Anda di halaman 1dari 10

DASAR HUKUM KONTRAK/ AKAD SYARIAH DAN

KONVENSIONAL
MAKALAH
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Penyusunan Kontrak dan Penyelesaian Sengketa LKS
Dosen Pengampu : Drs. Saekhu, M.H.

Disusun Oleh :
Dely Puspita Ayu (2105036134)
Farikha Amalia Rosya (2105036158)
M. Iqbal Bashay (2105036162)

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Asaalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “Dasar
Hukum Kontrak Akad Syariah dan Konvensional”. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan
pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Maka dari itu disusunlah makalah ini, semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat
berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Penyusunan Kontrak
dan Penyelesaian Sengketa dan semoga segala yang tertuang dalam makalah dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi
arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu sangat berbahagia jikalau dosen pengajar memberikan koreksi dan arahan untuk
kebaikan kedepannya kelak. Kami berharap juga saran dan kritik dari pembaca yang
bersifat membangununtuk perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, 24 Februari 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas ekonomi dalam sistem ekonomi maupun dapat dilihat sebagai kontrak
(akad) antara pelaku-pelaku ekonomi. Instrument keuangan juga merupakan akad, dimana
syarat dan kondisinya akan menentukan risiko dan profil keuntungan instrument tersebut.
Konsep, isi, dan aplikasi seluruh struktur inti hukum illahi dalam Islam bersifat
kontraktual. Islam dengan tegas menempatkan semua relasi ekonomi pada landasan
kontrak “contractus”. Perlindungan hak milik dan komitmen terhadap kewajiban dan
tanggungjawab yang diasosiasikan dengan kontrak merupakan hal vital dalam menentukan
standar perilaku yang diharapkan oleh agen ekonomi dan menentukan sifat dari sistem
ekonomi Islam.
Dalam Islam, sebuah kontrak dianggap legal dan berkuatan hukum oleh syariah jiga
pasal kontrak tersebut bebas dari semua yang dilarang atau diharamkan. Dengan kata lain,
jika sebuah kontrak tidak memiliki atau mengandung elemen yang dilarang seperti riba
atau gharar, maka kontrak tersebut dianggap sah, dengan asumsi kontrak tersebut tidak
melanggar aturan hukum lainnya. Sebagai contoh, walaupun kontrak untuk berinvestasi
pada perusahaan yang memproduksi alcohol sah. Karena bebas dari riba dan gharar,
kontrak tersebut masih tidak sah dalam pandangan syariah karena berhubungan dengan
produksi alcohol yang dilarang dalam Islam. Beberapa kontrak komersial memiliki akar
pada periode pra-Islam. Setelah Islam ditutunkan, berbagai kontrak tersebut
dikembangkan lebih jauh dan dipraktikkan secara luas setelah kompatibilitasnya dengan
bebrbagai prinsip syariah sudah pasti dan terkonfirmasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian hukum kontrak/ akad?
2. Jelaskan hukum kontrak/ akad syariah dan konvensional!

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hukum kontrak
2. Untuk mengetahui dasar hukum kontrak/ akad syariah dan konvensional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Kontrak/ Akad
Kontrak dalam hukum Islam sebagaimana di ungkapkan oleh Mohd. Ma’sum Billah
yang dikutip oleh Abdul Manan bahwa akad berasal dari Bahasa Arab, al-Aqd yang
berarti perikatan, perjanjian, kontrak atau pemufakatan, dan transaksi. Kontrak dalam
Islam sering disebut dengan istilah aqad dan kata ini telah di Indonesiakan menjadi
akad.1
Pengaturan hukum kontrak di Indonesia awalnya didasarkan kepada Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. M. Yahya Harahap membetikan definisi perikatan sebagai
hubungan kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lenih yang memberi kekuatan
hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak
lain untuk menunaikan prestasi.2 R. Subekti mendefinisikan perikatan dengan hubungan
hukum antara dua orang atau dua pihak, yang mana satu pihak menuntut suatu hal dari
pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut dari phak
lain.3 Sedangkan R. Setiawan mendefinisikan perikatan dengan suatu hubungan hukum
yang bersifat harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang
satu berhak dan pihak yanag berkewajiban atas suatu prestasi.4

B. Dasar Hukum Kontrak/ Akad Syariah


Macam-macam akad syariah:
1. Titipan (Wadi’ah)
2. Kerjasama (Syirkah)
3. Jual Beli (Bai’)
4. Sewa (Ijarah)
5. Fee
6. Kebajikan

