Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SYARAT-SYARAT ORANG BERSUMPAH


DAN
LAFADZ-LAFADZ SUMPAH

TIGAS INDIVIDU MATA PELAJARAN FIQIH

GURU PENGAMPU :

R. SUYANTO S.S

NAMA : TOMAS WIJAYA .R

KELAS : XI IIS

MADRASAH ALIYAH NURUL IMAN SEKINCAU

YAYASAN PENDIDIKAN NURUL IMAN

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Sumpah merupakan syariat Islam yang diperbolehkan dalam Islam adapun
nama lain dari sumpah Al-Yamin dan Al-Qosam para ulama berbeda pendapat
tentang sumpah ini. Lafal Aiman dengan dibaca fat-hah huruf hamzah adalah bentuk
jamak lafal Yamin. Adapun asalnya menurut bahasa, adalah tangan kanan, kemudian
diucapkan atas suatu sumpah. Sedangkan menurut sarah, sesuatu yang cenderung
bertentangan atau mengukuhkannya dengan menyebut nama Allah Ta‟ala atau satu
sipat dari sifat-sifat DzatNya. 1 Suatu sumpah tidak dianggap positif, kecuali dengan
menyebut nama Allah Ta‟ala, yakni menyebut dengan Dzat-Nya misalnya yang
bersumpah mengucapkan; “Demi Allah” dengan suatu nama dari beberapa nama
Allah yang sudah ditentukan, yang tidak boleh digunakan selain Allah, misalnya
ahaliqil khalqi(pencipta mahluk) atau menyebut dari satu sipat, sipat-sipat Dzat-Nya,
yang sipat tersebut ada pada Dzat-Nya. Ketentuan yang bersumpah adalah setiap
mukalaf yang sadar mengucapkan dengan sengaja untuk sumpah. Barang siapa
bersumpah menyedekahkan hartanya, misalnya mengucapkan; “bagi Allah atas
diriku. karna keras kepala dan emosi, maka yang bersumpah atau bernazar
diperbolehkan apa memenuhi apa yang ia sumpahkan dan menetapkannya dengan
tujuan nazar dari hartanya yang disedekahkan, atau membayar kafarat sumpah
menurut pendapat yang lebih terang. Menurut suatu pendapat bagidia wajib
memenuhi apa yang ditetapkan. Muhamad Soleh menafsirkan tentang hal yang telah
telanjur lisan mengucapkan sumpah tanpa ada kesengajaan, misalnya ucapan orang
yang sedang dalam keadaan marah 1Ahmad sunarto, terjemah fat-hul qorib, (Al-
hidayah surabaya, 1992), H. 236. atau tergesa-gesa secara kebetulan menggunakan
kata; “Demi Allah” dan dalam waktu yang lain tidak menggunakan kata “Demi
Allah”. Lafal-lafal sumpah dengan menyebut nama Allah Ta‟ala, yakni menyebut
dengan Dzat-Nya misalnya yang bersumpah mengucapkan; “Wau Al-Allahi, Bi Al-
Allahi, Ta AlAllahi Li Al-Allahi ” 2 Barang siapa bersumpah, bahwa dia tidak akan
berbuat sesuatu, misalnya menjual hambanya, kemudian menyuruh orang lain
mengerjakanya, dengan menjual hamba yang bersumpah, bukan berarti menerjang
(melanggar) sumpahnya, kecuali yang bersumpah bermaksud tidak akan melakukan,
begitu juga orang lain, maka berarti menerjang sumpahnya sebab perbutan orang
yang di perintah.
BAB II
PEMBAHASAN

BERSUMPAH DALAM ISLAM – HUKUM DAN SYARATNYA

Sebagaimana Tujuan Penciptaan Manusia , Tujuan Hidup Menurut Islam, Hakikat


Penciptaan Manusia, Hakikat Manusia Menurut Islam, Proses Penciptaan Manusia,
maka manusia wajib untuk mengikuti segala tuntunan islam. Termasuk dalam hal
bersumpah. Maka islam pun terdapat bagaimana jika seorang muslim hendak
bersumpah.
Bersumpah adalah mengucapkan seperti janji atau ikrar dengan kesungguhan untuk
menguatkan pernyataan yang dibuat oleh seseorang. Sumpah tentu memiliki derajat
yang tinggi atau tidak main-main. Sumpah tentu memiliki konsekwensi dan dampak
pada yang mengucapkannya. Untuk itu, sumpah tidak bisa diucapkan main-main,
apalagi jika membawa nama Agama, Allah, dan Rasulullah.

