Anda di halaman 1dari 25

AKAD PERJANJIAN PENGELOLAAN LEBAK LEBUNG

DI DESA PAMPANGAN KECAMATAN PAMPANGAN


KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
DITINJAU DARI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SKRIPSI

Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

OLEH:
KARISMAYANTI
1651700067

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam mengatur segala peri kehidupan manusia

secara menyeluruh, mencakup segala aspek yang ada kaitannya

dengan kehidupan tersebut. Hubungan manusia dengan Allah

SWT diatur dalam bidang ibadah, dan hal-hal yang berhubungan

antara manusia dengan sesama manusia dalam bidang muamalat.

Hal-hal yang berkaitan dengan bidang muamalat mencakup hal

yang sangat luas, baik yang bersifat perorangan maupun umum,

seperti perkawinan, kewarisan, hibah dan wasiat, kontrak atau

perikatan, hukum ketatanegaraan, pidana, peradilan dan

sebagainya. Muamalat merupakan hal yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, sebab dengan muamalat ini manuasia dapat

berhubungan satu sama lain yang menimbulkan hak dan

1
2

kewajiban, sehingga akan tercipta segala hal yang diinginkan

dalam mencapai kebutuhan hidupnya 1.

Dalam ajaran Islam terdapat fiqh muamalah yang secara

umum bermakna aturan-aturan Allah yang mengatur manusia

sebagai makhluk sosial dalam semua urusan yang bersifat

duniawi. Adapun secara khusus fiqh muamalah mengatur

berbagai akad atau transaksi yang membolehkan manusia saling

memiliki harta benda dan saling tukar-menukar manfaat

berdasarkan ajaran Islam. Fiqh muamalah dalam pengertian

khusus ini fokus pada dua hal, yaitu: al-mu’amalat al-madiyah

(hukum kebendaan) yaitu aturan syara’ berkaitan dengan harta

sebagai objek transaksi dan al-muamalat al-adabiyah (hukum

peredaran harta lewat ijab kabul/ transaksi) yaitu aturan-aturan

syara’ yang berkaitan dengan manusia sebagai subjek transaksi 2.

Setidaknya ada dua istilah dalam Al-Qur`an yang


berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-aqdu (akad) dan al-
`ahdu (janji). Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan,
mengikat. Dikatakan ikatan (al-rabth) maksudnya menghimpun

1
H. Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif
Kewenangan Peradilan Agama,( Jakarta: KENCANA, 2016), hlm.71.
2
Andri Soemitra, Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), hlm. 2.
3

atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah


satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan
menjadi seperti seutas tali yang satu3. Kata al-aqdu terdapat
dalam QS. Al-Maidah ayat 1 :4

 
 
  
  
   
  
    
   
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang
akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

Allah memerintahkan kepada setiap orang yang beriman

untuk memenuhi janji-janji yang telah diikrarkan, baik janji

prasetia hamba kepada Allah maupun janji yang dibuat antara

sesama manusia termasuk kontrak bisnis, perkataan `aqdu


3
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 75.
4
Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir,
(Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2016, hlm. 2.
4

mengacu terjadinya dua perjanjian atau lebih, yaitu apabila

seseorang mengadakan janji kemudian ada orang lain yang

menyetujui janji tersebut serta menyatakan pula suatu janji yang

berhubungan dengan janji yang pertama, maka terjadilah

perikatan dua buah janji (`ahdu) dari dua orang yang mempunyai

hubungan antara satu dengan yang lain disebut perikatan (`aqad).

Semua perikatan dapat dilakukan selama perikatan itu tidak

melanggar ketentuan Allah5.

Adapun istilah al-`ahdu dapat disamakan dengan istilah


perjanjian atau overeenkomst, yaitu suatu pernyataan dari
seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu
yang tidak berkaitan dengan orang lain istilah ini terdapat dalam
QS. Ali Imran ayat 76 :6
  
  
   
Artinya : (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati
janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, Maka
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa.

5
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 66.
6
Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir,
(Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2016, hlm.201
5

Penafsiran-penafsiran tentang makna aqad memaknai

`aqad atau `ahd dengan pengertian yang sama, yaitu sebuah

perjanjian antara Allah dengan manusia dalam melaksanakan

apa-apa yang dihalalkan dan menghindari apa-apa yang

diharamkan. Dalam menjalankan aqad yang telah disepakati,

menepati janji adalah hal yang sangat diutamakan. Menepati janji

merupakan ciri-ciri orang yang bertakwa7.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)

pengertian akad juga diatur secara definitif. Pengertian akad

tersebut dalam KHES didefinisikan sebagai kesepakatan antara

dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan

perbuatan hukum tertentu8. Sedangkan di dalam KUHPerdata

perjanjian diatur dalam Buku III (Pasal 1233-1864) tentang

Perikatan. Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan perjanjian.

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya tererhadap satu orang lain atau lebih”.

Sebuah perjanjian memiliki unsur-unsur, yaitu pihak-pihak yang

7
Hardivizon, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, (Curup: LP2 STAIN
CURUP, 2013), hlm. 69.
8
Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Sama Barlinti, Hukum
Perikatan Islam di Indonesia, (Depok: Prenadamedia Group, 2018), hlm. 43.
6

kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian

timbal balik, serta hak dan kewajiban timbal balik. Berdasarkan

pengertian diatas, perjanjian terdiri atas: para pihak; Ada

persetujuan antara para pihak; Terdapat prestasi yang akan

dilaksanakan; Bentuk lisan atau tulisan; Terdapat syarat-syarat

tertentu sebagai isi dalam perjanjian; Ada tujuan yang hendak di

capai9.

Secara umum perjanjian adalah kesepakatan para pihak

tentang, sesuatu hal yang melahirkan perikatan/hubungan hukum,

menimbulkan hak dan kewajiban, apabila tidak menjalankan

sebagaimana yang diperjanjikan akan ada sanksi. Suatu

kesepakatan berupa perjanjian pada intinya adalah mengikat,

bahkan sesuai dengan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata,

kesepakatan ini memiliki kekuatan mengikat sebagai undang-

undang bagi para pihak yang membuatnya 10.

Perjanjian pengelolaan lebak lebung di Desa Pampangan

Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir diatur

Aryo Dwi Prasnowo, Siti Malikhatun Badriyah, “Implementasi Asas


9

Keseimbangan Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Baku”, Jurnal Magister


Hukum Udayana Vol.8 No.1, 2019, hlm.62.
10
Haula Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional,
(Bandung: Refika Aditama, 2007), hlm.15.
7

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor

14 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Lebak Lebung dan Sungai.

Perairan umum lebak lebung adalah perairan umum air tawar

yang memiliki ciri yang spesifik yang berbeda dengan prairan

umum air tawar lainnya. Perairan umum lebak lebung merupakan

habitat perairan tawar yang berupa sungai dan daerah banjirannya

(river flood plain) membentuk satu kesatuan fungsi dan

mempunyai banyak tipe habitat yang dapat dibedakan antara

musim kemarau dan musim penghujan (welkom,1979). Di

Sumatra Selatan (Sumsel), perairan umum lebak lebung

merupakan penghasil ikan air tawar utama bagi kebutuhan

masyarakat. Tipe perairan ini paling banyak dan luas terdapat di

Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kab. OKI), yang terletak di

bagian timur Sumatra Selatan. Sekitar 65% wilayah Kab. OKI

berupa rawa, payau, lebak, dan sungai yang berpotensi besar

sebagai produsen ikan air tawar. Akses usaha penangkapan ikan

di Perairan umum lebak lebung dilakukan dengan cara lelang

yang telah berlangsung di Sumsel sejak lama (Arsyad, 1982) 11.

11
Zahri Nasution, Sastrawidjaja, “Moda Produksi Pelelangan
8

Pengelolaan lebak lebung dilakukan dengan lelang

berdasarkan Peraturan Daerah “Peserta lelang adalah orang atau

badan hukum yang telah terdaftar pada panitia dan memenuhi

persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku”. Dalam pasal

lainnya disebutkan pula syarat lain bagi peserta yaitu “berdomisli

dalam wilayah OKI sekurang-kurangnya 6 bulan”. Adapun objek

lelang lebak lebung yang terdapat di Desa Pampangan Kecamatan

Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu Lebak Juhud,

Lebak Semolong, Lebak Telok Pare, Lebak Lebong Gelanggang,

Lebak Buntuan, Lebak Rasau Jarang, Lebak Sungai Buaya,

Lebak Lebong Lepok, Lebak Serdang, Lebak Telok Keret, Lebak

Lobok Sekayan, dan sebagainya. Penawar lelang adalah peserta

lelang yang terdaftar pada panitia lelang. Begitu pulah untuk

pengemin lelang adalah penawar lelang yang memberikan

penawaran tertinggi dan mampu membayar harganya, dinyatakan

sebagai pemenang lelang oleh panitia lelang. Lelang dilakukan

setahun sekali, yang jadwal waktunya ditetapkan oleh panitia

lelang. Dalam Peraturan Daerah ditetapkan bahwa harga lelang

Sumberdaya Perikanan dan Perairan Umum Lebak Lebung” (Balai Besar


Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 2011), hlm.46.
9

ditetapkaan oleh panitia lelang sedangkan pembayaran dilakukan

dengan cara tunai segera setelah peserta lelang memenangkan

pelelangan. Dalam hal harga standar perairan, panitia lelang yang

menetapkan harga standar objek lelang adalah dinas perikanan Tk

II Kab. OKI selaku anggota pengawaas lelang 12.

Namun dalam pengelolaan lebak lebung dan sungai di

Desa Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan

Komering Ilir masih menimbulkan pro dan kontra dikalangan

masyarakat karena pengelolaan lebak lebung ini masih berpihak

kepada pemilik modal. Karena umumnya, pemenang lelang yang

membiayai kelompok masyarakat adalah pemilik modal sebagai

pengemin (pemenang lelang). Sedangkan masyarakat biasa harus

membayar dalam jumlah besar jika ingin menagkap ikan di lebak

lebung yang sudah dikuasai oleh pengemin yang harganya

ditentukan oleh pengemin dan jika tidak mau membayar

masyrakat diperbolehkan menagkap ikan namun hasil

12
Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 14 Tahun
2015 Tentang Pengelolaan Lebak Lebung Daan Sungai.
10

tangkapannya harus dijual kepada pengemin dengan harga yang

sangat murah, 25 persen dari harga pasar 13.

Bedasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas,

sehingga peneliti tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah

penelitian dengan judul “Akad Perjanjian Pengelolaan Lebak

Lebung di Desa Pampangan Kecamatan Pampangan

Kabupaten Ogan Komering Ilir Ditinjau dari Hukum

Ekonomi Syariah”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan akad perjanjian pengelolaan

lebak lebung di Desa Pampangan Kecamatan

Pampangan Kabupaen Ogan Komering Ilir?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap

akad perjanjian pengelolaan lebak lebung di Desa

Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan

Komering Ilir?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

13
Wawancara dengan Jumahat, pada tanggal 8 November 2019, di
Desa Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
11

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan akad perjanjian

pengelolaan lebak lebung di Desa Pampangan

Kecamatan Pampangan Kabupaen Ogan Komering

Ilir.

b. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Ekonomi

Syariah terhadap akad perjanjian pengelolaan lebak

lebung di Desa Pampangan Kecamatan Pampangan

Kabupaten Ogan Komering Ilir.

2. Kegunaan Penelitian

a. Hasil penelitian ini memberikan konstribusi yang

bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan

dalam menerapkan pada bidang Hukum Ekonomi

Syariah dalam masalah fiqh muamalah pada mata

kuliah S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden

fatah Palembang yang berkaitan dengan akad

perjanjian.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai sumber informasi dan referansi dalam


12

penelitian-penelitian selanjutnya bagi pihak

berkepentingan khususnya dalam bidang akad

perjanjian.

D. Kajian Pustaka

Berkenaan dengan permasalahan yang penulis teliti, maka

didapat penelitian terdahulu dimana pada penelitiakn yang

penulis teliti adalah mengenai akad perjanjian pengelolaan lebak

lebung di Desa Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten

Ogan Komering Ilir ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah.

Berdasarkan hasil observasi awal yang mengkaji penelitian

terdahulu ditemukan beberapa penelitian sebagai berikut:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Karyani Alwi

dengan judul “Lelang Lebak Lebung dalam Perspektif Islam”

adapun hasil yang didapat adalah bahwa lelang lebak lebung itu

adalah sistem jual beli lelang dengan objek sungai atau ikan yang

ada dalam air. Dalam pengertian membeli ikan yang masih ada

dalam air (sungai) dengan luas wilayah sungai sudah di tetapkan.

Kesimpulannya bahwa lelang tersebut tidak memenuhi kriteria

syarat dan rukun dalam jual beli Islam karena pada lelang
13

tersebut terdapat unsur spekulan, dan yang paling dirugikan

adalah si penjual, sedangkan si pembeli jelas mendapat untung,

dan dana hasil penjualan lelang tersebut dimasukkan dalam kas

Desa sebanyak 25 % dari hasil penjualan, sedangkan yang 75 %

untuk kepentingan pemerintah di wilayah Kabupaten, Kecamatan

bahkan sampai ketingkat Desan dan Dukuh atau Dusun14.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Izhar Lutpi dengan

judul “lelang lebak lebung di Desa Sentul Kecamatan tanjung

batu ditinjau menurut Hukum Islam” Skripsi ini meneliti tentang

lelang lebak lebung di tinjau menurut ekonomi Islam15.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Yogi Dela Aryuda

dengan judul “Persepsi pengemin terhadap kebijakan dan

strategi pengembangan lelang lebak lebung di Desa Danau Cala

Kabupaten Musi Banyuasin” kesimpulan dari penelitian tersebut

mengenai kehidupan sosial ekonomi pengemin. Kondisi sosial

dari segi umur, rata-rata umur pengemin adalah 45 tahun dengan

tingkat pendidikan sampai SD dan pengalama mengemin selama

14
Karyani Alwi, Skripsi “Lelang Lebak Lebung Dalam Perspektif
Hukum Islam”,IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1996.
15
Izhar Lutpi, Skripsi “Lelang Lebak Lebung di Desa Sentul
Kecamatan Tanjung Batu Ditinjau Menurut Hukum Islam”, IAIN Raden Fatah,
Palembang, 2009.
14

8 tahun. Sedangkan kondisi ekonomi pengemin dari segi

pendapatan, rata-rata pengemin mendapatkan Rp.1.000.000 –

Rp.10.000.000 dalam setahun. Persepsi pengemin terhadap

kebijakan lelang lebak lebung di Desa Danau Cala dengan skor

rata-rata70,05 dan termasuk kategori setuju. Masuh di temukan

implementasi lelang lebak lebung yang tidak dijalankan dengan

baik oleh pengemin 16.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Gusti

dengan judul “Implementasi kebijakan pengelolaan sumber PAD

perikanan lebak lebung di Kabupaten Ogaan Komering Ilir “

kesimpulan dari penelitian tersebut ditemukan bahwa proses

implementasi kebijakan belum berjalan dengan baik. Hal tersebut

terlihat pada pelanggaran dalam proses pelelangan lebak lebung,

pelanggaran dalam kegiatan eksploitasi perikanan lebak lebung,

kurangnya pengawasan dari aparat pemerintah daerah serta

kegiatan pembinaan dan pengendalian yang belum konsisten.

Dari proses implementasi yang belum berkembang, maka hasil

16
Yogi Dela Aryuda, Skripsi ”Persepsi Pengemin Terhadap
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Lelang Lebak Lebung di Desa Danau
Cala Kabupaten Musi Banyuasiní”, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2018.
15

yang dicapai belum optimal. Tercapinya satu dari empat tujuan

kebijakan yakni tercapainya target penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) sedangkan ketiga tujuan yang lain belum tercapai,

yaitu masih rendahnya pendapatan masyarakat dari hasil usaha

perikanan lebak lebung, masih banyaknya konflin antara

pengemin dengan warga masyarakat, kerang terjaganya

kelestarian kemampuan SDA17.

Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Wiratama

yang berjudul “Perkembaangan lelang lebak lebung dalam

kehidupan sosial dan ekonomi di Desa Batu Raja Kecamatan

Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim 1999-2015”

kesimpulan dari penelitian tersebut pelaksanaan lelang lebak

lebung di Desa Batu Raja diawali dengan melakukan

musyawarah desa mengenai objek-objek yang akan dilelang

untuk disetujui oleh badan permusyawaratan tersebut diserahkan

ke kecamatan yaitu kecamatan Rawang Dangku untuk disetujui

oleh Camat, lalu disahkan oleh kepala badan pemberdayaan

17
Ahmad Gusti, Skripsi “Implementasi Kebijakan Pengelolaan
Sumber PAD Perikanan Lebak Lebung di Kabupaten Ogan Komering Ilir”,
Universitas Gadja Mada, Yogyakarta, 2001.
16

masyarakat dan pemerintah Desa Kabupaten Muara Enim.

Perkembangan lelang lebak lebung di Desa Batu Raja dapat

dilihat dari jumlah objek-objek lelang dan harga dari objek-objek

lelang tersebut dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2015.

Dalam kurun waktu tersebut tradisi lelang lebak lebung terus

berkembang. Hal ini dipengaruhi karena banyak faktor

diantaranya perubahan bentuk alam, harganya disesuaikan

dengan kemampuan rakyat untuk menjadi pengemin18.

Untuk mempermudah pemahaman terhadap persamaan


dan perbedaan antara peneliti terdahulu dengan penelitian yang
akan penulis kaji, maka penulis akan menjabarkan dalam bentuk
tabel yaitu sebagai berikut:

TABEL I
JUMLAH PENELITIAN TERDAHULU

Nama Judul Skripsi Persamaan Perbedaan

18
Fahmi Wiratama, Jurnal “Pengembangan Lelang Lebak Lebung
Dalam Kehidupan Sosial dan Ekonomi di Desa Batu Raja Kecamatan
Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim 1999-2015” (Sumbangan Materi
Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Rambang Dangku,
2015).
17

Karyani Lelang lebak Penelitian Penelitian


Alwi lebung dalam tentang lebak difokuskan pada
perspektif Islam lebung lelang lebak
lebung dengan
sistem jual beli
lelang dengan
objek sungai
atau ikan yang
ada dalam air.
Izhar lutpi Lelang lebak Penelitian Penelitian ini
lebung di Desa tentang lebak berfokus pada
Sentul lebung lelang lebang
Kecamatan lebung ditinjau
Tanjung batu menurut
ditinjaau ekonomi Islam
menurut Hukum
Islam
Yogi Dela Persepsi Penelitian Penelitian ini
Aryuda pengemin tentang lebak berfokus pada
terhadap lebung kehidupan
kebijakan dan soasial
strategi pengemin,
pengenbangan kondisi sosial
lelang lebak pengemin dari
lebung di Desa segi umur, serta
18

Danau Cala kondisi ekonomi


Kabupaten pengemin
Musi banyuasin (pemenang
lelang lebak
lebung)
Ahmad Implementasi Penelitian Penelitian ini
Gusti kebijakan tentang lebak difokuskan pada
pengelolaan lebung pengelolaan
PAD perikanan PAD
lebak lebung di (pendapatan asli
Kabupaten daerah )
Ogan Komering perikanan lebak
Ilir lebung di
Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
Fahmi Perkembangan Penelitian Penelitian ini
Wiratama lebang lebung tentang lebak berfokus pada
dalam lebung perkembangan
kehidupan tradisi lelang
sosial dan lebak lebung di
ekonomi di Desa Batu Raja
Desa Batu Raja dari tahun 1999-
Kecamatan 2015.
Rambang Daku
Kabupaten
19

Muara Enim
1999-2015
Sumber Penelitian Terdahulu

E. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan

(field research) yaitu berupa data yang diperoleh langsung

dari Masyarakat yang mengelolah Lebak Lebung di Desa

Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan

komering Ilir.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang didapat dari responden

atau pihak terkait dengan instrument wawancara.

Dalam hal ini data primer diperoleh dari masyarakat

Desa Pampangan yaitu data mengenai pelaksanaan

akad perjanjian pengelolahan Lebak Lebung di Desa


20

pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan

Komering Ilir ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

kepustakaan, buku-buku, artikel, brosur, karya ilmiah

ataupun dari internet yang berkaitan dengan materi

penelitian yang dilakukan pada penelitian ini sehingga

penulis mendapatkan informasi yang akurat.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pampangan

Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan

data dengan jalan komunikasi antara peneliti dengan

responden, yaitu melalui kontak dan hubungan

pribadi. Komunikasi tersebut dilakukan secara

langsung dengan face to face, artinya antara peneliti

berhubungan langsung, maupun tidak langsung (via

telepon). Untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang


21

diinginkan, dari jawaban tersebut akan dicatat oleh

peneliti19. Dalam hal ini peneliti menanyakan tantang

pelaksanaan akad perjanjian pengelolahan Lebak

Lebung di Desa Pampangan Kecamatan Pampangan

Kabupaten Ogan Komering Ilir ditinjau dari Hukum

Ekonomi Syariah.

b. Metode Dokumentasi

Adapun metode dokumentasi adalah metode yang

dilakukan untuk mencari data atau arsip-arsip,

transkrip dan sebagainya yang mempunyai relevansi

dengan pelaksanaan akad perjanjian pengelolahan

Lebak Lebung di Desa pampangan Kecamatan

Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir ditinjau

dari Hukum Ekonomi Syariah.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah dalam

kegiatan penelitian yang sangat menentukan ketetapan

19
Afifi Fauzi Abbas, Metodologi Penelitian (Ciputat: Adelin
Bersaudara, 2010), hlm. 140-141.
22

dan kesahihan penelitian20. Data yang telah dikumpulkan

dan dianalisis secarah deskriptif kualitatif Yaitu

menjelaskan seluruh data yang ada pada pokok-pokok

masalah secarah tegas dan sejelas-jelasnya. Kemudian

penjelasan-penjelasan disimpulkan secara deduktif yaitu

menarik suatu kesimpulan dari pernyataan yang bersifat

umum kepada pernyataan yang bersifat khusus, sehingga

penyajian akhir penelitian ini dapat dipahami dengan

mudah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan rangkaian penulisan pada skripsi ini

disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis sehingga

dapat mempermudah proses pengkajian dan pemahaman terhadap

persoalan pengkaji dan pemahaman terhadap persoalan yang ada.

Penyusunan sistematika penulisa ini terdiri 5 (lima) bab, tiap bab

berisi uraian pembahasan mengenai topik permasalahan yang

berbeda akan tetapi merupakan kesatuan yang saling

berhubungan, adapun ke-5 (lima) bab tersebut diawali dengan:

20
A. Muri Yusuf, Metodologi Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 255.
23

BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN UMUM, berisi tentang Landasan

Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai akad perjanjian,

pengertian perjanjian secara umum, pengertian perjanjian dalam

Islam, serta jual beli lelang secara umum dan dalam Hukum

Ekonomi Syariah.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN, berisi tentang keadaan umum Desa Pampangan

Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir dan

Pengelolaan Lebak Lebung di Desa Pampangan Kecamatan

Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

BAB IV PEMBAHASAN, berisikan pembahasan tentang

tentang pelaksanaan akad perjanjian pengelolahan lebak lebung

di Desa Pampangan Kecamatan Pampangan Kabupaen Ogan

Komering Ilir ditinjauan dari Hukum Ekonomi Syariah.


24

BAB V PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Pada bagian akhir skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

Anda mungkin juga menyukai