Dosen Pengampu :
Muhammad Rifqi Hidayat, S.HI., M.Sy.
Disusun oleh:
Rasidah (230105010107)
A. Pendahuluan
Hutang adalah transaksi antara dua belah pihak yang salah satunya
menyerahkan kewajibannya secara langsung, sedangkan pihak yang lain menyerahkan
kewajibannya pada kesempatan lain. Secara bahasa adalah al-qoth'u (keputusan). Al-
qordh (pinjaman) adalah suatu harta yang diberikan oleh seorang yang memberi
pinjaman kepada seorang yang meminjam dan dikembalikan kepadanya, sebagaimana
harta itu akan diberikan kepada yang meminjam jika ia mampu mengembalikannya.
(Al Azhar Press, 2014)
Secara Bahasa akad disebut juga dengan ikatan dan mengikat. Dikatakan
ikatan (al-rabth) adalah mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatnya dari ujung ke
ujung tali. perjanjian dalam Al-Qur'an disebut juga al-'aqdu (akad) dan al-'ahdu
(janji). Perjanjian tertulis memuat ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan).
Dalam ungkapan lain para ulama fikih menyebutkan bahwa akad adalah setiap
ucapan yang keluar sebagai penjelasan dari kedua keinginan yang ada kecocokan.
Sedangkan Mustafa Ahmad Az-Zarqa, menyatakan bahwa tindakan hukum
(action) yang dilakukan manusia terdiri atas dua bentuk, yaitu: Tindakan (action)
berupa perbuatan dan tindakan berupa perkataan. Sementara Abu Bakar al-Jashshash
memaknai akad sebagai; setiap sesuatu yang diikatkan oleh seseorang terhadap satu
urusan yang akan dilaksanakannya atau diikatkan kepada orang lain untuk
dilaksanakan secara wajib (seperti; akad nikah, akad sewa menyewa, akad jual beli
dan lainnya). Menurut beliau, sesuatu dinamakan akad, karena setiap pihak telah
memberikan komitmen untuk memenuhi janjinya di masa mendatang.
(Muhammadiyah, 2020)
َّص ْي ِد َواَ ْنت ُ ْم ح ُُر ِۗم اِن َ ٰيٰٓاَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اَ ْوفُ ْوا بِا ْلعُقُ ْو ِۗ ِد اُحِ لَّتْ لَكُ ْم بَ ِه ْي َمةُ ْاْلَ ْنعَ ِام ا َِّْل َما يُتْ ٰلى
َ علَ ْيكُ ْم
َّ غي َْر ُمحِ لِى ال
ّٰللا يَحْ كُ ُم َما يُ ِر ْي ُد.
َه
menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”
Dalam surah Al-Baqarah ayat 282 juga disebutkan perintah untuk penulisan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah
penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, ayat ini secara khusus
ditujukan kepada orang-orang beriman yang melakukan transaksi utang piutang.
Selain itu, dijelaskan juga mengenai perlunya seseorang atau para pihak untuk
menuliskan transaksi utang piutang tersebut. Sedangkan dalam al-Tafsir al-Munir fi
al-‘Qidah wa as-Syari’ah wa al- Manhaj menurut Wahbah Zuhaily, Al Baqarah ayat
282 ini membicarakan orang-orang Mukmin yang melakukan transaksi jual beli
barang dengan pembayaran kredit atau jual beli saham yang penyerahan kepada
pembeli ditangguhkan terhadap batas waktu tertentu. Maka, Allah pun memerintahkan
agar menulis transaksi tersebut dengan menyebutkan hari, bulan, dan tahun
pembayaran yang dijanjikan dengan sejelas-jelasnya. (“Tafsir dan Kandungan Surat
Al Baqarah Ayat 282 tentang Utang Piutang,” n.d.)
B. Metode
ulama tersebut, dan mengapa terjadi perbedaan antara keduanya, untuk menjawab
tujuan makalah ini.