Hukum Sumpah Menurut Imam Mahdzab


Sumpah dalam islam dibahas oleh para ulama atau imam besar. Mereka memiliki
pendapat masing-masing mengenai bersumpah dalam islam. Hal tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut.

Pendapat Imam Malik


Imam Malik berpendapat bahwa bersumpah hukumnya adalah jaiz. Dalam hal yang
dimaksudkan untuk menekankan kepada masalah agama atau mendorong untuk
melaksanakan sesuatu yang lebih maka dianjurkan untuk melakukan sumpah.
Jika sumpah dilakukan dengan hukum mubah, maka melanggarnya pun mubah
namun tetap harus membayar denda kecuali jika pelanggaran dari sumpah itu menjadi
lebih baik.

Pendapat Imam Hambali


Imam Hambali memiliki pendapat bahwa hukum bersumpah sangat bergantung
kepada kondisi yang melingkupinya. Bersumpah bisa wajib, haram, makruh, sunnah
atau mubah. Bersumpah dalam kondisi yang mengarah kepada kewajiban maka
hukumnya wajib. Sednagkan jika bersumpah dalam hal-hal yang sudah jelas
diharamkan agama, maka hukumnya adalah haram, dan seterusnya.

Pendapat Imam Syafii


Imam Syafii memiliki pendapat bahwa bersumpah adalah makruh. Sumpah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan mubah tergantung kepada keadaannya.  Apabila sumpah
diorientasikan pada sunpah yang memberikan bekasan maksiat maka wajib untuk
ditinggalkan, namun jika hal tersebut justru untuk ditinggalkan (hal maksiat) maka
wajib untuk bersumpah.

Pendapat Imam Hanafi


Imam Hanafi berpendapat bahwa bersumpah adalah bersifat jaiz atau lebih baik tidak
terlalu banyak melakukan sumpah. Untuk itu seorang muslim hendaknya tidak
bersumpah untuk melakukan sesuatu yang main-main atau hanya sekedar urusan
sepele saja.

Syarat Bersumpah dalam Islam


Di dalam islam, bersumpah bukanlah ucapan yang main-main. Untuk itu, sumpah
harus dengan kesungguhan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Untuk itu, orang
yang bersumpah haruslah menepati apa yang menjadi sumpahnya sedangkan
pelanggarannya adalah tanggung jawab dunia akhirat.
Dalam Al-Quran disampaikan oleh Allah untuk jangan mengikuti orang yang mudah
bersumpah. “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi
yang hina” (QS 68:10).
Berikut adalah syarat-syarat bersumpah dalam islam yang harus dipenuhi oleh
seorang muslim.
Bersumpah dengan Nama Allah
“Barang siapa yang ingin bersumpah, maka bersumpahlah atas nama Allah atau
(jika tidak) maka diamlah” (HR Bukhari)
Di dalam hadist tersebut, dijelaskan bahwa untuk bersumpah maka harus dengan
menyebut nama Allah. Hal ini menunjukkan bahwa pertanggungjawaban kita
sejatinya adalah dengan Allah bukan pada apapun selain Allah. Selain itu, bersumpah
pada selain Allah tentu hal yang diharamkan, karena tentunya mendekati kepada
kemusyirikan. Syirik Dalam Islam adalah dosa yang berat dan sulit untuk diampuni
jika tidak Taubatan Nasuha , Shalat Taubat, dan Cara Taubat Nasuha Menurut Islam.
Bersumpah pada Allah menunjukkan bahwa pertanggungjawaban apa yang kita
sebutkan bukan hanya di dunia, melainkan kelak di akhirat langsung pada Allah
SWT. Sedangkan pada selain Allah, dikhawatirkan atau berpotensi pada
penyelewengan akidah.