1
Abdul Manan, Hukukm Ekonomi Islam Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Kencana, Jakarta,
2014, hlm. 72
2
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 3
3
R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1987, hlm.1
4
R. Setiwan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, binacipta, Bandung, 2012, hlm 2.
a. Ketentuan Syariah pada Titipan
 Wadi’ah
Wadiah atau ida' secara harfiah berarti "titipan". Hal ini telah
didefinisikan oleh para ahli hukum sebagai sebuah kontrak dimana seseorang
memberikan properti kepada pihak lain untuk dijaga/ dipelihara.
‫ه ۗ انَّ هّٰللا‬OO‫م ب‬Oْ ‫ ْدل ۗ انَّ هّٰللا نعما يَعظُ ُك‬O‫وْ ا ب ْال َع‬OO‫ا وا َذا َح َك ْمتُ ْم بَيْنَ النَّاس اَ ْن تَحْ ُكم‬Oۙ Oَ‫۞ انَّ هّٰللا يَْأم ُر ُك ْم اَ ْن تَُؤ دُّوا ااْل َمٰ ٰنت ا ٰلٓى اَ ْهله‬
َ ِ ٖ ِ ِ َّ ِ ِ َ ِ ِ ِ ُ ِ َِ ِ ِ ِ ُ َ ِ
‫صيْرً ا‬ ِ َ‫َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya.
Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa :58)

b. Ketentuan Syariah dan Konvensional pada Jual Beli


Pasal 1457 KUHPerdata
Perjanjian jual beli adalah perjanjian antara penjual dan pembebli dimana pernjual
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan hak miliknya atas suatu barang keoada
pembeli, dan pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar harga barang itu.

Landasan Syariah:

 Murabahah
Murabahah/Bai' bi Thaman Ajil/ Bai' al-Istijar (Jual Beli dengan
Profit). Murabahah adalah salah satu kontrak jual beli yang sangat umum
dalam praktik dagang Islam. Ini dikenal juga sebagai jual beli dengan
penambahan biaya. Kontrak ini didefinisikan dengan jual beli dimana objek
yang dijual dengan harga sebagaimana harga belinya ditambah dengan profit
margin yang dinyatakan.
‫انَ ِب ُك ْم‬OO‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِنَّ هّٰللا َ َك‬ ِ َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِب ْالب‬
َ ‫اط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن ت ََر‬
‫َر ِح ْي ًما‬
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu
dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-nisa :29)

DSN-MUI No 04/ DSN-MUI/IV/2000


 Istishna
Transaksi bai' al-isthisna merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan
menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga
serta sistem pembayaran:apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui
cicilan, atau ditangguhkan sampai saat waktu pada masa yang akan datang.5

ۘ
‫الرِّبٰوا‬ ۗ ‫ي ْٰطنُ ِمنَ ْال َم‬O‫الش‬
‫ ُل‬O‫ ُع ِم ْث‬O‫ا ْالبَ ْي‬OO‫الُ ْٓوا اِنَّ َم‬OOَ‫اَنَّهُ ْم ق‬Oِ‫كَ ب‬OOِ‫سِّ ٰذل‬ ٰ َ‫اَلَّ ِذيْنَ يَْأ ُكلُوْ ن‬
َّ ُ‫الرِّبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُه‬
ٰۤ ُ
ْ َ‫ول ِٕىكَ ا‬
ُ‫ ٰحب‬O‫ص‬ ‫ا َد فَا‬Oَ‫ ر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن ع‬O‫فَ َواَ ْم‬ ۗ َ‫ل‬O‫ا َس‬OO‫هٗ َم‬Oَ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنت َٰهى فَل‬ ٰ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
ۗ ‫الرِّب‬

َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫الن‬

Artinya: “Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat


berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan
setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama
dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya
(menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang
mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275),

DSN-MUI No 06/ DSN-MUI/IV/2000

 Salam
Dalam pengertian yang sederhana, bai’ as-salam berarti pembelian
barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di
muka.6
... ُ‫ه‬Oۗ ْ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُو‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang piutang untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu mencatatnya...” (QS.Al-Baqarah: 282),

5
Abu Bakar Ibn Mas’ud al-Kasani, al-Bada’I was-Sana;I fi tartib al-Shara’I (Beirut: Darul Kitab al-Arabi), edisi 2
6
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik,Jakarta: Gema Insani Press, hlm.108
DSN-MUI No 05/DSN-MUI/IV/2002
c. Ketentuan Syariah dan Konvensional pada Sewa
Pasal 1548-1600 Kitab UU Hukum Perdata
 Perjanjian sewa menyewa sebagai perjanjian bernama diatur dalan Pasal 1548-
1600 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
 Sewa menyewa ialah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu
barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh
pihak belakangan itu disanggupi pembayarannya (Pasal 1548 BW)
Landasan syariah:
 Ijarah
Al- ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.7
ُ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖاِنَّ خَ ي َْر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِميْن‬
ِ َ‫ت اِحْ ٰدىهُ َما ٰيٓاَب‬
ْ َ‫قَال‬
Artinya : “Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku,
pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS.Al-Qashas: 26)

DSN-MUI No 09/ DSN-MUI/IV/2000

 Ijarah Muntahiya bi Tamlik


Al- ijarah al-Mutahiya bit-Tamlik, transaksi yang disebut dengan al-
ijarah al-muntahiya bit-tamlik (IMB) adalah sejenis perpaduan antara kontrak
jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilkan barang di tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini
pula yang membedakan dengan ijarah biasa.8
DSN-MUI No 27/ DSN-MUI/III/2002

7
Ibid, hlm. 117
8
Ibid, hlm 118
a. Ketentuan Syariah pada Kerjasama
UU No 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal
(1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga
kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia
(2) Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli
warga negara asing.
Undang-Undang No 20 Tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif
penyelesaian sengketa
Pasal 2 : Undang-Undang ini mengatur penyelesaian sengketa atau benda
pendapat antar pihak dalam suatu hunungan hukum tertentu yang telah
mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan bahwa semua
sengketa atau befa pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul dari
hubungan tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui
alternative penyelesaian sengketa

Landasan syariah:
 Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat
kelalaian si pengelola.9
...ۙ ِ ‫ن ِم ْن فَضْ ِل هّٰللا‬Oَ ْ‫ض يَ ْبتَ ُغو‬ َٰ
ِ ْ‫واخَ رُوْ نَ يَضْ ِربُوْ نَ ِفى ااْل َر‬...
Artinya : … dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT…”(QS. Al-Muzammil: 20),

DSN-MUI No 07/ DSN-MUI/IV/2000

 Musyarakah

9
Muhammad Rawas Qal’aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha (Beirut: Darun Nafs, 1985.
Musyarakah (Perkongsian/ Perserikatan/ Persekutuan), Musyarakah
atau persekuatuan (partnership) adalah "sebuah kontrak antara sekelompok
individu yang berbagai dalam modal dan keuntungan." Dalam kerja sama
modal, dua atau lebih pihak melakukan kerja sama dalam sejumlah tertentu
harta yang disepakati, yang disertai dengan sebuah rasio/ nisabah untuk bagi
kerugian dan bagi keuntungan.
ٰ ‫ْض اِاَّل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا‬
ِ ‫الصّ لِ ٰح‬
۩ ... ‫ت‬ ٰ ُ ‫َواِنَّ َكثِيْرً ا ِّمنَ ْال ُخلَطَ ۤا ِء لَيَب ِْغ ْي بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬
Artimya: “Dan sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang berserikat itu
benar-benar saling merugikan satu sama lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh….” (QS.Shad :24)

DSN-MUI No 08/ DSN-MUI/IV/2000

b. Ketentuan Syariah pada Pinjaman (Qard)


Al-Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Dalam literatur fiqih klasik, qard dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling
membantu dan bukan transaksi komersial.
(DSN-MUI No19/ DSN-MUI/IV/2001)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Bank Syariah yang signifikan menuntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, yaitu dengan menawarkan produk dan layanan jasa perbankan
sesuai dengan Prinsip Syariah, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktik
riba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang nonproduktif yang serupa dengan
perjudian, ketidakjelasan, dan pelanggaran prinsip keadilan dalam bertransaksi, serta
keharusan penyaluran pembiayaan dan investasi pada kegiatan usaha yang
etis dan halal secara syariah. Beberapa akad atau perjanjian dalam ekonomi sudah
diperkenalkan dalam Islam, seperti mudharabah, murabahah, ijarah, ariyah, rahn, bai
dhaman ajil dan sebagainya.
Perbankan Syariah menawarkan berbagai macam produk keuangan syariah
dengan menggunakan perjanjian sesuai dengan syariah Islam. Bank Syariah
dalam menyalurkan dana, memberikan berbagai macam bentuk pembiayaan yang
memiliki akad/perjanjian tersendiri. Dalam hal ini kontrak disebut juga akad atau
perjanjian yaitu bertemunya ijab yang diberikan oleh salah satu pihak dengan kabul
yang diberikan oleh pihak lainnya secara sah menurut hukum syar’i dan menimbulkan
akibat pada subyek dan obyeknya. Dengan mengetahui dasar-dasar hukum kontrak
maka akan dapat meminimalisir problematika dalam perselisihan yang terjadi di dunia
perbankan syariah bagi para pihak baik nasabah maupun bank.

Anda mungkin juga menyukai