C. Teori
Dalam fiqih, seringkali terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama, yang
mana perbedaan pemahaman itu kemudian berimplikasi pada perbedaan kesimpulan
yang mereka fatwakan. (“Sebab Perbedaan Fatwa Terjadi meski dalam Satu Mazhab |
NU Online,” n.d.) Perbedaan fatwa bisa bersumber dari perbedaan hukum fiqih
sebagai konsep (kulliyyat) sebagai hasil istinbath dari dalil-dalil syar'iat. Ada juga
perbedaan fatwa yang bersumber dari perbedaan pendapat di kalangan kelompoknya
sendiri yang bahkan menjurus kepada perpecahan. Namun, perbedaan pendapat ini
tidak perlu membuat bingung, karena seseorang dapat mengikuti pendapat yang
dipandangnya lebih mendekati kebenaran, yaitu berdasarkan keluasan ilmunya dan
kekuatan imannya. (“Menghadapi Perbedaan Pendapat Di Kalangan Para Ulama |
Almanhaj,” n.d.) Dalam hal ini, ia harus meneliti dan membaca untuk mengetahui
pendapat yang lebih benar di antara pendapat-pendapat yang diungkapkan oleh para
ulama.
ِى َيتَ َخبَّطُهُ ال َّش ۡي ٰطنُ مِنَ ۡال َم ِسؕ ٰذ لِكَ ِباَنَّ ُهمۡ قَالُ ۡۤۡوا اِنَّ َما ۡال َب ۡي ُع ۡ الربٰوا ََل َيقُ ۡو ُم ۡونَ ا ََِّل َك َما َيقُ ۡو ُم الَّذِ َاَلَّذ ِۡينَ َي ۡاكُلُ ۡون
ِ ف َواَمۡ ُر ٗۤۡه اِلَى ه
َ ّٰللاؕ َو َم ۡن
عا َد َ َظةٌ م ِۡن َّر ِب ٖه ف َۡانتَهٰ ى فَلَهٗ َما َسل
َ الربٰوا فَ َم ۡن َجا ٓ َء ٗه َم ۡو ِع ِ ّٰللا ۡال َب ۡي َع َو َح َّر َم ِ مِ ۡث ُل
ُ الربٰوا ۘ َواَ َح َّل ه
٢٧٥ َارؕ هُمۡ ف ِۡي َها ٰخ ِلد ُۡون ٓ ٰ ُ فَا
ِ َّولٮِٕكَ اَصۡ حٰ بُ الن
Artinya : Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kesurupan setan karena gila.Yang demikian itu karena mereka
berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu
dia berhenti, maka apa yang telah di perolehnya dahulu menjadi miliknya2 dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran
dan bergelimang dosa. (Q.S al-Abaqarah ayat 275-276).
Pendapat para ulama ahli fiqh bahwa bunga yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman (utang-piutang, al-qardh; al-qardh wa al-iqtiradh) telah memenuhi kriteria
6
riba yang diharamkan Allah SWT, seperti dikemukakan, antara lain, oleh Imam
Nawawi dalam Al-Majmu‟ Al-Nawawi berkata Sahabat-sahabat kami (ulama mazhab
Syafi‟i) berbeda pendapat tentang pengharaman riba yang ditegaskan oleh al-Qur‟an,
atas dua pandangan. Pertama, pengharaman tersebut bersifat mujmal (global) yang
dijelaskan oleh sunnah. (“Dialog Pemikiran Tentang Norma Riba, Bunga Bank, Dan
Bagi Hasil di Kalangan Ulama | Ahyani | Kordinat: Jurnal Komunikasi antar
Perguruan Tinggi Agama Islam,” n.d.)
Adapun Ibn al-„Araby dalam Ahkam al-Qur‟an Riba dalam arti bahasa adalah
kelebihan (tambahan). Sedangkan yang dimaksud dengan riba dalam al-Qur‟an
adalah setiap kelebihan (tambahan) yang tidak ada imbalannya (al-Arabi 1957).
Sedang Al-„Aini dalam „Umdah al- Qari‟ Arti dasar riba adalah kelebihan
(tambahan). Sedangkan arti riba dalam hukum Islam (syara‟) adalah setiap kelebihan
(tambahan) pada harta pokok tanpa melalui akad jual beli. Muhammad Abu Zahrah
dalam Buhuts fi al-Riba Riba (yang dimaksud dalam) al-Qur‟an adalah riba
(tambahan, bunga) yang dipraktikkan oleh bank dan masyarakat; dan itu hukumnya
haram, tanpa keraguan. (“Dialog Pemikiran Tentang Norma Riba, Bunga Bank, Dan
Bagi Hasil di Kalangan Ulama | Ahyani | Kordinat: Jurnal Komunikasi antar
Perguruan Tinggi Agama Islam,” n.d.)