Sumpah dengan Salah Satu dari Nama-Nama Allah


Sumpah yang baik adalah yang menyebutkan nama Allah di dalamnya. Nama Allah
yang terdapat dalam Al-Quran ada 99 Nama Sifat dan Nama Allah. Untuk itu, salah
satunya dapat disebutkan dalam sumpah yang dilakukan, sebagaimana dalam hadist
berikut. Menyebut nama Allah sebagai bentuk sumpah kita adalah sumpah
kesungguhan yang disampaikan benar-benar dari hati dan pertanggungjawaban yang
dalam.
“Aku berlindung dengan Kemuliaan Kamu, yang tidak ada Tuhan melainkan Kamu
yang tidak mati manakala jin dan manusia akan mati”  (HR Bukhari)
Menyebut Nama Allah tentu menunjukkan seorang menjadi hamba beriman pada
Allah. Ada banyak sekali manfaat beriman kepada Allah SWT dan manfaat
tawaqal kepada Allah bagi manusia yang menjalankan misinya sesuai rukun
islam, rukun iman, fungsi agama, dan  Konsep manusia dalam islam.
Sumpah dengan Salah Satu Sifat Allah
Selain itu, sumpah yang baik adalah dengan menyebutkan pula sifat-sifat Allah.
Sebagaimana contohnya dalam hadist berikut ini.
Daripada Ibn ‘Umar (radhiallahu ‘anhuma), dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah bersumpah dengan berkata: “Tidak! Demi yang membolak-
balikkan hati (HR Bukhari)
Contoh lain dalam penyebutan sifat Allah adalah dalam hadist berikut ini.
Demi yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, tidaklah seorang jua dari umat
ini yang mendengar tentang aku, baik Yahudi mahupun Nasrani, kemudian dia mati
tanpa beriman kepada apa yang aku diutus dengannya (Islam) melainkan dia
menjadi dari kalangan ahli neraka (HR Bukhari)

Isi Sumpah Jelas dan Tegas


Isi sumpah haruslah jelas dan tegas. Hal ini untuk meyakinkan dan memastikan
apakah sumpah tersebut dapat berjalan nantinya dengan benar dan konsisten. Isi
sumpah yang ambigu dan tidak dapat dipahami isinya, tentu menjadi sumpah yang
tidak sungguh-sungguh dan akan mudah untuk dilanggar.
Sumpah yang ambigu, nantinya akan berpotensi untuk menjadi penyelewengan
makna atau bias tafsir sehingga akan berefek pada tidak jelasnya tujuan yang hendak
dicapai dari sumpah tersebut. Misalnya “Saya bersumpah tidak akan melakukan hal
itu lagi”. Hal itu yang dimaksud dalam isi sumpah di atas harus diperjelas dan
diucapkan dengan tegas merujuk pada perilaku apa dan seperti apa.

Pelanggaran Sumpah
“Allah tidak menghukum kalian disebabkan sumpah-sumpah yang tidak bersungguh-
sungguh, melainkan Dia menghukum kalian akibat sumpah-sumpah yang kalian
sengaja, maka penyangkalan sumpah itu ialah memberi makanan untuk sepuluh
orang yang membutuhkan, dengan hidangan yang biasa kalian beri untuk keluarga
kalian, atau memberi pakaian untuk mereka atau memerdekakan seorang budak.
Barangsiapa tidak sanggup, maka berpuasa selama tiga hari; Hal demikian itu
adalah penyangkalan terhadap hal yang telah kalian perbuat; namun jagalah
sumpah kalian. Demikianlah Allah menjelaskan kepada kalian tentang Hukum-
HukumNya supaya kalian bersyukur.” (QS Al Maidah: 89)
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jika ada yang melanggar sumpah
maka harus melakukan sebagaimana apa yang disampaikan dalam Ayat di atas. Hal
ini dapat dirangkum dalam poin-poin berikut ini:
 Memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa dimakan
sehari-hari atau bersama keluarga
 Memberi pakaian pada orang miskin
 Memerdekakakan seorang budak/hamba
Jika tidak dapat dilakukan hal-hal diatas, maka hendak untuk berpuasa selama tiga
hari

LAFADZ-LAFADZ SUMPAH
Ada tiga lafadz yang bisa digunakan untuk bersumpah, yaitu: (Wallaahi، Billaahi,
Tallaahi). Arti ketiga lafadz tersebut adalah “Demi Allah”. Rasulullah pernah
bersumpah dengan menggunakan lafadz Wallahi, sebagaimana dijelaskan dalam
riwayat berikut: Artinya: “ Demi Allah, sesungguhnya aku akan memerangi kaum
quraisy. Kalimat ini belia ulangi tiga kali." (HR. Abu Daud)
DAFTAR PUSTAKA

https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/bersumpah-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai