. Ariman syukri, Sp.THT-KL
I. DEFINISI
Otitis eksterna merupakan penyakit karena radang pada bagian luar maupun liang
telinga baik secara akut maupun kronis, yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun
jamur.1,2 Otitis eksterna dapat terjadi pada seluruh liang, hanya sedikit atau sebagian dalam
bentuk furunkel.3
Fisiologi Serumen keluar dari liang telinga karena migrasi epitel kulit yang bergerak dari
arah dalam serta dibantu oleh gerakan rahang ketika mengunyah. Serumen memiliki efek
proteksi epitelium dari kerusakan oleh kelembapan yang berlebihan, mengikat kotoran,
menyebarkan aroma yang tidak disenangi oleh serangga sehingga mencegah masuk ke liang
telinga.4,5 Serumen juga memiliki pH yang asam dan lisosim yang menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur.6
III. EPIDEMIOLOGI
Kejadian otitis eksterna terjadi pada 4 dari 1000 orang per tahun. Data dari Center
for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kasus otitis eksterna di Amerika
Serikat, diperkirakan mencapai 2,4 juta pertahun yang terdiagnosis di pusat kesehatan
merupakan kasus otitis eksterna akut sebanyak 8,1 kunjungan per 1000 populasi. Penelitian
lain di poliklinik THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou di Manado pada bulan Januari
hingga Desember tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 5.297 pengunjung terdapat 440
(8,33%) pasien yang terdiagnosis dengan kasus otitis eksterna.1
IV. ETIOLOGI
Air atau cairan yang masuk kedalam liang telinga dan tidak keluar, seperti kemasukan air saat
berenang (Swimmer ear) atau mencuci rambut. Saat liang telinga basah cukup lama, maka kulit liang
telinga akan menjadi lunak dan lembab.4 Keadaan ini merupakan lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhan dari bakteri (Staphylococcus aureus, Pseudomonas sp, Streptococcus sp, dll), jamur
(Aspergilus niger dan candida albicans), yang akan menyebabkan terjadi reaksi radang karena
telah terinfeksi.2 Keadaan lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna yaitu: 3,5,6
Kebiasaan membersihkan liang telinga dengan cutton bud, ujung kuku ataupun benda lain
Bahan kimia seperti hairsprays, shampoo atau pewarna rambut yang mungkin dapat
mengiritasi dan merusak struktur yang diikuti dengan invasi bakteri ataupun jamur
Keadaan kulit tertentu seperti eksema, dermatitis, psoriasis dimana kulit sedang
mengelupas dan rusak, dan tidak bertindak sebagai barrier yang melindungi.
Liang telinga yang sempit
Benda asing, biasanya tertinggalnya kapas cutton bud atau masuk binatang.
Alergi (obat atau nikel)
Infeksi telinga tengah
Memiliki penyakit diabetes (sirkumskripta)
Trauma berulang
Pemakaian alat bantu dengar yang jarang dibersihkan
V. PATOFISIOLOGI
Sel kulit mati dan serumen akan keluar melalui liang telinga. Hal tersebut akan
terkendala saat kita membersihkan telinga namun kotoran terdorong lebih dalam lalu
menumpuk. Bentuk lekukan liang telinga juga dapat menimbulkan keadaan lembab yang
meningkatkan kemungkinan pertumbuhan bakteri maupun jamur saat air masuk ke liang
telinga.3,7 Otitis eksterna akut sering disebabkan oleh kuman Staphylococcus sp dan
Pseudomonas aeruginosa, infeksi karena jamur sering pada kasus yang kronis.6 Gangguan pH
asam yang normal, kurangnya serumen, trauma pada lapisan epitel juga salah satu
predisposisi infeksi bakteri atau jamur.6 Sistem perlindungan kulit liang telinga yang kurang
akibat beberapa faktor tertentu akan memudahkan invasi patogen lalu timbul reaksi inflamasi
dan cairan eksudat yang mungkin akan mengganggu hantaran suara.7
Rasa gatal hingga terjadi iritasi menyebabkan edema lalu menekan serabut saraf yang
menimbulkan nyeri. Keluhan nyeri pada telinga juga dapat dicetuskan karena kulit liang
telinga yang beralaskan periostium dan perikondrium akan lebih mudah mengalami cedera.
Pada sepertiga telinga luar berhubungan dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
pada kasus otitis eksterna akan terasa nyeri pada tarikan daun telinga atau penekanan pada
tragus.7,8 Respon tubuh berupa demam akan menimbulkan rasa kurang nyaman pada telinga
karena peningkatan suhu.3
VI. KLASIFIKASI
I. Otitis eksterna akut
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel atau bisul)
Pada sepertiga luar liang telinga terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen, di area tersebut dapat terjadi infeksi pilosebaseus, yang sering
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan staphylococcus albus dan biasanya
memiliki ciri nyeri hebat yang tidak sesuai dengan besar furunkel. Hal ini terjadi
akibat kulit pada liang telinga tidak memiliki jaringan ikat longgar sehingga
penekanan perikondrium akan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri saat membuka mulut
(sendi temporomandibula) juga kerap dirasakan. Bila ukuran furunkel sampai
menyumbat liang maka suara tidak akan dihantarkan dengan baik, dan akan dirasakan
penurunan pendengaran.3,8
b. Otitis ekterna difus
Peradangan liang telinga yang meluas ke aurikula dan lapisan epidermis dari
membran timpani yang biasanya disebabkan oleh Pesudomonas sp. Penyakit ini
sering terjadi pada perenang yang menimbulkan kelembaban tinggi dan panas pada
liang telinga. Keringat berlebihan menyebabkan pH kulit berubah menjadi basa
sehingga pertumbuhan kuman patogen sangat memungkinkan. Faktor yang relevan
dengan kondisi ini, yaitu trauma liang telinga dan invasi kuman patogen. Trauma
akibat mengorek telinga dimana kerusakan pada kulit liang telinga menyebabkan
invasi kuman patogen lebih mudah.4 Penyakit ini dapat menyertai otitis media
supuratif kronik.3,8
Gejalanya tampak kulit hiperemis dan edema yang membuat liang menjadi
sempit, nyeri tekan tragus.5
II. Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna akut yang berlangsung lama hingga membentuk jaringan parut yang
menyebabkan liang telinga menyempit.3
III. Otitis eksterna Maligna
Terjadi pada pasien dengan diabetes dan immunocompromised dan biasanya usia pasien
tua. Mikroangiopati dan penurunan sel imun memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya
menimbulkan gejala nyeri hebat telinga, discharge pada telinga, nyeri sendi temporomandibular,
edema dan granulasi di liang telinga dan sepanjang garis sutura timpanomastoid, memiliki
riwayat otitis media supuratif kronik, polip di liang telinga, bengkak di daerah preaurikular, dan
kelumpuhan wajah.9
Menurut Benecke, derajat otitis eksterna maligna dapat dibagi tiga, yaitu: 9
1. Derajat I : infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago
2. Derajat II: keterlibatan jaringan lunak dan erosi tulang temporal
3. Derajat III: ekstensi intrakranial atau erosi tulang temporal
Diagnosis ditegakkan dengan: 3,9
1. Kultur eksudat liang telinga menggunakan suatu apusan kalsium alginat
2. Pemeriksaan hitung jenis leukosit dan laju endap darah
3. Komorditas adalah hal yang penting diketahui (misal: diabetes, HIV, dll)
4. CT scan untuk melihat ekstensi penyakit
5. Bone scan untuk mendokumentasikan osteomilitis (nonspesifik) dan mungkin akan sembuh
selama beberapa bulan setelah resolusi terjadi
6. Gallium-67 scan sebagai indikator infeksi yang aktif dan berguna untuk mengikuti
perjalanan penyakit, juga positif dalam jaringan lunak dan infeksi tulang. Pengulangan
gallium scan setiap 4 minggu untuk menentukan kelanjutan pengobatan.
VIII. DIAGNOSIS
Kita dapat mengali informasi untuk menentukan diagnosis dari keluhan utama, gejala
penyerta, penyebab atau faktor predisposisi yang mungkin menyebabkan otitis eksterna seperti
yang dijelaskan diatas, pemeriksaan dengan menggunakan lampu kepala dan otoskop.
Pemeriksaan penunjang seperti pewarnaan gram, kultur sekret atau pemeriksaan KOH dapat
dilakukan pada kasus yang disebabkan bakteri atau jamur.2
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul jika tidak segera diobati maka akan merusak organ
yang terletak lebih dalam dan bisa berkembang menjadi otitis eksterna maligna. Komplikasi
akan sering terjadi pada pasien yang mengalami imunocompromised.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sedjati Ml, Palandeng OI, Pelealu OCP. Pola Kuman Penyebab Otitis Eksterna Dan
Uji Kepekaan Antibiotik di Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado Periode November – Desember 2013: Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Rayulangi Manado. 2013:hal 4-14
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Fakultas kedokteran universitas
indonesia. Edisi VII. Jakarta, 2012: p.53-4
3. Mustofa A. Variabel Determinan Penggunaan Cutton Bud Terhadap Insidensi Otitis
Eksterna : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret [Skripsi], Surakarta.
2011:hal.1-6
4. Imanto M, Radang Telinga Luar :Jurnal Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Vol VI: 2, Oktober 2015, hal 202-207
5. Victorian government. Otitis externa (swimmer’s ear): Emergency Department
Factsheet. Melbourne; 2010.p.1-2. Available from www.health.vic.gov.au/edfactsheets
6. Wipperman J. Otitis Externa. Department of Family and Community Medicine,
University of Kansas School of Medicine – Wichita, North Kansas, Wichita,
USA. Prim Care Clin Office Pract 41 ;2014.1–9
7. Mustafa M, Patawari P, Sien, Muniandy RK, Zinatara P. Acute Otitis
Externa:Pathophysiology,Clinical presentation, And Treatment : IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). Faculty of Medicine and Health
Sciences, University Malaysia Sabah. Kinabalu; July 2015.Vol 14:7.73-78
8. Schaefer P, Reginald, F. Baugh. Acute Otitis Eksterna: An Update. American
Academy Of Family Physicians University Of Toledo College Of Medicine,
Toledo. Ohio: 2012. Vol 86;11.1-7
9. Bhat V, Aziz A, Bhandary SK, Aroor R, Kamath SD, Saldanha M. Malignant Otitis
Externa - A Retrospective Study Of 115 Patients Treated In Tertiary Healthcare
Center; International Advanced Otology. Department of Otorhinolaryngology, K S
Hegde Medical Academy, Karnataka, India 2015;1-5
10. Rosenfeld RM, Schwartz SR, Cannon CR, Roland PS, Simon GR, Kumar KA, et al.
Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa, American Academy OF
Otolaryngology-Head and Neck Surgery.2014,Vol.150;1-24