-Tafsir Al-Muyassar
diperbolehkan bagi para pencatat dan para saksi berbuat keburukan kepada orang
yang membutuhkan catatan dan persaksian mereka. Apabila kalian melakukan perkara
yang kalian dilarang melakukannya, maka sesungguhnya tindakan itu merupakan
bentuk penyimpangan dari ketaatan kepada Allah, dan efek buruknya akan menipa
kalian sendiri. Dan takutlah kepada Allah dalam seluruh perkara yang
diperintahkanNya kepada kalian dan perkara yang kalian dilarangNya untu
melakukannya. Dan Allah mengajarkan kepada kalian semua apa-apa yang menjadi
urusan dunia dan akhirat kalian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maka
tidak ada satupun dari urusan-urusan kalian yang tersembunyi bagiNya, dan Dia akan
memberikan balasan kepada kalian sesuai dengan perbuatan-perbuatan itu. (“Surat Al-
Baqarah Ayat 282 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb,” n.d.)
282. Hai orang-orang yang beriman, jika kalian saling memberi hutang piutang
sampai pada waktu tertentu maka wajib bagi kalian untuk menulisnya. Dan hendaklah
orang yang menulisnya adalah orang yang adil dan amanah. Dan janganlah penulis itu
enggan menulisnya sesuai syariat Allah, dan orang yang berhutang hendaklah
mendikte hutangnya kepadanya dan hendaklah ia takut kepada Allah dengan tidak
mengurangi hutang yang harus ia bayar. Syeikh as-Syinqithi berkata: zahir ayat ini
menunjukkan bahwa hutang wajib ditulis, karena perintah Allah menunjukkan hal itu
wajib dilakukan, namun Dia mengisyaratkan bahwa hal ini merupakan anjuran dan
bukan kewajiban (“Surat Al-Baqarah Ayat 282 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca
di TafsirWeb,” n.d.)
E. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Dialog Pemikiran Tentang Norma Riba, Bunga Bank, Dan Bagi Hasil di Kalangan
Ulama | Ahyani | Kordinat: Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama
Islam [WWW Document], n.d. URL
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kordinat/article/view/18899 (accessed
10.11.23).
Menghadapi Perbedaan Pendapat Di Kalangan Para Ulama | Almanhaj [WWW
Document], n.d. URL https://almanhaj.or.id/1330-menghadapi-perbedaan-
pendapat-di-kalangan-para-ulama.html (accessed 10.11.23).
Muhammadiyah, R., 2020. Akad (Transaksi) dalam Islam. Muhammadiyah. URL
https://muhammadiyah.or.id/akad-transaksi-dalam-islam/ (accessed 10.10.23).
Sebab Perbedaan Fatwa Terjadi meski dalam Satu Mazhab | NU Online [WWW
Document], n.d. URL https://islam.nu.or.id/syariah/sebab-perbedaan-fatwa-
terjadi-meski-dalam-satu-mazhab-QrJtB (accessed 10.11.23).
Sholihin, R., 2020. KEDUDUKAN PENCATATAN HUTANG PERSPEKTIF FIQH
MUAMALAH: Al-Mudharabah: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah 1,
142–159. https://doi.org/10.22373/al-mudharabah.v2i1.823
Surat Al Maidah Ayat 1: Bacaan, Arti dan Penjelasan Tafsir tentang Hewan Ternak
yang Halal | Orami [WWW Document], n.d. URL
https://www.orami.co.id/magazine/al-maidah-ayat-1 (accessed 10.10.23).
Surat Al-Baqarah Ayat 282 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di TafsirWeb
[WWW Document], n.d. URL https://tafsirweb.com/1048-surat-al-baqarah-
ayat-282.html (accessed 10.11.23).
Tafsir dan Kandungan Surat Al Baqarah Ayat 282 tentang Utang Piutang [WWW
Document], n.d. . kumparan. URL https://kumparan.com/berita-hari-ini/tafsir-
dan-kandungan-surat-al-baqarah-ayat-282-tentang-utang-piutang-
1wWniCTN9Yx (accessed 10.10.23).
Taufik, T., Muhlisin, S., 2015. HUTANG PIUTANG DALAM TRANSAKSI
TAWARRUQ DITINJAU DARI PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAT AL-
BAQARAH AYAT 282. Jurnal Syarikah : Jurnal Ekonomi Islam 1.
https://doi.org/10.30997/jsei.v1i1.260